MAKALAH
SOSIOLOGI HUKUM
DI SUSUN OLEH :
Kelas : BT 7/H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Hakikat sosiologi
hukum” ,ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah sosiologi hukum, Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
HALAMAN DEPAN...............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..……3
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan masalah.........................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Pengertian Hakikat Sosiologi Hukum.......................................................................6
2.2 Fungsi dan Tujuan Hukum.....................................................................................13
2.3 Penyebab Hukum tidak dapat berjalan dengan baik...............................................16
2.4 Hubungan antara hukum dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat…..22
3. Untuk memahami apa yang menyebabkan Hukum tidak dapat berjalan dengan
baik.
Pandangan para ahli tentang pengertian dan subjek sosiologi? Ada banyak tokoh
yang berusaha mendefinisikan sosiologi. Di antaranya adalah sebagai berikut :
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan yang konkret. Artinya, bahwa yang diperhatikan adalah bentuk dan
pola-pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh tetapi bukan wujudnya
yang konkret.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris. Hal ini berkaitan denngan
soal metode sosiologi yang digunakan.
– Untuk dapat memahami ilmu sosiologi dengan baik, maka kita dapat mempelajari
sifat dan hakikat sosiologi, sebagai berikut:
Sosiologi adalah disiplin ilmu yang katagoris, mempelajari apa yang terjadi
sekarang dan bukan apa yang seharusnya terjadi .
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional, hal ini
menyangkut metode yang digunakan.
Dalam sejarah pemikiran ilmu hukum terdapat dua paham yang berbeda, yaitu: 1.
Mazhab sejarah dan kebudayaan (cultuur histirische school) oleh Frederich Carl Von
Savigny (1799-1861), seorang ahli hukum Jer-man. Frederich mengatakan bahwa
fungsi hukum hanyalah meng-ikuti perubahan-perubahan dan sedapat mungkin
mengesahkan perubahan--perubahan yang terjadi dalam masyarakat. 2. Jeremy
Bentham (1748-1852) ahli hukum Inggris, dan dikembang-kan oleh Roscoe Pound
(1870-1964) ahli hukum Amerika Serikat dari aliran sociological jurisprudence.
Mereka mengatakan bahwa hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan
perubahan-per-ubahan dalam masyarakat.
2) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin; Dikarenakan
hukum memiliki sifat dan ciri-ciri yang telah disebut-kan, maka hukum dapat
memberi keadilan, dalam arti dapat me-nentukan siapa yang salah dan siapa yang
benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan ancaman sanksi bagi
pelang-garnya.
Fungsi dan Pembagian Asas Hukum Asas hukum mempunyai dua fungsi, yakni:
2.Asas dalam ilmu hukum, asas ini hanya bersifat mengatur dan men-jelaskan. Adapun
asas hukum sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
- Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan selu-ruh bidang hukum, seperti:
asas bahwa apa yang lahir tampak benar, untuk sementara harus dianggap demikian sampai
dipu-tuskan yang lain oleh pengadilan.
- Asas hukum khusus, asas ini berfungsi dalam bidang yang lebih sempit, seperti dalam
hukum perdata, hukum pidana, dan se-bagainya. Yang mana merupakan penjabaran dari
asas hukum umum.
- TUJUAN HUKUM
Menurut teori ini, isi hukum harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai
apa yang adil dan apa yang tidak adil. Menurut van Apeldorn, teori ini berat sebelah
karena hanya memperhatikan keadilan saja, ti-dak cukup memperhatikan keadaan
yang sebenarnya sehingga hukum hanya akan bertujuan memberikan tiap-tiap orang
apa-apa yang patut diterima, sehingga hukum tidak membentuk peraturanperaturan
yang bersifat umum. Adapun teori utilitis mengatakan bahwa tujuan hukum untuk
mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang-orang, tujuan hukum
menjamin adanya kebahagiaan sebesar-besarnya pada orang sebanyak-banyaknya.
Teori ini tidak memperhatikan pada unsur keadilan.
Untuk itulah, maka menjadi penting untuk diketahui apakah penegakan hukum itu
sesungguhnya. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk dapat
tegak atau berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dan telah diatur sebagai
pedoman perilakunya dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam
kehidupan manusia bermasyarakat dan bernegara. Untuk itulah, maka ketentuan
yang telah mengaturnya tidak akan berhenti dalam arti aturan yang tidak bergerak
atau mati, tetapi tetap akan tegak bediri dan berjalan ke depan sebagaimana yang
ditentukan oleh lembaga resmi dan diakui negara untuk mengaturnya.
Dalam arti luas, maka penegakan hukum mencakup pula adanya nilai-nilai
keadilan yang terkandung dalam bunyi aturan formal atau nilai-nilai keadilan
yang hidup di dalam masyarakat. Hal yang berbeda di dalam arti yang sempit, maka
penegakan hukum hanya terbatas kepada menyangkut penegakan peraturan yang
formal dan tertulis saja dan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan aturan tersebut. Namun di lapangan penegakan hukum itu tidak
seindah yang digambarkan oleh teori-teori hukum dan peraturan yang telah
mengaturnya. Terdapat lebih dari satu masalah-masalah penegakan hukum dan untuk
dapat membahas penegakan hukum lebih dalam dan dapat lebih jelas
permasalahannya, maka dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi efektifitas dari penegakan hukum.
Faktor hukum yang dimaksud adalah bermula dari undang-undangnya itu sendiri
yang bermasalah. Penegakan hukum yang berasal dari UU itu disebabkan oleh:
b). belum ada peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan UU
Ketidak jelasan arti kata-kata dalam UU yang akan berakibat kesimpang siuran
dalam penafsiran serta penerapannya. Disamping itu adalah ketidakjelasan dalam
kata-kata yang dipergunakan dalam perumusan pasal-pasal tertentu.
Hal itu disebabkan, karena penggunaan kata-kata yang artinya dapat ditafsirkan
secara luas sekali. Konsekuensi ini peraturan yang memuat pasal dengan kata-kata
yang dapat ditafsirkan secara luas (multiinterpretasi) dan menyebabkan kesimpang
siuran dalam penafsiran atau penerapannya sehingga pada akhirnya menimbulkan
konflik. Artinya, faktor hukum yaitu peraturan yang memiliki ketidakjelasan kata-
kata dalam perumusan pasal-pasalnya terbukti telah mempengaruhi penegakan
hukum terhadap sengketa di Indonesia.
Hal ini yang tidak jelas maksudnya, sehingga ketidakjelasan arti kata-kata itu di
dalam UU yang mengakibatkan terjadinya kesimpangsiuran di dalam penafsiran serta
penerapannya di dalam prakteknya. Dengan kondisi ini menjadikan dilemma yang
tidak mudah bagi para penegak hukum untuk menjalankan ketentuan yang telah
diatur dalam UU tersebut dan dampak negatif dari hal ini adalah UU hanya mengatur,
tetapi dijalankan. Yang menjadikan demikian ini adalah UU itu sendiri yang menjadi
penyebabnya. Mengatur, tetapi tidak berjalan dan berhenti sendirinya.
Yang dimaksudkan dengan penegak hukum itu adalah pihak-pihak yang langsung
maupun tidak langsung terlibat dalam penegakan hukum mulai dari Polisi, Jaksa,
Hakim, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Penasehat Hukum (Advokat) dan
hingga petugas-petugas sipir pemasyarakatan. Setiap profesi penegak hukum
mempunyai wewenang atau kekuasaan tugas masing-masing. Hakim berada dalam
peranan yang sangatlah menentukan ketika suatu keputusan diharapkan untuk lahir
dan pelaksanaan tugas tersebut, hakim berada di dalam kemandiriannya sendiri,
sedangkan tugas dari penegak hukum yang lainnya adalah meyakinkan dan
menjelaskan kepada hakim apa dan bagaimanakah permasalahan hukumnya, sehingga
akan diperoleh suatu keyakinan hakim untuk dapat memutuskanya secara adil dan
juga bijaksana.
- Kedua, Tidak diindahkannya prinsip the right man in the right place
- Keempat, tidak adanya mekanisme penegakan hukum yang terintegrasi, baik dan
modern
- Kelima, kuatnya pengaruh dan intervensi politik dan kekuasaan ke dalam dunia
caturwangsa, terutama ke badan kepolisian, kejaksaan dan kehakiman ,
Terakhir hal yang kuatnya tuduhan tentang adanya korupsi dan organized crime
antaranggota penegak hukum dengan tuduhan mafia peradilan. Praktek penegakan
hukum semakin sulit, karena kurang lemahnya koordinasi di antara penegak hukum,
baik pada tataran teroritis dan kaidah, maupun dalam tingkat operasionalnya. Padahal,
koordinasi hukum itu adalah salah satu faktor penting bagi pemberdayaan hukum
kepada masyarakat. Berpijak pada kurang baiknya koordinasi antarpenegak hukum
ini, maka kemudian bergemalah keinginan mewujudkan pendekatan hukum terpadu
pada keadilan (integrated justice system). Dengan keadaan demikian ini, maka
penegak hukum yang tidak dapat menjalankan UU sebagaimana yang seharusnya
telah diamanatkan di dalam UU dan akan berdampak negatif terhadap penegakan
hukumnya.
3. Faktor Sarana dan Fasilitas
Tanpa adanya atau dukungan sarana atau fasilitas yang memadai, maka tidaklah
mudah penegakan hukum berlangsung dengan baik, yang antara lain mencakup
tenaga manusia yang berpendidikan tinggi dan terampil, organisasi yang baik,
peralatan yang cukup memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal
tersebut tidak dipenuhi, maka sulitlah penegakan hukum dapat mencapai tujuannya.
terlampau banyak kasus, berkas yang tidak lengkap, rumitnya perkara, kurangnya
komunikasi antar lembaga pengadilan, kurangnya sarana atau fasilitas dan adanya
tugas sampingan para hakim menambah sulitnya penegakan hukum. Terdapatnya
hambatan di dalam penyelesaian perkara bukan semata-mata disebabkan karena
banyaknya perkara yang harus segera diselesaikan, sedangkan waktu untuk
mengadilinya dan juga usaha menyelesaikannya adalah terbatas. Kalau yang
dilakukan hanyalah dengan menambah jumlah hakim untuk menyelesaikan perkara,
maka hal itu hanyalah mempunyai dampak yang sangat kecil terutama dalam jangka
panjang.
Oleh karena itu, yang perlu diperhitungkan tidaklah hanya biaya yang harus
dikeluarkan apabila terjadi hambatan dalam penyelesaian perkara, akan tetapi yang
juga perlu diperhitungkan dengan matang adalah biaya yang harus ada kalau
hambatan penyelesaian perkara itu tidak terjadi lagi, sehingga dimanfaatkan secara
maksimal oleh para pencari keadilan. Termasuk juga penguasaan bidang-bidang
tertentu yang berkaitan dengan teknologi adalah tantangan besar kebutuhan akan
hadirnya sarana dan prasana dalam bidang kejahatan berdimensi internet. Untuk
itulah, maka kemampuan menguasai sarana teknologi terbarukan adalah kewajiban
yang tidak dapat ditolak sarana dan prasana untuk maksud itu.
4. Faktor Masyarakat
Dalam garis besar, masyarakat di Indonesia terbagi dua yaitu masyarakat kalangan
atas (orang kaya) dan kalangan bawah (orang miskin). Penegakan hukum diantara
keduanya pun sangat berbeda penyelesaiannya. Hal ini karena pola pikir dan
pengetahuan yang jelas berbeda. Jika orang kalangan bawah, keinginan atau taatnya
pada suatu hukum oleh seseorang sangat kecil kemungkinannya atau tidak mau
mematuhi hukum yang telah diatur. Hal ini, disebabkan kurang pengetahuan dan
pendidikan yang mereka miliki sangat terbatas, dan tidak dapat mengetahui bahwa
ada sanksi yang akan mengikat jika dilanggar (blue collar crime). Sedangkan, orang-
orang kalangan atas cenderung mengikuti hukum atau aturan-aturan yang ada, karena
mereka lebih memiliki pengetahuan yang banyak tentang hukum dan mengetahui
sanksinya.
Hal ini terjadi cenderung lebih bersifat tertib. Pada kalangan atas ini jika terjadi
kejahatan, maka dapat dikatakan white collar crime (untuk kepentingan semata).
Masyarakat di Indonesia semakin lama, jumlah masyarakat miskinnya semakin
banyak. Sehingga jika dilihat dari faktor masyarakat, maka masalah kejahatan atau
penegakan hukum ini ada di lapisan ini. Setiap stratifikasi sosial memiliki dasar-
dasarnya tersendiri, sehingga dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
pemberian pengetahuan hukum kepada masyarakat yang mungkin tidak begitu
mengerti akan hukum sehingga memudahkan mereka untuk mengidentifikasikan
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
5.Faktor Kebudayaan
Fungsi hukum sebagai control sosial, hal ini hubungan hukum dengan nilai-nilai
sosial adalah saling berkaitan dimana hukum sebagai penyelesai sedangakan nilai
sosial adalah suatu hal yang dianggap sebagai problem yang harus diselesaikan.
Hukum Nampak memiliki fungsi rangkap disatu pihak merupakan tindakan yang
mungkin demikian melembaga yang kemudian dipakai oleh masyarakat untuk
mecapai suatu tujuan. Dilain pihak sebagai tindakan yang berwujud reaksi kelompok
itu terhadap perilaku menyimpang dan diadakan untuk mengendalikan tingkah laku
yang menyimpang.
Jika suatu masyarakat mengalami kehancuran, atau bercerai berai atau punah
maka bukanlah disebabkan oleh gagalnya mengfungsikan hukum melainkan tugas
hukum harus dijalankan untuk menjadi sosial control dan sosial engeneering didalam
kehidupan sosial masyrakat. Tugas dan fungsi hukum tidak merupakan tujuan itu
sendiri melainkan menjadi sebuah instrument yang tidak dapat digantikan untuk
mecapai keseimbangan dalam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat.
- Hukum sebagai pembaharuan masyarakat
Indonesia sedang mengalami masa transisi yang terjadi perubahan dari masyarakat
yang tradisional menjadi masyarakat modern. Namun dalam perkembangannya
terjadi berbagai hambatan dikarenakan akan diganti nilai sepertia apa untuk merubah
masyarakat. Mengubah masyarakat seperti yang dikemukakanoleh Rosceo Pound
yang menganalogikan sebagai suatu proses mekanik.
Hal ini terjadi karena adanya industry dan transaksi bisnis yang memperkenalkan
nilai dan norma baru. Peran pengubah tersebut dipegang oleh hakim melalui
intrepretasi dalam mengadili kasusu yang dihadapinyasecara seimbang “balance”.
Intrpretasi tersebut dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
e. Sejarah hukum
f. Arti penting tentang alasan dan solusi dari kasus individual yang pada angktan
terdahulu berisi tentang keadilan yang abstrak dari suatu hukum yang abstrak.
Keenam langkah ini perlu diperhatikan oleh hakim atau praktisi hukum dalam
melakukan intrepretasi maka perlu ditegaskan bahwa memperhatikan temuan-temuan
tentang keadaan sosial masyarakat melalui bantuan ilmu sosiologi, maka perlu adanya
nilai atau norma tentang hak individu yang harus dilindungi. Melihat keberadaan
hukum pada masa perkembangannya natural law atau hukum alam, maka Pound
menganjurkan agar konsepsi tentang norma dan nilai ditemukan dan disusun dari
hasil pelaksanaan intreperetasi analogi dapat dikembangkan, sehingga dapat
dilakukan usaha untuk menagembangkannya kedalam sistem hukum (legal sistem).
Dengan adanya sistem hukum maka terwujudlah proses administrasi hukum dan
mengembangkan peradilan.
c. Hukum memuat prinsip, konsep, aturan, standar tingkah laku, dan etika profesi
serta yang dilakoni oleh individu.
Pound mengemukakan bahwa agar hukum dijadikan sebagai perubahan sosial (agen
of sosial change), maka pendaptnya dikuatkan oleh William James yang menyatakan
bahwa ditengah-tengah dunia sangat terbatas dengan kebutuhan, manusia terus
berkembang sehingga dunia tidak akan memuaskan kehidupan manusia. Selain
hukum sebagai sosial control, korelasi atau hubungan hukum dengan nilai sosial juga
ditemukan sebagaimana nilai itu merupakan suatu keadaan yang kita ketahui, namun
sifatnya abstrak. Dalam situasi hukum nilai tersebut diturunkan lagi dalam benttuk
pilihan yang diberi nama asas hukum, sehingga nilai ini menjadi landasan dari
keberadaan asas hukum. Asas hukum pada dasarnya berbentuk prinsip-prinsip umum,
sehingga belum pula langsung dioperasionalkan. Untuk dapat dikonkritkan dalam
masyarakat, maka sas hukum dijelmakanlah kedalam norma yang dikenal dengan
nama peraturan hukum.
- Nilai-nilai dasar dalam hukum menurut Franz Magnis-Suseno yang mengutip dari
Reinhold Zippelius bahwa terdapat tiga nilai dasar yang harus direalisir di dalam
hukum yaitu nilai kesamaan, kebebasan, dan solidaritas.
a. Nilai Kesamaan, nilai ini mendasarkan pada kriteria objektif yang berlaku bagi
pihak kuat dan pihak yang lemah. Ini memandang bahwa setiap pihak dinggap sama
dihadapan hukum. Hukum berlaku umum tidak berlaku bagi pihak-pihak terentu saja
serta mempunyai kedududukan yang sama bagi anggota masyarakat. Sesuatu yang
diinginkan adalah keadilan
Jadi hukum merupakan perwujudan nilai-nilai sosial budaya yang dianut dalam
lingkungan suatu kebudayaan pada masyarakat tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memahami,
mempelajari, menjelaskan secara analiti sempiris tentang persoalan hukum
dihadapkan dengan fenomena-fenomena lain dimasyarakat. Hubungan timbal balik
antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam mempelajari sosiologi hukum. Jadi, titik tekan Sosiologi hukum ini
lebih mengarah kepada pola perilaku masyarakat dalam memandang hukum yang
terjadi disekitar mereka. Bagaimana suatu masyarakat mentaati hukum, dan
melanggar hukum, dan menjalani hukum tersebut. Sosiologi hukumpun sangat
dibutuhkan oleh masyarakat karena sosiologi hukum ini akan memberi penjelasan
dari setiap objek yang dipelajarinya,
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun agar penulis mendapatkan membelajaran baru. Dan
semoga makalah ini dapat menjadi tempat mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
DAFTAR PUSTAKA
http://alfarabi1706.blogspot.com/2013/01/hubungan-hukum-dengan-nilai-nilai.html
Anwar, yesmil dan Adang, 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Gransindo.
Konsep Dasar Ilmu Hukum Penulis Dr. Sri Warjiyati, S.H., M.H.
https://www.gurupendidikan.co.id/hakikat-sosiologi/