Sementara KPK baru mendapat informasi mengenai kasus korupsi yang melibatkan Komjen Budi
Gunawan pada periode Juni - Agustus 2010. Informasi tersebut diperoleh KPK dari laporan
masyarakat
"Kami melakukan kajian dan pulbaket (pengumpulan bahan dan keterangan)," terang dia.
Kemudian pada periode pimpinan KPK jilid III, kajian dan pulbaket kasus ini diperiksa kembali. Gelar
perkara pertama kasus ini dipimpin Abraham Samad dilakukan pada Juli 2013.
Selanjutnya KPK memperkaya kajian kasus Budi Gunawan melalui LHKPN Juli 2013. Sejak saat itu
penyelidikan kasus dugaan korupsi Budi Gunawan dibuka. "Hasil lidik itu dijadikan dasar hasil
ekspose, dan memutuskan sesuai Pak Ketua kemukakan," terang dia.
Bambang kembali menegaskan, KPK memiliki dokumen hasil pemeriksaan kekayaan Komjen Budi
Gunawan. Hasil pemeriksaan ini juga digunakan sebagai salah satu bahan untuk memperkaya
penyelidikan kasus tersebut. Semua proses yang dilakukan itu sesuai dengan strategi yang
dilakukan KPK.
"Kami tidak main-main. Kami sampai memetakan, ini menujukkan bahwa kami tidak main-main,"
tegas Bambang sambil menunjukkan dokumen pemeriksaan LHKPN Budi Gunawan.
1.
2. Rekam jejak Komjen (Pol) Budi Gunawan yang diduga terlibat sebagai tersangka
dalam kasus suap dan gratifikasi ketika menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan
Karier Deputi Sumber Daya Manusia di Kepolisian Republik Indonesia Periode 20032006. Atas tindakan tersebut, Komjen (Pol) Budi Gunawan dijerat dengan Pasal 12A
atau 12B, Pasal 5 ayat (2), Pasal 11 atau Pasal 12B Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
1.
2. Putusan praperadilan Nomor: 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel oleh Hakim Sarpin
Rizaldi yang membatalkan penetapan tersangka oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) melalui Surat Perintah Penyidikan Sprindik-03/01/01/2015 terhadap
Komjen (Pol) Budi Gunawan menyalahi objek praperadilan yang ditentukan di dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 1
butir 10 juncto Pasal 77 KUHAP tidak mengakui penetapan tersangka sebagai salah
satu objek praperadilan. Pada prosesnya pun proses praperadilan terhadap
permohonan Komjen (Pol) Budi Gunawan dengan nomor register perkara Nomor:
04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel melanggar ketentuan Pasal 82 ayat (1) KUHAP yang
menyatakan bahwa selambat-lambatnya tujuh hari hakim sudah menjatuhkan
putusan. Progresifitas Hakim Sarpin Rizaldi dalam Putusan ini pun tidak dapat
dibenarkan karenarechtvinding tidak dikenal dalam hukum acara. Demikian,
putusan ini telah mengganggu kepastian dan kesatuan hukum.
1.
2. Putusan Nomor: 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel hanya mendelegitimasi kewenangan
pimpinan KPK dalam penetapan tersangka terhadap Komjen (Pol) Budi Gunawan
dan putusan tersebut tidak melepaskan kejahatan yang disangkakan kepadanya.
Saat ini, perkara Komjen (Pol) Budi Gunawan masih ditangani oleh Badan Reserse
Kriminal (Bareskrim) Polri setelah dilimpahkan oleh Kejaksaan Agung Republik
Indonesia yang juga sebelumnya menerima limpahan perkara tersebut dari Komisi
Pemberantasan Korupsi tanggal 2 Maret 2015.
2. Mendesak Kapolri untuk mengganti dan mengusulkan nama lain sebagai Wakapolri yang
bersih dan berintegritas
-Dhuha Ramadhanihttp://www.kompasiana.com/bemfisipui/mahasiswa-universitas-indonesia-menolakpelantikan-budi-gunawan-sebagai-wakapolri_553785f76ea8340155da42ce