Oleh :
Fikri 230201110128
FAKULTAS SYARIAH
2023
Resume “Pengantar Ilmu Hukum”
BAGIAN 1
PENGERTIAN TENTANG PENGANTAR ILMU HUKUM
BAB I
P.I.H. (Pengantar Ilmu Hukum) terdiri dari kata Pengantar dan Ilmu Hukum. Bila
dikehendaki ilmu hukum dapat dipecah lagi menjadi ilmu dan hukum.
Mengantar yang berasar dari perkataan “Pengantar” berarti membawa ke tempat yang
dituju. Dalam Bahasa asing juga diartikan Inleiding (Belanda) dan Introduction (Inggris)
yang berarti memperkenalkan, dalam hal ini yang diperkenalkan ialah ilmu hukum.
BAB II
SEJARAH SINGKAT PENGANTAR ILMU HUKUM
Istilah Pengantar Ilmu Hukum tidak tercipta begitu saja, tetapi mempunyai
sejarahnya sendiri. Pengantar Ilmu Hukum berasal dari terjemahan bahasa
Belanda. “Inleiding tot de rechtswetenschap”. Istilah ini dipakai pada tahun 1920
yaitu dimasukkan dalam Hoger Onderwijs Wet atau Undang-Undang Perguruan
Tinggi di negeri Belanda.
Sedangkan istilah Pengantar Ilmu Hukum, dipergunakan untuk pertama kalinya di
Perguruan Tinggi/Universitas Gajah Mada yang berdiri tanggal 3 Maret 1946.
Tetapi sebenarnya jauh sebelum itu tepatnya pada tahun 1942, istilah Pengantar
Ilmu Hukum sudah dipelajari berbagai terjemahan dari Inleiding tot de
Rechtswetenschap dan sampai sekarang dijadikan mata kuliah dasar di setiap
perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
BAB III
PERAN DAN FUNGSI PENGANTAR ILMU HUKUM
BAB IV
BAB V
METODE PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI
PENGANTAR ILMU HUKUM
A. Pendahuluan Ilmu Hukum mempelajari hukum dari sudut pandang keilmuannya secara
umum dan universal. Hal ini dikatakan karena pendapatnya, hukum berlaku kapanpun,
dimanapun, tidak terbatas pada negara (wilayah). Dengan demikian, PIH mempelajari
hukum secara keseluruhan, secara horizontal, sedangkan cabang-cabang hukum
dipelajari secara mendalam atau dengan kata lain PIH mempelajari pengertian-pengertian
dasar dan asas-asas hukum secara komprehensif, sedangkan cabang-cabang tersebut
mempelajari hukum secara keseluruhan. hukum mempelajari makna dan asasnya. hak
khusus
B. Pengantar ilmu hukum adalah sarana memperkenalkan ilmu hukum. Sebagai sarana
pengenalan maka PIH menunjukan ilmu hukum secara keseluruhan, untuk kemudian
apabila telah dikuadainya dilanjutkan dengan mempelajari cabang-cabang hukum.
BAB VI
PERSYARATAN SEBAGAI DOSEN
PENGANTAR ILMU HUKUM
Jika ditinjau dari segi peran/fungsi P.I.H., luasnya ruang lingkup P.I.H. serta
diperlukannya pendekatan secara khusus.
1. Prof. Dr. Achmad Sanusi, S.H dalam bukunya “PIH dan PTHI” memberi
penjelasan pada halaman 4 yang isinya ialah :
Bahwa dilihat dari segi P.I.H. yang memerlukan pendekatan secara khusus, maka
bagi seorang dosen P.I.H. harus memenuhi syarat-syarat tersendiri, antara lain :
a. Harus menguasai bahan-bahan.
b. Memahami syarat-syarat pedagosis.
c. Mempunyai kemampuan untuk menarik serta membangkitkan semangat
mahasiswa.
d. Mampu dan berani mempopularisasikan acara kuliahnya.
e. Memberi petunjuk kepada mahasiswa.
2. Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Lampiran
Surat No. 112/DPT/C/III/73) menegaskan agar :
a. Titik berat pelajaran hendaknya diletakkan pada bidang dogmatic hukum yang
meliputi kaidah-kaidah dan pengertian-pengertian.
b. Untuk memperluas pandangan mahasiswa seharusnya diperkenalkan pula
disiplin hukum selain ilmu hukum.
BAB VII
HAKIKAT DARIPADA PENGANTAR ILMU HUKUM
1. P.I.H. merupakan suatu mata pelajaran yang menjadi pengantar dan penunjuk jalan
bagi siapapun yang ingin mempelajari ilmu hukum, yang ternyata sangat luas ruang
lingkupnya.
2. Sebagai suatu mata pelajaran, P.I.H. memberikan dan menanamkan pengertian dasar
mengenai arti, permasalahan dan persoalan-persoalan di bidang hukum.
3. P.I.H. memberikan gambaran-gambaran dan dasar yang jelas mengenai sendi-sendi
utama hukum itu sendiri. P.I.H. mempunyai cara pendekatan yang khusus ialah
memberikan pandangan tentang hukum secara umum.
4. Dikarenakan P.I.H. merupakan mata pelajaran dasar, maka bagi mereka yang ingin
mempelajari ilmu hukum harus menguasai mata pelajaran P.I.H. terlebih dahulu.
BAB VIII
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN OLEH
PENGANTAR ILMU HUKUM
A. Hukum Sebagai Objek Ilmu Hukum
Sebagai Objek Ilmu Hukum memandang hukum dalam bentuk dan segala
manifestasinya. Disini harus tertuang segala pertanyaan-pertanyaan yang bersangkut paut
dengan hukum misalnya:
1. Apakah hukum itu
2. Apakah tujuan hukum itu
3. Bagaimanakah hukum itu terbentuk
4. Apakah sumber sumbernya
5. Bagaimanakah sistem dan klasifikasinya
6. Dan sebagainya
B. Ilmu hukum sebagai norma hukum
1. Hukum sebagai kaidah hukum
2. Kaidah hukum dan kaidah lainnya.
C. Ilmu hukum sebagai ilmu pengetahuan
1. Subyek hukum
2. Obyek hukum
3. Peristiwa hukum
4. Perbuatan hukum
5. Hubungan hukum
6. Akibat hukum
7. Masyarakat hukum
D. Ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan
1. Antropologi hukum
2. Sosiologi hukum
3. Sejarah hukum
4. Psikologi hukum
5. Perbandingan hukum
BAGIAN 2
HUKUM SEBAGAI OBYEK ILMU HUKUM
BAB IX
PENGERTIAN TENTANG HUKUM
A. ARTI ETIMOLOGI HUKUM
1. Hukum, kata hukum berasal dari bahasa Arab dan berbentuk tunggal. Kata
jamaknya adalah “Alkas”, yang kemudian diperkenalkan ke dalam bahasa
Indonesia sebagai “Hukum”. Menurut pengertian Undang-undang. Pengertian
hukum mengandung penafsiran yang erat kaitannya dengan pengertian
pemaksaan.
B. PENGERTIAN HUKUM MENURU BEBERAPA AHLI
1. Prof. Dr. van Kan
Hukum adalah seperangkat peraturan hidup yang diperlukan untuk
melindungi kepentingan manusia dalam masyarakat.
2. M.H. Tirtaamidjaja, SH.
Undang-undang adalah seperangkat peraturan (norma) yang harus
dihormati dalam tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat
dengan resiko harus membayar ganti rugi apabila melanggar peraturan tersebut
membahayakan hidup atau mati harta benda seseorang, yaitu seseorang akan
kehilangan hak-haknya. bebas, dihukum dan dini.
Dari pengertian di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa hukum
dapat diartikan sebagai seperangkat peraturan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang dengan tujuan mengatur kehidupan bermasyarakat, dengan bersifat
memerintah, melarang, dan memaksa dengan memberikan sanksi kepada yang
melanggarnya.
BAB X
HUKUM TERDAPAT DI MANA SAJA
1. Hukum terdapat di seluruh dunia, asal ada masyarakat manusia. Hukum itu ada di
mana-mana, pada setiap waktu dan bagi setiap bangsa.
2. Apeldoorn pernah menulis “Recht is over de gehele wereld; overal waar een
samenleving van mensen is” artinya “Hukum terdapat di seluruh dunia; di mana-mana
asal ada kehidupan masyarakat manusia”.
3. Kesimpulannya bahwasanya hukum itu terdapat di mana saja asalkan terdapat
masyarakat didalamnya.
BAB XI
PERAN DAN FUNGSI HUKUM
A. Peranan hukum dalam masyarakat
Mengenai peranan hukum yang tak terhingga ragamnya itu dapat di kemukakan
berbagai contoh dalam kehidupan manusia sehari hari:
a. Dengan keluarga
1. Seorang laki laki dan perempuan yang akan hidup bersama sebagai suami istri
mengikat diri mereka dalam perkawinan, melakukan perbuatan yang diatur
dengan undang undang perkawinan (UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974).
2. Orang mencatat suatu kelahiran anak tentang perkawinan, perceraian, kematian
pada Pencatatan Sipil. Tanpa disadari telah memenuhi peraturan pasal 4 Bab ke
dua Buku ke II Undang undang hukum perdata.
3. Anak bersikap hormat dan segan pada bapak dan ibunya , tanpa sadar
melaksanakan pasal 298 Undang undang Hukum Perdata
b. Dalam pekerjaan (hubungan kerja)
1. Seorang pimpinan perusahaan membuat peraturan merupakan pekerjaan yang
telah diatur dalam UU Perburuhan.
2. Orang bekerja dalam suatu intansi menandatangani perjanjian kerja adalah sesuai
dengan pertauran yang berlaku (KUH Perdata Bab 7A pasal 1601, 1601 a sampai
c)
3. Seorang majikan yang membayar upah kepada buruh pada setiap bulan ,
memenuhi kewajiban dalam bab ke tiga KUH Perdata.
c. Didalam menjalankan pekerjaan
1. Didalam melaksanakan pekerjaan orang terikat pada peraturan kepegawaian
2. Dokter yang menyimpan rahasia kedokteran merupakan kewajiban yang diatur
dalam peraturan pemerintah no.10 tanggal 21 mei 1966, LN 1966 NO.2
3. Seorang dokter tidak akan melakukan pengguguran pasiennya. Kerena terikat
pada undang undang tentang larangan abortus.
B. Fungsi Hukum
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batIn.
c. Sebagai penggerak pembangunan.
d. Fungsi kritis hukum
Daya kerja hukum tidak semata mata melakukan pengawasan terhadap aparatur pengawas
atau pun aparatur pemerintah (petugas) saja melainkan aparatur penegak hukum termasuk
didalamnya.
BAB XII
TUJUAN HUKUM
Menurut pendapat berbagai ahli :
1. Prof. Subekti, SH
Mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya. Pengabdian tersebut
dilakukan dengan cara menyelenggarakan keadilan dan ketertiban. Dengan demikian
hukum tidak hanya mencarikan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang
bertentangan satu sama lain, akan tetapi juga untuk mendapatkan keseimbangan
antara tuntutan keadilan tersebut dengan “ketertiban atau kepastian hukum.
2. Aristoteles
Tujuan hukum menghendaki keadilan semata mata dan isi dari pada hukum
ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang
dikatakan tidak adil.
BAB XIII
HUKUM DITAATI ORANG
1. Menurut Utrecht (Pengantar Dalam Hukum Indonesia halaman-42) orang
menaati hukum, karena terdapat sebab tertentu :
a. Karena orang merasakn bahwa peraturan-peraturan itu dirasakan sebagai hukum.
Mereka benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut.
b. Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman.
c. Karena masyarakat menghendakinya.
d. Karena adanya paksaan (sanksi) sosial.
2. Hukum ditaati orang karena hukum itu bersifat memaksa.
3. Beberapa teori dan aliran yang menyebabkan mengapa hukum ditaati orang.
a. Mazhab Hukum Alam atau Hukum Kodrat
1) Ajaran hukum alam Aristoteles
2) Ajaran hukum alam Thomas Aquino
3) Ajaran hukum alam Hugo de Groot (Grotius)
4) Ajaran hukum alam Rudolf Stammler
b. Mazhab Sejarah
c. Teori Theokrasi
d. Teori Kedaulatan Rakyat (Perjanjian Masyarkat)
e. Teori Kedaulatan Negara
f. Teori Kedaulatan Hukum
BAB XIV
KODIFIKASI DAN PERKEMBANGAN HUKUM
Kodifikasi hukum adalah pencatatan undang-undang dalam suatu kode dalam satu
dokumen yang sama.
Tujuan kodifikasi hukum adalah untuk mencapai kesatuan hukum (rechtseenheid)
dan kepastian hukum (rechts-zakerheid).
Dahulu di hadapan hukum di Perancis tidak ada kesatuan dan kepastian hukum
karena di Perancis digunakan hukum adat dan berlaku di daerahnya masing-masing. Setiap
daerah mempunyai hukum adat yang berbeda-beda, sehingga penyelesaian perkara dan
putusan pengadilan juga akan berbeda.
Penyebab lain dari kurangnya kepastian dan keseragaman hukum adalah perbedaan
pendapat para ahli hukum/penyampai. Hal ini juga merupakan kekuatan pendorong di balik
penyusunan undang-undang.
Dengan adanya Code Civil atau Code Napoleon timbullah anggapan bahwa :
a. Seluruh permasalahan hukum sudah tertampung dalam suatu Undang-
undang, Undang-undang Nasional.
b. Di luar undang-undang tidak ada hukum.
c. Hakim hanya melaksanakan undang-undang yang berlaku di seluruh
negara.
Anggapan tersebut merupakan aliran yang dinamakan aliran legisme/wettelijk
positivisme atau positivisme perundang-undangan dengan pedoman : di luar undang-undang
tidak ada hukum.
Pendukung daripada aliran legismi ini adalah ahli piker Montesquieu dan J.J.
Rousseau.
Montesquieu dengan Trias Politikanya memusatkan Pemerintahan dalam 3(tiga)
kekuasaan, yaitu : Kekuasaan membuat undang-undang (badan legislatif), kekuasaan
melaksanakan undang-undang (badan eksekutif), dan kekuasaan mengadili pelanggar
undang-undang (badan yudikatif).
BAB XV
ALIRAN-ALIRAN (PRAKTIK) HUKUM
Di dalam praktik, terdapat tiga aliran hukum, yaitu :
1. Aliran Legisme,
2. Aliran Freie Rechtslehre atau Freie Rechtsbewegimmg atau Freie Rechtsschule, dan
3. Aliran Rechtsvinding (penemuan hukum).
Aliran-aliram hukum tersebut mempunyai pengaruh sesuai dengan zamannya serta
mewarnai praktik peradilan dari masa ke masa dan sudah barang tertentu berpengaruh
pula pada penyusunan undang-undang.
A. ALIRAN LEGISME
Aliran ini berpendapat :
d. Bahwa satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang.
e. Bahwa di luar undang-undang tidak ada hukum.
Pengikutnya adalah Dr. Freiderich (Jerman) dan Van Swinderen (Belanda).
Ternyata setelah berjalan kurang lebih 40-50 tahun aliran Legisme
menunjukkan kekurangan-kekurangannya, yaitu bahwa permasalahan-permasalahan
hukum yang timbul kemudian tidak dapat dipecahkan oleh undang-undang yang telah
dibentuk.
B. ALIRAN FREIE RECHTSLEHRE, FREIE RECHTSBEWEGUNG, DAN
FREIE RECHTSSCHUL (HUKUM BEBAS)
Adapun tujuan daripada Freie Rechtslehre ialah :
a. Memberikan peradilan sebaik-baiknya dengan cara memberi kebebasan kepada
hakim tanpa terikat pada undang-undang, tetapi menghayati tata kehidupan sehari-
hari
b. Membuktikan bahwa dalam undang-undang terdapat kekurang-kekurangan dan
kekurangan itu perlu dilengkapi.
c. Mengharapkan agar hakim dalam memutuskan perkara didasarkan kepada
rechtside (cita keadilan).
C. ALIRAN RECHTSVINDING (PENEMUAN HUKUM)
Menurut aliran Rechtsvinding, hukum terbentuk dengan beberapa cara, yaitu :
1. Karena Wetgeving (pembentukan undang-undang),
2. Karena administrasi/tata usaha negara,
3. Karena rechtsspraak atau peradilan,
4. Karena kebiasaan/tradisi yang sudah mengikat masyarakat,
5. Karena ilmu (wetenschap).
Aliran Rechtsvinding atau penemuan hukum merupakan aliran diantara ke dua aliran
ekstrem tersebut (aliran legisme dan Freie Rechtsbewegung). Aliran Rechtsvinding tetap
berpegang pada undang-undang, tetapi tidak seketat aliran legisme, karena hakim juga
mempunyai kebebasan.
BAB XVI
TERBENTUKNYA HUKUM
Terbentuknya hukum itu dimulai dari kebiasaan yang mudah dirasakan sebagai
kewajiban untuk bersikap tindak yang demikian itu, dan kemudian sanksi apabila tidak
melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh kebiasaan tersebut.
BAB XVIII
PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM
Pekerjaan pembuatan undand-undang mempunyau dua aspek, yaitu :
f. Pembuat undang-undang hanya menetapkan peraturan-peraturan umum
saja. Pertimbangan tentang hal yang konkret diserahkan kepada hakim.
g. Pembuat undang-undang selalu ketinggalan dengan kejadian-kejadian
sosial yang timbul kemudian di dalam masyarkat, maka hakim sering
menambah undang-undang.
A. KONSTRUKSI HUKUM PENAFSIRAN LOGIS
Penafsiran logis adalah penafsiran daripada suatu peraturan hukum dengan
memberi kias pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga suatu
peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap sesuai dengan
bunyi peraturan tersebut.
Dalam hal ini kita memakai undang-undang secara analogis, maksudnya
memperluas berlakunya pengertian hukum atau perundang-undangan.
Adanya analogi, akibat dibutuhkan dibutuhkan perluasan hukum dengan
menyesuaikan tempat, waktu, dan situasi. Menganalogi merupakan penciptaan
konstruksi baru, mempunyai kesamaan permasalahan dengan ansir yang berlainan.
F. TRAKTAT
a. Pengertian
Tractaat (traktat) atau Treaty adalah perjanjian yang dibuat antar
negara yang dituangkan dalam bentuk tertentu. Perjanjian tersebut merupakan
perjanjian internasional. Suatu negara juga dapat membuat perjanjian dengan
negara lain tanpa harus membentuk traktat, misalnya pertukaran nota atau
surat biasa. Meskipun demikian dari segi yuridis nilai surat-surat seperti itu
sama dengan traktak
b. Macam-macam Traktat
1. Traktat bilateral atau traktat binasional atau twee zijdig, apabila
perjanjiannya terjadi antar dua negara.
2. Traktat multilateral apabila dibuat oleh banyak negara.
3. Traktat kolektif atau traktat terbuka adalah traktat multilateral yang
boleh dimasuki negara lain.
c. Akibat yang menyangkut orang
Apabila perjanjian itu menyangkut hubungan antara orang dengan
orang lain, maka timbul hukum privat internasional, sedangkan yang
menyangkut banyak orang atau umum atau negara, menimbulkan hukum
publik internasional.
d. Pembuatan Traktat
Pelaksanaan pembuatan traktat dilakukan dalam beberapa tahap
sebagai berikut :
1. Tahap Perundingan
2. Tahap Penutupan
3. Tahap Pengesahan atau Ratifikasi
4. Tahap Pertukaran Piagam
G. DOKTRIN
a. Doktrin sebagai sumber hukum formil
Doktrin adalah pendapat para sarjana hukum yang terkemuka yang
besar pengaruhnya terhadap hakim, dalam mengambil keputusannya.
b. Rechtsboek atau kitab hukum
Rechtsboek atau kitab hukum ialah tulisan para sarjana yang
menguraikan tentang hukum kebiasaan sewaktu undang-undang belum
berperan. Kitab hukum ini dipergunakan oleh hakim karena begitu besar
peranan dari pada kitab hukum tersebut. Di antara beberapa kitab hukum yang
dikenal “Grand coutumier de Normandie” abad 13 dan “Saksenspiegel” tahun
1230.
BAB XX
PENGGOLONGAN DAN KLASIFIKASI HUKUM
A. Sistematika yang diselaraskan dengan tujuan yang utuh bahwa berlakunya
hukum itu selalu bersangkut paut :
1. Dengan sumber-sumber berlaku serta bentuk-bentuk dari sumber-
sumber itu.
Sumber itu ada yang berbentuk naskah tertulis dan yang tidak
berbentuk demikian, maka penggolongannya dapat diperbedakan pula dalam :
a. Hukum tertulis, meliputi hukum undang-undang, hukum perjanjian
antar negara dan sebagian kecil hukum adat.
b. Hukum-hukum tak tertulis, meliputi hukum kebiasaan sebagian
besar hukum adat, hukum Yurispudensi, hukum ilmu dan hukum
revolusi.
2. Dengan kepentingan-kepentingan yang diatur atau dilindunginya
Hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan persoalan dan juga
kepentingan-kepentingan negara dalam kedudukannya bukan sebagai
penguasa adalah hukum privat. Sedangkan hukum yang mengatur/melindungi
kepentingan-kepentingan negara sebagai penguasa adalah hukum politik.
Tentang hukum yang mengatur/melindungi kepentingan masyarakat mungkin
termasuk hukum privat, mungkin juga hukum politik.
3. Dengan hubungan aturan-aturan hukum itu satu sama lain
Adapun di dalam “hukum beraneka ragam” atau hukum tata antar
hukum justru terdapat lebih dari satu (macam) aturan mungkin yang berlaku
secara susul-menyusul, mugkin karena perbedaan tempat dan orang.
Maka cabang-cabang dari hukum ini adalah :
1) Hukum antar waktu
2) Hukum antar tempat
3) Hukum antar golongan
4) Hukum antar agama
5) Hukum privat internasional
4. Dengan pertaliannya dengan hubungan-hubungan hukum
Terdapat pasal-pasal undang-undang yang sekaligus merupakan
ketentuan-ketentuan hukum formil dan materiil. Lebih jauh tentang petunjuk
untuk mencari contoh-contoh ini, dapat diperhatikan apabila terdapat kalimat
“op straffe van nietigheid”.
Pembagian-pembagian lain yang tidak diterangkan di sini adalah :
a) Ius constitutum
b) Ius constituendum
c) Hukum obyektif
d) Hukum subyektif
5. Dengan hal kerjanya beriku pelaksanaan sanksinya
Atas dasar tinjauan, apakah dalam suatu cabang hukum diutamakan
tentang keharusan/larangan itu ataukah tentang sanksinya, maka kita dapat
memperbedakannya.
a) Hukum kaidah (Normen rehct)
b) Hukum sanksi (Sancitirecht)
c) Hukum memaksa (Dwingend recht)
d) Hukum mengatur (Regelend recht)
B. Penggolongan Klasifikasi yang Lazim Dipergunakan Didasarkan Pada :
1. Berdasarkan sumbernya
a. Hukum undang-undang (wetten recht)
b. Hukum traktat (tractatenrecht)
c. Hukum kebiasaan dan hukum (gewoonte en adat recht)
d. Hukum Yurispudensi (Yurispudensi-recht)
e. Hukum ilmu (wetenschaprecht)
2. Berdasarkan daerah kekuasaannya
a. Hukum nasional
b. Huku internasional
c. Hukum asing
3. Berdasarkan kekuatan berlakunya
a. Hukum paksa (hukum yang bersifat memaksa)
b. Hukum tambahan (bersifat mengatur atau menambah)
4. Berdasarkan isinya
a. Hukum Publik
1) Hukum Pidana
2) Hukum Negara
3) Hukum Acara
b. Hukum Privat
1) Hukum Perdata
2) Hukum Dagang
3) Hukum Perselisihan
5. Berdasarkan fungsinya dan pemeliharaannya
a. Hukum materiil
b. Hukum formil
6. Hukum berdasarkan bentuknya
a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan
b. Hukum tak tertulis/hukum kebiasaan common law
7. Hukum berdasarkan wujudnya
a. Hukum obyektif
b. Hukum subyektif
8. Hukum berdasarkan waktu berlakunya
a. Ius constitutum
b. Ius constituendum
c. Hukum asasi (hukum alam)
C. PERBEDAAN ANTARA BEBERAPA MACAM HUKUM
1. Perbedaan antara Hukum Perdata (sipil) dengan Hukum Pidana
a. Dari segi isinya
a) Hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara orang yang satu
dengan orang yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan.
b) Hukum pidana mengatur hubungan hukum antara seorang anggota
masyarakat (warga negara) dengan negara yang menguasai tata tertib
masyarakat itu.
b. Dari segi pelaksanaannya
a) Pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru diambil Tindakan
oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak berkepentingan
yang merasa dirugikan.
b) Pelanggaran terhadap norma hukum pidana, pada umumnya segera
diambil tindakan oleh pengadilan tanpa ada pengaduan dari pihak
yang dirugikan.
BAGIAN 3
ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KAIDAH
BAB XXI
KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH SOSIAL
A. KAIDAH SOSIAL
1. Kaidah Susila
Kaidah Susila adalah kaidah yang paling tua dan paling asli, juga
terdapat di dalam sanubari manusia sendiri karena manusia makhluk bermoral,
tanpa melihat kebangsaan atau masyarakat.
2. Kaidah Kesopanan
Norma kesopanan adalah ketentuan-ketentuan hidup yang timbul dari
pergaulan dalam masyarakat.
3. Kaidah Agama atau Kaidah Kepercayaan
Norma agama berpangkal pada kepercayaan pada Tuhan Yang Maha
Esa. Norma agama dianggap sebagai ketentuan dari Tuhan. Jadi norma agama
atau kepercayaan adalah norma sosial yang aslinya dari Tuhan yang isinya
larangan, perintah-perintah dan ajaran.
4. Kaidah Hukum
Norma hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia. Ia tidak
mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk.
B. PENGGOLONGAN KAIDAH
a. Tata kaidah dengan aspek pribadi yang termasuk kelompok ini adalah kaidah
agama atau kepercayaan dan kaidah kesusilaan.
b. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang termasuk di dalamnya
adalah kaidah kesopanan dan kaidah hukum.
C. HUBUNGAN ANTARA KAIDAH HUKUM DENGAN KAIDAH LAINNYA
1. Hubungan positif yakni hubungan yang saling memperkuat.
a. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah agama.
b. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesusilaan.
c. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.
2. Hubungan negatif yakni hubungan yang saling melemahkan yaitu jika isi
kaidah hukum dan kaidah sosial lainnya saling bertentangan.
D. PERSAMAAN ANTARA KAIDAH HUKUM DENGAN KAIDAH LAINNYA
1. Maksud dari kaidah hukum dengan kaidah lainnya adalah sama yakni
melindungi kepentingan perorangan maupun umum.
2. Antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.
a. Memandang manusia sebagai makhluk sosial
b. Heteronom (dikehendaki masyarakat)
BAGIAN 4
ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGERTIAN
BAB XXII
SUBYEK HUKUM
A. PENGERTIAN
1. Apakah subyek hukum itu ?
- Subyek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang
untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak
dan cakap untuk bertindak dalam hukum.
2. Jadi siapa yang menjadi subyek hukum ?
Pada dasarnya yang dapat menjadi subyek hukum adalah
manusia/orang atau person.
3. Ada dua pengertian orang/person sebagai subyek hukum
a. Natuurlijk person adalah mens person, yang disebut orang atau
manusia pribadi.
b. Rechtsperson adalah yang berbentuk badan hukum.
B. MANUSIA SEBAGAI SUBYEK HUKUM
1. Dasar Hukum
Menurut hukum yang berlaku setiap manusia mempunyai hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban ini dilindungi oleh hukum.
2. Pendapat para pakar
a. Menurut Prof. J. Hardjawidjaja, SH. orang adalah merupakan
pengertian terhadap manusia.
b. Menurut Prof. Enggens yang dimaksud dengan orang adalah manusia
sebagai rechtspersoon.
3. Pandangan hukum modern
Setiap orang/pribadi secara asasi merupakan pendukung hak yang
berlaku sama bagi seluruh umat manusia, karena mereka sama-sama
merupakan makhluk Tuhan Y.M.E.
4. Pandangan Dunia
Setiap manusia/pribadi menjadi subyek hukum sejak saat dia lahir
yang berakhir dengan kematiannya.
5. Pandangan agama
Seorang manusia/pribadi menjadi subyek hukum sejak
benih/pembibitan ada pada kandungan ibunya, selama ia hidup dan setelah ia
meninggal dunia sampai ke akhirat, sehinga menurut hukum agama
pengguguran kandungan merupakan pembunuhan anak itu dan telah dilanggar
hak sebagai subyek hukum dari anak yang akan lahir.
C. PENGECUALIAN
1. Anak dalam kandungan
2. Cakap hukum
3. Binatang sebagai subyek hukum
4. Badan hukum sebagai subyek hukum
5. Teori badan hukum
BAB XXIII
OBYEK HUKUM
A. BENDA (ZAAK) SEBAGAI OBYEK HUKUM
1. Penjelasan
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum
(manusia/badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok permasalahan dan
kepentingan bagi para subyek hukum.
2. Dasar hukum
a. Buku II KUH Perdata
b. Undang-undang Pokok Agraria (UU No. 5/1960)
c. Undang-undang No. 21 Tahun 1961 (Undang-undang tentang Merek
Perusahaan dan Merek Perniagaan)
d. Ordonantie No. 100 Tahun 1939
e. Buku II KUHD (Wetboek van Koophandel)
f. Auteurswet 1912, Staatsblad Tahun 1912 No. 600
3. Pembagian benda atau zaak
a. Benda yang bersifat kebendaan atau materieele goederen. Yang dapat
dibagi lagi atas :
1) Benda bertubuh atau benda berwujud (lichamelijeke zaken).
a) Benda bergerak atau benda tidak tetap (roerende zaken).
b) Benda yang tidak dapat dihabiskan.
2) Benda tak bertubuh atau benda tak berwujud.
B. MANUSIA SEBAGAI OBYEK HUKUM
1. Zaman pendudukan
Manusia dianggap sebagai benda yang dapat dijualbelikan, dapat
disewa, disiksa, bahkan dapat disembelih seperti binatang tanpa adanya suatu
pembelaan apapun.
Keadaan semacam itu pernah terjadi pada zaman perbudakan/sebelum
abad pertengah sampai abad 17-18.
2. Pandangan hukum modern
Pada masa sekarang ini perbudakan sudah tidak lagi, perbudakan
dianggap sebagai suatu perbuatan yang bertentangan dengan kemanusiaan dan
tiap-tiap negara modern dewasa ini tidak membenarkan adanya perbudakan.
Setiap manusia mempunyai kepribadian yang dijamin oleh hukum,
sejak ia lahir di muka bumi sampai ia mati dan dimasukkan ke liang lahat.
3. Pandangan agama
Menurut ketentuan agama, maka tidak dibenarkan manusia
diperlakukan dan dianggap sebagi obyek hukum seperti binatang.
BAB XXIV
PERISTIWA HUKUM
A. PENGERTIAN
Peristiwa hukum adalah :
Suatu rechtsfeit/suatu kejadian hukum.
Suatu kejadian biasa dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya diatur oleh
hukum.
Peristiwa di dalam masyarakat yang akhirnya diatur oleh hukum. Tidak semua
peristiwa mempunyai akibat hukum, jadi tidak semua peristiwa adalah peristiwa
hukum.
B. MACAM-MACAM PERISTIWA HUKUM
1. Peristiwa menurut hukum dan peristiwa melanggar hukum.
2. Peristiwa hukum Tunggal dan peristiwa hukum majemuk.
3. Peristiwa hukum sepintas dan peristiwa terus-menerus.
4. Peristiwa hukum positif dan peristiwa hukum negatif.
C. SKEMA PERISTIWA HUKUM MENURUT ISINYA
1. Perbuatan subyek hukum
a. Perbuatan hukum
1) Perbuatan hukum yang sifatnya sederhana.
2) Perbuatan hukum yang bersifat tidak sederhana.
b. Perbuatan yang bukan perbuatan hukum
1) Perbuatan yang tidak dilarang oleh hukum.
2) Perbuatan yang dilarang oleh hukum.
2. Peristiwa/perbuatan yang bukan perbuatan hukum (perbuatan lainnya)
1.a. Kepailitan
Karena keadaan pailit mengakibatkan individu atau suatu badan
hukum, tidak dapat membayar utang-utangnya secara penuh. Hal
ini diatur dalam pasal 1 Undang-Undang Kepailitan (Faillissemants
verordening).
1.b. Kedaluwarsa
Kedaluwarsa untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan
dari suatu perikatan dengan lewat waktu syarat-syarat tertentu.
b. Perkembangan fisik kehidupan manusia
1) Kelahiran
2) Kedewasaan
3) Kematian
c. Kejadian-kejadian lain
BAB XXV
HUBUNGAN HUKUM
(Rechtsbetrekkingen)
A. BEBERAPA PENGERTIAN
Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum. Dalam
hubungan hukum ini, hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban pihak yang lain.
B. SEGI HUBUNGAN HUKUM
Tiap hubungan hukum mempunyai dua segi, yaitu :
1. Beveogdheid atau kewenangan, yang disebut dengan hak.
2. Plicht atau kewajiban, adalah segi pasif daripada hubungan hukum.
C. UNSUR-UNSUR HUBUNGAN HUKUM
1. Adanya orang-orang yang hak/kewajibannya saling berhadapan.
2. Adanya obyek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban.
3. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya
hubungan atas obyek yang bersangkutan.
D. SYARAT-SYARAT DARIPADA HUBUNGAN HUKUM
1. Adanya dasar hukum, ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum itu.
2. Timbulnya peristiwa hukum.
E. MACAM/JENIS HUBUNGAN HUKUM
1. Hubungan hukum yang bersegi satu (eenzijdige rechtsbetrekkingen).
2. Hubungan hukum bersegi dua (tweezijdige rechtsbetrekkingen).
3. Hubungan antara satu subyek hukum dengan semua subyek hukum lainnya.
BAB XXVI
HAK
A. PENGERTIAN
Seperti tersebut dalam bab “hubungan hukum kekuasaan dan kewenangan”
inilah yang disebut dengan “hak”. Dalam ilmu hukum, hak disebut juga hukum
subyektif.
Hukum subyektif merupakan segi aktif daripada hubungan hukum.
B. TEORI-TEORI TENTANG HAK
1. Teori yang menganggap hak sebagai kepentingan yang terlindung (belangen
theorie dari Rudolf ven Jhering).
2. Teori yang menganggap hak sebagai kehendak yang dilengkapi dengan
kekuatan atau wilsmacht theorie (Bernhard Winscheid).
C. PENYOSIALAN HAK
Adanya penyosialan hukum yang mengubah sifat dan tujuan hukum akan
merupakan pula sifat dan tujuan hak, sehingga hak mengalami proses penyosialan.
D. MENYALAHGUNAKAN HAK
Menyalahgunakan hak dianggap ada, apabila orang menjalankan haknya
secara tidak sesuai dengan tujuan (misbruik vanrecht, abus de droit).
E. MACAM-MACAM HAK
1. Hak mutlak
a. Hak pokok (dasar) manusia/asasi.
b. Hak publik absolut.
c. Sebagian dari hak privat (keperdataan).
2. Hak relative (Nisbi)
a. Hak publik relatif.
b. Hak keluarga relatif.
c. Hak kekayaan relatif.
BAB XXVII
PERBUATAN HUKUM, BUKAN PERBUATAN
HUKUM DAN AKIBAT HUKUM
A. PERBUATAN HUKUM
1. Pengertian
Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan manusia yang dilakukan
dengan sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban.
2. Pernyataan kehendak
a. Adanya kehendak orang itu bertindak, menerbitkan/menimbulkan
akibat yang diatur oleh hukum.
b. Pernyataan kehendak pada asasnya tidak terikat pada bentuk-bentuk
tertentu dan tidak ada pengecualiannya, sebab dapat terjadi secara :
a) Pernyataan kehendak secara tegas, dapat dilakukan dengan :
Tertulis.
Mengucapkan kata.
Isyarat (gebaren).
b) Pernyataan kehendak secara diam-diam dapat diketahui dari
sikap atau perbuatan.
c) Perbuatan hukum terdiri dari :
Perbuatan hukum sepihak.
Perbuatan hukum dua pihak.
B. BUKAN PERNYATAAN HUKUM
1. Perbuatan hukum yang tidak dilarang oleh hukum
a. Zaakwaarneming.
b. Onverschuldigde betaling.
2. Perbuatan yang dilarang oleh hukum (onrechtmatige daad)
Perbuatan yang dilarang oleh hukum atau perbuatan melawan hukum
yang lazimnya disebut “onrechtmatige daad” adalah sesuatu perbuatan yang
menimbulkan kerugian kepada orang lain dan mewajibkan si pelaku/pembuat
yang bersalah untuk mengganti kerugian yang ditimbulkannya (KUH Perdata
ps. 1365).
C. AKIBAT HUKUM
1. Pengertian
Akibat hukum ialah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh
hukum.
2. Ujud dari akibat hukum
a. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum.
b. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara
dua atau lebih subyek hukum, di mana hak dan kewajiban pihak yang
satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
c. Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.
BAB XXVIII
MASYARAKAT HUKUM
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoon Politicon yaitu bahwa manusia
sebagai makhluk sosial selalu berusaha untuk hidup berkelompok, bermasyarakat
A. BATASAN MASYARAKAT HUKUM
Masyarakat hukum adalah sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah
tertentu di mana di dalam kelompok tersebut berlaku suatu rangkaian peraturan yang
menjadi tingkah laku bagi suatu kelompok dalam pergaulan hidup mereka.
B. PEMBENTUKAN KELOMPOK
Kelompok tersebut terjadi karena kodrat manusia itu sendiri sebagai makhluk
sosial yang selalu ingin hidup berkelompok. Sekarang makhluk pribadi manusia
emang mempunyai kehidupan jiwa sendiri, tetapi sebagai sosial wezen (makhluk
sosial) manusia tidak mungkin memisahkan diri secara keseluruhan dari masyarakat,
karena sejak lahir, hidup dan berkembang serta meninggal dunia berada di tengah-
tengah masyarkat.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG UNTUK BERMASYARAKAT
1. Kebutuhan biologis.
2. Persamaan Nasib.
3. Persamaan kepentingan.
4. Persamaan ideologi.
5. Persamaan tujuan.
Faktor-faktor tersebut dapat dirangkum menjadi 3 faktor pokok yakni sebagai
berikut :
1. Faktor ekonomis (untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup).
2. Faktor biologis (untuk mengadakan keturunan).
3. Faktor keamanan (untuk penyelamatan dari segala serangan/mara bahaya).
D. MACAM-MACAM BENTUK MASYARAKAT HUKUM
1. Menurut dasar pembentukannya.
a. Masyarakat teratur.
b. Masyarakat teratur yang terjadi dengan sendirinya.
c. Masyarakat tidak teratur.
2. Menurut dasar hubungan yang diciptakan oleh para anggotanya.
a. Masyarakat paguyuban (Gemeinschaft).
b. Masyarakat patembayan (Gesellschaft).
3. Menurut dasar perikehidupannya atau kebudayaannya.
a. Masyarakat primitive dan masyarakat modern.
b. Masyarakat desa dan masyarakat kita.
c. Masyarakat teritorial.
d. Masyarakat genealogis.
e. Masyarakat teritorial geneologis
4. Menurut hubungan keluarga.
a. Keluarga inti (nuclear family).
b. Keluarga luas (extended family).
c. Suku bangsa.
d. Bangsa.
BAGIAN 5
ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN
BAB XXIX
ANTROPOLOGI HUKUM
A. PENGERTIAN
Antropologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
pola-pola sengketa dan penyelesainnya pada masyarakat-masyarakat sederhana,
maupun masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan dan
pembangunan.
Antropologi hukum mempunya persamaan dengan sosiologi hukum, kedua-
duanya ingin mengerti dan kemudian bisa menjelaskan fenomena hukum itu dan
bukannya untuk memakai peraturan-peraturan hukum yang konkret itu untuk untuk
mengarahkan tingkah laku manusia.
B. SEJARAH SINGKAT
Studi antropologi hukum dapat dikatakan belum lama dan baru timbul pada
abad ke-19, sewaktu ada usaha-usaha untuk meneliti dasar-dasar hukum di Eropa
yaitu antara lain dengan jalan membandingkan sistem hukum Eropa dengan sistem
hukum masyarakat yang masih dianggap dalam tingkat sederhana di luar Eropa.
C. ANTROPOLOGI DAN HUKUM
Seperti diketahui antropologi hukum merupakan ilmu pengetahuan yang jauh
sekali jangkauannya, ialah mengekspresikan kehidupan manusia dalam loyalitasnya,
sehingga segala segi kehidupan dibicarakan.
Antropologi hukum memperlihatkan dan menerima hukum sebagai bagian dari
proses yang lebih besar dalam masyarakat. Dengan demikian, ia melihat hukum tidak
secara statis, melainkan dinamis, yaitu dalam proses-proses terbentuknya dan
menghilang, secara berkesinambungan.
BAB XXX
SOSIOLOGI HUKUM
A. PENGERTIAN
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris
dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial
dengan gejala-gejala sosial lainnya.
Sosiologi hukum merupakan ilmu yang mempelajari fenomena hukum dari
sisinya yang sedemikian itu.
B. OBYEK/SASARAN SOSIOLOGI HUKUM
Sosiologi hukum di antaranya mempelajari “pengorganisasian sosiologi dari
hukum”. Obyek sasarannya ialah badan-badan yang terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan hukum, seperti pembuat undang-undang, pengadilan, polisi, advokat
dan sebagainya.
BAB XXXI
PSIKOLOGI HUKUM
Pengertian
Psikologi hukum adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai
suatu perwujudan dari perkembangan jiwa manusia. Psikologi adalah ilmu pengetahuan
tentang perilaku manusia (human behavior) maka dalam kaitannya dengan studi hukum, ia
akan melihat hukum sebagai salah satu dari pencerminan perilaku manusia.
BAB XXXII
SEJARAH HUKUM
A. PENGERTIAN
Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum, yang mempelajari
perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu, dan
memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan
waktu.
Sejarah hukum ini terutama berkait dengan bangkitnya suatu pemikiran dalam
hukum yang dipelopori oleh Savigny (1779-1861).
Dalam studi sejarah hukum ditekankan mengenai hukum suatu bangsa
merupakan suatu ekspresi jiwa yang bersangkutan dan oleh karenanya senantiasa
yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini terletak pada karakteristik
pertumbuhan yang dialami oleh masing-masing sistem hukum.
B. PERANAN DAN FUNGSI SEJARAH HUKUM
1. Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan hukum.
2. Hukum sebagai kaidah merupakan patokan perikelakuan atau sikap tindak
yang sepantasnya.
3. Sejarah hukum juga berguna dalam praktik hukum
4. Dalam bidang pendidikan hukum, sejarah hukum akan sangat membantu
mahasiswa hukum untuk lebih memahami hukum yang dipelajarinya.
5. Sejarah hukum dapat mengungkapkan fungsi dan efektivitas lembaga-lembaga
tertentu.
BAB XXXIII
PERBANDINGAN HUKUM
Perbandingan hukum adalah ilmu pengetahuan yang usianya relatif muda. Dari
sejarahnya kita ketahui bahwa perbandingan hukum sejak dulu dipergunakan orang, tetapi
baru secara incidental.
A. PENGERTIAN PERBANDINGAN HUKUM
1. Perbandingan hukum sebagai metode penilitian.
2. Perbandingan hukum sebagai ilmu pengetahuan.
B. TUJUAN DARIPADA PERBANDINGAN HUKUM
1. Usaha mengumpulkan berbagai informasi mengenai hukum asing.
2. Usaha mendalami pengalaman-pengalaman yang dibuat dalam studi hukum
asing dalam rangka pembaruan hukum.
C. FUNGSI DARIPADA PERBANDINGAN HUKUM
1. Fungsi teoretis daripada perbandingan hukum.
2. Fungsi praktis daripada perbandingan hukum.
3. Fungsi perbandingan hukum dalam pembinaan hukum.
D. MANFAAT DARIPADA PERBANDINGAN HUKUM
1. Manfaat Ilmiah.
2. Manfaat Praktis.
3. Perbandingan hukum juga bermanfaat bagi unifikasi hukum.
4. Perbandingan hukum juga bermanfaat bagi usaha menumbuhkan saling
pengertian suatu bangsa.
5. Perbandingan hukum juga bermanfaat bagi usaha memperoleh pengertian
yang lebih mendalam mengenai hukum kita sendiri.
6. Perbandingan hukum juga bermanfaat bagi pelaksanaan HPI (Hukum Perdata
Internasional).