Anda di halaman 1dari 13

pengantar ilmu hukum

OLEH : PANGIUTAN TONDI LUBIS, S.H,. M.H.


Pengertian dan Sejarah PIH

Kata ‘Pengantar Ilmu Hukum’ secara etimologi memiliki beberapa susunan


kata dan makna. Istilah pengantar bermakna pandangan umum secara
ringkas. Sedangkan Ilmu Hukum adalah pengetahuan yang khusus
mengajarkan perihal hukum dan segala seluk-beluk yang berkaitan di
dalamnya. Jadi dapat dipahami bahwa Pengantar Ilmu Hukum merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum secara umum dan memberikan
pandangan umum secara ringkas mengenai seluruh ilmu pengetahuan
hukum, dan mengenai kedudukan ilmu hukum di samping ilmu-ilmu yang lain.
Istilah “Pengantar” dalam PIH berarti menunjukkan jalan ke arah
cabang-cabang ilmu (rechtsvakken) yang sebenarnya. Adapun
objek PIH adalah aturan tentang hukum pada umumnya, tidak
terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu tempat dan
waktu tertentu (ius constitutum). Bahasan dari PIH adalah
mengenai pokok-pokok, prinsip-prinsip, keadaan, maksud dan
tujuan dari bagian-bagian hukum yang paling mendasar serta
berkaitan/tata hubungan antara bagian-bagian yang paling
mendasar tersebut dengan hukum sebagai ilmu pengetahuan.
Istilah pengantar ilmu hukum pertama kali dipergunakan di
Indonesia, yaitu ketika Perguruan Tinggi Gajah Mada didirikan
di Yogyakarta pada 13 Maret 1946 (sekarang UGM
Yogyakarta). Hingga saat ini, di setiap fakultas hukum,
sekolah tinggi hukum atau prodi ilmu hukum, pengantar ilmu
hukum adalah mata kuliah prasyarat bagi semua mata kuliah
keahlian hukum dan termasuk ke dalam mata kuliah dasar
utama.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hakikat,
pengantar ilmu hukum adalah sebagai dasar dari
pengetahuan hukum yang mengandung pengertian-
pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu hukum.
Ruang Lingkup Pengantar Ilmu
Hukum
Secara spesifik, ruang lingkup pengantar ilmu hukum,
meliputi:

1. Hukum sebagai Norma/ Kaidah Hukum sebagai


kaidah yaitu menempatkan hukum sebagai
pedoman yang mengatur kehidupan dalam
bermasyarakat agar tercipta ketentraman dan
ketertiban bersama.
2. Hukum sebagai Gejala Perilaku di Masyarakat

Hukum sebagai suatui keadaan/ gajala social yang


berlaku di masyarakat sebagai maninfestasi dari pola
tingkah laku yang berkembang.
3. Hukum sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmu Hukum terbagi dalam 2
pengertian
:
a. Ilmu hukum dalam arti luas, yaitu ilmu yang mencakup dsan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang segala hal dan semua
seluk-beluk mengenai hukum (Satjipto Rahardjo).

b. Ilmu hukum dalam arti sempit, yaitu ilmu yang mempelajari makna
objektif tata hukum positif yang disebut dogmatik hukum (ajaran hukum)
(Radbruch).
Objek Kajian Ilmu Hukum

Obyek ilmu hukum adalah hukum. Hukum merupakan


norma sosial yang syarat akan nilai. Ilmu hukum
memandang hukum dari dua aspek, yaitu (1) sebagai
aturan sosial, (2) sebagai sistem nilai. Ilmu hukum bersifat
(1) Preskriptif artinya mempeljari tujuan hukum, sistem
nilai konsep – konsep hukum dan norma – norma hukum;
(2) Terapan, artinya mengatur standart prosedur,
ketentuan – ketentuan.
Pembidangan Ilmu Hukum
1. Hukum menurut Bentuknya
Menurut bentuknya, hukum dikelompokkan sebagai
berikut.
a. Hukum tertulis, adalah hukum yang dicantumkan
dalam berbagai peraturan perundangan. Hukum
tertulis dapat merupakan hukum tertulis yang
dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak
dikodifikasikan. Contoh: hukum pidana dituliskan
pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan pada
KUHPerdata, atau hukum pemilu di cantumkan
dalam UU Pemilu.
Hadirnya hukum tertulis telah menjadi ciri dari
perkembangan hukum modern yang harus mengatur
serta melayani kehidupan modern yang kompleks.
Suatu kehidupan yang makin kompleks, bidang-bidang
yang makin beraneka ragam serta perkembangan
masyarakat dunia yang makin kolektif, sehingga tidak
bisa mengandalkan pada pengaturan tradisi, kebiasaan,
kepercayaan atau budaya ingatan. Tetapi tertulis secara
sistematis.
Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni
hukum tertulis yang dikodifikasikan dan yang tidak
dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut
dibukukan dalam lembaran negara dan diundangkan atau
diumumkan. Indonesia sendiri menganut hukum tertulis
yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian
hukum dan penyederhanaan hukum serta kesatuan hukum.
Kekurangannya adalah hukum tersebut bila dikonotasikan
bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal
yang terus berkembang cepat dan bergerak maju.
Hukum tidak tertulis, adalah hukum yang masih hidup dalam
keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis. Hukum tidak tertulis juga
disebut hukum kebiasaan. Hukum tidak tertulis ditaati seperti halnya
suatu peraturan perundangan.

Hukum tidak tertulis lebih bersifat melekat pada kepercayaan


yang selalu di taati oleh keyakinan masyarakat maupun komunitas
tertentu. Contohnya hukum adat dalam berbagai masyarakat adat di
Indonesia. Sekalipun penggunaan hukum tertulis telah menjadi hal yang
sangat umum tetapi ia tidak sekaligus bisa di samakan dengan
meningkatnya kualitas keadilan.

Hukum tertulis tidak berhubungan dengan kualitas keadilan


tetapi hanya menyangkut format penyampaian hukum.

Anda mungkin juga menyukai