Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM

Oleh :
MUHAMMAD TRIGERALDI PRASTYA (A1011221144)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2022
TUGAS
1. Jelaskan secara singkat sejarah terbentuknya pengantar ilmu hukum!
2. Mengapa pemisahan antara PIH dan PHI bukanlah merupakan pemisahan yang
prinsipil?
3. Jelaskan golongan ilmu bantu dalam ilmu hukum!
4. Apa yang dimaksud dengan ajaran hukum umum dan tujuannya?
5. Politik umum/hukum pada garis besarnya dapat dibedakan atas dua macam tuliskan
dan jelaskan!
6. Jelaskan arti tujuan hukum!

JAWAB
1. Pengantar Ilmu Hukum, diterjemahkan dari bahasa Belanda Inleiding tot de
Rechtswetenschap, dimasukkan dalam Hoger Onderwijs Wet (Undang-Undang
Pendidikan Tinggi Belanda) pada tahun 1920. Sebenarnya, istilah Inleiding tot de
Rechtswetenschap adalah terjemahan dari Hukum Pengantar Jerman yang
digunakan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, menggantikan istilah
Encyclopaedie der Rechtswetenschap yang semula digunakan di Belanda.
Pada tahun 1924 Inriding Tot de Rechtsvetenshap mengajar di Recht Hoge School,
sebuah perguruan tinggi hukum di Batavia. Kemudian pada tahun 1942 istilah
Inleiding tot de Rechtswetenschap diterjemahkan menjadi Pengantar Ilmu Hukum.
Istilah Pengantar Hukum secara resmi digunakan ketika Universitas Gadjah Mada
berdiri pada tanggal 3 Maret 1946, dan sekarang digunakan sebagai mata kuliah
dasar di semua fakultas hukum di seluruh Indonesia.

2. Hukum Indonesia adalah hukum yang saat ini berlaku di Indonesia. Suatu hukum
berlaku jika diundangkan atau diformalkan dan dipelihara oleh suatu negara. Selain
hukum yang berlaku, ada juga “hukum kehidupan” yang tidak diundangkan oleh
negara, tetapi benar-benar diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Perbedaan utama antara Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia
adalah Pengantar Ilmu Hukum berfungsi sebagai dasar bagi setiap orang yang akan
mempelajari hukum secara luas beserta berbagai hal yang melingkupinya, sedangkan
Pengantar Hukum Indonesia berfungsi untuk mengantarkan setiap orang yang ingin
mempelajari hukum positif yang sedang berlaku di Indonesia.
Pengantar Ilmu Hukum mempelajari keseluruhan hukum yang berlaku di semua
tempat atau negara pada waktu kapan saja, baik ius constitutum maupun ius
constituendum, sedangkan Pengantar Hukum Indonesia mempelajari hukum positif
yang sekarang sedang berlaku di Indonesia atau ius constitutum,
Diketahui ada dua jenis mata kuliah yang dipelajari mahasiswa selama menempuh
studi hukum di perguruan tinggi yaitu Pengantar Ilmu Hukum (PIH) dan Pengantar
Hukum Indonesia(PHI). Perbedaan antara PIH dan PHI/PHI adalah:
1. Baik PIH maupun PHI adalah mata kuliah dasar. Keduanya adalah sekolah hukum.
2. PIH merupakan terjemahan harfiah dari bahasa Belanda "Inleiding tot de
Rechtswetenschaft" sejak tahun 1942, yang juga berasal dari bahasa Jerman akhir
abad ke-19 "Einfuhrung in dierechts wissenschaft", sedangkan PHI adalah
terjemahan dari "Inleiding tot". Positivrechts van Indonesia-nya”
4. Istilah pengantar PIH berarti menunjukkan jalan menuju cabang pengetahuan
yang benar (rechtsvakken). Istilah pengantar PHI dimaksudkan untuk menunjukkan
fungsi kursus ini sebagai asisten, panduan singkat (overzichtelijk) tetapi
komprehensif yang mengandung dua elemen.
5. Mata kuliah ini berbeda. PHI berkaitan dengan hukum yang saat ini berlaku di
Indonesia, dan subjeknya secara khusus terkait dengan hukum positif. Subyek PIH
adalah negara hukum secara umum, tetapi tidak terbatas pada negara hukum (ius
konstitutum) karena berlaku pada tempat dan waktu tertentu.
6. Hubungan antara PIH dan PHI, PIH merupakan landasan dari PHI. Dengan kata lain,
untuk mempelajari PHI harus terlebih dahulu mempelajari PIH.
7. Pembahasan PIH adalah tentang pokok-pokok, asas, keadaan, maksud, dan tujuan
dari bagian-bagian hukum yang paling mendasar dan hubungannya dengan hukum
sebagai ilmu.
8. Peraturan-peraturan hukum yang pada umumnya tidak terbatas pada tempat dan
waktu, sehingga cakupannya lebih luas dan umum. PIH adalah pengantar untuk
memahami arti hukum, permasalahan di bidang hukum, asas-asas hukum, dan
memberikan gambaran atau dasar mengenai sendi-sendi utama dari hukum.
PIH merupakan ilmu hukum secara integral dalam satu kerangka yang menyeluruh
sehingga dapat mempelajari hukum melalui sudut pandang disiplin ilmu yang
beraneka ragam. PIH memberikan konsepsi atau deskripsi lengkap dari mulai
pengertian, teori, dan segala aspek relevan mengenai hukum. PIH secara prinsip
memperkenalkan hukum sebagai kesatuan yang totalistik, integral, dan
komprehensif.
9. PHI adalah peraturan-peraturan hukum yang berlaku di Indonesia, atau disebut
dengan hukum positif Indonesia. Dalam pengertian lain, objek PHI adalah
mempelajari atau menyelidiki hukum yang sekarang yang sedang berlaku (ius
constitutum) di Indonesia.
Kesimpulannya, PIH dan PHI merupakan dua cabang ilmu pengetahuan yang
berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain. Perbedaan yang
mendasar dua cabang ilmu tersebut terletak pada ruang lingkup pembahasan, yakni
PIH merupakan ilmu dasar atau ilmu pengantar bagi Anda yang hendak mempelajari
PHI. Karena pada dasarnya, dengan mempelajari PIH, Anda akan bersinggungan
dengan prinsip, asas, tujuan hukum, pengertian ilmu hukum, dan ilmu hukum secara
fundamental. Sedangkan dalam mempelajari PHI, Anda secara spesifik mempelajari
hukum yang berlaku di Indonesia (hukum positif Indonesia).

3. Ilmu dapat dibagi menjadi ilmu dasar dan ilmu bantu sesuai dengan fungsinya. Ilmu-
ilmu penunjang dimaksudkan untuk mendukung ilmu-ilmu dasar. Ilmu tambahan
meliputi matematika, bahasa, dan etika, sedangkan ilmu dasar meliputi fisika, kimia,
sosiologi, dan banyak lagi. Adapun ilmu bantu Ilmu Hukum adalah
1. Sejarah hukum, Cabang hukum yang mempelajari asal-usul munculnya dan
perkembangan sistem hukum dalam masyarakat tertentu, membandingkan hukum
yang berbeda yang dibatasi oleh perbedaan waktu.
2. Sosiologi hukum (Soerjono Soekanto), bidang ilmu yang secara empiris dan analitis
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai fenomena sosial dan
fenomena sosial lainnya.
3. Antropologi hukum (Charles Winick), Artinya, cabang ilmu yang mempelajari pola
dan penyelesaian perselisihan dalam komunitas dan masyarakat sederhana dalam
proses perkembangan dan evolusi/modernisasi.
4. Perbandingan hukum, Dengan kata lain, itu adalah metode yurisprudensi yang
mengkaji perbedaan antara sistem hukum satu negara dengan negara lain. Atau
bandingkan sistem hukum aktif satu negara dengan negara lain.
5. Psikologi hukum (Purnadi Purbacaraka), Dengan kata lain, itu adalah metode
yurisprudensi yang mengkaji perbedaan antara sistem hukum satu negara dengan
negara lain. Atau bandingkan sistem hukum aktif satu negara dengan negara lain.

4. Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan
untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah
terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya
kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk
memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah
peraturan atau ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk
mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi untuk orang yang
melanggar hukum.
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian
luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat
orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon,
1979).
Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang
objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk
beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem,
macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum
di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum
menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia
dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui
hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan
berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam
hal tersebut.
Menurut Kamus Perpustakaan Hukum, Ilmu hukum dalam perpustakaan hukum
dikenal dengan nama ‘Jurisprudence’ yang berasal dari kata ‘Jus’, ‘Juris’ yang artinya
hukum atau hak, dan kata ‘Prudence’ berarti melihat ke depan atau mempunyai
keahlian, dan arti umum dari Jurisprudence adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari ilmu hukum.

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan
“Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar
(introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan
bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang
mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi
utama ilmu hukum.
Hukum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
– Hukum berdasarkan Bentuknya: Hukum tertulis dan Hukum tidak tertulis.
– Hukum berdasarkan Wilayah berlakunya: Hukum local, Hukum nasional dan
Hukum Internasional.
– Hukum berdasarkan Fungsinya: Hukum Materil dan Hukum Formal.
– Hukum berdasarkan Waktunya: Ius Constitutum, Ius Constituendum, Lex naturalis/
Hukum Alam.
– Hukum Berdasarkan Isinya: Hukum Publik, Hukum Antar waktu dan Hukum Private.
Hukum Publik sendiri dibagi menjadi Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi
Negara, Hukum Pidana dan Hukum Acara. Sedangkan Hukum Privat dibagi menjadi
Hukum Pribadi, Hukum Keluarga, Hukum Kekayaan, dan Hukum Waris.
– Hukum Berdasarkan Pribadi: Hukum satu golongan, Hukum semua golongan dan
Hukum Antar golongan.
– Hukum Berdasarkan Wujudnya: Hukum Obyektif dan Hukum Subyektif.
– Hukum Berdasarkan Sifatnya: Hukum yang memaksa dan Hukum yang mengatur.

5. Pemakaian kata “politik” dalam Politik hukum Nasional menurut Hartono


Hadisoeprapto, berarti kebijaksanaan (policy) dari penguasa Negara Republik
Indonesia mengenai hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Hal ini sesuai dengan
pendapat Teuku Mehammad Radhie yang mengatakan: “Adapun politik hukum disini
hendak kita artikan sebagai pernyataan kehendak Penguasa Negara mengenai
hukum yang berlaku diwilayahnya dan mengenai arah kemana hukum hendak
diperkembangkan.”

Mengenai politik hukum nasional, tertuang dalam:


1. Pasal 102 UUDS 1950 yang berbunyi:
“ Hukum perdata dan dagang, hukum pidana sipil maupun hukum pidana militer,
hukum acara perdata dan hukum acara pidana, susunan dan kekuasaan pengadilan,
diatur dengan undang-undang dalam kitab-kitab hukum, kecuali jika pengundang-
undangan menganggap perlu untuk mengatur beberapa hal dalam undang-undang
tersendiri.”
Dari Pasal 102 UUDS 1950 dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara Republik
Indonesia menghendaki di kodifikasikannya lapangan-lapangan hukum tersebut,
sehingga dikenal pula bahwa Pasal 102 UUDS 1950 sebagai pasal kodifikasi.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Walaupun dalam UUD 1945 tidak menentukan adanya politik hukum secara jelas,
akan tetapi apabila diteliti secara mendalam, dalam Aturan Peralihan Pasal II UUD
1945 dapat diartikan menentukan adanya politik hukum meskipun sifatnya
sementara saja. Dengan perantaraan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, memberi
dasar hukum untuk berlakunya politik hukum Hindia Belanda, sekedar untuk mengisi
kekosongan hukum dan tidak bertentangan dengan jiwa Undang-Undang Dasar
1945.
3. Baru pada Tahun 1973 ditetapkan ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang
garis-garis besar haluan negara yang didalamnya secara resmi digariskan adanya
politik hukum nasional Indonesia sebagai berikut:
1. Pembangunan dibidang hukum dalam negara hukum Indonesia adalah
berdasarkan atas landasan sumber tertib hukum yaitu cita-cita yang terkandung
pada pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang luhur yang meliputi
suasana kejiwaan serta watak dari bangsa Indonsia yang di dapat dalam Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Pembinaan bidang hukum harus mampu mengendalikan dan menampung
kebutuhan-kebutuhan hukum sesuai kesadaran hukum rakyat yang berkembang
kearah modernisasi dan pembangunan yang menyeluruh, dilakukan dengan:
a. Peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan antara lain
mengadakan pembaharuan, modifikasi serta unifikasi hukum dibidang-bidang
tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum dalam masyarakat.
b. Menerbitkan fungsi lembaga-lembaga hukum menurut proporsinya masing-
masing.
c. Peningkatan kemampuan dan kewibawaan penegak hukum.
3. Memupuk kesadaran hukum dalam masyarakat dan membina sikap para
penguasa dan para pejabat pemerintah kearah penegak hukum, keadilan serta
perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, dan keterlibatan serta
kepastian hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar1945.

6. 1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan,


ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.
2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar
kepentingan setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu
oleh orang atau kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau
kepentingan kelompoknya.
3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan
Dalam literatur ada beberapa teori tentang tujuan hukum yaitu:
a.Teori etis, Menurut teori ini hukum semata-mata mewujudkan keadilan. Teori ini
dikemukakan oleh seorang filsuf yunani yaitu Aristoteles dalam karyanya Etika dan
Retonika. Bahwa hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi pada setiap
orang yang ia berhak menerimanya. Untuk ini tentu saja persamaan hukum dibuat
untuk setiap orang.
b.Teori utility, Menurut teori ini hukum bertujuan semata-mata mewujudkan yang
berfaedah, hukum bertujuan menjamin adanya kebahagiaan pada orang sebanyak-
banyaknya.
c.Teori dogmatik, Menurut teori ini tujuan hukum adalah semata-mata untuk
mencipatakan kepastian hukum.
d.Teori campuran, Menurut teori ini tujuan hukum adalah untuk ketertiban. Tujuan
lain adalah hargai keadilan yang berbeda-beda isi menurut keadilan dan zamannya.

Anda mungkin juga menyukai