Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ILMU HUKUM SEBAGAI PENGERTIAN HUKUM

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu

Miftahul Huda M.Sy

Disusun Oleh :

1. Muhammad Arif
2. Muhammad Maimun Najjah
3. Setyo Bhekti Yunus S

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI

SUMBERSARI KENCONG KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
karena atas kehendaknya makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Makalahyang berjudul “Ilmu Hukum Sebagai Pengertian Hukum” diselesaikan
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Kami
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini semoga makalah ini bermanfaat. Kami mengetahui bahwa
manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal karena kesempurnaan hanya
miliknya-Nya. Oleh karena itu kami memohon agar Bapak dosen dan juga
pembaca dapat memakluminya. Kami mengharapkan makalah ini . Demikian
makalah ini kami buat, kami ucapkan terima kasih.

Sumbersari, 30 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATAPENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Pengertian Ilmu Hukum............................................................................................3
B. Asas Dasar Hukum.................................................................................................5
C. Tujuan dan Fungsi Hukum....................................................................................7
D. Subjek dan Objek Hukum......................................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi mata
kuliah lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang
hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum
atau jurusan hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan
keilmuan. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi
pedagogis, yakni menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan
minat dengan penuh kesungguhan mempelajari hukum. Karena
ilmu hukum juga menjadi pedoman bagi setiap aspek dalam
pengembangan ilmu hukum di Indonesia.
Penulis sadari sejak awal bahwa mengkaji dasar dan konsep
Ilmu Hukum tidaklah mudah. Oleh karena pembelajaran mengenai
ilmu hukum sangatlah kompleks dan komprehensif. Di kalangan
penstudi hukum dunia, PIH kerapkali disebut Encyclopaedia
Hukum, yaitu mata kuliah pokok atau dasar dalam mempelajari
ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar
untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari
pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi
utama ilmu hukum.
Mempelajari Ilmu Hukum sangatlah penting, karena Hukum
secara subtantif mempunyai fungsi untuk memberikan
perlindungan terhadap kepentingan manusia. Oleh karena itu
hukum harus diajarkan sekaligus diimplementasikan secara baik
agar kepentingan manusia tersebut dapat terlindungi. Melalui
penegakan hukum yang baik akan berimbas pada tatanan
masyarakat yang baik. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur
yang selalu harus diperhatikan: kepastian hukum
(Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit) dan keadilan
(Gerechtigkeit).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum?

2. Apa asas hukum?

3.Apa tujuan dan fungsi hukum?

4. Apa subjek dan objek hukum?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hukum

Ilmu Hukum terbagi dalam 2 pengertian :

a. Ilmu hukum dalam arti luas, yaitu ilmu yang mencakup dsan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum
yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang segala
hal dan semua seluk-beluk mengenai hukum (Satjipto
Rahardjo).
b. Ilmu hukum dalam arti sempit, yaitu ilmu yang mempelajari
makna objektif tata hukum positif yang disebut dogmatik hukum
(ajaran hukum) (Radbruch)

Istilah ilmu hukum yang dipergunakan di Indonesia adalah


terjemahan dari Rechtswetenschap (Belanda), atau
Rechtswissenschaft (Jerman) atau Jurisprudenz (Jerman), atau
Jurisprudence (Inggris).1

Istilah Rechtswetenschap dan Rechtswissenschaft menunjuk pada


pengertian ilmu tentang hukum atau ilmu yang mempelajari hukum
atau ilmu yang objek kajiannya adalah hukum. Sedangkan istilah
Jurisprudenz dalam bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti
yang sempit. Sementara istilah Jurisprudence (Inggris), berasal dari
bahasa latin juris yang berarti hukum dan prudence yang berarti
pengetahuan. Jadi jurisprudence dapat diartikan sebagai pengetahuan
tentang hukum.

1
Dudu Duswara Machmudin, pengantar ilmu hukum. Cit., h. 3-4

3
Ilmu hukum sangatlah luas tidak bertepi karena fenomena
hukum bersifat universal, diantaranya mencakup:

1. Mempelajari apa sesungguhnya hukum, darimana datangnya, apa


yang harus dilakukan dan apa sarannya.
2. Asas hukum yang pokok

3. Sistem hukum formal

4. Konsepsi hukum dan arti fungsionalnya

5. Kepentingan sosial yang dilindungi

6. Apa keadilan dan bagaimana hendak diwujudkan dengan hukum


7. Perkembangan hukum dari masa ke masa

8. Pemikiran – pemikiran hukum sepanjang masa

9. Mempelajari hukum dalam masyarakat dan kaitannnya dengan


subsistem masyarakat
10. Apa hukum itu ilmu dan bagaimana karateristiknya

4
B. Asas Dasar Hukum

Secara terminologi, yang dimaksud asas memiliki dua


pengertian, yaitu yang pertama adalah dasar, atau fundamen.
Sedangkan arti asas yang kedua adalah suatu kebenaran yang
menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir atau berpendapat.
Tesaurus Bahasa Indonesia memberi arti untuk kata “asas”
sebagai (1) akar, alas, basis, dasar, fondasi, fundamen, hakikat,
hukum, landasan, lunas, pangkal, pegangan, pilar, pokok, prinsip,
rukun, sandaran, sendi, teras, tiang, tonggak; (2) hukum, kaidah,
kode etik, norma, patokan, pedoman, pijakan, tata cara.2 Dalam
Bahasa Inggris, ternyata juga sama, asas diterjemahkan dengan
principle; principality, prinsip juga diterjemahkan dengan principle;
principality. Demikian juga sebaliknya Principle di- Bahasa
Indonesia-kan menjadi asas; dasar. Oxford Dictionary menjelaskan
principle sebagai (1) moral rule or strong belief that influences
your actions; (2) basic general truth.3

Sementara itu Kamus hukum memberikan pemaknaan asas


sebagai suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan
mendasari adanya sesuatu norma hukum.4
Sehingga asas hukum juga dapat dipahami sebagai dasar- dasar
umum yang terkandung dalam peraturan hukum dan dasar- dasar
umum tersebut merupakan sesuatu yang mengandung nilai-nilai
etis. Asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas
hukum adalah jiwanya norma hukum itu. Norma hukum merupakan
2
Tim Redaksi, Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, op.cit., h. 29 dan h. 386.
3
Oxford Learner’s Pocket Dictionary; New Edition (Oxford University Press, 2003), h.
4
Kamus Hukum, (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 31 dan 401. Lihat juga Immanual Kant
tentang first and second principle dalam Hari Chand, Modern Jurisprudence, (International
Law Book Services, Selangor, 2005), h. 48.
5
penjabaran secara konkrit dari asas hukum. Dikatakan asas hukum
sebagai jiwanya norma hukum atau peraturan hukum karena ia
merupakan dasar lahirnya peraturan hukum.5
Asas hukum merupakan petunjuk arah arah bagi pembentuk
hukum dan pengambil keputusan. Asas hukum tidak mempunyai
sanksi sedangkan norma hukum mempunyai sanksi. Pada umumnya
asas hukum tidak dituangkan dalam bentuk peraturan yang konkrit
atau pasal-pasal, misalnya asas fictie hukum, asas pact sunt servanda.
Akan tetapi tidak jarang asas hukum itu dituangkan dalam peraturan
konkrit seperti asas presumption of innocence, dll.

Asas hukum mempunyai dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi dalam hukum: asas dalam hukum mendasarkan


eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang- undang
dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan)
serta mempunyai pengaruh yang normative dan mengikat para
pihak.

2. Fungsi dalam ilmu hukum: asas dalam ilmu hukum hanya


bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuannya
adalah memberi ikhtisar, tidak normative sifatnya dan tidak
termasuk hukum positif.

C. Tujuan dan Fungsi Hukum

A. Tujuan Hukum
5
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajagrafindo, 2009).
6
Apakah yang merupakan tujuan hukum? Dalam fungsinya
sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai
tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun
tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan
tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan
manusia akan terlindungi.6
Beberapa pendapat para pakar mendefinisikan tujuan hukum, di
antaranya adalah :

1) Subekti, dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Hukum


Dan Pengadilan” mengatakan bahwa hukum itu mengabdi pada
tujuan Negara yang dalm pokoknya ialah mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
2) L.J Van Apeldoorn, dalam bukunya yang berjudul “Inleiding tot
de studie van het Nederlandse recht” mengatakan bahwa tujuan
hukum ialah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
Hokum menghendaki perdamaian.
3) Geny, dalam “Sciene et technique en droit prive positif,”
mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan disebutkannya “ kepentingan daya guna dan
kemanfatan.”

Jeremy Bentham, dalam bukunya “Introducion to the moral


and legislation” berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk
mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.
Karena apa yang berfaedah bagi orang yang satu, mungkin
merugikan orang lain, maka menurut teori utilitis tujuan hokum
ialah menamin adanya kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada
6
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2003), h.
77.
7
orang sebanyak-banyaknya.
4) Mr. J. Van Kan, dalam bukunya “Inleiding tot de
reschtswetenschap” menulis antara lain sebagai berikut jadi terdapat
kaedah-kaedah kesusilaan kesopanan, yang semuanya bersama-
sama ikut berusaha dalam penyelenggaraan dan perlindungan
kepentingan- kepentingan orang dalam masyarakat.
B. Fungsi Hukum

Untuk mencapai tujuannya, hukum harus difungsikan menurut


fungsi-fungsi tertentu. Apakah fungsi dari hukum? Fungsi hukum
itu luas, tergantung tujuan-tujuan hukum umum dan tujuan-tujuan
yang spesifik yang ingin dicapai. Tujuan umum dari hukum telah
kita bicarakan di atas, dan apapun dari hukum, seyogianya
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Lawrence M. Friedmann, dalam bukunya “Law and
Society an Introduction”, fungsi hukum adalah:

a. pengawasan/pengendalian sosial (social control) ;

b. penyelesaian sengketa (dispute settlement) ;

c. rekayasa sosial (social engineering).


Theo Huijbers, menyatakan bahwa fungsi hukum ialah
memelihara kepentingan umum dalam masyarakat, menjaga hak-
hak manusia, mewujudkan keadilan dalam hidup bersama.
Sedangkan dalam pandangan Peters, yang menyatakan bahwa
fungsi hukum itu dapat ditinjau dari tiga perspektif :

1. Perspektif kontrol sosial daripada hukum. Tinjauan ini disebut


tinjauan dari sudut pandang seorang polisi terhadap hukum (the
policement view of the law).
2. Perspektif social engineering, merupakan tinjauan yang
8
dipergunakan oleh para penguasa (the official perspective of the
law), dan karena pusat perhatian adalah apa yang diperbuat oleh
penguasa dengan hukum.
3. Perspektif emansipasi masyarakat daripada hukum. Perspektif ini
merupakan tinjauan dari bawah terhadap hukum (the bottom’s up
view of the law) dan dapat pula disebut perspektif konsumen (the
consumer’s perspective of the law)

 D. Subjek dan Objek Hukum


A. Subjek Hukum

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai


hak dan kewajiban menurut hukum atau segala pendukung hak dan
kewajiban menurut hukum. Subyek hukum adalah setiap makhluk
yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan menggunakan
hak-hak kewajiban dalam lalu lintas hukum. Sedangkan sifat
subyek hukum yaitu: mandiri, terlindungi (minderjarig,
onbekwaam heid), perantara.

Hakikat subyek hukum dibedakan antara:

a. Pribadi kodrati (natuurlijke persoon)

b. Pribadi hukum (rechts persoon)

c. Tokoh/ pejabat (logemann:ambt)

Sementara, klasifikasi subyek hukum dibedakan atas dua, yaitu


terdiri dari manusia atau natuurlijke persoon dan badan hukum atau

9
rechtspersoon.7

a. Manusia / Orang

Setiap manusia, baik warga negara maupun orang asing adalah


subjek hukum. Jadi dapat dikatakan, bahwa setiap manusia adalah
subjek hukum sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.
Manusia (natuurlijke persoon) sebagai subyek hukum telah
mempunyai hak dan mampu menjalankan haknya dan dijamin oleh
hukum yang berlaku dalam hal itu menurut pasal 1 KUH Perdata
menyatakan bahwa menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung
pada hak kewarganegaraan.8

Setiap manusia pribadi (natuurlijke persoon) sesuai dengan hukum


dianggap cakap bertindak sebagai subyek hukum kecuali dalam Undang-
Undang dinyatakan tidak cakap seperti halnya dalam hukum telah
dibedakan dari segi perbuatan-perbuatan hukum.
Manusia (natuurlijke persoon) sebagai subyek hukum telah
mempunyai hak dan mampu menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum
yang berlaku dalam hal itu menurut Pasal 1 KUH Perdata menyatakan
bahwa menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak
kewarganegaraan.
Syarat-syarat cakap Hukum, meliputi :

• Seseorang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun)

• Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah


• Seseorang yang sedang tidak menjalani hukum

7
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2006), h. 50-
54.
8
Ibid., h. 51.

10
• Berjiwa sehat & berakal sehat

Syarat-syarat tidak cakap Hukum, meliputi:

• Seseorang yang belum dewasa

• Sakit ingatan

• Kurang cerdas

• Orang yang ditaruh dibawah pengampuan

• Seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).

Usia dewasa bagi sebagian remaja merupakan suatu prestasi


tersendiri, yang patut dirayakan. Secara awam, jika seseorang sudah
merayakan ulang tahunnya yang ke-17 tahun, dan sudah berhak
memegang KTP atau memiliki SIM sendiri, dianggap sudah dewasa.
Artinya dia sudah berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan sudah
bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri secara hukum.
Di mata hukum, batas usia dewasa seseorang menjadi penting,
karena hal tersebut berkaitan dengan boleh/tidaknya orang tersebut
melakukan perbuatan hukum, ataupun diperlakukan sebagai subjek
hukum. Artinya, sejak seseorang mengalami usia dewasanya, dia
berhak untuk membuat perjanjian dengan orang lain, melakukan
perbuatan hukum tertentu, misalnya menjual/membeli harta tetap atas
namanya sendiri, semuanya tanpa bantuan dari orang tuanya selaku
walinya. Jadi, apakah seseorang yang berusia 17 tahun sudah
dianggap dewasa dimata hukum? Ternyata, batas usia dewasa di
dalam persepsi masyarakat berbeda dengan batas usia dewasa di mata
hukum. Menurut Undang Perkawinan No. 1/1974 dan KUHPerdata,
seseorang dianggap dewasa jika sudah berusia 21 tahun atau sudah

11
(pernah) menikah. Bertahun-tahun batas usia dewasa tersebut di ikuti
oleh seluruh ahli hukum di Indonesia. Sehingga, jika terdapat tanah
dan bangunan yang terdaftar atas nama seorang anak yang belum
berusia 21 tahun, maka untuk melakukan tindakan jual – beli atas
tanah dan bangunan tersebut dibutuhkan izin/ penetapan dari
Pengadilan negeri setempat.
Demikian pula untuk melakukan tindakan pendirian suatu
PT/CV/FARMA/YAYASAN, jika salah seorang pendirinya adalah
seseorang yang belum berusia 21 tahun, harus diwakili oleh salah satu
orang tuanya.
Namun, sejak tanggal 6 Oktober 2004 dengan diundangkannya
UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, terdapat pergeseran
dalam menentukan usia dewasa. Dalam pasal 39 ayat 1 disebutkan
bahwa, Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a). Paling sedikit berusia 18 (delapan belas) tahun atau telah


menikah, dan
b). Cakap melakukan perbuatan hukum”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejak diterbitkannya


UU No. 30/2004 tersebut, maka setiap orang yang sudah berusia 18
tahun atau sudah menikah, dianggap sudah dewasa, dan berhak untuk
bertindak selaku subjek hukum.
Setiap orang sejak lahir sampai dengan meninggalnya sebagai
subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Tentang hal ini
Zainuddin Ali mengatakan bahwa:

“Hukum berurusan dengan hak dan kewajiban... Seseorang yang


mempunyai hak menurut hukum, ia diberi kekuasaan untuk
mewujudkan haknya itu, yaitu dengan cara meminta kepada pihak
12
lain untuk menjalankan kewajiban tertentu. Di sini terlihat, bahwa
tergantung kepada pemegang hak untuk menentukan apakah ia akan
mewujudkan haknya itu”9

Subjek hukum pendukung hak dan kewajiban, dapat melakukan


tindakan hukum, kecuali orang yang belum dewasa atau belum
sampai umur 18 tahun atau orang yang tidak sehat pikirannya atau
berada di bawah pengampuan.10
Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak dan kewajiban.
Meskipun menurut hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali
dapat memiliki hak-haknya, akan tetapi dalam hukum, tidak semua
orang dapat diperbolehkan bertindak sendiri di dalam melaksanakan
hak-haknya itu. Mereka digolongkan sebagai orang yang “tidak
cakap” atau “kurangcakap” untuk bertindak sendiri dalam melakukan
perbuatan¬perbuatan hukum, sehingga mereka itu harus diwakili atau
dibantu oleh orang lain.

a. Badan Hukum

Badan hukum (rechts persoon) merupakan badan-badan


perkumpulan dari orang-orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum.
Atau dapat dipahamipula sebagai perkumpulan atau organisasi yang
didirikan dan dapat bertindak sebagai subjek hukum, misalnya dapat
memiliki kekayaan, mengadakan perjanjian dan sebagainya.
Sedangkan perbuatan yang dapat menimbulkan akibat hukum yakni
tindakan seseorang berdasarkan suatu ketentuan hukum yang dapat
menimbulkan hubungan hukum, yaitu akibat yang timbul dari

9
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 33
10
Ibid. h. 35.

13
hubungan hukum.11
Badan hukum sebagai subyek hukum dapat bertindak hukum
(melakukan perbuatan hukum) seperti manusia. Dengan demikian,
badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat
melalukan sebagai pembawa hak manusia seperti dapat melakukan
persetujuan-persetujuan dan memiliki kekayaan yang sama sekali
terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya, oleh karena itu badan
hukum dapat bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.
Meijers menyatakan Badan Hukum itu adalah meliputi yang
menjadi pendukung hak dan kewajiban. Begitu juga pendapat
Logemann, dan E. Utrecht.12 Yang menjadi penting bagi pergaulan
hukum ialah Badan Hukum itu mempunyai kekayaan (vermogen)
yang sama sekali terpisah dari kekayaan anggotanya, yaitu dalam hal
Badan Hukum itu berupa korporasi. Hak dan kewajiban Badan
Hukum sama sekali terpisah dari hak dan kewajiban anggotanya. Bagi
bidang perekonomian, terutama lapangan perdagangan, gejala ini
sangat penting.13
Dalam pada itu R. Rochmat Soemitro mengatakan, Badan Hukum
(rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak
serta kewajiban seperti orang pribadi.
Badan hukum (rechts persoon) merupakan badan-badan
perkumpulan yakni orang-orang (persoon) yang diciptakan oleh
hukum. Badan hukum sebagai subyek hukum dapat bertindak hukum
(melakukan perbuatan hukum) seperti manusia. Dengan demikian,
badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat
melalukan sebagai pembawa hak manusia seperti dapat melakukan
11
Soejono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), h. 128
12
Chidir Ali, Badan Hukum (Bandung : Penerbit P.T. Alumni, 2005), h. 18.
13
Chidir Ali, Badan Hukum (Bandung : Penerbit P.T. Alumni, 2005), h. 18.
14
persetujuan-persetujuan dan memiliki kekayaan yang sama sekali
terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya, oleh karena itu badan
hukum dapat bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.
Misalnya suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai
badan hukum dengan cara :

1. Didirikan dengan akta notaris.

2. Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negara setempat.


3. Dimintakan pengesahan Anggaran Dasar (AD) kepada Menteri
Hukum dan HAM, sedangkan khusus untuk badan hukum dana
pensiun pengesahan anggaran dasarnya dilakukan Menteri
Keuangan.
4. Diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia.

Terjadi banyak perdebatan mengenai bagaimana badan hukum


dapat menjadi subyek hukum, dan memiliki sifat-sifat subyek hukum
seperti manusia. Banyak sekali teori yang ada dan digunakan dalam
dunia akademis untuk menjelaskan hal tersebut, akan tetapi menurut
Salim HS, teori yang paling berpengaruh dalam hukum positif adalah
teori konsensi dimana pada intinya berpendapat badan hukum dalam
negara tidak dapat memiliki kepribadian hukum (hak dan kewajiban
dan harta kekayaan) kecuali di perkenankan oleh hukum, dalam hal ini
berarti negara sendiri.

Badan hukum dibedakan dalam 2 bentuk yaitu :

1. Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon)

Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan


hukum yang didirikan berdasarkan publik untuk yang menyangkut
kepentingan publik atau orang banyak atau negara umumnya.
15
Dengan demikian badan hukum publik merupakan badan
hukum negara yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan
perundang-undangan yang dijalankan secara fungsional oleh
eksekutif (Pemerintah) atau badan pengurus yang diberikan tugas
untuk itu, seperti Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah
tingkat I dan II, Bank Indonesia dan Perusahaan Negara.

2. Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon)

Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon) adalah badan


hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang
menyangkut kepentingan banyak orang di dalam badan hukum itu.
Dengan demikian badan hukum privat merupakan badan hukum
swasta yang didirikan orang untuk tujuan tertentu yakni
keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan lain- lain
menurut hukum yang berlaku secara sah misalnya perseroan
terbatas, koperasi, yayasan, badan amal.
Menurut J.J. Dormeier istilah Badan Hukum dapat diartikan
sebagai berikut :

a. persekutuan orang-orang, yang di dalam pergaulan hukum


bertindak selaku seorang saja;
b. yayasan, yaitu suatu harta atau kekayaan, yang dipergunakan
untuk suatu maksud yang tertentu.

Selain manusia sebagai subjek hukum, di dalam hukum terdapat


pula badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan yang dapat juga
memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan- perbuatan hukum
seperti layaknya seorang manusia. Badan- badan dan perkumpulan-
perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu-
lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan
16
dapat juga menggugat di muka hakim.
Badan hukum sebagai subjek hukum dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:

1) Badan hukum publik, seperti negara, propinsi, dan kabupaten.


2) Badan hukum perdata, seperti perseroan terbatas (PT), yayasan,
dan koperasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan tentang


pengertian Badan Hukum sebagai subjek hukum itu mencakup hal
berikut, yaitu :

a. perkumpulan orang (organisasi);

b. dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling)


dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking);

c. mempunyai harta kekayaan tersendiri;

d. mempunyai pengurus;

e. mempunyai hak dan kewajiban;

f. dapat digugat atau menggugat di depan Pengadilan.


Sebagai subjek hukum, badan usaha mempunyai syarat- syarat
yang telah ditentukan oleh hukum yaitu :

1) Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya

2) Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan


kewajiban para anggotanya.

Dalam konteks ini, terdapat 4 teori yang digunakan sebagai syarat


badan hukum untuk menjadi subjek hukum:

- Teori Fictie adalah badan hukum itu semata-mata buatan


negara saja.
17
- Teori Kekayaan Bertujuan adalah hanya manusia saja yang
dapat menjadi subjek hukum.
- Teori Pemilikan adalah hak dan kewajiban badan hukum itu
pada hakikatnya adalah hak kewajiban anggota bersama-sama.
B. Obyek Hukum

1. Pengertian Obyek Hukum

Obyek hukum menurut Pasal 499 KUH Perdata, yakni benda.


Benda adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum
atau segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan
kepentingan bagi para subyek hukum atau segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik.

2. Jenis Obyek Hukum

Kemudian berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan


bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni benda yang bersifat
kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang bersifat tidak
kebendaan (Immateriekegoderan).

a. Benda yang bersifat kebendaan/berwujud (Materiekegoderen)

Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu


benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca
indera, terdiri dari benda berubah/ berwujud, meliputi :

1) Benda bergerak/ tidak tetap, berupa benda yang dapat


dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan. Dibedakan
menjadi sebagai berikut:
- Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal
509 KUH Perdata adalah benda yang dapat dipindahkan,
misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah sendiri

18
contohnya ternak.
- Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut
pasal 511 KUH Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak,
misalnya hak memungut hasil (Uruchtgebruik) atas benda-
benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda bergerak, dan
saham- saham perseroan terbatas.

2) Benda tidak bergerak. Benda tidak bergerak dapat dibedakan


menjadi sebagai berikut:
- Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala
sesuatu yang melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-
tumbuhan, area, dan patung.
- Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat
yang dipakai dalam pabrik. Mesin senebar benda bergerak,
tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada
bergerak yang merupakan benda pokok.
- Benda tidak bergerak karena ketentuan undang- undang, ini
berwujud hak-hak atas benda-benda yang tidak bergerak
misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak dapat
bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik.

b. Benda yang bersifat tidak kebendaan/tak berwujud

Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen)


adalah suatu benda yang dirasakan oleh panca indera saja
(tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi
suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan
ciptaan musik / lagu.
Menurut Pasal 503 KUHPerdata, Benda dibagi menjadi 2
yaitu:

19
• Benda Berwujud

• Benda ini adalah sebagaimana keseharian, misalnya;


Rumah, Mobil dan Emas.
• Benda Tidak Berwujud

• Benda ini lebih bersifat abstrak namun memiliki nilai,


seperti; Hak dan Nama Baik.
• Pembagian Benda menurut Pasal 503 ini biasanya dalam
perhubungan hukum menyangkut Ganti Rugi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Hukum terbagi dalam 2 pengertian :

a. Ilmu hukum dalam arti luas, yaitu ilmu yang mencakup dsan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum
yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang segala
hal dan semua seluk-beluk mengenai hukum (Satjipto
Rahardjo).
b. Ilmu hukum dalam arti sempit, yaitu ilmu yang mempelajari
makna objektif tata hukum positif yang disebut dogmatik hukum
(ajaran hukum) (Radbruch)
Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan

20
pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya
ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan
terlindungi
DAFTAR PUSTAKA

Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar, (Yogyakarta:


Liberty, 2003)
Triwulan Tutik Titik, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya. 2006)
Ali Zainuddin, Filsafat Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008)

Dirdjosisworo Soejono, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2008)

Ali Chidir, Badan Hukum (Bandung : Penerbit P.T. Alumni, 2005)

21

Anda mungkin juga menyukai