Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FILSAFAT HUKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Filsafat Hukum
yang dibina oleh Adi Nur Aziz, S.H., M.H

Oleh:
Rodiatus Sholihah (18187205005)

UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA PASURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
Mei 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat tugas mata kuliah Filsafat Hukum.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Adi Nur Aziz, S.H., M.H yang
telah memberikan arahan terkait makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau
mungkin kami tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format
yang berlaku. Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun bukanlah
kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua
kelemahan kami kiranya dapat dimaklumi.
Terima kasih kami ucapkan pula kepada orang tua dan teman-teman yang
telah memberikan banyak saran dan pengetahuannya sehingga menambah hal
baru bagi saya. Terutama sumbangannya dalam hal materi berupa referensi
mengenai makalah ini.
Demikian, harapan kami semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang
baru pula, amin.

Pasuruan, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ……………………......................…………....... 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3

2.1 Pengetahuan Filsafat Hukum Secara Umum................................. 3


2.2 Istilah Filsafat Hukum…………………………………………… 5

2.3 Manfaat Filsafat Hukum…………………………………………. 7

2.4 Aspek Filosofi Eksistensi Hukum……………………………….. 9

2.5 Aliran-Aliran dalam Filsafat Hukum……………………………. 11

2.6 Permasalahan Penting dalam Filsafat Hukum………………….... 14

BAB III PENUTUP.................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan …………………………………................................ 16

3.2 Saran ……………………………………………..……................ 17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat hukum relevan untuk membangun kondisi hukum yang


sebenarnya, sebab tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai dasar hukum
secara filosofis yang mampu memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di
dalam kehidupan yang relevan dengan pernyataan-kenyataan hukum yang
berlaku, bahkan merubah secara radikal dengan tekanan hasrat manusia melalui
paradigma hukum baru guna memenuhi perkembangan hukum pada suatu masa
dan tempat tertentu. Mengenai fungsi Filsafat Hukum, Roscoe Pound (1972: 3)
menyatakan, bahwa ahli filsafat berupaya untuk memecahkan persoalan tentang
gagasan untuk menciptakan suatu hukum yang sempurna yang harus berdiri teguh
selama- lamanya, kemudian membuktikan kepada umat manusia bahwa hukum
yang telah selesai ditetapkan, kekuasaannya tidak dipersoalkan lagi. Suatu usaha
untuk melakukan pemecahan menggunakan sistem hukum yang berlaku pada
masa dan tempat tertentu, dengan menggunakan abstraksi terhadap bahan-bahan
hukum yang lebih tinggi. Filsafat hukum memberikan uraian yang rasional
mengenai hukum sebagai upaya untuk memenuhi perkembangan hukum secara
universal untuk menjamin kelangsungan di masa depan. Filsafat hukum
memegang peranan penting dalam kegiatan penalaran dan penelaahan asas dan
dasar etik dan pengawasan sosial, yang berkaitan dengan tujuan-tujuan
masyarakat, masalah-masalah hak asasi, kodrat alam (Leon Duguit, 1919: 47).
Filsafat hukum berasal dari pemikiran Yunani yakni kaum Hemer sampai kaum
Stoa sebagai peletak dasarnya. Adapun dasar-dasar utama filosofi hukum timbul
dan berkembang dalam negara kota (Polis) di Yunani. Keadaan ini merupakan
hasil perpaduan antara kondisi Polis dan perenungan (comtemplation) bangsa
Yunani. Renungan dan penjabaran kembali nilai-nilai dasar tujuan hukum, sistem
pemerintahan, peraturan-peraturan, kekuasaan absolut mendorong mereka untuk
memikirkan masalah hukum.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan filsafat secara umum?

2. Apa saja istilah filsafat hukum?

3. Apa saja manfaat filsafat hukum?

4. Apa saja yang menjadi aspek filosofi eksistensi hukum?

5. Apa saja yang termasuk aliran-aliran dalam filsafat hukum?

6. Apa yang menjadi permasalahan penting dalam filsafat hukum?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengetahuan filsafat secara


umum?

2. Untuk mengetahui apa saja istilah filsafat hukum?

3. Untuk mengetahui apa saja manfaat filsafat hukum?

4. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi aspek filosofi eksistensi hukum?

5. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk aliran-aliran dalam filsafat


hukum?

6. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi permasalahan penting dalam


filsafat hukum?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetahuan Filsafat Secara Umum.

Secara umum definisi atau pengertian filsafat merupakan ilmu tentang


apa yang terjadi pada kehidupan manusia dengan berpikir kritis yang
dijabarkan menjadi konsep dasar. Lebih tepatnya, filsafat tidak melakukan
eksperimen, melainkan berusaha untuk mengungkapkan masalah dan mencari
solusinya. Akhirnya terjadilah proses dialektika yang memerlukan logika dan
bahasa yang masuk akal. Pengertian Filsafat bisa diartikan sebagai sesuatu
yang sering disalahartikan menjadi hal yang rumit untuk dipahami yang tidak
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Seorang filsuf pun akan dianggap
sebagai manusia yang selalu memikirkan, membayang sesuatu yang sulit
dicerna oleh kebanyakan manusia bahkan dianggap di luar akal.

Filsafat adalah suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap kepercayaan


dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian dan
analisis konsep dasar mengenai bidang kegiatan pemikiran seperti: prinsip,
keyakinan, konsep dan sikap umum dari suatu individu atau kelompok untuk
menciptakan kebijaksanaan dan pertimbangan yang lebih baik. Atau filsafat
biasa di katakan merupakan suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap
kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui
pencarian dan analisis konsep dasar mengenai bidang kegiatan pemikiran
seperti: prinsip, keyakinan, konsep dan sikap umum dari suatu individu atau
kelompok untuk menciptakan kebijaksanaan dan pertimbangan yang lebih
baik.

Saat ini, ada berbagai macam pengertian filasafat hukum menurut para
ahli. Berikut ini beberapa definisi filsafat hukum dari para ahli tersebut :

1. Soedjono Dirdjosisworo merumuskan bahwa filsafat hukum


adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan

3
mendasar dari hukum. Atau ilmu pengetahuan tentang hakikat
hukum.

2. Satjipto Raharjo mengemukakan bahwa filsafat hukum


mempersoalkan pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum.
Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar
bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh
pertanyaan yang bersifat mendasar itu.

3. J.B. Daliyo menjelaskan bahwa filsafat hukum adalah refleksi


tentang hukum yang memasalahkan hukum dari berbagai
pertanyaan mendasa, misalnya apakah hakikat hukum itu dan
apa dasar-dasar mengikatnya hukum.

4. Lili Rasjidi berpendapat bahwa filsafat hukum adalah suatu ilmu


yang merupakan bagian dari filsafat. Filsafat itu sendiri terdiri
dari berbagai bagian. Salah satu bagian utamanya adalah filsafat
moral yang disebut etika.

Selain itu secara umum filsafat memiliki ciri-ciri sebagaimana yang telah
disebutkan oleh Nur A. Fadhil Lubis, filsafat memiliki tiga ciri utama, yakni:

 Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek


tertentu saja.

 Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada


hasil yang fundamental dan essensial.

 Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut


dan logis meskipun spekulatif.

Sedangkan menurut beberapa ahli lain menambahkan ciri-ciri lain, yaitu:

 Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu,


menjelaskan mengapa sesuatu berbuat begitu.

4
 Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil
filsafat), dan tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas,
yang dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.

 Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh


sesuatu, termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita
memikirkan dunia dan kehidupan manusia.

 Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya


sungguhsungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan
yang dihadapi manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian
kebenaran, kelayakan dan kebaikan.

 Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan,


penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada
rekaman indera dan pengamatan lahiriah.

2.2 Istilah Filsafat Hukum

Istilah filsafat secara epistimologi Filsafat berasal dari bahasa Yunani


yang terdiri dari kata philein/philos yang berarti “cinta” dan sophia yang
berarti “kebijaksanaan”. Secara etimologis, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom). Sehingga seorang filosof adalah pencinta,
pendamba atau pencari kebijaksanaan.

Selain itu, istilah filsafat dapat di artikan dalam KBBI, filsafat berarti
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Teori yang mendasari alam pikiran atau
suatu kegiatan, hingga ke ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika,
dan epistemology (cabang-cabang ilmu ini). Sedangkan istilah filsafat dalam
Webster’s Dictionary, diartikan sebagai Filosofi adalah semua pembelajaran
eksklusif mengenai pedoman teknis; disiplin yang terdiri dari logika inti,
estetika, etika, metafisik dan epistemology, yaitu pencarian mengenai
pengertian umum tentang nilai dan realitas yang lebih spekulatif daripada
5
observasi; analisis konsep dasar mengenai teori bidang kegiatan pemikiran;
keyakinan, konsep, dan sikap paling umum dari individu atau kelompok;
ketenangan emosi dan penilaian.

Maka jika merujuk pada definisi diatas maka istilah filsafat hukum
secara epistimologi berarti filsafat hukum adalah cabang filsafat yang
membicarakan apa hakikat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan
mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Selain itu istilah filsafat hukum
juga diartikan sebagai cabang dari filsafat yaitu filsafat etika atau tingkah
laku yang mempelajari hakikat hukum. Filsafat hukum memiliki objek yaitu
hukum yang dibahas dan dikaji secara mendalam sampai pada inti atau
hakikatnya. Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh cabang ilmu
hukum lainnya merupakan tugas dari filsafat hukum untuk menemukannya.
Bila ingin menarik pengertian filsafat hukum, maka harus terlebih dahulu
mempelajari akan hukum itu sendiri. Seperti pertanyaan, apakah hukum itu
juga merupakan tugas dari filsafat hukum, karena sampai saat ini belum
ditemukan definisi dari hukum itu secara universal, karena pendapat para ahli
hukum berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka sendiri.

Istilah filsafat hukum lazim digunakan dalam lingkungan fakultas


hukum di Indonesia. Pada zaman Belanda, istilah yang dipergunakan oleh
Rechtshogeschool adalah wijsbegeerte van het recht berdasarkan kurikulum
almanah rechthogeschool 1933. Kemudian oleh para penulis filsafat hukum
belanda dipergunakan istilah rechtphilosophie.

Karena filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara


filosofis. Maka obyek filsafat hukum adalah hukum. Definisi tentang hukum
itu sendiri itu amat luas oleh Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto
(1986:2-4) keluasan arti hukum tersebut disebutkan dengan meyebutkan
sembilan arti hukum. Dengan demikian jika kita ingin mendefinisikan hukum
secara memuaskan, kita harus dapat merumuskan suatu kalimat yang meliputi
paling tidak sembilan arti hukum itu. Hukum itu juga dipandang sebagai
norma yang mengandung nilai-nilai tertentu.Jika kita batasi hukum dalam
pengertian sebagai norma. Norma adalah pedoman manusia dalam bertingkah
6
laku .Norma hukum diperlukan untuk melengkapi norma lain yang sudah ada
sebab perlindungan yang diberikan norma hukum dikatakan lebih memuaskan
dibandingkan dengan norma-norma yang lain karena pelaksanaan norma
hukum tersebut dapat dipaksakan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
filsafat hukum adalah cabang filsafat, filsafat tingkah laku atau etika yang
mempelajari hakikat hukum. Dengan kata lain, filsafat hukum adalah ilmu
yang mempelajari hukum secara filosofis.

2.3 Manfaat Filsafat Hukum.

Dari tiga sifat yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain manfaat


filsafat hukum dapat dilihat. Filsafat memiliki karakteristik
menyeluruh/Holistik dengan cara itu setiap orang dianggap untuk menghargai
pemikiran, pendapat, dan pendirian orang lain. Disamping itu juga memacu
untuk berpikir kritis dan radikal atas sikap atau pendapat orang lain. Sehingga
siketahui bahwa manfaat mempelajari filsafat hukum adalah kreatif,
menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun pada
jalan baru. Adapun manfaat filsafat hukum yaitu diantara :

a. Menjadikan seseorang memiliki wawasan yang luas dan terbuka,


Filsafat bersifat menyeluruh atau holistik sehingga menjadikan
orang yang mempelajarinya memahami segala sesuatu secara
menyeluruh hingga ke dasar-dasarnya. Orang yang mempelajari
filsafat hukum akan memahami apa sebenarnya hukum itu
sehingga ia tidak akan memandang hukum sebagai kumpulan
aturan dan norma semata. Ia akan melihat hukum sebagai sesuatu
yang melebihi aturan dan norma saja sehingga ia akan memiliki
wawasan yang luas. Dengan wawasan yang luas ini ia akan mampu
menghadapi berbagai masalah hukum dengan pikiran yang lebih
terbuka sehingga diharapkan dapat memberikan keadilan yang
semestinya. Selain itu dengan mempelajari filsafat hukum juga
menjadikan seseorang memiliki pikiran yang terbuka sehinga ia
lebih dapat menghargai dan memahami berbagai pendapat,
pemikiran, dan pendirian orang lain yang berbeda dengannya.
7
Karena seperti yang kita ketahui ada berbagai aliran pemikiran
dalam ilmu hukum yang menyebabkan dapat timbulnya berbagai
pandangan mengenai suatu kasus hukum. Dengan mempelajari
filsafat hukum kita akan memahami perbedaan-perbedaan
pandangan tersebut sehingga kita bisa lebih bijaksana
menyikapinya dan tidak merasa diri paling benar dan sombong.

b. Membentuk seseorang memiliki pola pikir yang kritis dan radikal.


Dengan mempelajari filsafat hukum akan menjadikan seseorang
berpikir lebih kritis. Ia tidak serta-merta menerima semua norma
dan aturan hukum tanpa mempelajari makna dan mengapa suatu
aturan hukum muncul atau dibuat. Yang pada akhirnya
menjadikannya memahami hukum dengan lebih baik sehingga
dapat menjadi praktisi hukum yang bijaksana dalam setiap
perannya, baik ketika menjadi pengacara, jaksa, atau bahkan
hakim.Selain itu dengan memahami filsafat hukum juga akan
menjadikan seseorang berpikir secara radikal. Radikal di sini dalam
artian positif yaitu berpikir secara mendasar hingga ke akar-
akarnya sehingga ia memiliki pemahaman yang sangat baik dalam
berbagai masalah dan aturan hukum. Dengan berpikir secara
radikal diharapkan ketika terjun ke masyarakat ia dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan dengan lebih bijaksana.
Memahami suatu permasalahan hingga ke akar-akarnya sehingga
dapat memberikan solusi yang benar-benar bermanfaat dan adil.

c. Menjadikan seseorang berpikir lebih inovatif. Salah satu


karakteristik filsafat hukum adalah spekulatif dalam artian positif
dimana selalu berupaya menduga-duga dan menemukan sesuatu
yang baru. Mencoba berpikir jika terjadi seperti ini bagaimana dan
jika terjadi seperti itu bagaimana. Hal ini sangat diperlukan karena
seperti yang kita ketahui segala sesuatu berkembang terus-menerus
termasuk di dalamnya masalah-masalah hukum. Untuk itu
diperlukan pembelajaran mengenai filsafat hukum sehingga

8
didapatkan pemahaman yang mendasar mengenai hukum tersebut
dan ketika dihadapakan pada permasalahan baru yang belum
pernah ditemui kita dapat memberikan solusi yang tepat. Dengan
mempelajari filsafat hukum membuat para praktisi hukum dapat
mengembangkan hukum ke arah yang lebih baik.Artikel terkait:
manfaat pembangunan ekonomi – manfaat globalisasi.

d. Membimbing seseorang untuk berpikir secara rasional dan


mengkritisinya terus-menerus. Filsafat hukum memiliki
karakteristik reflektif kritis yang menuntut setiap orang yang
mempelajarinya untuk berpikir secara rasional hingga ke akar-
akarnya terhadap setiap permasalahan dan kemudian
mengkritisinya secara jujur. Karena setiap pemikiran kita tentu
yang paling mengetahui esensi dan kelemahannya adalah kita
sendiri. Kita diajak untuk mempertanyakan apakah solusi yang
diambil sudah benar-benar rasional dan tepat secara terus-menerus
sehingga pada akhirnya didapatkan solusi yang benar-benar tepat
dan bijaksana, setidaknya mendekati bijaksana.

2.4 Aspek Filosofi Eksistensi Hukum

Dari segi filosofis eksistensi hukum dapat dianalisis dari ruang lingkup
filsafat hukum, yang meliputi :

1. Ontologi hukum, penelitian tentang hakekat dari hukum. Yakni


aspek yang menyatakan ada 6 pemaknaan “ontologi hukum” sebgai
hakekat hukum sesuai dengan aliran filsafat hukum, yaitu : Aliran
hukum alam, Aliran positivisme hukum, Aliran utilitarianisme,
Aliran sociological Jurisprudence, Aliran / mashab sejarah, dan
Aliran realisme hukum.

2. Aksiologi hukum, penentuan isi nilai-nilai dalam hukum, seperti


persamaan, kebebasan. Mengikuti perkembangan aliran-aliran

9
filsafat hukum, Sidharta mengemukakan aspek Aksiologi hukum
(ajaran tentang nilai hukum) dikaitkan dengan tujuan hukum, yaitu :
Aliran hukum alam/kodrat, Aliran positivme hukum, Aliran
utilitarisme, Mashab sejarah hukum, Aliran sociological
jurirprudence, dan Aliran realisme hukum.

3. Epistemologi hukum disebut juga ajaran pengetahuan. Sidharta


mengungkapkan Epistemologi hukum merupakan aspek atau metode
penelitian hukum doktrinal-deduktif disebut juga penelitian hukum
normatif, merupakan epitemologi hukum dari aliran hukum
alam/kodrat dan aliran positivme hukum. Atau juga disebut ilmu
pengetahuan hukum (merefleksi sejauh mana pengetahuan tentang
hakikat hukum dan masalah-masalah fundamental dalam filsafat
hukum mungkin dijalankan akal manusia).

4. Ideologi hukum disebut juga ajaran idea. Ideologi hukum dan


Teleologi hukum, dengan asumsi Ideologi hukum berkenaan
pengaruh ide atas perilaku berdasarkan kesadaran manusia akan
mempengaruhi penentuan tujuan hukum bagi manusia. Keduanya
filosofis ini saling terkait.

5. Teleologi hukum atau ajaran finalitas. Yaitu aspek filsafat hukum


mengenai ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita hukum
itu sendiri (merefleksi makna dan tujuan hukum).

6. Teori ilmu dari hukum, yakni aspek filsafat hukum berdasarkan


penentuan meta-teori dari ilmu hukum.

7. Logika hukum merupakan aspek filsafat hukum yang penelitiannya


menggunakan cara berfikir dan berargumentasi yuridis serta
bangunan logika struktur sistem hukum.

10
2.5 Aliran-Aliran dalam Filsafat Hukum.

Aliran-aliran filsafat hukum antaranya sebagai berikut :

1. Aliran Hukum Alam.

Aliran hukum alam telah berkembang sejak kurun waktu 2.500 tahun
yang lalu, dan muncul dalam berbagai bentuk pemikiran. Dilihat dari
sejarahnya, menurut Friedmann (1990: 47), aliran ini timbul karena
kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang absolut.
Hukum alam di sini dipandang sebagai hukum yang berlaku universal
dan abadi. Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi
bahwa melalui penalaran, hakikat makhluk hidup akan dapat
diketahui, dan pengetahuan tersebut akan menjadi dasar bagi tersier
sosial serta eksistensi hukum tersier. Terdapat dua aliran hukum alam,
rasional dan irasional.

a. Rasional: bependapat bahwa sumber hukum yang rasional dan


abadi adalah rasio dari manusia.

b. Irasional: bependapat bahwa hukum yang berlaku universal


dan abadi bersumber dari Tuhan secara langsung.

2. Positivisme hukum.

Positivisme hukum (Aliran Hukum Positif) memandang yang perlu


diperkuat oleh hukum dan moral (antara hukum yang ada dan hukum
yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme hukum
dapat dibedakan dalam dua corak yaitu:

a. Aliran Hukum Positif Analistis ( Analytical Jurisprudence ):


John Austin (1790-1859). Yang menyatakan Hukum adalah
perintah dari penguasa Negara. Hakikat hukum sendiri,
menururt Austin, terletak pada unsure “perintah” itu. Hukum
dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup.

11
b. Aliran Hukum Murni Hans Kelsen (1881-1973). Menurut
Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang non-
yuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis.
Pemikiran inilah yang dikenal dengan teori hukum murni (
Reine Rechtlehre ) dari Kelsen. Jadi, hukum adalah suatu
sollenskagorie (kategori keharusan / ideal), bukan seins-
kategori (kategori factual).

3. Utilitarianisme.

Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang meletakan


kemanfaatkan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan disini
diartikan sebagai kebahagiaan ( kebahagiaan) . Jadi baik buruk atau
adil tidaknya suatu hukum, tergantung kepada apakah hukum itu
memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Aliran ini
sebenarnya dapat dimasukan kedalam Positivisme Hukum, mengingat
faham ini pada akhirnya sampai pada kesimpulan dari hukum adalah
menciptakan ketertiban masyarakat, di samping untuk memberikan
manfaat yang sebesar-besar kepada jumlah orang yang terbanyak. Ini
berarti hukum merupakan pencerminan penguasa juga,
bukanpencerminan dari rasio sendiri-sendiri.

4. Aliran Mazhab Sejarah. Aliran atau mazhab sejarah merupakan aliran


filsafat hukum yang lahir pada masa perkembangan,atau sesuai
dengan perkembangan. Secara sederhana dapat diklasifikasi menjadi
tiga aliran yaitu mazhab positivisme, mazhab utilitarianisme dan
mazhab historis atau sejarah. Dalam rentang sejarah, perkembangan
aliran pemikiran hukum sangat tergantung dari aliran pemikiran
hukum sebelumnya, sebagai sandaran kritik dalam rangka kerangka
kerangka teoritik berikutnya. Di samping itu kelahiran satu aliran
sangat terkait dengan kondisi lingkungan tempat suatu aliran pertama
kali muncul. Dengan kata lain, lahirnya satu aliran atau mazhab
hukum dapat dikatakan sebagai jawaban fundamental terhadap
kondisi kekinian pada zamannya. Sebagai contoh dapat dikemukakan
12
kritik positivisme dan aliran sejarah terhadap aliran hukum alam atau
kritik kaum realis terhadap positivistik. Demikian juga kritik yang
ditujukan kepada postmodernisme kemapanan modernisme.

5. Aliran Sociological Jurisprudence.

Lili Rasyidi menerangkan bahwa aliran sosiological Jurisprudence


dengan nama aliran, yang berbeda dengan sosiologi hukum yang
merupakan cabang dari sosiologi. sociological jurisprudence
menitikberatkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam
hubungan dengan hukum. Menurut aliran sociological jurisprudence
ini, hukum yang bauj haruslah hukum yang sesuai dengan hukum
yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif (the living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika
antar tesis positivisme hukum dan antitesis mazhab sejarah.
Positivisme hukum memandang bahwa hukum ada karena ada
perintah dari penguasa sedangkan aliran sejarah memandang hukum
justru lahir dari pengalaman, dan sociological jurisprudence
menganggap keduanya sama penting.

6. Aliran Realisme Hukum

Realisme hukum berkembang dalam waktu yang bersamaan dengan


sociological Jurisprudence. Sehingga ada penulis yang memasukan
aliran ini menjadi bagian aliran positivis hukum, meskipun ada juga
yang memasukan sebagai bagian dari neo positivisme hukum atau
bahkan sebagai aliran tersendiri. Ada pula yang mengidentikan
realisme hukum dengan pragmatikal legal realism. Pada kajian
hukum, akar realisme hukum ada pada tataran empirisme, khususnya
pengalaman-pengalaman yang didapat dari pengadilan. Dalam hal ini,
jelas sistem hukum Amerika Serikat sangat kondusif dan terbukti
memang kaya dengan putusan-putusan hakimnya. Pragmatisme ini
memang merupakan suatu sistem filsafat, akan tetapi lebihlebih suatu
sikap. Sikap Pragmatis ini cukup umum di Amerika dan dianggap

13
suatu yang realistis. Oleh karena itu, di Amerika muncul yang seperti
ini dinamakan mazhab realisme hukum. Juga di Skandinavia
munculah suatu mazhab realisme hukum, tetapi mazhab ini mencari
kebenaran suatu pengertian dalam situasi tertentu dengan
menggunakan ilmu psikologi. Dalam pandangan penganut realisme
hukum, hukum adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat
kontrol sosial. Karena itu program ilmu hukum realisme realisme
hampirn tidak terbatas, kepribadian manusia, lingkungan sosial,
keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagasan yang sedang berlaku,
emosi-emosi yang umum, semua itu pembentuk hukum dan hasil
hukum dalam kehidupan. Itulah sebabnya, sangat benar apa yang
dikatakan oleh seorang realis yang terkemuka, bahwa hal an dan yang
pokok dalam ilmu hukum adalah gerakan dalam pemikiran dan kerja
tentang hukum.

2.6 Permasalahan Penting dalam Filsafat Hukum

Filsafat hukum memfokuskan pada segi filosofisnya hukum yang


berorientasi pada masalah-masalah fungsi dan filsafat hukum itu sendiri yaitu
melakukan penertiban hukum, penyelesaian pertikaian, pertahankan dan
memelihara tata tertib, mengadakan perubahan, pengaturan tata tertib demi
terwujudnya rasa keadilan berdasarkan kaidah hukum abstrak dan konkrit.

Selain itu permasalahan penting dalam filsafat hukum yakni ada tiga
yang diantaranya :

1. Permasalahan filsafat hukum dengan dengan negara, yang artinya


Dalam sebuah penerapan hukum disuatu negara maka diperlukan
suatu kekuasaan untuk mendukungnya guna tercapainya efektifitas
sebuah produk hukum, sehingga kekuasaan diperlukan guna
penegakkan hukum yang bersifat memaksa. Dengan adanya hal
tersebutlah yang akan memicu timbulnya berbagai permasalah dalam
filsafat hukum.
14
2. Permasalahan filsafat hukum dengan hukum, yang artinya Hukum
dianggap sebagai suatu kaedah-kaedah positif yaitu kaedah-kaedah
yang efektif dalam kenyataannya. Hukum hanya bertujuan untuk
menentukan adanya kaedah-kaedah, dalam hukum yang berlaku lepas
dari nilai-nilai etis dan pertimbangan-pertimbangan politis. Seperti
mazhab analitis tidak mempersoalkan masalah-masalah yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan sosial. Bidang penyelidikan
ini memusatkan perhatiannya kepada prinsip-psrinsip rasional yang
memberikan kepada hukum “keabsahannya” atau “kekuatan
mengikatnya” yang khusus dan merupakan kriterium bagi benarnya
suatu kaedah hukum. Pada umumnya cita-cita hukum itu dianggap
adalah keadilan. Disinilah muncul pertanyaan-pertanyaan dan
masalah-masalah pokok tentang hubungan antara keadilan dan
hukum positif. Peranan yang dimainkan oleh prinsip keadilan dalam
perundang-undangan, pengadilan dan sebagainya.

3. Permasalahan filsafat hukum dengan kekuasaan, merujuk pada istilah


“HUKUM TANPA KEKUASAAN ADALAH ANGAN-ANGAN,
KEKUASAAN TANPA HUKUM ADALAH KEDZALIMAN”. Dengan
demikian dapat diartikan bahwasanya permasalah fisafat hukum
dengan kekuasaan dapat menimbulkan berbagai perselisihan
(permasalahan) yang di sebabkan dari factor kekuasaan yang tidak
dibatasi oleh rambu rambu hukum (misalnya kekuasaan raja yang
absolut) dapat menimbulkan kezaliman. (Power tend to corrupt,
absolut power tends to corrupt absolutely). Menurut Montesquiue
kekuasaan harus dipisahkan menjadi tiga lembaga Eksekutif,
Legislatif, dan Yudikatif (Trias Politica) agar terdapat checks and
balance di antara ketiganya sehingga terjadi keseimbangan dalam
bernegara.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwasanya filsafat hukum adalah ilmu pengetahuan


yang mempelajari pertanyaan mendasar dari hukum. Atau ilmu pengetahuan
tentang hakikat hukum. Istilah filsafat hukum lazim digunakan dalam lingkungan
fakultas hukum di Indonesia. Pada zaman Belanda, istilah yang dipergunakan oleh
Rechtshogeschool adalah wijsbegeerte van het recht berdasarkan kurikulum
almanah rechthogeschool 1933. Kemudian oleh para penulis filsafat hukum
belanda dipergunakan istilah rechtphilosophie.

Karena filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara


filosofis. Maka obyek filsafat hukum adalah hukum. Filsafat memiliki
karakteristik menyeluruh/Holistik dengan cara itu setiap orang dianggap untuk
menghargai pemikiran, pendapat, dan pendirian orang lain. Disamping itu juga
memacu untuk berpikir kritis dan radikal atas sikap atau pendapat orang lain.
Sehingga siketahui bahwa manfaat mempelajari filsafat hukum adalah kreatif,
menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun pada jalan
baru. Adapun macam-macam aliran filsafat hokum yakni antara lain: Aliran
hukum alam/kodrat, Aliran positivme hukum, Aliran utilitarisme, Mashab sejarah
hukum, Aliran sociological jurirprudence, dan Aliran realisme hukum. Dan
macam-macam permasalahan penting dalam filsafat hukum yakni masalah-
masalah fungsi dan filsafat hukum itu sendiri yaitu melakukan penertiban hukum,
penyelesaian pertikaian, pertahankan dan memelihara tata tertib, mengadakan
perubahan, pengaturan tata tertib demi terwujudnya rasa keadilan berdasarkan
kaidah hukum abstrak dan konkrit.

16
3.2 Saran

Setelah mempelajari mengenai filsafat hukum, diharapkan pembaca biasa


lebih mempelajari lebih lanjut mengenai berbagai pengetahuan filsafat hukum
melalui fakta-fakta dan informasi yang lebih konkrit.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur Anshori dan Sobirin Malian, (2008) membangun hukum indonesia,
Jogyakarta, ,Kreasi Total Media,

Achmad Ali, (2002), Menguak Tabir Hukum; Suatu Kajian Filosofis dan
Sosiologis, Jakarta; Gunung Agung,

Arief Sidharta, (2007) Tentang Pengembangan Hukum, Teori Hukum, dan


Filsafat Hukum, Bandung, Refika Aditama,

Ahmad Azhar Basyir, (2000), Pokok-pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam,


Yogyakarta, Uli Press,

Jujun S Suria Sumantri, (2003) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer; Jakarta,
Pustaka Sinar Harapan, ,

18

Anda mungkin juga menyukai