Kata ‘Pengantar Ilmu Hukum’ secara etimologi memiliki beberapa susunan
kata dan makna. Istilah pengantar bermakna pandangan umum secara ringkas. Sedangkan Ilmu Hukum adalah pengetahuan yang khusus mengajarkan perihal hukum dan segala seluk-beluk yang berkaitan di dalamnya. Jadi dapat dipahami bahwa Pengantar Ilmu Hukum merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum secara umum dan memberikan pandangan umum secara ringkas mengenai seluruh ilmu pengetahuan hukum, dan mengenai kedudukan ilmu hukum di samping ilmu-ilmu yang lain. Istilah “Pengantar” dalam PIH berarti menunjukkan jalan ke arah cabang-cabang ilmu (rechtsvakken) yang sebenarnya. Adapun objek PIH adalah aturan tentang hukum pada umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu (ius constitutum). Bahasan dari PIH adalah mengenai pokok-pokok, prinsip-prinsip, keadaan, maksud dan tujuan dari bagian-bagian hukum yang paling mendasar serta berkaitan/tata hubungan antara bagian-bagian yang paling mendasar tersebut dengan hukum sebagai ilmu pengetahuan. Istilah pengantar ilmu hukum pertama kali dipergunakan di Indonesia, yaitu ketika Perguruan Tinggi Gajah Mada didirikan di Yogyakarta pada 13 Maret 1946 (sekarang UGM Yogyakarta). Hingga saat ini, di setiap fakultas hukum, sekolah tinggi hukum atau prodi ilmu hukum, pengantar ilmu hukum adalah mata kuliah prasyarat bagi semua mata kuliah keahlian hukum dan termasuk ke dalam mata kuliah dasar utama. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hakikat, pengantar ilmu hukum adalah sebagai dasar dari pengetahuan hukum yang mengandung pengertian- pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu hukum. Ruang Lingkup Pengantar Ilmu Hukum Secara spesifik, ruang lingkup pengantar ilmu hukum, meliputi:
1. Hukum sebagai Norma/ Kaidah Hukum sebagai
kaidah yaitu menempatkan hukum sebagai pedoman yang mengatur kehidupan dalam bermasyarakat agar tercipta ketentraman dan ketertiban bersama. 2. Hukum sebagai Gejala Perilaku di Masyarakat
Hukum sebagai suatui keadaan/ gajala social yang
berlaku di masyarakat sebagai maninfestasi dari pola tingkah laku yang berkembang. 3. Hukum sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmu Hukum terbagi dalam 2 pengertian : a. Ilmu hukum dalam arti luas, yaitu ilmu yang mencakup dsan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang segala hal dan semua seluk-beluk mengenai hukum (Satjipto Rahardjo).
b. Ilmu hukum dalam arti sempit, yaitu ilmu yang mempelajari makna objektif tata hukum positif yang disebut dogmatik hukum (ajaran hukum) (Radbruch). Objek Kajian Ilmu Hukum
Obyek ilmu hukum adalah hukum. Hukum merupakan
norma sosial yang syarat akan nilai. Ilmu hukum memandang hukum dari dua aspek, yaitu (1) sebagai aturan sosial, (2) sebagai sistem nilai. Ilmu hukum bersifat (1) Preskriptif artinya mempeljari tujuan hukum, sistem nilai konsep – konsep hukum dan norma – norma hukum; (2) Terapan, artinya mengatur standart prosedur, ketentuan – ketentuan. Pembidangan Ilmu Hukum 1. Hukum menurut Bentuknya Menurut bentuknya, hukum dikelompokkan sebagai berikut. a. Hukum tertulis, adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundangan. Hukum tertulis dapat merupakan hukum tertulis yang dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan. Contoh: hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata, atau hukum pemilu di cantumkan dalam UU Pemilu. Hadirnya hukum tertulis telah menjadi ciri dari perkembangan hukum modern yang harus mengatur serta melayani kehidupan modern yang kompleks. Suatu kehidupan yang makin kompleks, bidang-bidang yang makin beraneka ragam serta perkembangan masyarakat dunia yang makin kolektif, sehingga tidak bisa mengandalkan pada pengaturan tradisi, kebiasaan, kepercayaan atau budaya ingatan. Tetapi tertulis secara sistematis. Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis yang dikodifikasikan dan yang tidak dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut dibukukan dalam lembaran negara dan diundangkan atau diumumkan. Indonesia sendiri menganut hukum tertulis yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan penyederhanaan hukum serta kesatuan hukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus berkembang cepat dan bergerak maju. Hukum tidak tertulis, adalah hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis. Hukum tidak tertulis juga disebut hukum kebiasaan. Hukum tidak tertulis ditaati seperti halnya suatu peraturan perundangan.
Hukum tidak tertulis lebih bersifat melekat pada kepercayaan
yang selalu di taati oleh keyakinan masyarakat maupun komunitas tertentu. Contohnya hukum adat dalam berbagai masyarakat adat di Indonesia. Sekalipun penggunaan hukum tertulis telah menjadi hal yang sangat umum tetapi ia tidak sekaligus bisa di samakan dengan meningkatnya kualitas keadilan.
Hukum tertulis tidak berhubungan dengan kualitas keadilan