FILSAFAT HUKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Filsafat Hukum
yang dibina oleh Adi Nur Aziz, S.H., M.H
Oleh:
Rodiatus Sholihah (18187205005)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat tugas mata kuliah Filsafat Hukum.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Adi Nur Aziz, S.H., M.H yang
telah memberikan arahan terkait makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau
mungkin kami tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format
yang berlaku. Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun bukanlah
kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua
kelemahan kami kiranya dapat dimaklumi.
Terima kasih kami ucapkan pula kepada orang tua dan teman-teman yang
telah memberikan banyak saran dan pengetahuannya sehingga menambah hal
baru bagi saya. Terutama sumbangannya dalam hal materi berupa referensi
mengenai makalah ini.
Demikian, harapan kami semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang
baru pula, amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
4. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi aspek filosofi eksistensi hukum?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Saat ini, ada berbagai macam pengertian filasafat hukum menurut para
ahli. Berikut ini beberapa definisi filsafat hukum dari para ahli tersebut :
3
mendasar dari hukum. Atau ilmu pengetahuan tentang hakikat
hukum.
Selain itu secara umum filsafat memiliki ciri-ciri sebagaimana yang telah
disebutkan oleh Nur A. Fadhil Lubis, filsafat memiliki tiga ciri utama, yakni:
4
Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil
filsafat), dan tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas,
yang dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.
Selain itu, istilah filsafat dapat di artikan dalam KBBI, filsafat berarti
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Teori yang mendasari alam pikiran atau
suatu kegiatan, hingga ke ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika,
dan epistemology (cabang-cabang ilmu ini). Sedangkan istilah filsafat dalam
Webster’s Dictionary, diartikan sebagai Filosofi adalah semua pembelajaran
eksklusif mengenai pedoman teknis; disiplin yang terdiri dari logika inti,
estetika, etika, metafisik dan epistemology, yaitu pencarian mengenai
pengertian umum tentang nilai dan realitas yang lebih spekulatif daripada
5
observasi; analisis konsep dasar mengenai teori bidang kegiatan pemikiran;
keyakinan, konsep, dan sikap paling umum dari individu atau kelompok;
ketenangan emosi dan penilaian.
Maka jika merujuk pada definisi diatas maka istilah filsafat hukum
secara epistimologi berarti filsafat hukum adalah cabang filsafat yang
membicarakan apa hakikat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan
mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Selain itu istilah filsafat hukum
juga diartikan sebagai cabang dari filsafat yaitu filsafat etika atau tingkah
laku yang mempelajari hakikat hukum. Filsafat hukum memiliki objek yaitu
hukum yang dibahas dan dikaji secara mendalam sampai pada inti atau
hakikatnya. Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh cabang ilmu
hukum lainnya merupakan tugas dari filsafat hukum untuk menemukannya.
Bila ingin menarik pengertian filsafat hukum, maka harus terlebih dahulu
mempelajari akan hukum itu sendiri. Seperti pertanyaan, apakah hukum itu
juga merupakan tugas dari filsafat hukum, karena sampai saat ini belum
ditemukan definisi dari hukum itu secara universal, karena pendapat para ahli
hukum berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka sendiri.
8
didapatkan pemahaman yang mendasar mengenai hukum tersebut
dan ketika dihadapakan pada permasalahan baru yang belum
pernah ditemui kita dapat memberikan solusi yang tepat. Dengan
mempelajari filsafat hukum membuat para praktisi hukum dapat
mengembangkan hukum ke arah yang lebih baik.Artikel terkait:
manfaat pembangunan ekonomi – manfaat globalisasi.
Dari segi filosofis eksistensi hukum dapat dianalisis dari ruang lingkup
filsafat hukum, yang meliputi :
9
filsafat hukum, Sidharta mengemukakan aspek Aksiologi hukum
(ajaran tentang nilai hukum) dikaitkan dengan tujuan hukum, yaitu :
Aliran hukum alam/kodrat, Aliran positivme hukum, Aliran
utilitarisme, Mashab sejarah hukum, Aliran sociological
jurirprudence, dan Aliran realisme hukum.
10
2.5 Aliran-Aliran dalam Filsafat Hukum.
Aliran hukum alam telah berkembang sejak kurun waktu 2.500 tahun
yang lalu, dan muncul dalam berbagai bentuk pemikiran. Dilihat dari
sejarahnya, menurut Friedmann (1990: 47), aliran ini timbul karena
kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang absolut.
Hukum alam di sini dipandang sebagai hukum yang berlaku universal
dan abadi. Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi
bahwa melalui penalaran, hakikat makhluk hidup akan dapat
diketahui, dan pengetahuan tersebut akan menjadi dasar bagi tersier
sosial serta eksistensi hukum tersier. Terdapat dua aliran hukum alam,
rasional dan irasional.
2. Positivisme hukum.
11
b. Aliran Hukum Murni Hans Kelsen (1881-1973). Menurut
Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang non-
yuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis.
Pemikiran inilah yang dikenal dengan teori hukum murni (
Reine Rechtlehre ) dari Kelsen. Jadi, hukum adalah suatu
sollenskagorie (kategori keharusan / ideal), bukan seins-
kategori (kategori factual).
3. Utilitarianisme.
13
suatu yang realistis. Oleh karena itu, di Amerika muncul yang seperti
ini dinamakan mazhab realisme hukum. Juga di Skandinavia
munculah suatu mazhab realisme hukum, tetapi mazhab ini mencari
kebenaran suatu pengertian dalam situasi tertentu dengan
menggunakan ilmu psikologi. Dalam pandangan penganut realisme
hukum, hukum adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat
kontrol sosial. Karena itu program ilmu hukum realisme realisme
hampirn tidak terbatas, kepribadian manusia, lingkungan sosial,
keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagasan yang sedang berlaku,
emosi-emosi yang umum, semua itu pembentuk hukum dan hasil
hukum dalam kehidupan. Itulah sebabnya, sangat benar apa yang
dikatakan oleh seorang realis yang terkemuka, bahwa hal an dan yang
pokok dalam ilmu hukum adalah gerakan dalam pemikiran dan kerja
tentang hukum.
Selain itu permasalahan penting dalam filsafat hukum yakni ada tiga
yang diantaranya :
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori dan Sobirin Malian, (2008) membangun hukum indonesia,
Jogyakarta, ,Kreasi Total Media,
Achmad Ali, (2002), Menguak Tabir Hukum; Suatu Kajian Filosofis dan
Sosiologis, Jakarta; Gunung Agung,
Jujun S Suria Sumantri, (2003) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer; Jakarta,
Pustaka Sinar Harapan, ,
18