Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ALIRAN SOSIOLOGI HUKUM (SOSIOLOGIS OF LAW) DALAM FILSAFAT


HUKUM

Dosen Pengampu
Dr. Indien Winarwati, S. H., M. H.

Disusun Oleh:
Maria Angela Putri Andini 200111100298
Dwiky Gita Rizky Faizal Fahmi 200111100302
Zahrotul Maghfirah 200111100300
Mohammad Deni Firmansya 200111100303
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat hukum merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mencangkup tentang asas
hukum dari suatu peraturan sekaligus berusaha untuk mencari jawaban dari pertanyaan
dan permasalahan hukum yang ada, baik itu dari sisi normatif maupun dari kajian empiris
yang bertujuan agar kehidupan manusia dapat berjalan dengan baik. 1 Sebagai bagian dari
disiplin ilmu hukum, filsafat hukum seiring perkembangan jaman telah dikembangkan
oleh ahli-ahli hukum sendiri yang menghasilkan banyak pemikiran-pemikiran yang
digunakan di masa sekarang. Pendapat yang telah dikembangkan tidak menjadi
pengecualian bahwa dapat dijadikan sebagai pedoman yang ditimbulkan berdasarkan
pemikiran dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Dalam
sistem hukum yang maju dengan pembuatan dan perkembangan hukum didesain secara
professional dan logis, tidak disangsikan lagi bahwa produk hukum dapat memengaruhi,
bahkan mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat.2
Pendapat hukum dikemukakan secara umum menggambarkan bagaimana posisi
hukum yang seharusnya dalam suatu kondisi. Hal ini sulit diterapkan dalam menelaah
masyarakat secara empiris, dimana antara fakta dan keadaan yang terjadi merupakan hal
yang berbeda dan harus dipisahkan. Salah satu fase hakiki dari hukum dimana satu pihak
hukum harus mengandung unsur kepastian, dan prediktabilitas, sehingga harus stabil.
Namun, eksistensi dari hasil pemikiran-pemikiran tersebut tidak memengaruhi sosiologi
hukum yang terus berkembang karena hakikatnya sosiologi lahir dari hasil-hasil
pemikiran para ahli pemikir, baik di bidang filsafat (hukum), ilmu hukum, maupun ilmu
sosiologi (hukum).
Untuk mencari dan menemukan solusi terhadap keberlakuan hukum secara efektif
tidak lain dengan cara kembali menggali hubungan korelatif antara hukum dan
masyarakat, hal ini mengingat bahwa hukum utnuk masyarakat, dan masyarakat
membutuhkan hukum dalam menata kehidupan sosial, bukan masyarakat untuk hukum,
yang tidak dapat dilepaskan dalam sosiologi hukum. Beberapa tokoh atau para ahli

1
Buku Filsafat Hukum Bu Indin Ipusnas
2
Munir Fuady, Sosiologi Hukum Kontemporer “Interaksi Hukum, Kekuasaan, dan Masyarakat”, (Jakarta:
Kencana, 2011), hal 61.
hukum melibatkan diri untuk menuangkan pemikiran dan pendapatnya dalam filsafat
hukum untuk menjawab serta menciptakan kepastian hukum atas kebimbangan akan
kebenaran juga keadilan hukum yang berlaku. Hukum akan selalu melibatkan masyarakat
dan terus berkembang menyesuaikan dengan keadaan masyarakat itu sendiri. Maka dari
itu hukum sering kali menimbulkan problematika yang tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat, ketegangan yang timbul antara hukum yang berlaku dengan filsafat karena
ada perbedaan antara dasar-dasar dari hukum yang berlaku dengan pemikiran filsafat,
Soerjono Soekanto mengemukakan hal diatas bahwa isi dari peraturan-peraturan yang
berlaku tidaklah lagi dianggap adil dan tidak dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk
menilai perilaku dan atau tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan sosial dalam hubungannya dengan sektor hukum merupakan salah satu
kajian penting dari sosiologi hukum. Hubungan antara perubahan sosial dan sektor hukum
tersebut merupakan hubungan interaksi, dalam arti terdapat pengaruh perubahan sosial
terhadap perubahan sektor hukum sementara di lain pihak perubahan hukum juga
berpengaruh terhadap suatu perubahan sosial. Perubahan hukum yang dapat memengaruhi
perubahan sosial sejalan dengan salah satu fungsi hukum, yakni fungsi hukum sebagai
sarana perubahan sosial atau sarana rekayasa masyarakat (social engineering).3 Perubahan
yang terjadi dalam pola hidup masyarakat tidak membuat hukum akan terus diam,
kemungkinan timbulnya pertanyaan-pertanyaan ketidaksesuaian hukum menjadi
tantangan dalam bidang filsafat (hukum) mencari jawaban yang tepat untuk mampu
menontrol pola hidup masyarakat.
Hukum menjadi alat kontrol sosial, yakni menjadi alat untuk mengontrol perilaku
masyarakat. Masyarakat yang saling ketergantungan satu sama lain perlu diterapkan
adanya hukum yang selaras untuk menghindari timbulnya perselisihan dalam pola
kehidupan masyarakat, yang menurut Marcus Tullius Cicerp (106 – 43 SM) sebagai ahli
hukum terbesar bangsa Romawi pernah mengatakann “dimana ada masyarakat disitu ada
hukum ( Ubi Societas ibi ius). Alat kontrol sosial selain daripada hukum adalah agama,
moralitas, adat kebiasaan, Pendidikan, kesenian, pers, keteladanan pemimpin, dan lain-
lain. Masayarakat berharap banyak kepada hukum untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan praktis yang ada di dalam masyarakat . Oleh karena itu, banyak ahli hukum
melakukan riset atau penilitian efektifitas hukum di masyarakat dengan dasar-dasar teori
filsafat hukum. Adanya persilisihan dialektikan antara filsafat hukum dan ilmu hukum
memunculkan adanya sosiologi hukum. Para ahli sosiologi hukum banyak menggunakan
3
Ibid.
teori Roscoe Pound yang menyatakan bahwa hukum adalah alat untuk
memperbarui/merekayasa masayarakat (Law as a tool of social engineering). Berdasarkan
keterkaitan antara hukum dan masyarakat, sosilogi hukum (Sosiologic of Law) pada
filsafat hukum memiliki peran penting dalam mengatur pola hidup masayarakat dan
memberikan jawaban atas segala pertanyaan yang timbul atas ketidaksesuaian hukum
dalam pola sosial masayarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah permasalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa hubungan antara Sosiologi Hukum (Sosiologic of Law) dan Filsafat Hukum?
2. Bagaimana peran Sosiologi Hukum (Sosiologic of Law) dalam masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui hubungan antara Sosiologi Hukum (Sosiologic of Law) dan
Filsafat Hukum
2. Untuk mengetahui peran Sosiologi Hukum (Sosiologic of Law) dalam masyarakat
1.4 Manfaat
Selain itu, terdapat manfaat dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bidang filsafat hukum sebagai sumber informasi serta literasi dalam
penerapan sosiologis hukum pada filsafat hukum untuk mengatur pola kehidupan
masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, makalah ini diharapkan menjadi bahan untuk penyempurnaan dan
menjawab pertanyaan atas hukum dalam bidang filsafat hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sosiologi Hukum (Sosiologic of Law) dan Filsafat Hukum

1. Hubungan antara Sosiologi Hukum dan Filsafat Hukum

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum diperkenalkan oleh


Aguste Comte, yakni sebuah ilmu pengetahuan yang merupakan hasil akhir dari
perkembangan ilmu pengetahuan. Secara etimologis, sosiologi berasal dari Bahasa Latin
“socius” yang artinya kawan, serta Bahasa Yunani “logos” yang artinya kata atau
berbicara. Jika digabungkan, maka sosiologi merupakan ilmu yang berbicara mengenai
masyarakat. Aguste Comte juga menegaskan bahwa sosiologi harus dibentuk berdasarkan
pengamatan dan tidak pada spekulasi keadaan masyarakat. Hasil pengamatan tersebut
harus disusun secara sistematis dan metodologis. Sedangkan menurut Pitirim Sorikin,
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala-gejala sosial seperti gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan
moral, hukum dengan ekonomi, dengan gejala lainnya. Sosiologi hukum menurut sejarah
diperkenalkan pertama kali oleh Anzilotti, yang lahir dari hasil pemikiran para ahli di
bidang filsafat hukum dan sosiologi. Sosiologi hukum memandang hukum dari luar
hukum. Dalam hal ini, sosiologi hukum mencoba untuk memperlakukan sistem hukum
dari sudut pandang ilmu sosial. Pada dasarnya, dalam sosiologi hukum, hukum hanya
merupakan salah satu dari banyak sistem sosial dan bahwa sistem sosial lainnya dalam
masyarakat memberi arti dan pengaruh terhadap hukum itu sendiri.4

H.L.A. Hart, berpendapat bahwa filsafat hukum adalah karya pikir bersama antara
filsafat moral, filsafat politik, dan bahasa. Sebagai hasil karya filsafat moral, filsafat
hukum membahas konsep-konsep hukum tentang rasa bersalah, kesalahan, niat, dan
tanggung jawab yang merupakan issue sentral dalam hukum terutama ketika hukum
menekankan konsep konsep di atas dalam pikiran dan perbuatan (H.L.A. Hart,2009).
Mempelajari filsafat hukum Tentunya akan membawa seseorang Pada apa yang dimaksud
mengenai Hukum itu, dengan sebenar-benarnya Dan sedalam-dalamnya. Plato dalam
Tulisannya Andre Ata Ujan, Menyampaikan bahwa seorang filsuf (orang yang ahli
4
Hukum online dalam “ Sosiologi Hukum: Ruang Lingkup, Objek, dan Karakteristiknya “ diakses
dari : https://www.hukumonline.com/klinik/a/sosiologi-hukum-ruang-lingkup-objek-dan-karakteristiknya-
lt62d68736ac169 pada 29 September 2022.
filsafat), tidak Pernah berhenti mencari dan Menemukan kebenaran (searching for Truth)
dan membangun keadilan (to Built justice) (Andre Ata Ujan,2009:17-18). Bahkan
kebenaran dan keadilan, Hasil pemikiran para filsuf Sebelumnya, pun tidak luput dari
Sikap kritik filsafat mereka, sebab Dalam filsafat tidak ada kebenaran Yang final.
Demikian halnya dengan Filsafat hukum, filsafat hukum harus Berupaya mencari dan
menemukan Hakekat hukum secara radikal (sampai ke akar-akarnya), secara Sistematis,
rasional, dan metodis.Filsafat hukum berupaya untuk Menemukan jawaban terdalam dari
Sebuah objek formalnya, yaitu Hukum. Darji Darmodiharjo dan Shidarta,
Mengungkapkan bahwa filsafat Hukum adalah filsafat tingkah laku Dan etika, yang
mempelajari hakekat Hukum secara filosofis. Hukum dikaji Secara mendalam sampai
kepada inti Atau dasarnya yang disebut dengan Hakekat (Darji Darmodiharjo dan
Shidarta, 2004:11).J.J.H. Bruggink dalam bukunya Otje Salman dan Anton F. Susanto,
Mengatakan bahwa filsafat hukum Adalah induk dari semua disiplin Yuridik. Karena
filsafat hukum Membahas masalah-masalah yang Paling fundamental yang timbul Dalam
hukum (Otje Salman dan Anton F. Susanto,2004:64). Filsafat hukum merupakan
kegiatan yang tidak pernah berakhir, karena mencoba memberikan jawaban pada
pertanyaan-pertanyaan abadi. Pertanyaan itu tentunya adalah pertanyaan yang
terhadapnya, hanya dapat diberikan jawaban yang menimbulkan banyak pertanyaan baru.5

Sosiologi hukum pada dasarnya lahir dari hasil pemikiran para ahli di bidang
filsafat hukum maupun sosiologi. Hasil pemikiran tersebut tidak hanya berasal dari
kumpulan individu, melainkan juga dari mazhab atau aliran yang mewakili sekelompok
ahli pemikir yang memiliki berbagai macam pendapat Hukum. Pembentukan sosiologi
hukum sangat dipengaruhi oleh filsafat hukum, demikian menurut Satjipto Rahardjo.
Pemikiran filsafat selalu berusaha untuk menembus hal-hal yang dekat dan secara terus-
menerus mencari jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan yang tuntas (Ultimate). Oleh
karena itu, filsafat hukum mendahului sosiologi hukum. La mempertanyakan keabsahan
dari hukum positif. Mengapa harus positif? Dari mana hukum positif memperoleh
legitimasinya? Mengapa orang harus patuh kepada hukum? Pertanyaan-pertanyaan ini
juga diulang oleh sosiologi hukum. Pengaruh yang khas dari filsafat hukum terlihat jelas
pada kegiatan untuk menetralkan atau merelatifkan dogmatika hukum, tekanannya lebih
diletakkan pada beraksinya atau berprosesnya hukum (law in action). Roscou Pound
berpendapat bahwa hukum merupakan suatu proses yang mendapatkan bentuknya dalam
5
Beniharmoni Harefa dalam dalam jurnal “ KEBENARAN HUKUM PERSPEKTIF FILSAFAT HUKUM”
pembentukan peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim atau pengadilan. Ia
mengedepankan idenya tentang hukum sebagai sarana untuk mengarahkan dan membina
masyarakat. Untuk memenuhi fungsinya tersebut, sorotan yang terlalu besar pada aspek
statis dari hukum harus ditinggalkan. Selain Pound, Cardozo berpendapat, bahwa hukum
bukanlah penerapan murni dari peraturan perundang-undangan. Pada hukum berpengaruh
pula kepentingan-kepentingan sosial yang hidup dalam masyarakat. Secara filosofis,
fungsi dari sosiologi hukum adalah menguji apakah benar peraturan perundang-undangan
yang dibuat, berfungsi dalam masyarakat.6

2. Peran Sosiologi Hukum (Sosiologic of Law) dalam masyarakat

Hukum sebagai sarana mengatur masyarakat, Berdasarkan pendapat Roscoe Pound,


yang dikutip oleh WWignjosoebroto, 7Bahwa “law is a tool of social engineering”. Atas
dasar ini, maka hukum merupakan sarana yang ditujukan untuk mengubah perilaku warga
masyarakat, tentunya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Yang
menjadi persoalan adalah jika terdapat hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan diterapkan,
ternyata tidak efektif. Fenomena ini akan timbul, apabila ada faktor-faktor tertentu yang
menjadi hambatannya, dan faktor tersebut bisa berasal dari pembentuk hukum, penegak
hukum, pencari keadilan atau golongan-golongan lain dalam masyarakat. Maka faktor-faktor
inilah yang harus diidentifikasi, karena merupakan suatu kelemahan yang terjadi kalau hanya
tujuan-tujuan yang dirumuskan, tanpa mempertimbangkan sarana dalam mencapai tujuan
yang dimaksud.

Sebagai pencetus konsep law as o tool of social engereering, Pound memandang


bahwa problem utama yang menjadi perhatian utama bagi para sosiolog hukum adalah untuk
memungkinkan dan untuk mendorong pembuatan hukum, dan juga menafsirkan dan
menerapkan aturan-aturan hukum, serta untuk membuat lebih berharganya fakta-fakta sosial
di mana hukum harus berjalan dan di mana hukum itu diterapkan. 8 Pound memang harus
diakui sebagai kekuatan pemikiran baru yang mencoba mengonsepsikan ulang bagaimana
hukum dan fungsi hukum harus dipahami. Pound merupakan ilmuwan hukum yang terbilang

6
Sayap bening law office dalam “ pengaruh dari filsafat hukum “ diakses dari https://bantuanhukum-
sbm.com/artikel-pengaruh-dari-filsafat-hukum pada 29 September 2022.
7
Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta: ELSAM, 2002),
h.70.
8
Wignjosoebroto,ibid, h.293.
orang pertama yang berani menganjurkan agar ilmu pengetahuan sosial didayagunakan demi
kemajuan teori-teori yang diperbaharui dan dibangun dalam ilmu hukum.9

Hukum harus peka terhadap perkembangan masyarakat dan harus menyesuaikan diri
dengan keadaan yang telah berubah. Menurut Kusumaatmadja, 10 pengembangan konsep
hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat di Indonesia, lebih luas jangkauan dan ruang
lingkupnya dari pada konsep law as o tool of social Engereering itu sendiri. Hal ini
disebabkan oleh:

1. Lebih menonjolnya peranan peraturan perundang-undangan dalam proses


pembaharuan hukum Indonesia. Sedangkan teori Pound terutama ditujukan pada
peranan pembaharuan dari putusan pengadilan, khususnya putusan Supreme Court
sebagai mahkamah tertinggi.
2. Sikap yang menunjukkan kepekaan terhadap kenyataan masyarakat yang menolak
penerapan mekanistis dari konsepsi law as o tool of social engereering. Penerapan
mekanistis demikian, yang digambarkan dengan kata tool, akan mengakibatkan
hasil yang tidak banyak berbeda dengan penerapan legisme yang dalam sejarah
hukum Indonesia (Hindia Belanda) telah ditentang dengan keras.
3. Apabila dalam pengertian hukum termasuk pula hukum internasional, maka
Indonesia sebenarnya sudah menjalankan asas “hukum sebagai sarana
pembaharuan masyarakat” jauh sebelum konsepsi ini dirumuskan secara resmi
sebagai landasan kebijaksanaan hukum. Dengan demikian, perumusan resmi itu
sesungguhnya merupakan perumusan pengalaman masyarakat dan bangsa
Indonesia menurut sejarah.

Selanjutnya jika dihubungkan dengan pandangan Donald Black, yang Menyatakan


bahwa hukum berfungsi sebagai sarana kontrol sosial, “law is only one kind of social
11
control". Dalam mengkaji hukum sebagai perangkat kaidah khusus yang berlaku serta
dibutuhkan guna menegakkan ketertiban dalam suatu kehidupan masyarakat. Hukum
dipandang sebagai rujukan yang akan digunakan oleh pemerintah dalam hal melakukan
pengendalian terhadap perilaku warga masyarakat. Lebih lanjut Black menjelaskan: "Law
itself is social control, but many others kinds of social control also appear in social life, in
families, friendships, neighborhoods, villages, tribes, occupations, organizations, and groups
9
Wignjosoebroto, ibid, h. 71.
10
Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional. (Bandung: Binacipta,
1976), h. 9-10.
11
Black, The Behavior of Law, (New York: Academic Press, 1976), h. 2.
of all kinds. Thus, the proposition states that the quantity of law increases as the quantity of
social control of these other kinds decreases, and viceversa. So formulated, it applies
wherever and whenever it is possible to measure the quantity of each. It applies to everything
from the evolution of social life across the world to an encounter between two people on the
street". Tentunya sebagai sarana kontrol sosial, maka hukum akan dapat menjaga stabilitas
dan keseimbangan-keseimbangan dalam masyarakat. Dalam rumusan yang sederhana,
dipahami bahwa masyarakat terdiri dari pribadi-pribadi dan kelompokkelompok, yang di
dalam kehidupannya berkaitan secara langsung dengan penentuan pilihan terhadap apa yang
ada di dalam lingkungan sekitarnya. Pilihan-pilihan yang dapat dilakukan tentunya dibatasi
oleh suatu kerangka tertentu, artinya kalau seseorang sampai melampaui batas yang ada,
maka mungkin ia menderita, sebaliknya kalau ia berada di dalam batas-batas tertentu, maka
ia akan mendapat imbalanimbalan tertentu pula. Inilah yang terkait dengan kepentingan-
kepentingan manusia baik sebagai pribadi maupun kelompok. Dengan demikian, lingkungan
sekitarnya menyediakan pembatasan-pembatasan dan kebebasan-kebebasan bagi pribadi dan
kelompok ssosial. 12

Hukum merupakan bagian dari masyarakat, yang timbul dan berproses di dalam dan
untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dengan warganyalah yang dapat
menentukan luas daya cakup hukum, maupun batas kegunaannya. Kadang-kadang suatu
hukum perlu dicoba terlebih dahulu, karena dengan percobaan seperti ini, akan dapat
diketahui kelemahan-kelemahan hukum itu sendiri dalam mengubah atau mengatur perilaku
masyarakat. Untuk menunjang hal ini, maka budaya hukum sangatlah penting untuk
diaplikasikan oleh semua elemen yang terkait, termasuk masyarakat itu sendiri. 13

Sebagai perilaku, maka bisa dikatakan bahwa kaidah-kaidah hukum sebagai tidak
tertulis. Akan tetapi hukum berkaitan erat dengan perilaku masyarakat dan Alat untuk
mengubah masyarakat (a tool of social engineering), mempunyai peranan penting terutama
dalam perubahan-perubahan yang dikehendaki atau perubahanperubahan yang direncanakan.
Dengan kata lain, secara tidak langsung, hukum dapat menjadi alat yang ampuh untuk
mengadakan perubahan-perubahan sosial. Olehnya itu, hukum tidak hanya dipahami sebagai
seperangkat aturan yang tertulis maupun Ketaatan masyarakat terhadap hukum tersebut. 14

12
Dahlia haliah ma’u dalam jurnal “ paradigma hukum sosiologis “
13
Dahlia haliah ma’u, ibid
14
Dahlia haliah ma’u, ibid.

Anda mungkin juga menyukai