Kelompok 4
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah sosiologi hukum
kepulauan tepat waktu.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
ii | P a g e
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 23
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum dan masyarat merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan. Dimana ada
masyarakat disitu ada hukum. Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoonpoliticon,
artinya bahwa manusia pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesamanya.
Jadi manusia adalah mahluk yang suka bermasyarakat. Untuk mencapai hidup teratur, aman
dan terjamin hak- hak masyarakat maka diperlukan hukum. Menurut paham positivisme
bahwa, hukum adalah suatu perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau
memegang kedaulatan. Hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap. dan bersifat
Menurut ilmu hukum dan filsafat hukum, maka usaha pembaharuan hukum dapat dikatakan
bahwa Negara Republik Indonesia dalam kebijaksanaan pembinaan hukumnya menganut teori
gabungan dari apa yang dikenal sebagai aliran sociological jurisprudence dan pragmatic
jurisprudence, Aliran sociological jurisprudence ialah aliran yang menghendaki bahwa dalam
Memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Tokoh mazhab yang
Aliran Sociological Jurisprudence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat hukum menitik
beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran ini hukum yang
baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di antara masyarakat Aliran ini
secara tegas memisahkan antara hukum positif (the positive law) dengan hukum yang hidup
(the living law) Singkatnya yaitu, aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum yang dibuat
agar memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat atau living law baik tertulis maupun
1|Page
tidak tertulis. Misalnya dalam hukum yang tertulis jelas dicontohkan Undang-Undang sebagai
hukum tertulis, sedangkan yang dimaksudkan hukum tidak tertulis disini adalah hukum adat
yang dimana hukum ini adalah semulanya hanya sebagai kebiasaan yang lama kelamaan
menjadi suatu hukum yang berlaku dalam adat tersebut tanpa tertulis. Dalam masyarakat yang
mengenal hukum tidak tertulis serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, Hakim
merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Untuk
itu ia harus terjun ditengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu
menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Sosiologis
Aliran sosiologis ini memandang hukum sebagai "kenyataan social" dan bukan hukum
sebagai kaidah. Oleh karena itu, jika kita ingin membandingkan persamaan dan perbedaan
antara pandangan kaum positivism dengan kaum sosiologis di bidang hukum, maka dapatlah
1. Positivisme memandang hukum tidak lain kaidah-kaidah yang tercantum dalam perundang-
2. Positivisme memandang hukum sebagai sesuatu yang otonom atau mandiri, sedangkan
sosiologisme memandang hukum bukan sesuatu yang otonom, melainkan sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor non hukum yang ada dalam masyarakatnya, seperti faktor ekonomi. politik,
3. Poisitivisme hanya mempersoalkan hukum sebagai "das sollen" (apa yang seharusnya,
ought), sedangkan sosiologisme hukum memandang hukum sebagai das sein (dalam
kenyataannya, is)Dunia "is" (realm of "is") adalah: refers to a complez of actual determinants
3|Page
4. Positivisme cenderung berpandangan yuridis-dogmatik, sedangkan sosiologisme hukum
fenomena hukum. Jadi, interpretative under standing of social conduct. (suatu usaha untuk
memahami objeknya dari segi tingkah laku sosial), meliputi: causes, it course, dan its effects.
Fenomena hukum dari sudut pandangan aliran sosiologis ini adalah gejala-gejala yang
5. Metode yang digunakan kaum positivis adalah preskriptif, yaitu menerima hukum positif
dan penerapannya, sedangkan metode yang digunakan oleh penganut sosiologisme hukum
adalah deskriptif.
Dalam metode deskriptisnya, kaum sosiologis mengkaji hukum dengan menggunakan teknik-
4|Page
B. Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence
Para penganut aliran sosiologis di bidang ilmu hukum, dapat dibedakan antara yang
Socialogy of law di Italia, pertama kali dikenalkan oleh Anzilotti. Oleh karena itu, berkonotasi
Eropa Daratan, sedangkan sociological jurisprudence lahir di Amerika Serikat, olehnya itu
Sociology of law adalah sosiologi tentang hukum, karena itu ia merupakan cabang sosiologi.
Sodangkan sociological jurisprudence adalah ilmu hukum sosiologi, karena itu merupakan
Pembaruan suatu bidang hukum harus dibuat sesuai dengan arah bentuk masyarakat tertentu
yang digunakan. Sebagai contoh, konsep ekonomi Pancasila, yang bentuk masyarakatnya
adalah bentuk masyarakat sederhana. Untuk menyukseskan konsep ekonomi Pancasila itu,
harus diikut sertakan sarjana hukum sebagai "arsitek sosial" nya, yang akan merancang
hukumnya, karena alat itu untuk dapat mewujudkan konsep tadi adalah hukum.
Lebih lanjut Emilie Dhurkheim menyatakan bahwa apa saja yang dapat dilakukan oleg setiap
individu dalam masyarakat adalah tergantung "social order". Jadi kebebasan itu tidak ada
dalam individu, tetapi kebebasan itu berada dalam kerangka masyarakat. Jika dilihat dari teori
Emelie Dhurkheim ini, maka bentuk masyarakat Indonesialah yang justru benar, dan justru
Kritik terhadap teori Emilie Dhurkheim adalah bahwa tidak benar pada masyarakat yang
sederhana hukumnya represif, justru hukumnya bersifat restitutif Menurut Satjipto Rahardjo,
kritik semacam itu tidak mengurangi kebebasan Emilie Durkheim sebagai pelopor yang mana
sebagai seorang pelopor tentu saja setiap kesalahan yang dibuatnya tentu kelihatan besar.
5|Page
Ajaran Eugen Ehlich terkenal dengan kalimatnya: "the center of gravity of legal development
lies not in legislation, nor in juristic science, nor in judicial decision, but in society itself". Jadi
bagi Ehrlich, perkembangan hukum itu tidak terdapat dalam undang-undang tidak juga dalam
ilmu hukum, dan juga tidak dalam putusan pengadilan, melainkan di dalam masyarakat sendiri.
Ehrlich terkenal juga dengan konsep "living law" nya. Menurut Ehrlich, ada dua sumber
hukum:
1. Legal history and jurisprudence, yaitu penggunaan presden dan komentar tertulis.
2. Living law yang tumbuh dari kebiasaan mutakhir dalam masyarakat Ehrlich juga
2. Norms of conduct, yaitu kaidah-kaidah sosial selain kaidah hukum, yang muncul akibat
Masyarakat dilihat Persons sebagai satu totalitas yang mempunyai dua macam lingkungan,
yaitu "ultimate realty" dan fisik organic. Masyarakat mengorganisasi sedemikian rupa untuk
dapat menghadapi dua lingkungan ini. Untuk mengadapi kedua lingkungan tersebut,
6|Page
Pattern maintenance, artinya tanpa kebudayaan, maka masyarakat tidak dapat berintegrasi,
dalam masyarakat diintegrasikan menjadi satu sehingga masyarakat dapat merupakan satu
kesatuan. Contohnya dengan adanya aturan jual beli maka dapat diintegrasikan orang-orang
Goal pursunance berarti setiap warga masyarakat selalu mempunyai kebutuhan untuk
mengetahui ke arah mana tujuan masyarakat itu digerakkan. Dengan politik, masyarakat
dihimpun sebagai satu totalitas ntuk menentukan satu tujuan bersama. Contohnya, masyarakat
Adaption merupakan fungsi bagaimana masyarakat itu dapat memanfaatkan sumber daya di
sekitarnya secara fisik organik. Yang menarik adalah adanya hubungan antara masing-masing
subsistem dan mengenal adanya dua arus, yaitu arus informasi dan arus energi. Arus energi
yang tertinggi pada subsistem ekonomiSubsistem budaya memang sangat kaya dengan ide,
Konsep Talcott Parsons ini dinamai konsep Sibernetik. Arus informasi terbesar pada subsistem
budaya, dan semakin kecil ke sosial, politik dan terakhir pada ekonomi. Sebaliknya arus energy
terbesar pada ekonomi, semakin kecil pada politik, sosial dan terakhir budaya.
Pada masyarakat sederhana, diferensi antara sub-sub system yang terdapat dalam konsep
Sibenetika itu belum tajam, sedangkan dalam suatu masyarakat modern yang kompleks,
perbedaan dan pemisahan yang tajam sudah terlihat di antara masing-masing subsistem
tersebut.
Pembedaan antara "ultimate reality" dengan "fisik organic" olch Persons, menurut penulis
tepat, tetapi tetap ada perbedaan antara manusia sebagai makhluk fisik organik dengan binatang
7|Page
Binatang sebagai makhluk biologis hanya memiliki sinnhaft (kebutuhan biologis), sedang
manusia sebagai makhluk biologis juga memiliki sinnhaft. Tetapi manusia, selain memiliki
sinnhaft, juga memiliki ideenhaft (keterikatan pada ide) yang tidak dimiliki oleh binatang-
binatang. Sebagai contoh, lapar adalah sinnhaft setiap manusia, tetapi berkat adanya ideenhaft-
nya, bagi manusia Muslim di bulan Ramadhan dapat menahan diri untuk menahan lapar dan
Teori Sibernetik pertama-tama digungan dalam ilmu anatomi di bidang ilmu kedokteran, di
mana tubuh manusia yang terdiri dari bagian-bagian tubuh dilihat sebagai satu system, dengan
fungsi sub-sub system yang berbeda-beda kemudian Parsons mentransfer Sibernetik itu ke
dalam sosiologi, dan mengganti eksistensi tubuh manusia dengan eksistensi masyarakat. Inilah
Sehubungan dengan itu, seorang pakar bemama Riggs, mengemukakan bahwa di antara
masyarakat yang masih "fused" dengan masyarakat yang sudah "difussed", masih ada satu
1. Pendekatan Weber
Karya Weber sociological of law bertema pokok, analisis perkembangan hukum dari penemuan
hukum secara karismatis sampul pada pembentukan hukum yang rasional. Proses perubahan
ini diikuti dalam berbagai gejala hukum: dalam pembedaan yang berangsur-angsur antara
hukum politik dan hukum privat, meskipun pembedaan ini ada hubungannya dengan perubahan
prinsip pemerintahan, dalam perkembangan perjanjian penentuan status yang formal ke arah
perjanjian yang elastis dan tidak kaku untuk mencapai suatu tujuan; dari pribadi-hukum yang
8|Page
otonom dalam abad pertengahan kea rah monopoli Negara modern dalam hal menciptakan
pribadi-hukum.
Seluruh perkembangan hukum ini crat hubungannya dengan faktor-faktor sosial, politik dan
ekonomi. Jadi perkembangan suatu perekonomian pasar dengan sarana uang yang meningkat,
syarat-syaratnya.
Bagian yang menarik dari analisa Weber adalah mengenai pengaruh para ahli hukum dan
terhadap penemuan hukum yang bersifat rasional, maka penyelenggaraan pengadilan menjadi
suatu prosedur yang lebih teratur untuk menyelesaikan yang mempunyai kedudukan sosial
yang terpandang, di antara penentu hukum terdahulu dan ahli-ahli hukum selanjutnya.
Golongan ini amat mempengaruhi rasionalisasi prosedur hukum, meskipun kerap kali mereka
Menjelang tahun 1914, Weber menulis tentang suatu kecenderungan baru untuk mengganti
penyelenggaraan hukum secara rasional dengan suatu antiformalisme, tetapi ia percaya bahwa
reaksi demikian tidak akan mempengaruhi spesialisasi keahlian hukum yang semakin
meningkat, bersamaan dengan pertumbuhan peralatan teknisnya, sebagai akibat wajar dari
9|Page
E. Aliran Sociological Jurisprudence
Aliran ini tumbuh dan berkembang di Amerika Serikat oleh seorang pionernya, yakni
Roscoe Pound (1870-1964) melalui karya besarnya yang berjudul "Scope and Purpose of
Sociological Jurisprudence "pada tahun 1912. Inti pemikiran dari aliran ini terletak pada
penekanan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang hidup didalam masyarakat.
hukum. Kalau sociological jurisprudence merupakan suatu mazhab dalam filsafat hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat dan sebaliknya,maka
sosiologi hukum mempelajari pengaruh masyarakat kepada hukum dan sejauh mana gejala-
gejala yang ada di dalam masyarakat itu dapat mempengaruhi hukum tersebut,disamping itu
Aliran ini lahir dari proses dialektika antara yang sebagai tesis adalah aliran hukum positif dan
yang sebagai antitesis adalah mazhab sejarah yang kemudian menghasilkan sintesis yang
berupa sociological jurisprudence. Aliran hukum positif memandang tiada hukum kecuali
Aliran hukum positif lebih mementingkan akal, sementara mazhab sejarah lebih mementingkan
Jurisprudence dimaksudkan menekankan adanya sisi hukum dan sisi masyarakat secara
Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum harus dilihat sebagai suatu lembaga kemasyarakatan
mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in action) yang dibedakannya dengan hukum
yang tertulis (law in books).Salah satu pendapat terkenal Pound adalah bahwa hukum itu
10 | P a g e
merupakan a tool of social engineering (hukum sebagai pranata sosial atau hukum sebagai alat
Menurut Pound, pada saat terjadi imbangan antara kepentingan dalam masyarakat maka yang
akan muncul adalah kemajuan hukum. Roscoe Pound mengadakan tiga penggolongan utama
meliputi kepentingan negara sebagai badan hukum dalam tugasnya untuk memelihara hakikat
negara dan kepentingan negara sebagai penjaga dari kepentingan sosial. Kedua, kepentingan
orang perorangan yang dibedakan oleh Pound menjadi tiga kepentingan lagi,yakni kepentingan
benda. Ketiga, kepentingan sosial yang meliputi keamanan umum,keamanan dari institusi-
kehidupan individual.
Tokoh signifikan berikutnya dari aliran ini ada pada pandangan Eugen Erlich (1922-2008), di
mana ia sangat menentang adanya kekuasaan tak terbatas yang diberikan kepada penguasa
penyimpangan hukum terhadap masyarakatOleh karena itu, harus ada keseimbangan antara
kepentingan penguasa dengan kepentingan masyarakat. Kekuasaan tak terbatas dilakukan oleh
Negara terhadap masyarakat dalam hal ini spesifik elite kelompok sosial.
Secara konsukuen Ehrlich beranggapan bahwa mereka yang berperan sebagan pihak yang
mengembangkan sistem hukum harus mempunyai hubungan yang crat dengan nilai-nilai yang
dianut dalam masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran itu harus ada pada setiap anggota
11 | P a g e
profesi hukum yang bertugas mengembangkan hukum yang hidup dan menentukan ruang
Titik berat aliran sociological jurisprudence terletak pada kenyataan sosial yang dapat menjadi
kenyataan hukum (fakta hukum)Fakta-fakta hukum yang mendasari semua hukum adalah
kebiasaan, dominasi, pemilikan dan pernyataan kemauan. Keempat faktor ini dari masing-
bahwa hukum akan menjadi instrumen perubahan sosial yakni hukum sebagai sarana yang
penting untuk memelihara ketertiban harus dikembangkan, sehingga dapat memberi ruang
gerak bagi perubahan sosial-kemasyarakatan. Dalam hal ini hukum dapat tampil ke depan
Aliran sociological jurisprudence melihat masyarakat dari pendekatan hukumnya yang salah
satu rinciannya meliputi fungsi dari hukum terhadap masyarakat. Fungsi hukum adalah sebagai
Dalam paradigma sosiological jurisprudence yang melihat fungsi hukum dari hukum terhadap
masyarakat dengan spesifikasi fungsi hukum sebagai kerangka ideologis perubahan struktur
dan kultur masyarakat, maka dapat ditanggapi struktur dan kultur yang dimaksud menyangkut
Masyarakat akan dibatasi oleh politik dan dalam menegakkan hukum yaitu: kebebasan untuk
memiliki sesuatu, kebebasan untuk berdagang dan perlindungan terhadap monopoli, kebebasan
Pound sendiri mengakui bahwa dalam perundang-undangan dan putusan-putusan hakim dari
waktu ke waktu belakangan ini, beberapa asas politik tersebut harus dibatasi dan dasar dari
12 | P a g e
pandangan bahwa perihal politik tersebut dengan sendirinya merupakan jaminan untuk
kemajuan, pada umumnya tergantung dari asas-asas politik dan ekonomi tertentu.
Pound memasukan dalam kategori yang sama kepentingan tentang kemajuan politik dengan
memberi perlindungan mengenai kritik yang bebas, kebebasan untuk mengadakan pesan yang
beradab perlu adanya jaminan bahwa setiap individu mendapat kesempatan untuk hidup
Menurut Roscoe Pound, kepentingan sebagai tersebut ini agaknya merupakan kepentingan
yang paling utama. Kepentingan tersebut dapat dilihat dalam perlindungan hukum mengenai
kebebasan untuk berbicara dan kebebasan untuk memilih pekerjaan dalam kebebasan untuk
sebagai tersebut di atas oleh beberapa sarjana hukum modern diperluas dan diadakan
perubahan perubahan.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa aliran ini memandang hukum sebagai kenyataan dan
bukan sebagai kaidah. Hukum baru dapat disebut hukum jika ada jaminan eksternal bahwa
aturan itu dapat dipakasakan melalui paksaan fisik maupun psikologi Para pendasar aliran ini
penekanan terhadap pentingnya keseimbangan antara hukum formal dengan hukum yang hidup
13 | P a g e
F. Kritik terhadap Aliran Sociological Jurisprudence
hukum masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena mengutamakan bagaimana suatu
hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi,
aliran ini bukanlah tanpa kritik. Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sosiologi
jurisprudence
1. menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum, karena
yang dapat diperbaiki oleh usaha yang cerdik guna menemukan cara terbaik untuk
3. mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada tujuan
sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi.
4. menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang ditimbulkan oleh
5. membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak supaya
ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat berubah.
6. meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha untuk
apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering serta ajaran sociological
jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum yang baik itu adalah hukum yang sesuai
14 | P a g e
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Aliran ini mengetengahkan pentingnya hukum
yang hidup dalam masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila ada hubungan dengan
peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara sosilogis dan antropologis.
Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian. Tidak saja dimungkinkan
oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib yang ada dalam masyarakat sebagai suatu
kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya. Terutama dalam masyarakat yang pruralistik.
Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran sociological
masyarakat Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya masing-masing serta pola perilaku
yang spesifik pula adalah tidak mudah menerapkan ajaran sociological jurisprudence
Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri, dan fakta bahwa
hubungan antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut tipe masyarakat yang serba
meliputi, yang terhadapnya negara hanyalah merupakan suatu kelompok yang khusus dan suatu
Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan, secara teoritis karya Ehrlich,
menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap ajaran sociological jurisprudence yang
15 | P a g e
Kelemahan itu adalah :
1. Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum dari
norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat dipertukarkan, sesuatu yang
merupakan fakta historis dan sosial, tidak mengurangi perlunya pengujian pernedaan
yang jelasSesuai dengan itu sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu
2. Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat kebiasaan
sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti halnya dalam hukum
internasional pada zaman ketika adat istiadat dipandang baik sebagai sumber hukum
maupun sebagai bentuk hukum yang paling penting Di negara modern peran
Masyarakat modern menuntut sangat banyak undang- undang yang jelas dibuat oleh
bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai hukum
bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh karya
Ehrlich.
hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara hanya memberi
16 | P a g e
G. Aliran sociological jurisprudence dan Relevansinya Terhadap Pembangunan Sistem
Hukum Indonesia
juga keadilan itulah yang dicari orang tiada hentinya, diperjuangkan oleh setiap orang dengan
gigihnya, dinantikan oleh orang dengan penuh kepercayaan tetapi perkataan keadilan
mempunyai lebih dari satu arti. Di dalam etika, keadilan dapat dianggap sebagai budi pekerti
tuntutan- tuntutan manusia secara adil dan layak. Di dalam ilmu ekonomi dan ilmu politik
berbicara tentang keadilan sosial sebagai suatu sistem yang menjamin kepentingan-
kepentingan atau kehendak manusia yang selaras dengan cita-cita kemasyarakatan. Di dalam
hukum berbicara tentang pelaksanaan keadilan tersebut yang berarti mengatur hubungan-
hubungan dan menerbitkan kelakuas manusia di dalam dan melalui aturan-aturan tentang
tingkah laku.
Gagasan negara berdasar atas hukum muncul dari para pendiri bangsa ini dengan dilandasi oleh
prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial, artinya hukum dan diimplementasikan kedalam
menyimpang, baik segala wujud nilai-nilai secara yang kemudian peraturan perundang-
undangan tidak boleh nyata maupun tersamar dari prinsip-prinsip demokrasi maupun keadilan
sosial Hukum dalam gagasan para pendiri tersebut justru seyogyanya menjadi dasar pertama
dan utama bagi nilai-nilai demokrasi dan keadilan sosial. Dalam negara hukum maka negara
berfungsi menegakkan keadilan, melindungi hak-hak sosial dan politik warga negara dari
pelanggaran-pelanggaran, baik yang dilakukan oleh penguasa maupun warga negara sehingga
warga negara yang ada dapat hidup secara damai dan sejahtera sesuai dengan yang
17 | P a g e
Pembangunan merupakan upaya sadar yang dilakukan untuk merubah suatu kondisi yang
dianggap kurang baik atau bahkan buruk ke kondisi atau keadaan yang baik Pembangunan
yang ada dilaksanakan tentu saja dengan berpijak pada hukum yang jelas, dapat dipertanggung
jawabkan, terarah, serta proposional dalam hal fisik maupun non fisik.
Pada dasarnya, semua masyarakat yang sedang membangun selalu dicirikan oleh perubahan
dan pembangunan Oleh karena itu, bagaimanapun pembangunan diartikan atau dimaknai serta
apapun ukuran yang digunakan olch masayarakat dalam pembangunan pasti didasarkan atas
tujuan untuk kesejahteraan masyarakat dengan menjamin bahwa pembangunan yang ada
Istilah pembaharuan hukum pada dasarnya mengandung makna yang luas, menurut Friedman,
sistem hukum terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1) struktur kelembagaan hukum, yang terdiri
dari sistem dan mekanisme kelembagaan yang menopang pembentukan dan penyelenggaraan
pelaksanaan hukum. (2) materi hukum, yaitu meliputi kaedah-kaedah yang telah dituangkan ke
dalam peraturan perundang-undangan tertulis maupun yang tidak tertulis yang hidup dan
mengikat bagi semua lapisan masyarakat dan (3) budaya hukum Ketiga unsur penopang sistem
hukum tersebut saling berkaitan dalam rangka bekerja menggerakkan roda hukum suatu
negara.
beberapa aspek sosial termasuk pranata hukum Artinya perubahan yang dilakukan dalam
18 | P a g e
Perubahan tersebut memiliki arti positif dalam rangka menciptakan sistem hukum baru yang
Pada dasarnya pembangunan hukum merupakan upaya untuk merombaka struktur hukum lama
yang merupakan warisan kolonial dan dianggap eksploitatif dan diskriminatif sedangkan di
lain pihak pembangunan sistem hukum dilaksanakan dalam rangka untuk memenuhi tuntutan
perkembangan masyarakat yang sangat kompleks serta cenderung untuk berubah kapan saja.
Hukum diakui memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam memacu percepatan
pembangunan suatu negara. Usaha ini tidak semata-mata dalam rangka memenuhi tuntutan
pembangunan jangka pendek tetapi juga jangka menengah serta jangka panjang walaupun
disadari setiap saat hukum dapat berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pada negara berkembang seperti Indonesia pembangunan hukum menjadi prioritas utama,
terlebih lagi jika negara yang dimaksud merupakan negara yang baru merdeka dari penjajahan
bangsa lain. Oleh karena itu pembangunan hukum di negara berkembang senantiasa
mengesankan adanya peranan ganda. Pertama, sebagai upaya untuk melepaskan diri sendiri
dari lingkaran struktur kolonial. Upaya tersebut terdiri dari penghapusan, penggantian dan
penyesuaian ketentuan hukum warisan kolonial guna memenuhi tuntutan masyarakat nasional
Kedua, pembangunan hukum berperan pula dalam mendorong proses pembangunan, terutama
pembangunan dalam bidang ekonomi yang memang diperlukan dalam rangka mengejar
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat Indonesia, senantiasa dihadapkan
pada perubahan sosial yang sedemikian dinamis seiring dengan perubahan kehidupan
masyarakat, baik dalam konteks kehidupan individual, soaial maupun politik bernegara.
Pikiran bahwa hukum harus peka terhadap perkembangan masyarakat dan bahwa hukum harus
19 | P a g e
disesuaikan atau menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah, sesungguhnya
Roscoe Pound adalah salah satu ahli hukum yang beraliran Sociological Jurisprudence yang
lebih mengarahkan perhatiannya pada kenyataan hukum daripada kedudukan dan fungsi
hukum dalam masyarakat. Kenyataan hukum pada dasarnya adalah kemauan publik, jadi tidak
sekedar hukum dalam pengertian law books pada dasarnya adalah kemauan publik, jadi tidak
yang cermat antara hukum tertulis sebagai kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya
kepastian hukum (positivism law) dan (living law) sebagai wujud penghargaan terhadap
Aliran Sociological Jurisprudence dalam ajarannya berpokok pada pembedaan antara hukum
positif dengan hukum yang hidup (living law), atau dengan perkataan lain suatu pembedaan
antar kaidah-kaidah hukum dengan kaidah-kaidah sosial lainnya. Bahwa hukum positif hanya
akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Bahwa pusat
badan judikatif ataupun ilmu hukum, akan tetapi justru terletak di dalam masyarakat itu sendiri.
Roscoe Pound menyatakan dan menjelaskan sebuah ringkasan antinomi lain yang berwujud
dengan perubahan serta kepastian hukum. Sebegitu jauh, karena salah satu tugas hukum adalah
untuk menegakkan ketertiban. Pound juga menjelaskan bahwa tugas pokok pemikiran modern
mengenai hukum adalah tugas rekayasa sosial Pound berusaha untuk memudahkan dan
20 | P a g e
sosiologi hukum, yang dikembangkan oleh aliran Pragmatic Legal Realism yang dipelopori
antara lain oleh Roscoe Pound memiliki keyakinan bahwa hukum adalah "a tool of social
dalam konteks perubahan hukum di Indonesia harus diarahkan kejangkauan yang lebih luas,
hidup serta karakter bangsa Indonesia, tanpa mengabaikan nilai- nilai universal
manusia sebagai warga dunia, sehingga kedepan akan terjadi transformasi hukum yang
2. Perubahan hukum harus mampu membimbing bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
mandiri, bermartabat dan terhormat dimata pergaulan antar bangsa, karena hukum bisa
Perubahan hukum Indonesia pada kenyataannya berlangsung, baik yang dilakukan oleh
penyelenggara negara yang berwenang (lembaga legislatif dan eksekutif) melalui penciptaan
berbagai peraturan perundangan yang menjangkau semua fase kehidupan baik yang
(politik) atau yang diusulkan oleh berbagai lembaga yang memiliki komitmen tentang
pemabruan dan pembinaan hukum, sehingga mampu mengisi kekosongan atau kevakuman
hukum dalam berbagai segi kegidupan. Dengan perencanaan yang baik, perubahan hukum
diarahkan sesuai dengan konsep pembangunan hukum di Indonesia, harus dilakukan dengan
jalan :
21 | P a g e
2. Menertibkan fungsi lembaga hukum menurut proporsinya masing-masing.
5. Membina sikap para penguasa dan para pejabat pemerintah negara ke arah komitmen
yang kuat dalam penegakan hukum, keadilan serta perlidungan terhadap harkat dan
martabat manusia.
22 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sociological jurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang
hidup dalam msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai akibat dari proses
dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab sejarah. Menurut Roscoe
Pound, hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, dan adalah tugas ilmu hukum untuk mengembangkan
suatu kerangka dengan mana kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara maksimal.
Sociological jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran dalam filsafat hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat, sedangkan Sosiologi
Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum sebagai gejala sosial yang mempelajari
pengaruh masyarakat kepada hukum dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat
dapat mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu
pengaruh hukum terhadap masyarakat. Roscoe Pound juga menganjurkan untuk mempelajari
hukum sebagai suatu proses (law in action), yang dibedakan dengan hukum yang tertulis (law
in the books). Pembedaan ini dapat diterapkan pada seluruh bidang hukum, baik hukum
substantif, maupun hukum ajektif ajaran tersebut menonjolkan masalah apakah hukum yang
23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Sunaryani. Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional. (Bandung: Alumni,
2017).
Huijbers, Theo. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. (Yogyakarta: Kanisius, 1982).
Pound The Scope and Purpose of Sociological Jurisprudence. (Harv I, 1991, Rev. 489).
Prasetyo, Teguh. Filsafat, Teori, & Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju Masyarakat yang
Sockanto, Soerjono. Perspektif Teoritis Studi Hukum dalam Masyarakat. (Jakarta: Rajawali,
1985).
Timasheff. Growth and Scope of Sociology of Law, Modern Sociology Theory. (Cambridge:
24 | P a g e