Diajukan Sebagai Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Teori Hukum
Oleh:
RAHMA YUNITA
(02012681923020)
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. H. Joni Emirzon, S.H., M.H.
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
C. Metode Penelitian.................................................................................. 4
D. Kerangka Teori...................................................................................... 4
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 20
B. Saran…………………………………………………………………... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
memberikan arah dan jalan bagi hukum, masyarakat dan negara untuk saling terkait
satu dengan yang lainnya. Tentunya hal itu dapat terwujud jika semangat dalam
pembinaan dan pengembangan hukum nasional itu dilandasi dengan semangat dan
Indonesia.
menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran
ini hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di
antara masyarakat. Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif dengan
(the positive law) dengan hukum yang hidup (the living law). Singkatnya yaitu,
aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum yang dibuat agar memperhatikan
hukum yang hidup dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis seperti
1
tidak tertulis disini adalah hukum adat yang dimana hukum ini adalah semulanya
hanya sebagai kebiasaan yang lama kelamaan menjadi suatu hukum yang berlaku
dalam adat tersebut tanpa tertulis. Dalam masyarakat yang mengenal hukum tidak
tertulis serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, hakim sebagai perumus
dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat sehingga harus
menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.1
Menurut ilmu hukum dan filsafat hukum, maka usaha pembaharuan hukum
pembinaan hukumnya menganut teori gabungan dari apa yang dikenal sebagai
Indonesia adalah negara yang becorak multi etnik, agama, ras dan golongan.
bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang
membentang luas dari Sabang sampai Merauke selain memiliki sumber daya alam
(natural resources) juga mempunyai sumber daya budaya (cultural resources) yang
1
Lili Rasjidi. 2004. Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum. PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
2
Mega Meirina. 2014. Penerapan Mazhab Sociological Jurisprudence Terkait Pemecahan
Problem Pluralitas Bangsa Indonesia Dalam Pembangunan Hukum Nasional. Diakses pada
2
Keragaman etnik yang ada di Indonesia sudah tentu mengandung dimensi
adat istiadat dan tata kelakuan yang diakui sebagai jalan positif untuk menciptakan
toleransi dalam sebuah komunitas. Masyarakat yang terdiri dari berbagai suku
masing serta pola perilaku yang spesifik yang menjadi alas an ajaran sociological
jurisprudence sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu penulis sangat tertarik untuk
Pembangunan Di Indonesia”
B. RUMUSAN MASALAH
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
http://mydreamaccess.blogspot.com/2015/05/penerapan-mazhab-sociological.html tanggal 23
Oktber 2019.
3
C. Bagaimana konsep hukum Roscoe Pound tentang Sociological Jurisprudence
C. METODE PENELITIAN
kontrak) in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
masyarakat.3
D. KERANGKA TEORI
of Social Engineering)
Teori Roscoe Pound mengenai hukum yang menitik beratkan hukum pada
kedisiplinan yaitu law as a tool of social engineering yang berarti hukum adalah
3
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 134.
4
Law as a tool of social engineering dapat pula diartikan sebagai sarana yang
yang telah ditetapkan sebelumnya.4 Dalam hal ini dengan adanya fungsi hukum
digunakan sebagai alat oleh agent of change yang merupakan pelopor perubahan
Pandangan mengenai hukum yang dikatakan oleh Roscoe Pound sama seperti
apa yang dikatakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, hukum adalah keseluruhan asas-
dan proses untuk mewujudkan hukum itu ke dalam kenyataan.5 Penggunaan hukum
4
Soerjono Soekanto, 2009, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 135
5
Satjipto Rahardjo, tt, Pemanfaatan Ilmu Sosial Bagi Pengembangan Ilmu Hukum, Alumni,
Bandung, hlm. 66.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Satjipto Raharjo, 2006, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 206.
6
daripada di Amerika Serikat tempat kelahirannya, alasannya oleh karena lebih
daripada konsepsi tersebut yang digambarkan akan mengakibatkan hasil yang sama
Dalam hal ini dengan adanya fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan
masyarakat, dapat pula diartikan, bahwa hukum digunakan sebagai alat oleh agent
orang yang mendapatkan kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dari satu atau
Law as a tool of social engineering dapat pula diartikan sebagai sarana yang
yang telah ditetapkan sebelumnya.9 Hukum di dalam masyarakat modern saat ini
mempunyai ciri menonjol yaitu penggunaannya telah dilakukan secara sadar oleh
kebiasaan dan tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk
7
Mochtar Kusumaatmadja, 1990, Hukum, Masyarakat, dan Pembangunan, Bina Cipta,
Bandung, hlm. 10
8
AA N Gede Dirksen, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Diktat Untuk Kalangan Sendiri Tidak
Diperdagangkan, Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm. 89
9
Soerjono Soekanto, Op.Cit.
7
yang dipandangnya tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakuan baru dan
sebagainya. Inilah yang disebut sebagai pandangan modern tentang hukum itu yang
menjurus kepada penggunaan hukum sebagai instrument yaitu law as a tool social
engineering.
mengubah masyarakat atau sarana pembaharuan masyarakat itu dapat pula disebut
sebagai social engineering by the law. Langkah yang diambil dalam social
engineering itu bersifat sistematis, dimulai dari identifikasi problem sampai kepada
penggarapannya tersebut.
2. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, hal ini penting dalam hal
Pada tahap ini ditentukan nilai-nilai dari sektor mana yang dipilih.
3. Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk bisa
dilaksanakan.
“Law is a tool of social engineering” adalah apa yang dikatakan oleh Roscoe
Pound terhadap hukum itu. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Mochtar
8
mewujudkan hukum itu ke dalam kenyataan. Kedua ahli hukum ini memiliki
kepentingan negara kemauan negara adalah kemauan publik. Karena hukum itu
bukan seperti yang dikatakan oleh teori-teori positivis menghukum bahwa hukum
memiliki sifat tertutup. Hukum sangat dipengaruhi oleh ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya. Tidak hanya sekedar kemauan pemerintan. Suatu logika yang
dalam masyarakat.11
yurisprudensi juga berperan namun tidak seberapa. Agar supaya dalam pelaksanaan
dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran Sociological Jurisprudence yaitu
hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup didalam masyarakat.
Sebab jika ternyata tidak, akibatnya ketentuan tersebut akan tidak dapat
10
Satjipto Rahardjo. Op.Cit.
11
Ibid.
9
menjadi tantangan dapat berasal dari pembentuk hukum, penegak hukum, para
12
Martha Eri Safira, 2017, Law Is A Tool Of Social Engineering Dalam Penanganan
Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Perundang-Undangan Di
Indonesia. Dalam Jurnal “Kodifikasia”, Volume 11 No. 1, hlm 189.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Roscoe Pound adalah salah satu ahli hukum yang beraliran Sociological
daripada kedudukan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Kenyataan hukum pada
dasarnya adalah kemauan publik, jadi tidak sekedar hukum dalam pengertian law
hukum (positivism law) dan living law sebagai wujud penghargaan terhadap
kontrol sosial. Hukum secara bertahap telah menggantikan fungsi agama dan
Fungsi utama hukum adalah untuk melindungi kepentingan yang ada dalam
masyarakat. Menurut Roscoe Pound ada tiga kepentingan yang harus dilindungi
13
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi. 2007. Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 74.
11
oleh hukum, yaitu public interest; individual interest; dan interest of personality.
Rincian dari setiap kepentingan tersebut bukan merupakan daftar yang mutlak
disusun sebagai susunan yang tidak berubah-ubah, maka susunan tersebut bukan
politik)
masyarakat tetapi juga harus ditegakkan sedemikian rupa oleh para yuris sebagai
upaya sosial kontrol dalam arti luas yang pelaksanaannya diorientasikan kepada
hukum, maka para penegak hukum dalam mewujudkan tugas utama hukum harus
memahami secara benar logika, sejarah, adat, istiadat, pedoman prilaku yang benar
agar keadilan dapat ditegakkan. Keputusan hukum yang adil dapat digunakan
atau penerapan hukum tersebut. Tugas hakim dalam menerapkan hukum tidak
14
Ibid.
12
melulu dipahami sebagai upaya social control yang bersifat formal dalam
upaya social engineering. Tugas yudisial hakim tidak lagi dipahami sekedar sebagai
konflik) atau sebagai sekedar corong undang-undang (boncha de la loi) tetapi juga
beberapa teori hukum. Teori hukum yang menjadi “saksi” atas perkembangan
sosiologi hukum alm. Sadjipto Rahardjo. Sedangkan teori hukum integratif yang
15
Andriansyah. 2015. Roscoe Pound : Law A Tool Of Social Engineering &
Sociological Jurisprudence. Diakses pada https://blowrian.wordpress.com/2015/03/26/roscoe-
pound-law-a-tool-of-social-engineering-sociological-jurisprudence/ tanggal 24 Oktober 2019.
13
melengkapi kekurangan ke dua teori hukum sebelumnya, dicetuskan oleh Romli
dan dan hukum berfungsi agar dapat menjamin bahwa perubahan itu terjadi
dari masyarakt yang sedang membangun, maka hukum menjadi suatu sarana
kepastian hukum dan juga hukum (sebagai kaidah sosial) harus dapat
16
Damang Averroes. 2015. Dinamisasi dan Pengaruh Sosiological Jurisprudence di
Indonesia. Diakses pada http://www.negarahukum.com/hukum/sosiological-jurisprudence.html
tanggal 24 Oktober 2019.
17
Mochtar Kusumaatmadja. 2006. Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan. Alumni.
Bandung. hlm 3.
14
4. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the
living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan
hukum dijalankan oleh suatu kekuasaan, akan tetapi kekuasaan itu sendiri
itu.
perbedaan dengan Pound. Uraian Pound tentang konsep hukum dan fungsi hukum
ke dalam perkembangan hakim dan situasi masyarakat yang telah maju. Sedangkan
masa transisi dari sistem pemrintahan yang bersifat tertutup kepada sistem
sama sekali tidak menaruh perhatian pada Undang-Undang sebagai unsur penting
Fase kemudian, lahir teori hukum progresif sang begawan sosiologi hukum
15
tidak menaruh hormat pada hukum tertulis, hukum tertulis dianggap lebih banyak
digunakan oleh penguasa untuk melanggengkan kekuasaan saja. Oleh karena itu
asumsi dasar yang terbangun dari teori Rahardjo “hukum adalah untuk manusia,
maka hukum bukan untuk dirinya, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas dan
lebih besar; setiap kali ada masalah dalam dan dengan hukum, hukumlah yang
institusi-institusi kenegaraan;
hukum;
4. Hukum menolak status quo serta tidak ingin menjadikan hukum sebagai
18
Satjipto Rahardjo. 2009. Hukum Progresif. Sebuah sintesa Hukum Indonesia. Genta
Publishing. Yogyakarta. hlm 1 sd. 3.
16
6. Hukum proregresif adalah hukum yang prorakyat dan hukum yang
prokeadilan;
7. Asumsi dasar hukum progresif adalah bahwa hukum adalah untuk manusia,
bukan sebaliknya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hukum tidak ada
untuk dirinya sendiri, melainkan sesuatu yang lebih luas dan lebih besar.
Maka setiap kali ada masalah dengan hukum, hukumlah yang ditinjau dan
sistem hukum;
8. Hukum bukan merupakan suatu institusi yang absolut dan final melainkan
yang mengkaji lebih awal pula ke dua pakar hukum tersebut. Romli Atasasmita
elemen hukum yakni birokrasi. Berangkat dari konsep hukum itu pulalah sehingga
menambahkan satu lagi; sebagaimana apa yang disebut sistem nilai (system of
value),
17
Ketiga sistem hukum tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan yang
globalisasi saat ini, dengan tidak melepaskan diri dari sifat tradisional masyarakat
dirinya semata. Oleh sebab itu Ia menganjurkan perubahan atau rekayasa tidak
hanya terjadi pada ruang-ruang sosial tetapi juga harus terjadi perubahan terhadap
pada sistem norma, sistem perilaku dan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila
norma yang mengutamakan “norm and logic” (Austin dan Kelsen) kehilangan arti
dan makna dalam kenyataan kehidupan masyarakat jika tidak berhasil diwujudkan
dalam sistem perilaku masyarakat dan birokrasi yang sama-sama taat hukum.
Sebaliknya, hukum yang hanya dipandang sebagai sistem norma dan sistem
perilaku saja dan digunakan ebagai “mesin birokrasi” akan kehilang rohnya jika
19
Romli Atmasasmita. 2012. Teori Hukum Integratif. Genta Publishing. Yogyakarta,
hlm. 97.
18
mengabaikan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila sebagai puncak nilai
20
Ibid. hlm 103.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
law) dan living law sebagai wujud penghargaan terhadap pentingnya peranan
20
B. Saran
berkaitan dengan hukum yang hidup di masyarakat, oleh sebab itu akan lebih
2. Hakim dalam menerapkan hukum tidak hanya sebagai social control tetapi
akan lebih baik juga sekaligus mendesain penerapan hukum sebagai social
engineering;
aspek fungsional dari hukum itu sendiri yaitu mencapai perubahan hukum
21
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Aditya Bakti.
Lili Rasjidi. 2004. Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi. 2007. Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Bandung: Alumni.
Publishing.
Satjipto Rahardjo, tt, Pemanfaatan Ilmu Sosial Bagi Pengembangan Ilmu Hukum,
22
Satjipto Rahardjo. 2009. Hukum Progresif. Sebuah sintesa Hukum Indonesia.
B. Jurnal
Volume 11 No. 1,
C. Internet
https://blowrian.wordpress.com/2015/03/26/roscoe-pound-law-a-tool-of-
http://mydreamaccess.blogspot.com/2015/05/penerapan-mazhab-
23
24