Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMIKIRAN SOSIOLOG YANG MEMPENGARUHI LAHIRNYA


PEMIKIRAN SOSIOLOGI HUKUM

Disusun Oleh:

AGNES R PAPILAYA

FERDERIKA MASSA

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa.yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sosiologi Hukum.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sorong, 1 april 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. C.Tujuan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................
A. Pengertian sosiologi hukum............................................................................
B. Pemikiran sosiolog yang mempengaruhi lahirnya pemikiran sosiologi hukum .....
BAB III PENUTUP ............................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran . .....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi Hukum adalah disiplin ilmu yang sudah sangat berkembang saat
sekarang ini. Pada prinsipnya, sosiologi hukum (Sociology Of Law) merupakan derivatif
atau cabang dari Ilmu Sosiologi, bukan cabang dari ilmu hukum. Ada studi tentang
hukum yang berkenaan dengan masyarakat yang merupakan cabang dari ilmu hukum,
tetapi tidak disebut sebagai Sosiologi Hukum, melainkan disebut sebagai Sociological
Jurispudence.

Aliran Sosiologi Hukum yang melihat hukum sebaliknya bahwa hukum tidak
bisa lepas dari kehidupan masyarakat, kedua-duanya adalah saling menguatkan ketika
proses pembuatan maupun ketika diberlakukan. Sehingga muncul istilah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup ditengah masyarakat. Studi hukum dalam perspektif
ilmu sosial merupakan sebuah ikhtiar melakukan konstruksi hukum yang didasarkan
pada fenomena sosial yang ada. Perilaku masyarakat yang dikaji adalah perilaku yang
timbul akibat berinteraksi dengan sistem norma yang ada. Interaksi ini muncul sebagai
bentuk reaksi masyarakat atas diterapkannya sebuah ketentuan perundang-undangan
positif dan bisa pula dilihat perilaku masyarakat sebagai bentuk aksi dalam
mempengaruhi pembentukan sebuah hukum positif. 58 Ilmu-ilmu sosial yang masuk ke
dalam studi hukum perspektif sosiologis tergolong sebagai ilmu hukum (dalam arti
luas). Ilmu hukum pun dibagi ke dalam 2 kelompok yakni: ilmu hukum normatif, yang
juga popular disebut sebagai dogmatika hukum dan ilmu hukum empirik. Kelompok
disiplin ilmu yang masuk ke dalam socio-legal studies, masuk ke dalam kelompok ilmu
hukum empirik. Dalam konsepsi Meuwissen, ilmu hukum atau dogmatika hukum adalah
disiplin hukum yang paling rendah tingkat abstraksinya.

Sedangkan filsafat hukum adalah disiplin hukum yang tingkat abstraksinya


paling tinggi. Di tengah-tengah ilmu hukum dan filsafat hukum terdapat teori hukum
(Jurisprudence). Penggolongan yang dirumuskan oleh Meuwissen tentulah bertetangan
dengan pendapat yang mengatakan bahwa hampir semua disiplin ilmu yang masuk ke
dalam studi hukum perspektif sosiologis adalah anak dari induknya yang nota bene
adalah ilmu sosial. Sosiologi Hukum adalah anak dari Ilmu Sosiologi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi hukum ?

2. Apa saja pemikiran sosiolog yang mempengaruhi lahirnya pemikiran Sosiologi


Hukum?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sosiologi hukum.

2. Untuk mengetahui apa saja pemikiran sosiolog yang mempengaruh lahrnya


pemikiran sosiologi hukum.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sosiologi hukum

Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
dengan gejala-gejala social lainnya secara empiris analitis.

ada lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu filsafat hukum, ilmu
hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.

1. Filsafat hukum

Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu “stufenbau des
recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu :

– Grundnorm (dasar social daripada hukum)

– Konstitusi

– Undang-undang dan kebiasaan

– Putusan badan pengadilan

Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan berkembangnya
sosilogi hukum, diantaranya yaitu

1) Mazhab sejarah, tokohnya Carl Von Savigny (hukum itu tidak dibuat, akan tetapi
tumbuh da berkembang bersama-sama masyarakat). Hal tersebut merupakan
perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan hukum dari statu ke
control sejalan dengan perkembangan masyarakat sederhana ke masyarakat modern.
2) Mazhab utility, tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat bagi
masyarakat guna mencapai hidup bahagia). Dimana manusia bertindak untuk
memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan dan pembentuk hukum
harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga-warga masyarakat secara
individual). Rudolph von Ihering (social utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu
alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuan)
3) Aliran sociological jurisprudence, tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang dibuat harus
sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat atau living law)
4) Aliran pragmatical legal realism, tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of social
engineering), Karl Llewellyn, Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-hakim tidak hanya
menemukan huhum akan tetapi bahkan membentuk hukum).

2. Ilmu hukum

Yang mendukung ilmu soiologi hukum adalah ilmu hukum yang menganggap bahwa
hukum itu adalah gejala sosial.

3. Sosiologi yang berorientasi dibidang hukum


Menurut Emile Durkhain mengungkapkan bahwa dalam masyarakat selalu ada solideritas
social yang meliputi :

 Solideritas social mekanis yaitu terdapat dalam masyarakat sederhana dimana kaidah
hukumnya bersifat represif (yang diasosiasikan dalam hukum pidana)
 Solideritas social organis yaitu terdapat dalam masyarakat modern dimana kaidah
hukumnya bersifat restitutif (yang diasosiasikan dalam hukum perdata).
 Max Weber dengan teori ideal type, mengungkapkan bahwa hukum meliputi :
 Irasionil materil (pembentuk undang-undang mendasarkan keputusan-keputusannya
semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun)
 Irasionil formal (pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-
kaidah diluar akan, oleh karena didasarkan pada wahyu atau ramalan)
 Rasional materil (keputusan-keputusan para pembentuk undang-undnag dan hakim
menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa atau
ideologi)
 Rasional formal (hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak dari
ilmu hukum)
B. Pemikiran sosiolog yang mempengaruhi lahirnya pemikiran sosiologi hukum.

Sebagai ilmu monografis maka Sosiologi Hukum berurusan dengan kenyataan hukum sehari-hari
(the full reality of law). Hukum tidak dapat dilihat semata-mata sebagai sekumpulan materi hukum,
seperti perundangundangan dan putusan pengadilan, melainkan memiliki sosok atau jati diri.
Apakah yang dinamakan ’paradigma’ itu? Paradigma adalah suatu istilah yang kini amat populer
dipakai dalam berbagai wacana di kalangan para akademisi untuk menyebut adanya “suatu pangkal (an)
atau pola berpikir yang akan mensyarati kepahaman interpretatif seseorang secara individual atau
sekelompok orang secara kolektif pada seluruh gugus pengetahuan berikut teori-teori yang dikuasainya.
Istilah paradigma berasal dari istilah latin paradeigma yang artinya pola. Istilah ini oleh Kuhn
digunakan untuk menunjuk dua pengertian, pertama, totalitas konstelasi pemikiran, keyakinan, nilai,
persepsi, dan teknik yang dianut oleh akademisi, maupun praktisi disiplin ilmu tertentu, yang
memengaruhi cara pandang realitas mereka. Kedua, upaya manusia untuk memecahkan rahasia ilmu
pengetahuan, yang menjungkirbalikan semua asumsi dan aturan yang ada.
Adapun pemikiran beberapa sosiolog yang mempengaruhi lahirnya pemikiran sosiologi hukum
diantaranya :

A. Kalr Marx
Pokok pikiran Marx dalam Sosiologi Hukum adalah sebagai berikut.
1. Hukum adalah adat yang menyebabkan timbulnya konflik
dan perpecahan. Hukum tidak berfungsi untuk melindungi.
Hukum hanya melindungi kelompok-kelompok dominan.
2. Hukum bukan alat integrasi tetapi merupakan pendukung
ketidaksamaan yang dapat membentuk perpecahan kelas.
3. Hukum dan kekuasaan merupakan sarana-sarana dari kaum
kapitalis yang berkuasa di bidang ekonomi, untuk
melanggenggkan kekuasaannya.
4. Hukum bukanlah model idealis dari moral masyarakat atau
setidak-tidaknya masyarakat bukanlah manifestasi
normative dari apa yang telah dihukumkan.

Marx memandang masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang antagonis.


Dalam pandangannya, watak dasar seperti ini ditentukan oleh hubungan
konflik antar kelas-kelas sosial, yang kepentingan-kepentingannya saling
bertentangan dan tak dapat didamaikan karena perbedaan kedudukan
mereka dan tatanan ekonomi.

B. Emile Durkheim :
Dalam karyanya “ Division du Travail Social” tahun 1983 : masalah
hubungan antara bentuk-bentuk kemasyarakatan dan jenis-jenis hukum.
“Lambang kesetiakawanan sosial yang tampak (dianggap sebagai suatu
kesetiakawanan yang sungguh-sungguh, yakni sebagai suatu bentuk
kemasyarakatan) adalah hukum”. Pada hakikatnya, banyak jasanya untuk
perkembangan sosiologi hukum yang sistematis (dengan menelaah
hubungan antara tipe-tipe hukum dan masyarakat-masyarakat yang serba
meliputi). Sosiologi hukum itu harus membedakan antara jenis-jenis
hukum. Klasifikasi pertama yang perlu diadakan ialah antara hukum yang
bersesuaian dengan kesetiakawanan mekanis atau kesetiakawanan karena
perbedaan.
Pada hakikatnya, dimana Durkheim melihat identitas atau persamaan, di
sana ada berbagi kombinasi: hukum kerjasama, boleh jadi bersifat represif
dan bersanksikan sanksi-sanksi yang sifatnya restitutif dan paksaan-
paksaan yang bersyarat (hukum mengenai perusahaan-perusahaan dagang,
trusttrust dan pabrik-pabrik dewasa ini). Namun terdapat pengabaian
setelah ia meninggal dunia (revue Metaphysique, 1930). Adapun
pengabaian analisis permasalahan itu antara lain:
 Pentingnya kedudukan sosiologi hukum genetis dengan sendirinya
memusatkan perhatian Durkheim kepada masyarakat yang menyeluruh dan
bukan kepada kelompok-kelompok bawah.
 Durkheim cenderung kepada monisme social dan hukum : menyusun
kelompok-kelompok bawahnya dalam suatu hierarki yang rapi, dan
kelompok kelompok profesional senantiasa dibawahakan kepada Negara,
yang jauh lebih tinggi daripada masyarakat internasional.
C. Max Weber
Menurut Max Weber semua sosiologi hukum dieduksikan menjadi
kemungkinan-kemungkinan atau “kesempatan-kesempatan” dari kelakuan
sosial, menurut suatu sistem yang koheren dari aturan-aturan yang
diselenggarakan oleh ahli hukum bagi suatu tipe masyarakat tertentu.
Pendekatan Weber terhadap penggunaan metode pemahaman secara
interpretatif dalam arti-arti bathin perbuatan-perbuatan untuk sosiologi,
suatu metode yang bermanfaat bagi perdamaian dan kerjasama antara
sosiologi hukum dan filsafat hukum.

D. Eugene Ehrlich
Erlich membuktikan kenyataan bahwa jikalau sosiologi hukum hanya
mengambil sistematisasi ilmu hukum sebagai titik tolak, maka sosiologi
hukum itu tidak akan memahami tujuannya yang sebenarnya, yakni
kenyataan hukum integral yang mentransendikan semua skema “dalil
hukum bersifat abstrak” atau aturan-aturan mengenai persengketaan.
Dalam tiga karyanya yang terutama, Beitrage zur Theorie der Rechtsqullen
(1902), Grundlegung der Sozioligie des Rechts (jilid pertama 1913, jilid
kedua 1928) dan Die Juristische Logik (1919) Ehrlich menyelenggarakan
dua tugas yaitu:
 Ia hendak menunjukkan bahwa apa yang dinamakan “ilmu hukum”
yang diselenggarakan oleh para ahli hukum adalah semata-mata suatu
teknik yang bersifat relatif dimaksudkan untuk mencapai ujuan-tujuan
praktis dan sementara waktu, dan berkat sistematisasi khayali, tidak mampu
memahami apapun kecuali kulit yang paling luar dari kenyataan hukum
integral dan spontan dalam segala tingkat kedalamannya.
 Kenyataan bahwa ilmu hukum dogmatis-normatif bukanlah suatu
ilmu melainkan semata-mata suatu teknik yang diapakai untuk mencapai
tujuan-tujuan pengadilanyang bersifat temporer, menjadi sangat jelas
apabila diketahui bahwa asas-asas yang biasanya dianggap bersumber pada
logika hukum yang tidak berubah-ubah sesungguhnya hanyalah
penyesuaian kepada keadaan-keadaan kesejarahan yang sangat konkret.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-persoalan yang


dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli hukum bahwa hukum
pada dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat. Maka dari itu hukum dituntut
untuk dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat.Berangkat Dari sinilah
sehingga dalam dunia hukum dikenal istilah sosiologi hukum maupun antropolgi hukum
dan lain-lain. Munculnya gabungan antara ilmu sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah
untuk dapat menjawab problematika kehidupan masyarakat pada umumya begitu juga
dengan antropogi hukum dan seterusnya.

B. SARAN

Diharapkan dengan munculnya berbagai aliran-aliran hukum dan berbagai teori-


teorinya dapat membuat kehidupan masyarakat semakin lebih baik dengan hukum.

Anda mungkin juga menyukai