Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Sosiologi Hukum

Dosen Pengajar : Dr. Anggreany Arief, SH., MH

TUGAS MAKALAH
PENGANTAR SOSIOLOGI HUKUM
“ SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE”

Oleh :
RESA WIRA NATA
0025.02.52.2020
MH-2

MAGISTER HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Pengantar Sosiologi Hukum yang berjudul “Perbedaan antara Sosiologi Hukum
dan Sociological Jurisprudence” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan


pemahaman pembaca terhadap pengertian sosiologi hukum, pengertian mazhab
Sociological Jurisprudence, dan apa saja perbedaan antara sosiologi hukum dan
Sociological Jurisprudence. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui
pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis kesimpulan dalam
makalah ini dan sebagai tugas pengganti MID Pengantar Sosiologi Hukum.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah


Pengantar Sosiologi Hukum Ibu Dr. Anggreany Arief, SH., MH. yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun
mutu makalah ini.

Makassar, 28 Desember 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat hukum menurut Purnadi Purwacaraka dan Soerjono Soekanto


(1979:2) mengatakan bahwa Filsafat hukum adalah perenungan dna perumusan
nilai-nilai misalnya : penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman antara
kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan/konservatisme dengan
pembaharuan.
Kesulitan yang banyak dialami dalam memahami hukum yaitu berfikir
mengenai hukum dengan cara yang telah ditentukan dalam ilmu hukum,
mengaitkan satu sama lain, sebab dengan sebab lainnya, yang satu dengan hal
yang timbul karenanya. Alam berfikir hukum adalah berfikir khas, dengan
karakteristik yang tidak ditemui dalam cara-cara berfikir yang lain.
Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan tentang arti hukum
seringkali dikemukakan bagaimana hukum itu seharusnya. Bagi mereka yang
menelaah masyarakat secara empiris, hal itu sangat sulit untuk diterima karena
fakta harus dipisahkan degan keadaan yang seharusnya terjadi. Namun demikian
hal ini bukan berarti hasil-hasil pemikiran tersebut sama sekali tidak berpengaruh
terhadap perkembangan sosiologi hukum. Sosilogi hukum pada hakikatnya lahir
dari hasil-hasil pemikiran para ahli pemikir, baik di bidang filsafat (hukum), ilmu
sosiologi.
Sosiologi hukum membahas pengaruh timbal balik antara perubahan hukum
dan masyarakat. Perubahan hukum dapat mempengaruhi masyarakat dapat
menyebabkan terjadinya perubahan hukum. Alam pikiran manusia dalam dunia
sosial ditentukan oleh prinsip hubungan timbal balik dalam memberi dan
menerima, sehingga tampak jelas bahwa manusia menciptakan dunia sosial pada
hakekatnya justru akan memperbudak mereka sendiri dan manusia memelihara
kapasitas untuk mengubah dunia sosial yang membelenggu mereka sendiri.

3
Pada hakikatnya, hal ini merupakan objek yang menyentuh dari aspek
sosiologi hukum, atau aspek sosial masyarakat oleh karena tak ada keragu-raguan
lagi bahwa suatu sistem hukum merupakan pencerminan dari sistem sosial dimana
sistem hukum tadi merupakan bagiannya.
Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran
filsafat hukum menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat.
Menurut Lilirasjidi, Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum
kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari
masyarakat ke hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik
haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran
ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai akibat dari proses
dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab sejarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum (Sociology of Law)?
2. Apakah yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence?
3. Bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological
Jurisprudence?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum (Sosicology
of Law).
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan
Sociological Jurisprudence.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Hukum

Menurut C.J.M Schuyt, salah satu tugas Sosiologi Hukum adalah


mengungkapkan sebab atau latar belakang timbulnya ketimpangan antara tata
tertib masyarakat yang dicita-citakan dengan keadaan masyarakat yang ada di
dalam kenyataan.

Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik


antara hukum dengan gejala-gejala social lainnya secara empiris analitis. pada
lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu filsafat
hukum, ilmu hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.

1. Filsafat hokum
Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu
“stufenbau des recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak
boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dalam
filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosilogi hukum, diantaranya yaitu :
a) Mazhab sejarah, tokohnya Carl Von Savigny (hukum itu tidak dibuat, akan
tetapi tumbuh da berkembang bersama-sama masyarakat). Hal tersebut
merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan
hukum dari statu ke control sejalan dengan perkembangan masyarakat
sederhana ke masyarakat modern.
b) Mazhab utility, tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat
bagi masyarakat guna mencapai hidup bahagia). Dimana manusia
bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan
dan pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap

5
warga-warga masyarakat secara individual). Rudolph von Ihering (social
utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk
mencapai tujuan)
c) Aliran sociological jurisprudence, tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang
dibuat harus sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat atau
living law)
d) Aliran pragmatical legal realism, tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of
social engineering), Karl Llewellyn, Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-
hakim tidak hanya menemukan huhum akan tetapi bahkan membentuk
hukum).

2. Ilmu hokum
Yang mendukung ilmu soiologi hukum adalah ilmu hukum yang menganggap
bahwa hukum itu adalah gejala sosial.
3. Sosiologi yang berorientasi dibidang hokum
Menurut Emile Durkhain mengungkapkan bahwa dalam masyarakat selalu
ada solideritas social yang meliputi :
 Solideritas social mekanis yaitu terdapat dalam masyarakat sederhana
dimana kaidah hukumnya bersifat represif (yang diasosiasikan dalam
hukum pidana)
 Solideritas social organis yaitu terdapat dalam masyarakat modern
dimana kaidah hukumnya bersifat restitutif (yang diasosiasikan dalam
hukum perdata).
 Max Weber dengan teori ideal type, mengungkapkan bahwa hukum
meliputi :
 Irasionil materil (pembentuk undang-undang mendasarkan keputusan-
keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk
pada suatu kaidahpun)
 Irasionil formal (pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman
pada kaidah-kaidah diluar akan, oleh karena didasarkan pada wahyu
atau ramalan)

6
 Rasional materil (keputusan-keputusan para pembentuk undang-undnag
dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-
kebijaksanaan penguasa atau ideologi)
 Rasional formal (hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-
konsep abstrak dari ilmu hukum)

Konsep-Konsep Sosiologi Hukum

1. Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Control (Pengendalian Sosial)


Hukum sebagai sosiol control : kepastian hukum, dalam artian UU yang
dilakukan benar-benar terlaksana oleh penguasa, penegak hukum. Fungsinya
masalah penginterasian tampak menonjol, dengan terjadinya perubahan
perubahan pada faktor tersebut diatas, hukum harus menjalankan usahanya
sedemikian rupa sehingga konflik konflik serta kepincangan kepincangan
yang mungkin timbul tidak mengganggu ketertiban serta produktivitas
masyarakat.
Pengendalian sosial adalah upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang
di dalam masyarakat, yang bertujuan terciptanya suatu keadaan yang serasi
antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Maksudnya adalah
hukum sebagai alat memelihara ketertiban dan pencapaian keadilan.
Pengendalian sosial mencakup semua kekuatan-kekuatan yang menciptakan
serta memelihara ikatan sosial. Hukum merupakan sarana pemaksa yang
melindungi warga masyarakat dari perbuatan dan ancaman yang
membahayakan dirinya dan harta bendanya.

2. Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Engineering


Hukum dapat bersifat sosial engineering : merupakan fungsi hukum
dalam pengertian konservatif, fungsi tersebut diperlukan dalam setiap
masyarakat, termasuk dalam masyarakat yang sedang mengalami pergolakan
dan pembangunan. Mencakup semua kekuatan yang menciptakan serta
memelihara ikatan sosial yang menganut teori imperative tentang fungsi
hukum.

7
Hal ini dimaksudkan dalam rangka memperkenalkan lembaga-lembaga
hukum modern untuk mengubah alam pikiran masyarakat yang selama ini
tidak mengenalnya, sebagai konsekuensi Negara sedang membangun, yang
kaitannya menuju modernisasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Maksudnya adalah hukum sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat.
Hukum dapat berperan dalam mengubah pola pemikiran masyarakat dari pola
pemikiran yang tradisional ke dalam pola pemikiran yang rasional/modern.

3. Wibawa Hukum

Melemahnya wibawa hukum menurut O. Notohamidjoyo, diantaranya


karena hukum tidak memperoleh dukungan yang semestinya dari norma-
norma sosial bukan hukum, norma-norma hukum belum sesuai dengan
norma-norma sosial yang bukan hukum, tidak ada kesadaran hukum dan
kesadaran norma yang semestinya, pejabat-pejabat hukum yang tidak sadar
akan kewajibannya untuk memelihara hukum Negara, adanya kekuasaan dan
wewenang, ada paradigma hubungan timbal balik antara gejala sosial lainnya
dengan hukum.

B. Pengertian Sociological Jurisprudence

Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich (1826-1922) di


anggap sebagi pelopor dari aliran sociological jurisprudence, berdasarkan hasil
karyanya yang berjudul fundamental principles of the sociologi of law. Ajaran
Ehrlich berpokok pada perbedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup
atau dengan kata lain suatau pembedaan antara kaidah –kaidah hukum dengan
kaidah-kaidah hukum sosial lainya. Dia menyatakan bahwa hukum positif hanya
akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat, atau
dengan apa yang disebut oleh para antropologi sebagai pola-pola kebudayaan
(culture patterns).
Ajaran –ajaran aliran sociological jurisprudence berkembang dan menjadi
populer di amerika serikat terutama atas jasa Roscoe Pound (1870-1964). Kiranya

8
sudah jelas betapa tekanan pada kenyataan hukum merupakan suati objek yang
sangat penting an padbagi para sosiolog yang menaruh perhatian pada gejala –
gejala hukum sebagi gejala sosial. Dalam hal ini, baik sociological jurisprudence
dan sosiologi hukum mempunyai pokok perhatian yang sama. Pound mengakui
bahwa hukum hanyalah merupakan suatu alat pengadilan sosial, bahkan hukum
selalu menghadapi tantangan dan pertentangan kepentingan-kepentingan. Pound
juga menekankan betapa pentingnya penelitian dan perlunya dipakai alat
pembuktian-pembuktian yang berasal ilmu-ilmu sosial di dalam proses
pengadilan.
Menurut Lilirasjidi, Sociological Jurisprudence menggunakan pendekatan
hukum kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan
dari masyarakat ke hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang
baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
msyarakat.valiran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai
akibat dari proses dialektika anatara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis)
mazhab sejarah.
Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sociology of Law.
Berarti bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam
masyarakat. Dijelaskan oleh Roscoe Pound dalam kata pengantar pada buku
Gurvitch yang berjudul Sosiologi hokum. Perbedaan diantara keduanya
Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran dalam filsafat
hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat,
sedangkan Sosiologi Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum sebagai
gejala sosial.
Sosiologi hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh
masyarakat kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam
masyarakat dapat mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh
sebaliknya, yaitu pengaruh hukum terhadap masyarakat.
Dari dua hal tersebut (sociological jurisprudence dan sosiologi hukum)
dapat dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara

9
pendekatannya bertolak dari hukum kepada masyarakat, sedangkan sosiologi
hukum cara pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada hukum.

C. Perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence


Harry C. Bredemeier (Vilhelm Aubert, 1975: 52-68)[1] lebih merinci kajian
sosiologis itu dengan masih membedakan antara apa yang ia namakan
sebagai sociology of the law dengan apa yang ia namakan sebagai sociology in
the law.  Untuk lebih memahaminya, berikut kutipan penjelasan Bredemeier
sebagai berikut:

“it is important to distinguish between two kinds of enterprises relating


sociology and law; one is denoted by the phrase ‘sociology of the law’, the other
by ‘sociology in the law’. The first make ‘the law’ a focus of sociological
investigation   in the same way that ‘small group’ and ‘voting’ are focused. The
goal here s either to describe the significance of the law for the larger society or
to describe its internal processes or both. The seccond  aims to facilitate the
law’s performance of it’s functions by adding sociological knowledge to its stock
of tools. Clearly, the seccond aim depends on the first: there can be no
sociological knowledge that is useful to the law untill there is sociological
knowledge about the function of the law and mechanism of performing those
functions. For that reason, in the first part of this paper I set out an analysis of
the function of the law and their relationships to other functional subsystems of
the society. I then discuss some of the salient lines of the research sociology of the
law suggested by that analysis, and the place of sociology in the law.”
Jadi bagi Bredemeier, adalah penting untuk membedakan antara dua jenis
usaha yang menghubungkan antara sosiologi dan hukum; yang pertama adalah
ditunjukkan melalui istilah ‘sosiologi tentang hukum‘ , sedang yang lainnya
dengan istilah ‘sosiologi di dalam hukum‘ . Yang pertama menjadikan hukum
sebagai  fokus penyelidikan yang bersifat sosiologis, dimana dengan cara yang
sama menjadikan ‘kelompok – kelompok kecil ‘ dan ‘voting‘ sebagai fokusnya.

10
Tujuannya di sini adalah menggambarkan arti pentingnya hukum bagi masyarakat
yang lebih luas atau untuk menggambarkan proses internal atau kedua-duanya.
Menurut Breidemeier, tujuan yang kedua adalah untuk mempermudah
kinerja hukum itu fungsi itu dengan menambahkan pengetahuan sosiologis bagi
persediaan perangkatnya. Jelasnya, tujuan kedua tergantung pada yang pertama.
Pengetahuan sosiologis tidak akan berguna untuk hukum kecuali pengetahuan
sosiologis tentang bebrbagai fungsi hukum dan mekanisme pelaksanaan fungsi-
fungsi tersebut. Dengan alasan itulah, sehingga dalam bagian pertama dari tulisan
ini saya mengemukakan suatu analisis terhadap fungsi- fungsi hukum dan
hubungannya dengan subsistem fungsional lain dari masyarakat. Sesudah itu,
Saya kemudian membahas beberapa hal penting dari riset di dalam sosiologi
hukum yang menjadi penekanan analisis itu, dan kedudukan sosiologi dalam
hukum.

Selain pembedaan di atas, maka juga perlu dibedakan antara sociological


jurisprudence dan sociological of law. L.B. Curzon misalnya
(1979:137) mengemukakan bahwa, roscoe Pound menunjuk sociological
jurisprudence sebagai suatu studi tentang karakteristik khas dari tertib hukum,
yaitu suatu aspek dari ilmu hukum yang sebenarnya. Dennis Lloyd menuliskanya
sebagai cabang dari ilmu hukum normatif, yang bertujuan agar pembuatan hukum
lebih efektif dalam pelaksanaannya, dan berbasis pada nilai-nilai subyektif.
Beberapa penulis lain menggunakan istilah sociological jurisprudence itu untuk
menunjuk suatu aliran ilmu hukum sosiologis, yaitu yang oleh para yuris dilihat
sebagai suatu studi tentang masyarakat sebagai alat melalui mana ilmu hukum
mungkin dibuat menjadi lebih tepat.
Berbeda dengan sociology of law yang oleh Roscoe Pound dipandang
sebagai studi sosiologi yang sebenarnya, yang berbasis pada konsep hukum
sebagai suatu alat  pengendalian sosial, Dennis Lloyd menuliskannya sebagai
sesuatu yang secara esensial merupakan ilmu deskriptif yang menggunakan
tehnik-tehnik empiris. Sociology of law berkenaan dengan suatu pengujian
terhadap pertanyaan mengapa perangkat hukum dan tugas-tugasnya dibuat. Ia

11
memandang hukum sebagai produk suatu sistem sosial dan sebagai alat untuk
mengendalikan dan mengubah sistem itu.
Perkembangan kajian sosiologis di dalam kajian hukum itu, menimbulkan
adanya dua jenis kajian sosiologis:
 Yang menggunakan sociology of law;
 Yang menggunakan sociological jurisprudence.
Lebih jelasnya perbedaan antara sociology of law  dan sociological jurisprudence
(Curzon):
1. Socilogical Jurispudence
Pound mengacu pada ini sebagai studi tentang karakteristik khas dari
tatanan hukum, yaitu aspek hukum yang tepat. Lloyd menulis itu sebagai
cabang ilmu normatif, memiliki hukum yang lebih efektif dalam tindakan dan
berdasarkan nilai-nilai subjektif. Beberapa penulis lain menggunakan istilah
untuk merujuk pada sosiologi sekolah yurispudensi, yaitu orang ahli hukum
yang terlihat dalam sebuah studi masyarakat berarti dimana ilmu hukum
mungkin dibuat lebih tepat.
2. Sociology of law
Pound mengacu studi ini sebagai sosiologi yang tepat, didasarkan pada
konsep hukum sebagai salah satu sarana kontrol sosial. Lloyd menulis itu
sebagai dasarnya ilmu deskriptif menggunakan teknik empiris. Hal ini
berkaitan dengan pemeriksaan mengapa hukum menetapkan tentang tugas-
tuganya dalam cara Odes. Ini memandang hukum sebagai produk dari sistem
sosial dan sebagai sarana pengendalian dan mengubah sistem itu.
Meskipun diantara socilogy of law dan socilogical jurispudence ada
perbedaan, tetapi keduanya memiliki persamaan yang mendasar yaitu berkisar di
dunia sein, di dalam realitas. Keduanya berada di dunia is (realm of is) yang
adalah refers to a complez of actual determinants of actual human conduct. Jadi
berbeda dengan pandangan kaum positivistis yang berada di dunia sollen.
Kajian sosiologis berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang
memandang hukum sebagai suatu yang otonom. Sebaliknya, kajian sosiologis
memandang hukum bukan suatu yang otonom, melainkan sangat dipengaruhi oleh

12
faktor-faktor non hukum yang ada dalam masyarakatnya, seperti faktor ekonomi,
politik, budaya, dan sosial.
Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal
dengan cita hukum masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena
mengutamakan bagaimana suatu hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini bukanlah tanpa kritik.
Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sociological
jurispridence Pound, lebih mengutamakan tujuan praktis dengan :
1. Menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum,
karena itu , lebih memandang kerjanya hukum dari pada isi abstraknya;
2. Memajukan telaah sosiologis berkenaan dengan telaah hukum untuk
mempersipakan perundang-undangan, karena itu, menganggap hukum
sebagai suatu lembaga sosial yang dapat diperbaiki oleh usaha yang cerdik
guna menemukan cara terbaik untuk melanjutkan dan membimbing usaha
usaha demikian itu;
3. Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada
tujuan sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi;
4. Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang
ditimbulkan oleh doktrin hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya;
5. Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak
supaya ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat
berubah;
6. Meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha
untuk mencapai maksud serta tujuan hukum lebih efektif.
Program sociological jurispridence Pound kelihatan berpengaruh dalam
pandangannya yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering
serta ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum
yang baik itu adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat. Aliran ini mengetengahkan pentingnya hukum yang hidup dalam
masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila ada hubungan dengan
peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara sosilogis dan

13
antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian.
Tidak saja dimungkinkan oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib
yang ada dalam masyarakat sebagai suatu kelompok dengan kelompok
masyarakat lainnya. Terutama dalam masyarakat yang pruralistik. Tetapi sama
sekali tidak berarti tidak bisa diterapkan.
Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran
sociological jurisprudence. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki
pruralistik seperti masyarakat Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya
masing-masing serta pola perilaku yang spesifik pula adalah tidak mudah
menerapkan ajaran sociological jurisprudence.
Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri,
dan fakta bahwa hubungan antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut
tipe masyarakat yang serba meliputi, yang terhadapnya negara hanyalah
merupakan suatu kelompok yang khusus dan suatu tata tertib yang khusus pula.
Dalam menerapkannya diperlukan berbagai pendekatan untuk memahami dan
menginventarisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama dalam
masyarakat majemuk yang memiliki tata tertib sendiri dan pruralitik.
Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan,
secara teoritis karya Ehrlich, menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap
ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkan Ehrlich, yang semuanya
disebabkan oleh keinginanannya meremehkan fungsi negara dalam pembuatan
undang-undang.
Kelemahan itu adalah :
a) Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma
hukum dari norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat
dipertukarkan, sesuatu yang merupakan fakta historis dan sosial, tidak
mengurangi perlunya pengujian pernedaan yang jelas. Sesuai dengan itu
sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu dalam garis besar,
sosilogi umum;

14
b) Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat
kebiasaan sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti
halnya dalam hukum internasional pada zaman ketika adat istiadat dipandang
baik sebagai sumber hukum maupun sebagai bentuk hukum yang paling
penting. Di negara modern peran masyarakat mula-mula masih penting, tetapi
kemudian berangsur berkurang. Masyarakat modern menuntut sangat banyak
undang-undang yang jelas dibuat oleh pembuat undang-undang yang sah.
Undang-undang semacam itu selalu derajat bermacam-macam, tergantung
dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai hukum bersumber pada
ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh karya Ehrlich;
c) Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-
norma hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara
hanya memberi sanksi pada fakta-fakta sosial. Konsekwensinya adalah adat
kebiasaan berkurang sebelum perbuatan udang-undang secara terperinci,
terutama undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
mempengaruhi kebiasaan dalam masya-rakat sama banyaknya dengan
pengaruh dirinya sendiri.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-persoalan
yang dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli hukum
bahwa hukum pada dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat. Maka dari
itu hukum dituntut untuk dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan
masyarakat. Berangkat Dari sinilah sehingga dalam dunia hukum dikenal istilah
sosiologi hukum maupun antropolgi hukum dan lain-lain. Munculnya gabungan
antara ilmu sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah untuk dapat menjawab
problematika kehidupan masyarakat pada umumya begitu juga dengan antropogi
hukum dan seterusnya. 

B. Saran
Diharapkan dengan munculnya berbagai aliran-aliran hukum dan berbagai
teori-teorinya dapat membuat kehidupan masyarakat semakin lebih baik dengan
hukum.

16
DAFTAR PUSTAKA

 http://bloghukums.blogspot.co.id/2014/05/aliran-pemikiran-yang-
mempengaruhi.html.
 https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/sosiologi-hukum/

 http://rivoamelia.blogspot.co.id/2014/12/pertentangan-antara-sociology-of-

law.html

 https://sites.google.com/a/unida.ac.id/gelardwi/pengantar-ilmu-hukum/

sociological-jurisprudence

 http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/10/mazhab-mazhab-teori-huku-

terkait.html

17

Anda mungkin juga menyukai