Anda di halaman 1dari 7

RESUME

SOSIOLOGI HUKUM
ABDUL THALIB, S.H, M.

Disusun oleh:
Muhammad Ridho
2000874201207

UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI


FAKULTAS HUKUM
TAHUN AJARAN 2020/2021
Sosiologi hukum adalah tentang fungsi hukum yang sebenarnya. Sosiologi hukum membahas
tentang berbagai macam mata pelajaran yang dihubungkan oleh suatu pendekatan yang sama,
yaitu pertanyaan tentang hukum. Jenis pertanyaan ini membedakan sosiologi hukum dengan
disiplin ilmu hukum lainnya, di mana pertanyaan penelitian terutama ditujukan untuk
menjawab pertanyaan hukum. Oleh karena itu, sosiologi hukum berkaitan dengan bertanya
dan menjawab sebanyak mungkin pertanyaan tentang hukum.
Sosiolog hukum mempelajari interaksi antara hukum dan masyarakat. Secara garis besar
sosiologi hukum berkaitan dengan tiga tema:

1. asal-usul sosial hukum: pengaruh masyarakat terhadap hukum;


2. efek sosial hukum: pengaruh hukum terhadap masyarakat;
3. fungsi aktual lembaga hukum dan profesional (seperti peradilan, kejaksaan,
kepolisian, dan profesi hukum, serta hakim individu, pekerja bantuan hukum dan
pejabat eksekutif).

Sosiologi Hukum bertujuan menjelaskan secara praktis bekerjanya sosiologi hukum. Kajian
sosiologi hukum tidak hanya mengkaji hukum secara normatif, akan tetapi dikaitkan dengan
gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Hal ini berkaitan dengan anggapan bahwa hukum
lahir dari kontrak sosial, yakni kesepakatan yang dibuat oleh anggota masyarakat untuk
mempertahankan nilai. 

Tiada hukum tanpa masyarakat. Karena hukum tercipta dan diciptakan oleh masyarakat untuk
dijadikan pedoman bertingkahlaku anggota masyarakat dalam hubungannya dengan
sesamanya. Selain itu, tentunya untuk menjaga keutuhan masyarakat itu sendiri. Selanjutnya,
karena masyarakat mempunyai ciri dan pengalaman yang berbeda-beda, hukum pun akan
berbeda-beda pula dalam setiap masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat mempunyai
kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang berbeda-beda. Perkembangan dari masyarakat itu
sendiri selanjutnya berkaitan dengan perubahan-perubahan hukum yang disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.

Sosiologi hukum, mempunyai objek kajian fenomena hukum, sebagaimana telah dituliskan
oleh Curzon, bahwa Roscou Pound menunjukkan studi sosiologi hukum sebagai studi yang
didasarkan pada konsep hukum sebagai alat pengendalian sosial. Sementara Llyod,
memandang sosiologi hukum sebagai suatu ilmu deskriptif, yang memanfaatkan teknis-teknis
empiris. Hal ini berkaitan dengan perangkat hukum dengan tugas-tugasnya.Ia memandang
hukum sebagai suatu produk sistem sosial dan alat untuk mengendalikan serat mengubah
sistem itu.

Kita dapat membedakan sosiologi hukum dengan ilmu normatif, yaitu terletak pada
kegiatannya. Ilmu hukum normatif lebih mengarahkan kepada kajian law in books, sementara
sosiologi hukum lebih mengkaji kepada law in action (Yesmil Anwar dan Adang, 2008,128).
Sosiologi hukum lebih menggunakan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif, sementara
ilmu hukum normatif lebih bersifat preskriptif. Dalam jurisprudentie model, kajian hukum
lebih memfokuskan kepada produk kebijakan atau produk aturan, sedangkan dalam
sociological model lebih mengarah kepada struktur sosial. Sosiologi hukum merupakan
cabang khusus sosiologi, yang menggunakan metode kajian yang lazim dikembangkan dalam
ilmu-ilmu sosiologi. Sementara yang menjadi objek sosiologi hukum adalah :
1. Sosiologi hukum mengkaji hukum dalam wujudnya atau Government Social Control.
Dalam hal ini, sosiologi mengkaji seperangkat kaidah khusus yang berlaku serta dibutuhkan,
guna menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Sosiologi hukum mengkaji suatu proses yang berusaha membentuk warga masyarakat
sebagai mahluk sosial. Sosiologi hukum menyadari eksistensinya sebagai kaidah sosial yang
ada dalam masyarakat.

Filsafat hukum dan ilmu hukum adalah dua hal besar yang mempengaruhi sosiologi hukum.
Akan tetapi, hukum alamlah yang merupakan basis intelektual dari sosiologi hukum. Seorang
tokoh yang terkemuka dari mazhab sejarah yaitu Carl Von Savigny (1779-1861) berpendapat
bahwa hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat (Volgeist). Ia
berpendapat bahwa semua hukum berasal dari adat istiadat dan kepercayaan, bukan dari
pembentuk undang-undang (Zainudin Ali,2006,122). Ia menantang kodifikasi hukum Jerman.
Keputusan-keputusan badan legislatif, menurutnya membahayakan masyarakat karena tidak
sesuai dengan dengan kesadaran hukum masyarakat.

Di abad kedelapan belas analisis rasional terhadap hukum tampil dengan sangat kuat,
demikian pula dengan pengikatan kepada asas-asas dalam hukum. Gabungan antara keduanya
melahirkan cara berfikir dedukatif yang mengabaikan kenyataan sejarah dengan kekhususan
yang ada pada bangsa-bangsa. Analisis hukum yang sedemikian itu mengabaikan lingkungan
sosial hukum (Satjipto Rahardjo,2010,15). Beberapa prinsip yang mencerminkan keterkaitan
antara hukum dan basis sosialnya adalah sebagai berikut :

1. Hukum itu tidak dibuat ,melainkan ditemukan.Pertumbuhanhukum itu pada


hakikatnya merupakan proses yang tidak disadari dan organik. Hukum tidak dapat
dilihat sebagai suatu institusi yang berdiri sendiri, melainkan semata-mata suatu
proses dan perilaku masyarakat sendiri. Hanya kitalah yang melihat hukum itu
sebagai suatu institusi yang terpisah dengan semua atribut dan konsep otonominya.
Apa yang sekarang disebut sebagai hukum adalah putusan arbiter yang dibuat oleh
badan legislatif.

2. Hukumitutumbuhdarihubungan-hubunganhukumyangsederhana pada masyarakat


primitif sampai menjadi hukum yang besar dan kompleks dalam peradaban modern.
Kendati demikian, perundang- undangan dan para ahli hukum hanya merumuskan
hukum secara tekhnis dan tetap merupakan alat dari kesadaran masyarakat (poular
consciousness).

3. Hukum tidak mempunyai keberlakuan dan penerapan yang universal. Setiap bangsa
memiliki habitat hukumnya, seperti mereka memiliki bahasa adatnya. Volksgeist
(jiwa dari rakyat) itu akan tampil sendiri dalam hukum suatu bangsa.

Aliran sejarah memiliki kelemahan yang terletak pada konsepnya mengenai kesadaran hukum
yang sangat abstrak. Pengkajian yang menolak untuk melihat hukum berdasarkan peraturan,
tetapi lebih melihatnya berdasarkan masyarakat sebagaimana dianut oleh aliran sajarah, tetap
tenggelam dibawah arus normatif- positivistis yang kuat diabad ke-19. Lain halnya dengan
fisafat hukum yang memiliki fahamnya sendiri bagi kelahiran sosiologi hukum. Pemikiran
filsafat selalu berusaha untuk menembus hal-hal yang dekat dan secara terus-menerus
mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tuntas (ultimate). Theo Huijbers
menjelaskan bahwa filsafat adalah kegiatan intelektual yang metodis dan sistematis, secara
refleksi menangkap makna yang hakiki (sesungguhnya) dari semua fakta yang ada. Objektif
filsafat bersifat universal, mencakup segala yang dialami manusia. Berfikir secara filsafat
adalah mencari arti yang sebenarnya tentang segala hal yang ada melalui cakrawala
pandangan yang paling luas. Metode pemikiran filsafat adalah refleksi atas pengalaman dan
pengertian tentang suatu hal dalam cakrawala yang universal. Pengolahan pikirannya secara
metodis dan sistematis.

Terdapat dua aliran yang mengembangkan sosiologi hukum yaitu :

1. Aliran Positif.

Aliran ini hanya ingin membicarakan kejadian yang dapat diamati dari luar secara murni.
Mereka tidak mau memasukan hal-hal yang tidak dapat diamati dari luar, seperti nilai dan
tujuan.Aliran positif ini di pelopori oleh Donald Black.Black menyatakan perihal terjadinya
kekaburan antara ilmu (science) dan kebijaksanaan (policy) dalam sosiologi hukum.

Menurut Black, ia hanya berurusan dengan fakta yang dapat diamati (observable fact).Ia tidak
boleh memikirkan tentang adanya tujuan hukum, maksud hukum, nilai dalam hukum dan
lain-lain. Hukum adalah apa yang kita lihat ada dan terjadi dilakukan dalam masyarakat.
(Satjipto Rahardjo,1986,103). Sosiologi hukum bertolak dari catatan-catatan mengenai
kenyataan yang teramati tersebut.

Positivisme ini, dengan maksud yang jelas, hendak menggantikan dan mengerti zaman yang
ada dengan caranya sendiri. Paham ini melihat masa pertengahan abad ke-19 sebagai
peralihan yang jelas dari masa dominasi gereja (teologis) dan para pendukungnya (metafisik),
digantikan oleh kaum industrialis dan intelektual, yang tidak lain adalah kaum positivistis itu.
Yang melatarbelakangi tumbuhnya sosiologi dalam filsafat positivisme itu adalah sebagai
berikut :

1. Semua pengetahuan harus didasarkan atas pengamatan empiris, baik itu alam,
manusia dan masyarakat.
2. Pengamatanharusdiberinilaitinggidarisuatugagasan(reprensentation)

Dengan demikian, pengetahuan yag benar atau ilmiah, yang empiris dan yang bukan
diturunkan dari agama dan filsafat. Itulah yang dikatakan positivisme sebagai pemikiran
sosiologi awal.

2. Aliran Normatif

Menurut aliran ini, hukum bukan merupakan fakta yang teramati tetapi merupakan suatu
institusi nilai. Hukum mengandung nilai-nilai dan bekerja untuk mengekspresikan nilai-nilai
tersebut dalam masyarakat. Menurut aliran ini, hukum bersifat derivartif, karena itu tidak
dapat dipisahkan dari institusi primer seperti politik dan ekonomi.

Tokoh-tokoh Sosiologi Hukum

1. Karl Marx
Hukum dan kekuasaan politik dipandangnya sebagai sarana kapitalis yang tidak hanya
berfungsi pada lini politik saja, melainkan pada fungsi ekonomi juga. Marx
berpendapat bahwa hukum adalah tatanan peraturan yang mencukupi kepentingan
kelompok masyarakat kelas atas. Para kapitalis dengan kepemilikan sarana di bidang
ekonomi inilah yang berhasil melanggengkan kekuasaannya.
2. Emile Durkheim
Sebagai salah satu sosiolog yang sejak awal telah berfokus pada hukum, Durkheim
mengkaji jenis-jenis hukum berdasarkan tipe solidaritas dalam masyarakat. Ia
mengkategorikan hukum dalam dua jenis, yakni hukum yang menindak (repressive)
dan hukum yang mengganti (restitutive).

3. Max Weber
Dalam kacamata Weber, hukum merupakan kumpulan norma atau atuaran yang
dikelompokkan serta digabungkan dengan konsensus, dan menggunakan alat
kekerasan sebagai daya paksa. Hal tersebut dikarenakan hukum berlaku sebagai
kesepakatan yang valid dalam kelompok tertentu. Berkat sumbangsihnya dalam
cabang ilmu ini, Weber pun dinobatkan sebagai bapak sosiologi hukum modern.

4. Oliver Wendell Holmes


Gagasan Holmes pada sosiologi hukum lebih berkutat pada proses hukum, baginya
setiap hakim bertanggungjawab memformulasi hukum melalui segala keputusan yang
mereka buat. Dirinyalah sosok yang mencetuskan The life of law is not logic: it has
been experience. Dengan menggunakan pendekatan pragmatis, Holmes menilai
hukum dari definisi yurisprudensi dan ramalan keputusan pengadilan sekaligus.

5. Benjamin Nathan Cardozo


Berprofesi sebagai hakim, Cardozo meyakini bahwa dalam setiap praktik peradilan
memiliki ketidakpastian yang semakin besar akibat dari keputusan pengadilan.
Baginya proses peradilan merupakan penciptaan hukum, bukan penemuan hukum.

6. Roscoe Pound
Hukum dalam pandangan Pound diperlakukan atas dasar adanya sejumlah
kepentingan dalam setiap aspek kehidupan. Dibandingkan etika dan moral, indikator
kepentingan justru lebih menojol dalam kehidupan hukum. Pada intinya Pound lebih
melihat hukum sebagai proses rekayasa sosial.

Objek Kajian Sosiologi Hukum

Objek dalam kajian sosiologi hukum sendiri terbagi menjadi beberapa, di antaranya:

1. Interaksi sosial terkait dengan hukum


Hukum yang diterapkan dalam suatu masyarakat berfungsi untuk memperlancar
syarat interaksi sosial. Apabila interaksi sosial berjalan dengan baik, maka kehidupan
dalam sebuah masyarakat dapat berlangsung dengan damai dan tenang.

2. Kelompok sosial dengan hukum


Dalam hal ini, pengertian kelompok sosial adalah aktivitas yang terjadi antara dua
orang atau lebih yang diatur oleh suatu sistem bernama hukum. Misalnya AD dan
ART dalam suatu organisasi, atau UU yang mengatur tentang berkehidupan negara.
3. Kebudayaan
Kehadiran hukum adalah bagian dari adanya unsur kebudayaan. Kedua hal ini saling
berkaitan dan berfungsi untuk mengatur mayarakat yang berkebudayaan dengan
aturan-aturan dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Lembaga sosial
Keberadaan lembaga sosial dalam masyarakat menggunakan aturan-aturan untuk
mengontrol interaksi dalam masyarakat.

5. Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial yang dimaksud yaitu pasal-pasal yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatakan bahwa hukum berlaku untuk seluruh lapisan
tanpa membeda-bedakan. Meskipun pada kenyataannya, secara tidak langsung dalam
masyarakat terdapat lapisan sosial.

6. Kekuasaan dan wewenang


Kekuasaan dan wewenang yang dimaksud adalah tugas yang telah diatur dalam
peraturan berupa undang-undang yang pelaksanaannya bersifat wajib.

7. Masalah sosial
Pengertian masalah sosial dalam konteks ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku yang menyimpang dan melanggar keberadaan hukum.

Soal dan Jawaban.


1. Apa yg dimaksud dengan sosiologi hukum?
Jawaban: Sosiologi hukum adalah tentang fungsi hukum yang sebenarnya. Sosiologi
hukum membahas tentang berbagai macam mata pelajaran yang dihubungkan oleh
suatu pendekatan yang sama, yaitu pertanyaan tentang hukum.

2. Apa tujuan sosiologi hukum?


Jawaban: Tujuan sosiologi hukum adalah menyajikan sebanyak mungkin kondisi-
kondisi yang diperlukan agar hukum dapat berlaku secara efesien.

3. Apa saja yang menjadi ruang lingkup sosiologi hukum?


Jawaban: Menurut Soerjono Soekanto, ruang lingkup sosiologi hukum meliputi :
Pertama, Pola-pola perilaku (hukum) warga masyarakat. Kedua, Hukum dan pola-
pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari kelompok-kelompok sosial.

4. Apa itu sosiologi hukum menurut ahli?


Jawaban: Menurut Soerjono Soekanto Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisa atau mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala lainnya. Sosiologi Hukum
(sosiologi of law) adalah pengetahuan hukum terhadap pola perilaku masyarakat
dalam konteks sosial.

5. Apakah sosiologi hukum merupakan bagian dari ilmu hukum atau ilmu sosiologi?
Jawaban: Sosiologi Hukum adalah satu cabang dari Sosiologi yang merupakan
penerapan pendekatan Sosiologis terhadap realitas maupun masalah-masalah hukum.
Oleh karena itu harus dipahami bahwa Sosiologi Hukum bukanlah suatu cabang dari
studi ilmu hukum, melainkan cabang dari studi Sosiologi.

Anda mungkin juga menyukai