Anda di halaman 1dari 6

KRONOLOGIS KASUS DUGAAN KORUPSI KOMJEN BUDI GUNAWAN: KEDIAMAN JOKOWI

CERDAS ATAU TIDAK?


Ternyata jika dilihat Komjen Budi Gunawan sudah hampir 5 tahun berada dalam radar KPK, kenapa
baru sekarang saat dicalonkan sebagai Kapolri muncul tindakan tegas? Karena KPK dipaksa
melindungi kepentingannya dalam penegakan hukum!
Kejaksaan dan Polri adalah mitra KPK dalam penyelidikan dan penyusunan kasus, sementara kita
sudah lama mendengar banyak pejabat Kejaksaan dan Polri memiliki rekening gendut dan hal ini
berkali-kali coba diungkap banyak media dengan hasil media tersebut habis diborong sebelum
sampai ke jalanan.
Jika memang sudah ada kecurigaan dan dari PPATK sudah memberitahukan memang terdapat
transaksi mencurigakan, mengapa dibiarkan? Bahkan muncul berita bahwa pada saat seleksi calon
menteri Komjen Budi Gunawan adalah salah satu calon yang memiliki rapor merah. Kalau demikian
Pak Jokowi sudah tahu dong?
Jika berita tersebut benar maka seharusnya Pak Jokowi sudah tahu, kalau demikian mengapa
dibiarkan bahkan ditunjuk menjadi Kapolri? Ini baru sebuah dugaan dari kami tetapi ingatkah bahwa
saat ulang tahun ke-11 KPK diberikan hadiah oleh ICW 11 hal yang "sudah" dilakukan KPK dan
direspon dengan bahwa awal tahun depan KPK akan melakukan penangkapan-penangkapan besar
termasuk penyelenggara negara? Saat itu media berlomba-lomba mengungkap siapa yang
dimaksud KPK tetapi semua dugaan ditepis.
Dalam cerita legenda seringkali kita mendapati kisah dimana sang tokoh jahat yang memiliki
pengaruh dilingkungan istana lebih dahulu dipancing oleh Sang Raja dengan pesta yang alasannya
untuk kenaikan pangkat atau penghargaan jasanya, dan berakhir dengan penangkapan atau
pertempuran yang mengenyahkan angkara.
Jika hanya ditangkap sebagai jenderal polisi, maka Komjen Budi Gunawan hanya akan jadi jenderal
dengan rekening gendut lainnya, tetapi jika sampai sudah dicalonkan sebagai Kapolri? Guncangan
hebat akan dikirimkan dengan pesan yang jelas, jangan mempermainkan perangkat hukum dan
jangan main-main dengan hukum, karena tetap akan menjangkau siapa saja saat dirasa aman
sekalipun, bahkan yang dekat juga dengan pimpinan partai yang menggadang Presiden.
Tidak ada permintaan penyelidikan yang membuat bukti dapat ditutupi, tidak ada formalitas media
meliput presiden memberikan permintaan penyelidikan yang disangka pencitraan, tetapi harus
terjadi dengan taruhan jabatan yang tinggi di mata hukum.
Tautan: http://nasional.news.viva.co.id//577713-kronologi-kasus-ko
============================================

VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyampaikan informasi mengejutkan di awal


tahun 2015. Lembaga antiko rusuah itu membeberkan hasil penyelidikan kasus yang melibatkan
petinggi Kepolisian RI.
KPK menetapkan Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi
penerimaan hadiah atau janji. Komjen Budi saat ini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan Polri, dan
namanya menjadi satu-satunya calon yang diajukan Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri.
Komjen Budi menjadi tersangka korupsi dalam kapasitasnya sebagai Kepala Biro Pembinaan Karir
Deputi SSDM Mabes Polri tahun 2004-2006 dan jabatan lainnya di Kepolisian RI.
Ketua KPK Abraham Samad mengatakan penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka setelah
melakukan gelar perkara kasus pada Senin, 12 Januari 2015. Forum itu sepakat meningkatkan
penyelidikan kasus tersebut ke tahap penyidikan.
"Dengan menetapkan tersangka Komjen BG sebagai tersangka," kata Abraham Samad yang
didamping Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di Gedung KPK, Selasa, 13 Januari 2015.
Jenderal Polri bintang tiga itu disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau b, Pasal 5 ayat 2, Pasal 11
atau Pasal 12 B UU 31 tahun 1999 tentang Tipikor juncto 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menjelaskan awal mula penyelidikan kasus dugaan korupsi
yang menjerat Budi Gunawan. Sebelumnya santer diberitakan Komjen Budi diduga menjadi salah
satu jenderal Polri yang memiliki rekening gendut.
Polri langsung mengklarifikasi tuduhan itu kepada PPATK dengan meminta laporan hasil analisis
terhadap dugaan rekening gendut perwira tinggi Polri. PPATK langsung memberikan balasan surat
mengenai laporan hasil transaksi keuangan mencurigakan ke Polri Polri pada 23 Maret 2010.
Bareskrim Polri membalas surat tersebut pada 18 Juni 2010 yang isinya pemberitahuan hasil
penyelidikan transaksi mencurigakan perwira tinggi polri atas nama Irjen Budi Gunawan. Bareskrim
saat itu menegaskan bahwa Budi Gunawan tidak terkait rekening gendut.
Tidak Main-main
Bambang menegaskan, KPK tidak pernah mendapat surat tembusan dari PPATK maupun Polri
mengenai hasil transaksi mencurigakan Irjen Budi Gunawan. Laporan tersebut hanya dikirimkan ke
Kepolisian RI.
"Benar bahwa kami (KPK) tidak dapat surat, karena surat PPATK yang dikeluarkan 23 Maret 2010
dan dikirimkan ke Kepolisian," ujar Bambang.

Sementara KPK baru mendapat informasi mengenai kasus korupsi yang melibatkan Komjen Budi
Gunawan pada periode Juni - Agustus 2010. Informasi tersebut diperoleh KPK dari laporan
masyarakat
"Kami melakukan kajian dan pulbaket (pengumpulan bahan dan keterangan)," terang dia.
Kemudian pada periode pimpinan KPK jilid III, kajian dan pulbaket kasus ini diperiksa kembali. Gelar
perkara pertama kasus ini dipimpin Abraham Samad dilakukan pada Juli 2013.
Selanjutnya KPK memperkaya kajian kasus Budi Gunawan melalui LHKPN Juli 2013. Sejak saat itu
penyelidikan kasus dugaan korupsi Budi Gunawan dibuka. "Hasil lidik itu dijadikan dasar hasil
ekspose, dan memutuskan sesuai Pak Ketua kemukakan," terang dia.
Bambang kembali menegaskan, KPK memiliki dokumen hasil pemeriksaan kekayaan Komjen Budi
Gunawan. Hasil pemeriksaan ini juga digunakan sebagai salah satu bahan untuk memperkaya
penyelidikan kasus tersebut. Semua proses yang dilakukan itu sesuai dengan strategi yang
dilakukan KPK.
"Kami tidak main-main. Kami sampai memetakan, ini menujukkan bahwa kami tidak main-main,"
tegas Bambang sambil menunjukkan dokumen pemeriksaan LHKPN Budi Gunawan.

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi telah menetapkan Komisaris


Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi dalam kapasitasnya sebagai
kepala biro pembinaan karier di Kepolisian RI. "KPK telah melakukan penyidikan setengah
tahun lebih," kata Ketua KPK Abraham Samad dalam jumpa pers di Kuningan, Jakarta
Selatan, Selasa, 13 Januari 2015. (Baca;PPATK Siap Buka Hasil Analisis Transaksi Budi
Gunawan)
Budi Gunawan dijerat dengan Pasal 12a atau b, Pasal 5 ayat 2, Pasal 11, atau Pasal 12B
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pindana Korupsi.
Berdasarkan jerat pasal itu, Budi Gunawan diduga menerima hadiah atau janji yang terkait
dengan kewenangannya saat menjabat Kepala Biro Pembinaan Karier Mabes Polri.
(Baca: Ruhut Siap 'Kuliti' Calon Kapolri Budi Gunawan)
Dengan sangkaan itu, Budi Gunawan terancam dipidana dengan hukuman paling singkat 1
tahun dan paling lama 20 tahun. Selain pidana, ada pula ancaman denda minimal Rp 50
juta dan maksimal Rp 1 miliar. (Baca juga: Budi Gunawan Diprotes, Apa Kata Istana?)
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/01/13/063634568/pasal-penjerat-budigunawan-di-kpk

"Pelantikan BG ini mengiris hati masyarakat yg peduli terhadap pemberantasan korupsi.


Komitmen Polri dalam pemberantasan korupsi mulai dipertanyakan. Praperadilan yang
dimenangkan BG masih menjadi kontroversi karena hakim praperadilan dianggap
melampaui kewenangannya. Sehingga, selama belum ada persidangan yang dilakukan
untuk membuktikan BG tidak bersalah, maka BG belum pantas menjadi pejabat negara"
ujar Ahmad selaku Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FISIP UI 2015.

Berikut landasan keberatan BEM se-UI terhadal pelantikan Budi Gunawan:

1.
2. Rekam jejak Komjen (Pol) Budi Gunawan yang diduga terlibat sebagai tersangka
dalam kasus suap dan gratifikasi ketika menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan
Karier Deputi Sumber Daya Manusia di Kepolisian Republik Indonesia Periode 20032006. Atas tindakan tersebut, Komjen (Pol) Budi Gunawan dijerat dengan Pasal 12A
atau 12B, Pasal 5 ayat (2), Pasal 11 atau Pasal 12B Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

1.
2. Putusan praperadilan Nomor: 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel oleh Hakim Sarpin
Rizaldi yang membatalkan penetapan tersangka oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) melalui Surat Perintah Penyidikan Sprindik-03/01/01/2015 terhadap
Komjen (Pol) Budi Gunawan menyalahi objek praperadilan yang ditentukan di dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 1

butir 10 juncto Pasal 77 KUHAP tidak mengakui penetapan tersangka sebagai salah
satu objek praperadilan. Pada prosesnya pun proses praperadilan terhadap
permohonan Komjen (Pol) Budi Gunawan dengan nomor register perkara Nomor:
04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel melanggar ketentuan Pasal 82 ayat (1) KUHAP yang
menyatakan bahwa selambat-lambatnya tujuh hari hakim sudah menjatuhkan
putusan. Progresifitas Hakim Sarpin Rizaldi dalam Putusan ini pun tidak dapat
dibenarkan karenarechtvinding tidak dikenal dalam hukum acara. Demikian,
putusan ini telah mengganggu kepastian dan kesatuan hukum.

1.
2. Putusan Nomor: 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel hanya mendelegitimasi kewenangan
pimpinan KPK dalam penetapan tersangka terhadap Komjen (Pol) Budi Gunawan
dan putusan tersebut tidak melepaskan kejahatan yang disangkakan kepadanya.
Saat ini, perkara Komjen (Pol) Budi Gunawan masih ditangani oleh Badan Reserse
Kriminal (Bareskrim) Polri setelah dilimpahkan oleh Kejaksaan Agung Republik
Indonesia yang juga sebelumnya menerima limpahan perkara tersebut dari Komisi
Pemberantasan Korupsi tanggal 2 Maret 2015.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa seluruh Universitas


Indonesia menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Menolak pelantikan Budi Gunawan sebagai Wakapolri

2. Mendesak Kapolri untuk mengganti dan mengusulkan nama lain sebagai Wakapolri yang
bersih dan berintegritas

3. Mendesak pengembalian berkas penanganan kasus Budi Gunawan ke KPK untuk


diproses kembali secara hukum

-Dhuha Ramadhanihttp://www.kompasiana.com/bemfisipui/mahasiswa-universitas-indonesia-menolakpelantikan-budi-gunawan-sebagai-wakapolri_553785f76ea8340155da42ce

Anda mungkin juga menyukai