Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBERHENTIAN ANGGOTA TNI DENGAN ORIENTASI


SEKSUAL GAY MENURUT PERSPEKTIF HAM DAN
DISIPLIN MILITER

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hukum Acara Peradilan Militer Kelas B
Fakultas Hukum Universitas Jember

Disusun Oleh:
Fernandhika Putra Abrimantara
180710101310

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
Rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “PEMBERHENTIAN ANGGOTA TNI DENGAN ORIENTASI SEKSUAL
GAY MENURUT PERSPEKTIF HAM DAN DISIPLIN MILITER” sebagai salah satu
syarat untuk dapat mengikuti Ujian akhir Semester gasal tahun ajaran 2020-
2021.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari


berbagai pihak, terutama kelurga, sahabat dan teman, penulis juga
mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak DODIK
PRIHATIN, S.H, M.Hum. dan Ibu SAPTI PRIHATMINI, S.H, M.H. selaku dosen
pengampu mata kuliah Hukum Acara Peradilan Militer Kelas B.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam pnulisan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambah wawasan kita
semua di bidang Hak Asasi Manusia sertassemoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Jember, 9 Januari 2021

Penulis

i
ABSTRAK

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hukum


dan HAM mengatur bagaimana apabila anggota TNI yang memiliki orientasi
seksual LGBT (gay). Terlebih lagi Negara Indonesia Negara yang mengakui HAM,
yang salah satunya pengakuan terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender), tetapi kenyataannya keberadaan kaum LGBT di Indonesia masih
banyak yang belum mengakui terutama Gay sehingga mereka merasa
mengalami diskriminasi dan Hak Asasi mereka terganggu karena orientasi
seksual mereka yang masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 4


2.1 Pengertian LGBT ...................................................................... 4
2.2 Perkembangan LGBT Terutama Gay Di Indonesia ....................... 5
2.3 Pengaturan Hukum Tentang LGBT Di Lingkungan Militer ............. 6
2.4 Penerapan Hukuman Bagi Anggota Militer Dengan Orientasi Seksual
LGBT ...................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 10
3.2 Saran ..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang
berlaku di Indonesia yang mengadakan aturan-aturan untuk menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan dilarang,
dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut dan menentukan kapan dan
dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan serta menentukan dengan cara bagaimana pengenaan
pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah
melanggar larangan tersebut.1

Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah nama untuk angkatan


bersenjata dari negara Indonesia yang memiliki fungsi sebagai penangkal
terhadap segala jenis ancaman yang berasal dari dalam maupun dari luar
terkait aspek kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.
Perbuatan atau tindakan dengan dalil atau bentuk apapun yang dilakukan
oleh anggota TNI baik secara perorangan maupun kelompok yang
melanggar ketentuan-ketentuan hukum, norma-norma lainnya yang
berlaku dalam kehidupan atau bertentangan dengan peraturan
kedinasan, disiplin, tata tertib di lingkungan TNI pada hakekatnya
merupakan perbuatan atau tindakan yang merusak wibawa, martabat dan
nama baik TNI yang apabila perbuatan atau tindakan tersebut dibiarkan

1
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2015), hal.1.

1
terus, dapat menimbulkan ketidaktentraman dalam masyarakat dan
menghambat pelaksanaan pembangunan dan pembinaan TNI.

Maraknya kasus LGBT di Indonesia tidak menutup kemungkinan


terjadi di lingkungan TNI, faktanya terdapat beberapa kasus personil TNI
yang kerap menjadi seorang LGBT. Hal ini sangat bertentangan dengan
norma-norma di lingkungan TNI yang mana perbuatan ini dapat merusak
martabat dan nama baik TNI. Di Indonesia sendiri isu yang paling
banyak tentang LGBT adalah isu gay terutama di kota-kota besar di
Indonesia, di sisi lain Indonesia adalah Negara yang mengakui
konsep HAM namun dalam instansi tertentu seperti lingkungan TNI
LGBT (gay) menjadi masalah, sehingga dalam makalah ini perlu
dikaji kembali seperti apa pandangan LGBT terutama gay dalam
perspektif HAM dan penyelesaiannya apabila LGBT terjadi di
lingkungan TNI.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa itu LGBT?
1.2.2. Bagaimana LGBT dalam perspektif HAM
1.2.3. Bagaimana pengaturan hukum tentang LGBT di lingkungan
militer?
1.2.4. Bagaimana penerapan hukuman bagi anggota militer dengan
orientasi seksual LGBT?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Untuk mengetahui apa itu LGBT.
1.3.2. Untuk mengetahui LGBT dalam perspektif HAM
1.3.3. Untuk mengetahui pengaturan hukum tentang LGBT di
lingkungan militer.
1.3.4. Untuk mengetahui penerapan hukuman bagi anggota militer

2
dengan orientasi seksual LGBT.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LGBT


LGBT sebuah singkatan yang merujuk pada orang-orang yang
memiliki orientasi seksual yang berbeda. LGBT sendiri terdiri dari
empat kata yaitu “Lesbian”, “Gay”, “Biseksual” dan “Transgender”.2
A. Lesbian
Adalah istilah yang sering digunakan untuk merujuk kepada
seorang perempuan yang cenderung menyukai sesama
perempuan. Dengan kata lain seorang perempuan lesbian tidak
memiliki ketertarikan dengan seorang laki-laki.

B. Gay
Adalah sebuah istilah yang digunakan untuk dinyatakan kepada
seorang laki-laki yang juga menyukai sesama laki-laki. Istlah gay
pada awalnya mamiliki makna “bebas”, “bahagia” atau “cerah”,
namun Istilah ini mulai digunakan untuk merujuk pada sebuah
hubungan sesama laki-laki yaitu pada sekitar abad ke-19 M tetapi
menjadi lebih umum pada abad 20.

C. Bisexsual
Menurut Masters, biseksual adalah sebuah sebutan bagi orang-
orang yang umumnya memiliki ketertarikan terhadap dua jens
kelamin yaitu perempuan dan laki-laki, hal ini dapat muncul
karena keadaan psikologis, emosional dan seksual.

2
Roby Yansyah, dkk., GLOBALISASI LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DANT RANSGENDER
(LGBT): PERSPEKTIF HAM DAN AGAMA DALAM LINGKUP HUKUM DI INDONESIA, Jurnal
Law Reform, Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018, Hal.133

4
D. Transgender
Adalah orang-orang yang merasa bahwa identitas seksual yang
dimilikinya sejak lahir tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Jadi seorang laki-laki yang merasa bahwa dirinya adalah seorang
perempuan begitupun sebaliknya, seorang perempuan yang
merasa dirinya adalah laki-laki. Orang-orang transgender
umumnya akan mengoperasi alat kelaminnya menjadi yang dia
inginkan.

2.2 Bagaimana LGBT Dalam Perspektif HAM


Negara Indonesia yang berlandaskan atas hukum dan Pancasila akan
menghargai hak-hak setiap warga negara dan penegakkan HAM pun akan
disesuaikan dengan nilai-nilai dan falsafah yang dianut bangsa Indonesia.3

Dalam Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/HRC/19/41 Tahun 2011


Tentang Perlindungan Hak Asasi LGBT tersebut dinyatakan bahwa:“ semua
orang, termasuk Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), berhak
untuk menikmati perlindungan yang diberikan oleh Hukum Internasional
mengenai Hak Asasi Manusia, termasuk hak untuk hidup, keamanan dan
privasi, hak untuk bebas dari penyiksaan, penangkapan dan penahanan
sewenang-wenang, hak untuk bebas dari diskriminasi dan hak untuk bebas
4
berekspresi, berserikat dan berkumpul secara damai.”

LGBT merupakan peristiwa yang terjadi di suatu negara, dan dalam


hukum internasional berlaku aturan-aturan yang mengatur mengenai
perlindungan hak asasi kaum LGBT, namun sebagai negara yang berdaulat
dengan dasar falsafah bangsa yaitu Pancasila, Indonesia tidak

3
Melliarny Budianti Santoso, LBGT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (Social Work
Jurnal, Volume 6 Nomor 2, 2008), hlm. 222,
4
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/HRC/19/41 Tahun 2011 Tentang Perlindungan
Hak Asasi

5
memberlakukan perlindungan hak asasi LGBT tersebutkarena dianggap tidak
sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, dan juga tidak mendapat
dukungan dari pemerintahan lokal. Namun hal ini bukan berarti kaum LGBT
di Indonesia dilanggar hak asasinya, karena terdapat jaminan kebebasan
bicara, berkumpul dan berserikat dalam UndangUndang Dasar Republik
Indonesia dan juga dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia Nomor 39
Tahun 1999. Dengan demikian, dilihat secara umum, pemerintah tidak
secara aktif bertindak represif terhadap organisasi-organisasi LGBT,
tetapijuga tidak memberikan perlindungan.5

2.3 Pengaturan Hukum Tentang LGBT Di Lingkungan Militer


Hukum pidana memuat peraturan-peraturan yang mengandung
keharusan dan larangan terhadap pelanggarnya yang diancam dengan
hukuman berupa siksa badan. Pengertian tersebut jelas menyebutkan bahwa
hukum pidana adalah beisikan peraturan tentang keharusan sekaligus
larangan. Tidak hanya itu, bagi orang yang melanggar keharusan atau
larangan tersebut diancam dengan siksa badan6.

Hukum disiplin militer pada hakikatnya adalah hukum disiplin prajurit


yang lahir dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), karena
didalam hukum disiplin sudah pasti ada aturan-aturan didalam lingkungan
prajurit guna menjaga perilaku dan kehormatan dalam lingkungannya,
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor40 Tahun 1947 Tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Disiplin Tentara (KUHDT) sebelum akhirnya
digantikan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Hukum
Disiplin Militer.

Bagi anggota yang melanggar peraturan disiplin dapat dikenai sanksi


hukuman disiplin yang diatur sebagaimana dalam Undang-Undang Hukum
Disiplin Militer Nomor25 Tahun 2004 Tentang Hukum Disiplin Militer. Dalam

5
Laporan Nasional Indonesia, Hidup Sebagai LGBT di Asia, 2014, hlm. 61
6
Ismu Gunadi, Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2014), hal. 7-9.

6
pelaksanaannya apabila ada pelanggaran disiplin terhadap prajurit maka
dijatuhi hukuman disiplin oleh atasan langsung dari si pelanggar, dalam
suatu sidang hakim disiplin yang terdiri dari komandan pasukan dan stafnya.
Pelanggaran disiplin prajurit yaitu suatu tindakan yang tidak ada dalam
peraturan-peraturan perundang-undang atau hukum positif, dan hanya
bertentangan dengan peraturan kedinasan serta tidak sesuai dengan tata
kehidupan prajurit.

Terkait dengan anggota TNI yang memiliki orientasi seksual LGBT


(gay) adalah termasuk dari melanggar kesusilaan dalam Pasal 281 ayat
(1)dan ayat (2)KUHPidana adalah dilarangnya perbuatan melanggar
kesusilaan didepan umum , yaitu ditempat umum atau ditempat yang bukan
tempat umum tetapi dapat dilihat/didengar dari tempat umum, atau didepan
orang lain bertentangan dengan kehendaknya. Pengertian melanggar
kesusilaan merupakan pelanggaran sopan santun dalam bidang seksual, di
mana perbuatan melanggar kesusilaan itu pada umumnya dapat
menimbulkan perasaan malu.7

Pengaturan hukum larangan tentang LGBT di lingkungan TNI


terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 Pasal 53 Ayat
(1) huruf b Tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia yang
menyatakan bahwa Prajurit diberhentikan tidak dengan hormat dari Dinas
Keprajuritan karena mempunyai tabiat dan/atau perbuatan yang nyata-nyata
dapat merugikan disiplin keprajuritan atau TNI.8

2.4 Bagaimana Penerapan Hukuman Bagi Anggota Militer Dengan


orientasi Seksual LGBT
Penerapan hukum pidana adalah perbuatan penerapan hukum pidana
dalam kasus tertentu (Law in realty case) yang di bahas pada bab ini adalah

7
Rifki Yuditya Saputra. Penerapan Pasal 281 KUHPTentang Tindak Pidana Asusila Yang
Dilakukan Oleh Militer. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Militer Nomor 127-K/PM.II-
09/AD/VIII/2017, Dalam Jurnal Hukum Adigama Vol 2 No 20, halaman 39
8
Ibid

7
bagaimana penerapan hukum bagi pelaku yang melanggar larangan LGBT di
lingkungan TNI. Merujuk pada Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sanksi pidana dibedakan menjadi 2, yaitu pidana/hukuman pokok dan
pidana/hukuman tambahan. Yang termasuk dalam pidana pokok yaitu:
1. Hukuman mati
2. Hukuman penjara
3. Hukuman kurungan
4. Hukuman denda
Yang termasuk pidana tambahan yaitu:
1. Pencabutan beberapa hak tertentu
2. Perampasan barang yang tertentu
3. Pengumuman keputusan hakim.

Penerapan hukum pidana berkaitan dengan penjatuhan pidana


terdapat 3 golongan teori yang membenarkan penjatuhan pidana, yaitu:9
1. Teori Absolut atau Pembalasan
Teori ini mengatakan hakekat suatu pidana ialah pembalasan.
Pidana tidaklah bertujuan untuk yang praktis, seperti memperbaiki
penjahat. Kejahatan itu sendirilah yang mengandung unsur dijatuhinya
pidana. Pidana secara mutlak ada, karena melakukan kejahatan. Tidaklah
perlu untuk memikirkan manfaat menjatuhkan pidana itu. Setiap
kejahatan harus berakibat dijatuhkan pidana. Pidana merupakan tuntutan
mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan tetapi menjadi
keharusan.
2. Teori Relatif atau Tujuan
Teori ini menjadi dasar hukum pidana menyelenggarakan tertib
masyarakat dan akibatnya yaitu untuk prevensi terjadinya kejahatan.
Wujud pidana ini berbeda-beda: menakutkan, memperbaiki, atau
membinasakan. Prevensi umum menghendaki agar orang tidak
melakukan delik. Sedangkan prevensi khusus bertujuan mencegah niat

9
Dahlan, Problematika Keadilan Dalam Penerapan Pidana Terhadap Penyalahgunaan
Narkotika.(Yogyakarta: Deepublish, 2017), hal. 31-35.

8
buruk pelaku, mencegah pelanggar mengulangi perbuatanya, atau
mencegah bakal pelanggar melaksanakan perbuatan jahat.
3. Teori Gabungan
Teori ini merupakan gabungan dari teori pembalasan dan teori
tujuan

Hukum pidana yang berkaitan dengan LGBT di lingkungan TNI di atur


dalam KUHP dan KUHPM yaitu diantara lain Pasa 281 ke 1 KUHP tentang
pelanggara kesusilaan dan Pasal 103 Ayat (1) KUHPM tentang
ketidakpatuhan. Perbuatan LGBT juga membuat kegaduhan dalam
masyarakat dan menimbulkan pandangan buruk dari masyarakat. Kebijakan
hukum pidana seharusnya dapat melindungi ketertiban dan menjaga
keseimbangan dalam masyarakat karena LGBT masih tabu dipandang
sebagai tindakan yang melangar kesusilaan.

Seorang MiIiter yang melanggar kesusilaan selain diancam melanggar


hukum pidana juga sekaligus melanggar hukum disiplin hal ini berarti selain
diancam dengan pidana juga dikenakan Hukum Disiplin Militer tergantung
eskalasi tindak pidana yang dilakukan oleh Militer tersebut salah satunya
adalah pencabutan hak tertentu yaitu diberhentikan dari jabatan TNI dengan
menggunakan teori relative atau tujuan, yaitu tujuannya adalah untuk
memperbaiki nama baik TNI.

Dampak dari kasus tersebut adalah dapat menimbulkan pengaruh


negatif terhadap mental dan moral, lingkungan keluarga, lingkungan kerja
dan juga lingkungan masyarakat, khususnya masyarakat Militer. Menurut
Pasal 7 ayat (I) Undang-Udang Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Hukum
Disiplin Militer “Semua prajurit Miliiter dalam menunaikan tugas dan

9
kewajiibannya haus bersikap dan berperilaku disiplin dengan mematuhi
Hukum Disiplin Militer”.10

10
Joko Trianto. Persamaan Didepan Hukum Penyelesaian Tindak Pidana Kesusilaan
Dalam Pasal 281 Kuhp Yang Dilakukan Oleh Prajurit Tni Dengan Warga Sipil Terkait
Penegakan Hak Asasi Manusia. Dalam Lex Et SocietatisVol. 6 No. 1, halaman 57.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kasus anggota militer yang memiliki orientasi seksual LGBT
memang sudah sepantasnya untuk diberhentikan karena hal tersebut
akan menimbulkan pandngan buruk kepada TNI, namun perlu diingat
kembal hukum di Indonesia mengakui penegakan HAM yang disertai
pembatasan terentu bahwa setiap orang juga harus menghormati hak
orang lain, menghormati pembatasan yang ditentukan oleh UU,
memenuhi persyaratan moral, etika dan tata tertib dalam masyarakat,
berbangsa dan bernegara, nilai-nilai agama serta menjaga keamanan
dan ketertiban umum masyarakat demokratis.

3.2 Saran
Menurut penulis memiliki orientasi seksual LGBT (gay) bukanlah
sebuah kejahatan asalkan tidak melanggar norma-norma yang ada,
harus diperhatikan bahwa tidak semua instansi menerima orientasi
seksual LGBT (gay) terutama instansi pemerintahan, seperti seorang
anggota militer yang memiliki orientasi seksual LGBT (gay) maka
anggota TNI tersebut harus diberhentikan. Indonesia sebagai Negara
hukum dan juga Negara yang mengakui atas penghormatan HAM
harus melindungi kelompok LGBT, karena bagaimanapun mereka juga
manusia biasa yang memiliki hak yang sama seperti manusia yang
lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

 https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh/article/download/21308/
10107/
 https://ejournal.undip.ac.id/index.php/lawreform/article/download/202
42/13882
 https://id.wikipedia.org/wiki/Gay
 https://doktersehat.com/apa-itu-biseksual/
 http://etheses.uin-malang.ac.id/1248/6/11410086_Bab_2.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai