TUGAS MAKALAH
PENGANTAR SOSIOLOGI HUKUM
“ SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE”
Oleh :
RESA WIRA NATA
0025.02.52.2020
MH-2
MAGISTER HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Pengantar Sosiologi Hukum yang berjudul “Perbedaan antara Sosiologi Hukum
dan Sociological Jurisprudence” dengan baik dan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun
mutu makalah ini.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Pada hakikatnya, hal ini merupakan objek yang menyentuh dari aspek
sosiologi hukum, atau aspek sosial masyarakat oleh karena tak ada keragu-raguan
lagi bahwa suatu sistem hukum merupakan pencerminan dari sistem sosial dimana
sistem hukum tadi merupakan bagiannya.
Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran
filsafat hukum menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat.
Menurut Lilirasjidi, Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum
kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari
masyarakat ke hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik
haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran
ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai akibat dari proses
dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum (Sociology of Law)?
2. Apakah yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence?
3. Bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological
Jurisprudence?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum (Sosicology
of Law).
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan
Sociological Jurisprudence.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Filsafat hokum
Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu
“stufenbau des recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak
boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dalam
filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosilogi hukum, diantaranya yaitu :
a) Mazhab sejarah, tokohnya Carl Von Savigny (hukum itu tidak dibuat, akan
tetapi tumbuh da berkembang bersama-sama masyarakat). Hal tersebut
merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan
hukum dari statu ke control sejalan dengan perkembangan masyarakat
sederhana ke masyarakat modern.
b) Mazhab utility, tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat
bagi masyarakat guna mencapai hidup bahagia). Dimana manusia
bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan
dan pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap
5
warga-warga masyarakat secara individual). Rudolph von Ihering (social
utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk
mencapai tujuan)
c) Aliran sociological jurisprudence, tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang
dibuat harus sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat atau
living law)
d) Aliran pragmatical legal realism, tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of
social engineering), Karl Llewellyn, Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-
hakim tidak hanya menemukan huhum akan tetapi bahkan membentuk
hukum).
2. Ilmu hokum
Yang mendukung ilmu soiologi hukum adalah ilmu hukum yang menganggap
bahwa hukum itu adalah gejala sosial.
3. Sosiologi yang berorientasi dibidang hokum
Menurut Emile Durkhain mengungkapkan bahwa dalam masyarakat selalu
ada solideritas social yang meliputi :
Solideritas social mekanis yaitu terdapat dalam masyarakat sederhana
dimana kaidah hukumnya bersifat represif (yang diasosiasikan dalam
hukum pidana)
Solideritas social organis yaitu terdapat dalam masyarakat modern
dimana kaidah hukumnya bersifat restitutif (yang diasosiasikan dalam
hukum perdata).
Max Weber dengan teori ideal type, mengungkapkan bahwa hukum
meliputi :
Irasionil materil (pembentuk undang-undang mendasarkan keputusan-
keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk
pada suatu kaidahpun)
Irasionil formal (pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman
pada kaidah-kaidah diluar akan, oleh karena didasarkan pada wahyu
atau ramalan)
6
Rasional materil (keputusan-keputusan para pembentuk undang-undnag
dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-
kebijaksanaan penguasa atau ideologi)
Rasional formal (hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-
konsep abstrak dari ilmu hukum)
7
Hal ini dimaksudkan dalam rangka memperkenalkan lembaga-lembaga
hukum modern untuk mengubah alam pikiran masyarakat yang selama ini
tidak mengenalnya, sebagai konsekuensi Negara sedang membangun, yang
kaitannya menuju modernisasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Maksudnya adalah hukum sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat.
Hukum dapat berperan dalam mengubah pola pemikiran masyarakat dari pola
pemikiran yang tradisional ke dalam pola pemikiran yang rasional/modern.
3. Wibawa Hukum
8
sudah jelas betapa tekanan pada kenyataan hukum merupakan suati objek yang
sangat penting an padbagi para sosiolog yang menaruh perhatian pada gejala –
gejala hukum sebagi gejala sosial. Dalam hal ini, baik sociological jurisprudence
dan sosiologi hukum mempunyai pokok perhatian yang sama. Pound mengakui
bahwa hukum hanyalah merupakan suatu alat pengadilan sosial, bahkan hukum
selalu menghadapi tantangan dan pertentangan kepentingan-kepentingan. Pound
juga menekankan betapa pentingnya penelitian dan perlunya dipakai alat
pembuktian-pembuktian yang berasal ilmu-ilmu sosial di dalam proses
pengadilan.
Menurut Lilirasjidi, Sociological Jurisprudence menggunakan pendekatan
hukum kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan
dari masyarakat ke hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang
baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
msyarakat.valiran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai
akibat dari proses dialektika anatara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis)
mazhab sejarah.
Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sociology of Law.
Berarti bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam
masyarakat. Dijelaskan oleh Roscoe Pound dalam kata pengantar pada buku
Gurvitch yang berjudul Sosiologi hokum. Perbedaan diantara keduanya
Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran dalam filsafat
hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat,
sedangkan Sosiologi Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum sebagai
gejala sosial.
Sosiologi hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh
masyarakat kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam
masyarakat dapat mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh
sebaliknya, yaitu pengaruh hukum terhadap masyarakat.
Dari dua hal tersebut (sociological jurisprudence dan sosiologi hukum)
dapat dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara
9
pendekatannya bertolak dari hukum kepada masyarakat, sedangkan sosiologi
hukum cara pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada hukum.
10
Tujuannya di sini adalah menggambarkan arti pentingnya hukum bagi masyarakat
yang lebih luas atau untuk menggambarkan proses internal atau kedua-duanya.
Menurut Breidemeier, tujuan yang kedua adalah untuk mempermudah
kinerja hukum itu fungsi itu dengan menambahkan pengetahuan sosiologis bagi
persediaan perangkatnya. Jelasnya, tujuan kedua tergantung pada yang pertama.
Pengetahuan sosiologis tidak akan berguna untuk hukum kecuali pengetahuan
sosiologis tentang bebrbagai fungsi hukum dan mekanisme pelaksanaan fungsi-
fungsi tersebut. Dengan alasan itulah, sehingga dalam bagian pertama dari tulisan
ini saya mengemukakan suatu analisis terhadap fungsi- fungsi hukum dan
hubungannya dengan subsistem fungsional lain dari masyarakat. Sesudah itu,
Saya kemudian membahas beberapa hal penting dari riset di dalam sosiologi
hukum yang menjadi penekanan analisis itu, dan kedudukan sosiologi dalam
hukum.
11
memandang hukum sebagai produk suatu sistem sosial dan sebagai alat untuk
mengendalikan dan mengubah sistem itu.
Perkembangan kajian sosiologis di dalam kajian hukum itu, menimbulkan
adanya dua jenis kajian sosiologis:
Yang menggunakan sociology of law;
Yang menggunakan sociological jurisprudence.
Lebih jelasnya perbedaan antara sociology of law dan sociological jurisprudence
(Curzon):
1. Socilogical Jurispudence
Pound mengacu pada ini sebagai studi tentang karakteristik khas dari
tatanan hukum, yaitu aspek hukum yang tepat. Lloyd menulis itu sebagai
cabang ilmu normatif, memiliki hukum yang lebih efektif dalam tindakan dan
berdasarkan nilai-nilai subjektif. Beberapa penulis lain menggunakan istilah
untuk merujuk pada sosiologi sekolah yurispudensi, yaitu orang ahli hukum
yang terlihat dalam sebuah studi masyarakat berarti dimana ilmu hukum
mungkin dibuat lebih tepat.
2. Sociology of law
Pound mengacu studi ini sebagai sosiologi yang tepat, didasarkan pada
konsep hukum sebagai salah satu sarana kontrol sosial. Lloyd menulis itu
sebagai dasarnya ilmu deskriptif menggunakan teknik empiris. Hal ini
berkaitan dengan pemeriksaan mengapa hukum menetapkan tentang tugas-
tuganya dalam cara Odes. Ini memandang hukum sebagai produk dari sistem
sosial dan sebagai sarana pengendalian dan mengubah sistem itu.
Meskipun diantara socilogy of law dan socilogical jurispudence ada
perbedaan, tetapi keduanya memiliki persamaan yang mendasar yaitu berkisar di
dunia sein, di dalam realitas. Keduanya berada di dunia is (realm of is) yang
adalah refers to a complez of actual determinants of actual human conduct. Jadi
berbeda dengan pandangan kaum positivistis yang berada di dunia sollen.
Kajian sosiologis berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang
memandang hukum sebagai suatu yang otonom. Sebaliknya, kajian sosiologis
memandang hukum bukan suatu yang otonom, melainkan sangat dipengaruhi oleh
12
faktor-faktor non hukum yang ada dalam masyarakatnya, seperti faktor ekonomi,
politik, budaya, dan sosial.
Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal
dengan cita hukum masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena
mengutamakan bagaimana suatu hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini bukanlah tanpa kritik.
Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sociological
jurispridence Pound, lebih mengutamakan tujuan praktis dengan :
1. Menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum,
karena itu , lebih memandang kerjanya hukum dari pada isi abstraknya;
2. Memajukan telaah sosiologis berkenaan dengan telaah hukum untuk
mempersipakan perundang-undangan, karena itu, menganggap hukum
sebagai suatu lembaga sosial yang dapat diperbaiki oleh usaha yang cerdik
guna menemukan cara terbaik untuk melanjutkan dan membimbing usaha
usaha demikian itu;
3. Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada
tujuan sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi;
4. Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang
ditimbulkan oleh doktrin hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya;
5. Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak
supaya ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat
berubah;
6. Meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha
untuk mencapai maksud serta tujuan hukum lebih efektif.
Program sociological jurispridence Pound kelihatan berpengaruh dalam
pandangannya yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering
serta ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum
yang baik itu adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat. Aliran ini mengetengahkan pentingnya hukum yang hidup dalam
masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila ada hubungan dengan
peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara sosilogis dan
13
antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian.
Tidak saja dimungkinkan oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib
yang ada dalam masyarakat sebagai suatu kelompok dengan kelompok
masyarakat lainnya. Terutama dalam masyarakat yang pruralistik. Tetapi sama
sekali tidak berarti tidak bisa diterapkan.
Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran
sociological jurisprudence. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki
pruralistik seperti masyarakat Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya
masing-masing serta pola perilaku yang spesifik pula adalah tidak mudah
menerapkan ajaran sociological jurisprudence.
Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri,
dan fakta bahwa hubungan antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut
tipe masyarakat yang serba meliputi, yang terhadapnya negara hanyalah
merupakan suatu kelompok yang khusus dan suatu tata tertib yang khusus pula.
Dalam menerapkannya diperlukan berbagai pendekatan untuk memahami dan
menginventarisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama dalam
masyarakat majemuk yang memiliki tata tertib sendiri dan pruralitik.
Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan,
secara teoritis karya Ehrlich, menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap
ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkan Ehrlich, yang semuanya
disebabkan oleh keinginanannya meremehkan fungsi negara dalam pembuatan
undang-undang.
Kelemahan itu adalah :
a) Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma
hukum dari norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat
dipertukarkan, sesuatu yang merupakan fakta historis dan sosial, tidak
mengurangi perlunya pengujian pernedaan yang jelas. Sesuai dengan itu
sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu dalam garis besar,
sosilogi umum;
14
b) Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat
kebiasaan sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti
halnya dalam hukum internasional pada zaman ketika adat istiadat dipandang
baik sebagai sumber hukum maupun sebagai bentuk hukum yang paling
penting. Di negara modern peran masyarakat mula-mula masih penting, tetapi
kemudian berangsur berkurang. Masyarakat modern menuntut sangat banyak
undang-undang yang jelas dibuat oleh pembuat undang-undang yang sah.
Undang-undang semacam itu selalu derajat bermacam-macam, tergantung
dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai hukum bersumber pada
ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh karya Ehrlich;
c) Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-
norma hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara
hanya memberi sanksi pada fakta-fakta sosial. Konsekwensinya adalah adat
kebiasaan berkurang sebelum perbuatan udang-undang secara terperinci,
terutama undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
mempengaruhi kebiasaan dalam masya-rakat sama banyaknya dengan
pengaruh dirinya sendiri.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-persoalan
yang dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli hukum
bahwa hukum pada dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat. Maka dari
itu hukum dituntut untuk dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan
masyarakat. Berangkat Dari sinilah sehingga dalam dunia hukum dikenal istilah
sosiologi hukum maupun antropolgi hukum dan lain-lain. Munculnya gabungan
antara ilmu sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah untuk dapat menjawab
problematika kehidupan masyarakat pada umumya begitu juga dengan antropogi
hukum dan seterusnya.
B. Saran
Diharapkan dengan munculnya berbagai aliran-aliran hukum dan berbagai
teori-teorinya dapat membuat kehidupan masyarakat semakin lebih baik dengan
hukum.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://bloghukums.blogspot.co.id/2014/05/aliran-pemikiran-yang-
mempengaruhi.html.
https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/sosiologi-hukum/
http://rivoamelia.blogspot.co.id/2014/12/pertentangan-antara-sociology-of-
law.html
https://sites.google.com/a/unida.ac.id/gelardwi/pengantar-ilmu-hukum/
sociological-jurisprudence
http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/10/mazhab-mazhab-teori-huku-
terkait.html
17