Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

ALIRAN-ALIRAN ILMU SOSIOLOGI DAN PERBEDAAN NORMA SOSIAL DAN


HUKUM

Diajukan untuk memenuhi tugas sosiologi hukum

Disusun oleh

1. Rangga bimo
2. M.chalik
3. Anisa fadila
4. Wiwin windarti
5. Lisdawati
6. Febri

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan tentangg arti hukum seringkali
dikemukakan bagaimana hukum itu seharusnya. Bagi mereka yang menelaah masyarakat
secara empiris, hal itu sangat sulit untuk diterima karena fakta harus dipisahkan dengan
keadaan yang seharusnya terjadi. Namun demikian hal ini bukan berarti hasil-hasil
pemikiran tersebut sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan sosiologi hukum.
Sosiologi hukum pada hakikatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli pemikir, baik di
bidang filsafat (hukum), ilmu sosiologi.

Beberapa hal yang menjadi penyebab mengapa beberapa tokoh atau ahli hukum melibatkan
diri dalam pemikiran filsafat atau ahli hukum melibatkan diri dalam pemikiran filsafat hukum
dan ilmu hukum. Soerjono Soekanto mengungkapkan beberapa penyebab para tokoh atau
para ahli hukum tersebut menerjunkan diri dalam bidang filsafat hukum antara lain;

lantaran timbulnya kebimbangan akan kebenaran dan keadilan dari hukum yang berlaku,
timbulnya berbagai pendapat ketidakpuasan terhadap hukum yang berlaku. Karena hukum
tersebut tidak lagi sesuai dengan keadaan masyarakat yang justru diatur oleh hukum itu,
timbulnya ketegangan antara hukum yang berlaku dengan filsafat, karena adanya perbedaan
antara dasar-dasar dari hukum yang berlaku dengan pemikiran filsafat. Soerjono Soekanto
mengakui hal tersebut diatas bahwa isi dari peraturan-peraturan yang berlaku tidaklah lagi
dianggap adil dan tidak dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai perilaku dan atau
tindakan orang.

Dan Dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam berinteraksi dipandu oleh nilai-nilai
dan dibatasi oleh norma-norma dalam kehidupan sosial. Norma dan nilai pada awalnya lahir
tidak disengaja, karena kebutuhan manusia sebagai makluk social danharus berinteraksi
dengan yang lain menuntut adanya suatu pedoman, pedoman itulama kelamaan norma-norma
tersebut dibuat secara sadar. Nilai dan norma tersebut harus dijaga kelestariannya oleh
seluruh anggota masyarakat agar masyarakat tidak kehilangan pegangan dalam hidup
bermasyarakat.

2.RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja aliran-aliran yang terdapat dalam ilmu sosiologi?


2. Apa yang dimaksud norma sosial?
3. Apa yang membedakan norma sosial dan hukum?
BAB II
PEMBAHASAN

1.Aliran-Aliran dalam Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh seseorang berkebangsaan Italia
yang bernama Anzilotti pada tahun 1882. Sosiologi hukum pada hakikatnya lahir dari hasil-
hasil pemikiran para ahli pemikir baik di bidang filsafat (hukum), ilmu maupun sosiologi.

1. Mazhab Formalistis

a. Kaum Positivis

berpendapat bahwa hukum dan moral merupakan dua bidang yang terpisah serta harus
dipisahkan. Beberapa pendapat para ahli : John Austin (1790 – 1859)

Bahwa hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau
dari yg memegang kedaulatan. Bahwa hukum adalah merupakan perintah yang dibebankan
untuk mengatur makhluk berpikir, dimana perintah dilakukan oleh makhluk berpikir yang
memegang dan mempunyai kekuasaan.

Bahwa hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup, dan oleh karena itu
ajarannya dinamakan analytical jurisprudence.

Analytical Jurisprudence dibagi dua yaitu hukum yang dibuat oleh Tuhan dan hukum yang
disusun oleh Manusia. Hukum yang disusun oleh manusia dibedakan menjadi dua, yaitu
hukum yang sebenarnya dan hukum yang tidak sebenarnya.

Hukum yang sebenarnya :

hukum yang dibuat oleh penguasa bagi pengikut- pengikutnya dan hukum yg disusun oleh
individu- individu guna melaksanakan hak- hak yg diberikan kepadanya. Mengandung 4
unsur, yaitu perintah, sanksi, kewajiban dan kedaulatan.

Hukum yang tidak sebenarnya :

Bukanlah merupakan hukum yang secara langsung berasal dari penguasa, akan tetapi
merupakan peraturan- peraturan yang disusun oleh perkumpulan- perkumpulan atau badan-
badan tertentu.

b. Hans Kelsen (Teori Murni tentang Hukum)

Suatu sistem hukum sebagai suatu sistem pertanggapan dari kaidah- kaidah , dimana suatu
kaidah hukum tertentu akan dapat dicari sumbernya pada kaidah hukum yg lebih tinggi
derajatnya. Kaidah yg merupakan puncak dari sistem pertanggapan dinamakan kaidah dasar
atau Grundnorm. Setiap sistem hukum merupakan Stunfenbau daripada kaidah- kaidah.
Penamaan teori murni tentang hukum murni mempunyai makna tersendiri untuk menyatakan
bahwa hukum berdiri sendiri terlepas dari aspek- aspek kemasyarakatan yang lain. Yang
bermaksud menunjukkan bagaimana hukum itu sebenarnya tanpa memberikan penilaian
apakah hukum itu cukup adil atau kurang adil.

2. Mazhab Sejarah dan Kebudayaan

Hukum hanya dapat dimengerti dengan menelaah kerangka sejarah dan kebudayaan dimana
hukum itu timbul. Beberapa pendapat para ahli :

a. Friedrich Karl Von Savigny (ahli ilmu sejarah hukum)

Teorinya :

Hukum merupakan perwujudan dari Kesadaran hukum masyarakat.(volksgeit) Semua hukum


berasal dari adat istiadat dan kepercayaan bukan dari pembentuk UU.

b. Sir Henry Maine (Bukunya Ancient Law)

Teorinya :

Perkembangan hukum dari status ke Kontrak yang sejalan dengan perkembangan masyarakat
sederhana ke masyarakat yang modern dan kompleks. Hubungan- hubungan hukum yang
didasarkan pada status warga- warga masyarakat yang masih sederhana, berangsur- angsur
akan hilang apabila masyarakat tadi berkembang menjadi masyarakat yang modern dan
kompleks.

3. Aliran Utilitarianism

Tokohnya adalah Jeremy Bentham (1748-1832).

Teorinya :

Bahwa manusia bertindak untukk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.


setiap kejahatan harus disertai dengan hukuman yang sesuai dengan kejahatan tersebut, dan
derita yang dijatuhkan tidak lebih dari pada apa yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
kejahatan. Pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga
masyarakat secara individiual.

Kelemahannya :

Setiap manusia tidak mempunyai ukuran yang Sama mengenai keadilan, kebahagiaan dan
penderitaan.
4. Aliran Sociological Jurisprudence

Beberapa tokohnya yaitu :

a. Eugen Ehrlich (pelopor aliran ini), Teorinya :

Pembedaan antara hukum positif dengan Hukum yang hidup (living law) atau pembedaan
antara kaidah- kaidah hukum dengan kaidah- kaidah sosial lainnya.

Bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang ada dalam
masyarakat. Pusat perkembangan dari hukum bukanlah terletak pada Badan-badan legislatif,
keputusan- keputusan Badan yudikatif ataupun Ilmu hukum, akan tetapi terletak justru
terletak dalam masyarakat itusendiri.

b. Roscoe Pound

Teorinya :

Hukum harus dilihat/dipandang sebagai suatu lembaga Kemasyarakatan yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan- kebutuhan Sosial, sedangkan tugas dari ilmu hukum yaitu untuk
memperkembangkan suatu kerangka dimana kebutuhan- kebutuhan Sosial terpenuhi secara
maksimal.

Konsepnya yg terkenal adalah law as a tool of Social engineering artinya hukum sebagai alat
untuk mewujudkan perubahan- perubahan di bidang sosial.

Maknanya saat itu bahwa fungsi hukum adalah untuk Merubah perilaku (sikap mental) warga
masyarakat Amerika serikat yg rasial dan diskriminasi.

Pendasar aliran ini, dipelopori oleh Roescoe Pound, Eugen Ehrlich, Benyamin Cardozo,
Kantorowich, Gurvitch, dan lain-lain. Aliran ini berkembang di Amerika, pada intinya aliran
ini hendak mengatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat. Kata “sesuai” diartikan sebagai hukum yang mencerminkan
nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah
satu aliran pemikiran filsafat hukum menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan
masyarakat. Menurut aliran ini : “ Hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup di antara masyarakat”.

Menurut Lilirasjidi,Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum


kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke
hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul
sebagai akibat dari proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab
sejarah.

Akan tetapi Romli Atmasasmita berpendapat bahwa aliran ini berasal dari Oliver Wendell
Holmes (1841-1935) yang juga menurut para teoritis merupakan tokoh terpenting dalam
aliran Realisme Hukum. Menurut aliran ini hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Aliran ini secara tegas memisahkan antara
hukum positif dengan (the positive law) dengan hukum yang hidup (the living law).
Singkatnya yaitu, aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum yang dibuat agar
memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat atau living law baik tertulis maupun
tidak tertulis. Misalnya dalam hukum yang tertulis jelas dicontohkan Undang- Undang
sebagai hukum tertulis, sedangkan yang dimaksudkan hukum tidak tertulis disini adalah
hukum adat yang dimana hukum ini adalah semulanya hanya sebagai kebiasaan yang lama
kelamaan menjadi suatu hukum yang berlaku dalam adat tersebut tanpa tertulis. Dalam
masyarakat yang mengenal hukum tidak tertulis serta berada dalam masa pergolakan dan
peralihan.

Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sosiologi Hukum. Dengan rasio


demikian, Sosiologi Hukum merupakan cabang sosiologi yang mempelajari hukum sebagai
gejala sosial, sedang Sociological Jurisprudence merupakan suatu mazhab dalam filsafat
hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat dan
sebaliknya. Sosiologi hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh
masyarakat kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat
dapat mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu
pengaruh hukum terhadap masyarakat. Dari 2 (dua) hal tersebut di atas (sociological
jurisprudence dan sosiologi hukum) dapat dibedakan cara pendekatannya. Sociological
jurisprudence, cara pendekatannya bertolak dari hukum kepada masyarakat, sedang sosiologi
hukum cara pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada hukum.

Dalam hal ini pemikiran dari dua tokoh aliran ini yang berperan penting dalam
perkembangan aliran ini yaitu Roescoe Pound dan Eugen Ehrlich. Roscoe Pound
menganggap bahwa hukum sebagai alat rekayasa sosial (Law as a tool of social engineering
and social controle) yang bertujuan menciptakan harmoni dan keserasian agar secara optimal
dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia dalam masyarakat. Keadilan adalah
lambang usaha penyerasian yang harmonis dan tidak memihak dalam mengupayakan
kepentingan anggota masyarakat yang bersangkutan. Untuk kepentingan yang ideal itu
diperlukan kekuatan paksa yang dilakukan oleh penguasa negara. Pendapat/pandangan dari
Roscoe Pound ini banyak persamaannya dengan aliran Interessen Jurisprudence. Primat
logika dalam hukum digantikan dengan primat “pengkajian dan penilaian terhadap kehidupan
manusia (Lebens forschung und Lebens bewertung), atau secara konkritnya lebih memikirkan
keseimbangan kepentingan-kepentingan (balancing of interest, private as well as public
interest).

Roscoe Pound juga berpendapat bahwa living law merupakan synthese dari these
positivisme hukum dan antithese mazhab sejarah. Maksudnya, kedua aliran tersebut ada
kebenarannya. Hanya, hukum yang sanggup menghadapi ujian akal agar dapat hidup terus.
Yang menjadi unsur-unsur kekal dalam hukum itu hanyalah pernyataan-pernyataan akal yang
terdiri dari atas pengalaman dan diuji oleh pengalaman. Pengalaman dikembangkan oleh akal
dan akal diuji oleh pengalaman. Tidak ada sesuatu yang dapat bertahan sendiri di dalam
sistem hukum. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan dikembangkan oleh akal, yang
diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan yang membuat undang-undang atau
mensahkan undang-undang dalam masyarakat yang berorganisasi politik dibantu oleh
kekuasaan masyarakat itu.

Dalam bukunya An introduction to the philosophy of law, Pound menegaskan bahwa


hukum itu bertugas untuk memenuhi kehendak masyarakat yang menginginkan keamanan
yang menurut pengertian yang paling rendah dinyatakan sebagai tujuan ketertiban hukum.
Dalam kaitannya dengan penerapan hukum Pound menjelaskan tiga langkah yang harus
dilakukan

1. menemukan hukum

2. menafsirkan hukum

3. menerakan hukum

Dari sini dapat kita lihat Pound hendak mengedepankan aspek-aspek yang ada ditengah-
tengah masyarakat untuk diangkat dan ditearpkan kedalam hukum. Bagi aliran Sociological
Jurisprdence titik pusat perkembangan hukum tidak terletak pada undang-undang, putusan
hakim, atau ilmu hukum, tetapi terletak pada masyarakat itu sendiri. Dalam proses
mengembangkan hukum harus mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai yang dianut
dalam masyarakat bersangkutan. Lebih lanjut Roscoe Pound berpendapat hukum adalah alat
untuk memperbaharui (merekayasa) masyarakat (law as a tool of social engineering). Untuk
dapat memenuhi peranannya tersebut Pound mengedepankan rasa keadilan yang ada di
masyarakat. Pandangan aliran Sociological Jurisprudence, dapat dirumuskan sebagai berikut
“ …. Hukum itu dianggap sebagai satu lembaga sosial untuk memuaskan kebutuhan
masyarkat, tuntutan, permintaan dan pengharapan yang terlibat dalam kehidupan
masyarakat….”

Eugen Ehrlich (1862-1922) dalam karyanya “Fundamental Principles of the Sociology


of Law (1913) yang telah melakukan kritik terhadap peranan ahli hukum dengan sebutan
“Lawyer’s Law”. Sebutan sinis ini telah membuka mata para ahli para ahli hukum ketika itu
atas kekeliruannya dalam memahami konsep hukum dan penerepanya dalam masyarakat.
Bahkan Ehrlich lebih jauh mengkritisi peranaan para hakim yang hanya menerapkan hukum
atas suatu fakta tanpa mempertimbangkan aspek-aspek sosiologis atas putusannya.
Pernyataan Ehrlich yang sangat terkenal sebagai pelopor aliran ini adalah “pusat gravitasi
perkembangan hukum sepanjang waktu dapat ditemukan, bukan di dalam perundang-
perundangan dan dalam ilmu hukum atau putusan pengadilan melainkan di dalam
masyarakat itu sendiri’. Aliran sangat mempengaruhi para ahli hukumnya untuk betul-betul
menarik perhatiannya kepada problem-problem kehidupan sosial yang nyata. Kritik yang bisa
dilontarkan terhadap pendapat Ehrlich yang demikia itu adalah, bahwa ilmu hukum yang
dilahirkanya menjadi tanpa bentuk (amorphous), bahkan menjadikan arti penting dari hukum
itu tenggelam dan menuntun kepada kematian ilmu tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ekspektasi yang hidup dimasyarakat termasuk
didalamnya nilai-nilai keadilan yang ada harus dikedepankan demi terwujudnya tatanan
hukum.

The Sociology of
No Pembeda Sociological Jurisprudence
Law

1 Kedudukan Salah satu aliran dalam filsafat Cabang dari ilmu


hokum sosiologi

2 Metode dari hukum kepada masyarakat dari masyarakat


pendekatan kepada hukum

3 Fokus hukum sebagai suatu konsep yang hubungan antara


kajian dapat dikembangkan sedemikian gejala-gejala
rupa untuk dijadikan alat rekayasa kehidupan suatu
sosial. Law as a tool of social kelompok
engineering. Hubungan timbal balik masyarakat dengan
antara hukum dan masyarakat. hukum. Mempelajari
hubungan antara
manusia dengan
objek kajian hukum.

4 Jenis Berkembang di Amerika Serikat, Berkembang di


sistem sehingga berkonotasi Common Law Italia, sehingga
hukum berkonotasi eropa
yang dianut daratan atau Civil
Law

5 Implikasi Judge makes law Hakim sebagai


sistem corong undang-
hukum undang

Para penganut aliran sosiologis di bidang ilmu hukum dapat dibedakan antara yang
menggunakan sociology of law sebagai kajiannya dan yang menggunakan sociological
jurisprudence sebagai kajiannya. Sociology of law lahir dan berkembang di Italia dan pertama
kali diperkenalkan oleh Anzilotti, sehingga berkonotasi Eropa Daratan. Sedangkan,
sociological jurispredence lahir dan berkembang di Amerika Serikat, sehingga berkonotasi
Anglo Saxon. Sociology of law merupakan sosiologi tentang hukum, karena itu ia merupakan
cabang sosiologi. Di sisi lain, socilogical jurispredence adalah ilmu hukum sosiologi karena
itu merupakan cabang ilmu hukum.

5. Aliran Realisme Hukum


Para tokohnya yaitu, Karl Llewellyn, Jerome Franks, Justice Oliver Mendell.

Teorinya:

Konsep yang radikal tentang proses peradilan dengan menyatakan bahwa hakim- hakim tidak
hanya menemukan hukum akan tetapi membentuk hukum.Seorang hakim harus selalu
memilih, dia yang menentukan prinsip-prinsip mana yg dipakai dan pihak- pihak mana yang
akan menang. Keputusan- keputusan hakim seringkali mendahului penggunaan prinsip-
prinsip hukum yg formal. Keputusan- keputusan pengadilan dan doktrin hukum Selalu dapat
diperkembangkan untak menunjang perkembangan atau hasil- hasil proses hukum. Karl
Llewellyn mengembangkan teori tentang hubungan antara peraturan- peraturan hukum
dengan perubahan- perubahan sosial yg terjadi dalam masyarakat.

Pendapatnya bahwa tugas pokok dari pengadilan adalah menetapkan fakta dan rekonstruksi
dari kejadian-kejadian yang telah lampau yang menyebabkan terjadinya perselisihan.

2. Norma sosial
Norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku
yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam
masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan
aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara
manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.

Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah
laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.
Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang
mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan. Norma merupakan hasil
buatan manusia sebagai makhluk sosial.

Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma
itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib,aturan, dan
petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar.

A. Ciri – Ciri Norma Sosial


Ada beberapa ciri yang dimiliki norma sosial, yaitu :

1. Pada umumnya norma sosial tidak tertulis atau lisan. Misalnya adat istiadat, tata
pergaulan, kebiasaan, cara, dan lain sebagainya. Kecuali norma hukum sebagai tata
tertib yang bersifat tertulis. Kaidah-kaidah ini disepakati oleh masyarakat dan
sanksinya mengikat seluruh anggota kelompok atau masyarakat.
2. Hasil kesepakatan dari seluruh anggota masyarakat pada wilayah tertentu. Hasil ini
merujuk pada kebudayaan wilayah setempat mengenai tata kelakuan dan aturan dalam
pergaulan.
3. Bersifat mengikat, sehingga seluruh warga masyarakat sebagai pendukung sangat
menaatinya dengan sepenuh hati
4. Ada sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya sesuai dengan kesepakatan bersama.
5. Norma sosial bersifat menyesuaikan dengan perubahan sosial. Artinya norma sosial
bersifat fleksibel dan luwes terhadap perubahan sosial. Setiap ada keinginan dari
masyarakat untuk berubah, norma akan menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
Meskipun tidak berubah seluruhnya, aturan ini pasti akan mengalami perubahan.

B. Fungsi Norma Sosial


Dalam kehidupan masyarakat, norma memiliki beberapa fungsi atau kegunaan. Apa
sajakah fungsi norma dalam kehidupan masyarakat? Kita mengenal beberapa fungsi norma,
yaitu sebagai berikut.

1. Pedoman hidup yang berlaku bagi semua anggota masyarakat pada wilayah tertentu.
2. Memberikan stabilitas dan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Mengikat warga masyarakat, karena norma disertai dengan sanksi dan aturan yang
tegas bagi para pelanggarnya.
4. Menciptakan kondisi dan suasana yang tertib dalam masyarakat.
5. Adanya sanksi yang tegas akan memberikan efek jera kepada para pelanggarnya,
sehingga tidak ingin mengulangi perbuatannya melanggar norma.

C. Macam-macam Norma Sosial


Norma-norma yang berlaku di masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis,
yaitu norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma kebiasaan, dan hukum.

1. Norma Agama
Norma agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah suatu agama.
Norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para pemeluk dan
penganutnya. Yang taat akan diberikan keselamatan di akhirat, sedangkan yang
melanggar akan mendapat hukuman di akhirat. Agama bagi masyarakat Indonesia
mampu membentuk religius yang hidup penuh kesenangan jasmani dan rohani. Di
Indonesia, agama terbagi atas 5 bagian yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
dan Budha. Contoh :
- Norma agama Islam antara lain adalah kewajiban melaksanakan hukum Islam dan
rukun Imam.
- Dalam agama Kristen, kewajiban menjalankan sepuluh perintah Allah.
- Dalam agama hindu, kepercayaan terhadap reinkarnasi, yaitu adanya kelahiran
kembali bagi manusia yang telah meninggal sesuai karmanya, sesuai dengan
kehidupan di masa lampau.
2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Norma kesusilaan
bersifat universal. Artinya, setiap orang di dunia ini memilikinya, hanya bentuk dan
perwujudannya saja yang berbeda. Misalnya, perilaku yang menyangkut nilai
kemanusiaan seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan pengkhianatan, pada umumnya
ditolak oleh setiap masyarakat di mana pun.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang
berlaku di masyarakat seperti cara berpakaian, cara bersikap dalam pergaulan, dan
berbicara. Norma ini bersifat relatif. Maksudnya, penerapannya berbeda di berbagai
tempat, lingkungan, dan waktu. Misalnya, menentukan kategori pantas dalam
berbusana antara tempat yang satu dengan yang lain terkadang berbeda. Demikian
pula antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin. Contoh :
- Tidak memakai perhiasan dan pakaian yang mencolok ketika berkabung.
- Mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan pertolongan atau bantuan.
- Meminta maaf ketika berbuat salah atau membuat kesal orang lain.
4. Norma Kebiasaan
Norma kebiasaan merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang yang tidak
melakukan norma ini biasanya dianggap aneh oleh lingkungan sekitarnya. Contoh :
- Kebiasaan melakukan “selametan” atau doa bagi anak yang baru dilahirkan.
- Kegiatan mudik menjelang hari raya.
- Acara memperingati arwah orang yang sudah meninggal pada masyarakat
Manggarai, Flores.
5. Norma Hukum
Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sanksi norma hukum bersifat
mengikat dan memaksa. Sanksi ini dilaksanakan oleh suatu lembaga yang memiliki
kedaulatan, yaitu negara. Ciri norma hukum antara lain adalah diakui oleh masyarakat
sebagai ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak yang
berwenang memberikan sanksi. Tujuan norma hukum adalah untuk menciptakan
suasana aman dan tentram dalam masyarakat. Contoh :
- Tidak melakukan tindak kriminal, seperti mencuri, membunuh, menipu.
- Wajib membayar pajak.
- Memberikan kesaksian di muka siding pengadilan.

Berikut Perbedaan antara norma hukum dan norma sosial

 Norma hukum

1. Aturannya pasti (tertulis) biasanya adalam bentuk UU atau pasal-pasal


2. Mengikat semua orang
3. Memiliki alat penegak aturan
4. Dibuat oleh lembaga yang berwenang seperti lembaga penegak hukum
5. Bersifat memaksa
6. Sanksinya berat

 Norma sosial

1. Kadang aturannya tidak pasti dan tidak tertulis


2. Ada atau tidaknya alat penegak tidak pasti (kadang ada, kadang tidak ada)
3. Dibuat oleh masyarakat
4. Bersifat tidak terlalu memaksa
5. Sanksinya ringan
BAB III

KESIMPULAN

1.Kesimpulan

Hukum secara sosiologi merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang diartikan sebagai suatu
himpunan nilai nilai, kaidah kaidah dari pola perikelakuan yang berkisar pada kebutuhan kebutuhan
pokok manusia dan saling mempengaruhi. Sosiologi hukum merupakan refleksi dari inti pemikiran
pemikiran tersebut.

1. Aliran hukum alam (Aristoteles, Aquinas, Grotius)

 Hukum dan moral


 Kepastian hukum dan keadilan sebagai tujuan dari sistem hukum

2. Madzhab formalisme (austin, kelsen)

 Logika hukum
 Fungsi keajegan dari pada hukum
 Peranan formal dari petugas hukum

3. Mazhab kebudayaan dan sejarah (Carl von savigny, Maine)

 Kerangka budaya dari hukum, termasuk hubungan antara hukum dan sistem nilai nilai
 Hukum dan perubahan perubahan social
 Aliran utilitarianisme dan sociological jurisprudence (J. Bentham, Jhering, Eurlich, Pound)
 Konsekuensi konsekuensi sosial dari hukum ( w. Friedman )
 Penggunaan yang tidak wajar dari pembentuk undang undang
 Klasifikasi tujuan tujuan mahluk hidup dan tujuan tujuan social

4. Aliran sociological jurisprudence (Eurlich, Pound) dan legal realism (holmes, llewellyn, frank)

 Hukum sebagai mekanisme pengendalian sosial


 Faktor faktor politis dan kepentingan dalam hukum, termasuk hukum dan stratifikasi sosial
 Hubungan antara kenyataan hukum dengan hukum yang tertulis
 Hukum dan kebijaksanaan kebijaksanaan hukum
 Segi perikemanusiaan dari hukum
 Studi tentang keputusan keputusan pengadilan dan pola pola perikelakuannya
 Mempelajari proses hukum atau beraksinya hukum

dan Norma sosial lahir karena adanya interaksi sosial dalam masyarakat. Masyarakat yang
berinteraksi membutuhkan aturan main, tata pergaulan yang dapat mengatur mereka untuk mencapai
suasana yang diharapkan, yaitu tertib dan teratur. Untuk mencapainya, maka dibentuklah norma
sebagai pedoman yang dapat digunakan untuk mengatur pola perilaku dan tata kelakuan yang
akhirnya disepakati bersama oleh anggota kelompok masyarakat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Pound,Roscoe , Pengantar Filsafat Hukum,( Jakarta: Bhratara Niaga Media), , 1996.

Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum (Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat), (Jakarta: Rajawali Pers),
2012
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2006
Rasjidi, lili dan B. Arief Sidartha, Filsafat Hukum: Mazhab dan Refleksinya, (Bandung: CV
Remadja Karya), 1988
Johnson, Alvin S. Sosiologi Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Soekanto, Soerjono. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 1997.

https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/sosiologi-hukum/ diakses
pada 11 oktober 2015 pukul 22.00 wib.

https://bujangrantaublog.wordpress.com/makalah-norma-norma-sosial/

Anda mungkin juga menyukai