ini berkembang di Amerika, pada intinya aliran ini mengatakan bahwa hukum yang baik
adalah hukum yang „sesuai‟ dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Kata “sesuai”
diartikan sebagai hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat.
Aliran Sociological Yurisprudence secara tegas memisahkan antara hukum positif (the
positive law) dengan hukum yang hidup (the living law). Aliran ini timbul dari proses
dialektika antara Positivisme Hukum dan Mazhab Sejarah.
Dalam implementasinya harus memperhatikan hukum baik yang tertulis maupun tidak
tertulis. Contoh : hukum yang tertulis adalah Undang- Undang, sedangkan yang
dimaksudkan hukum tidak tertulis disini adalah hukum adat.
Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat. Untuk itu Hakim harus mengenal, merasakan dan mampu menyelami
perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Metode yang digunakan oleh realisme hukum dengan banyak melakukan “Prediksi”,
melakukan ramalan terhadap putusan pengadilan identik dengan kerja seorang Pengacara
dalam memandang hukum. Hal yang terpenting bagi seorang Pengacara dalam
memandang hukum adalah bagaimana memprediksi hasil dari suatu proses hukum.
Ketika seorang ingin melakukan prediksi terhadap putusan pengadilan, maka jalan yang
ditempuh adalah melakukan pendekatan empirik dengan metode-metode empiris ilmiah.
Dengan maksud, setidaknya dapat meredam kebebasan hakim dalam menafsirkan hukum
dengan cara sesuka sesukanya.
Metode yang digunakan adalah mendekatkan aturan yang ada dengan fakta di lapangan.
Dalam realisme hukum spirit ilmu sosial (scientific spirit) dalam mendekatkan hukum itu
dengan masyarakat menjadi sangat penting. “Ilmu Sosial” seperti sosiologi, ekonomi,
psikologi, dan politik menjadi sangat penting.
Realisme sebagai suatu gerakan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu Realisme
Amerika dan Realisme Skandinavia.
Realisme Amerika :
• Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim, semua yang dimaksud dengan
hukum adalah putusan hakim. Hakim lebih sebagai penemu hukum daripada pembuat
hukum yang mengandalkan peraturan perundang-undangan.
Tokoh-tokoh utama Realisme Amerika
a) Charles Sanders Peirce (1839-1914): ia adalah orang pertama yang memulai
pemikiran pragmatism, dimana menyangkal kemungkinan bagi manusia untuk
mendapat suatu pengetahuan teoritis yang benar.
b) John Chipman Gray (1839-1915): ia menyatakan bahwa disamping logika sebagai
faktor penting pembentukan perundang-undangan, unsur kepribadian, prasangka,
dan faktor-faktor lain yang tidak logis memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
pembentukan hukum.
c) Oliver Wendell Holmes (1841-1935): ia berpendapat bahwa pikiran-pikiran tentang
apa yang akan diputuskan oleh pengadilan itulah yang dimaksud dengan hukum.
d) William James (1842-1910): menurutnya pragmatisme adalah nama baru untuk
beberapa pemikiran yang sama, yang sebenarnya juga positivis.
e) John Dewey (1859-1952): inti ajaran dewey adalah bahwa logika bukan berasal dari
kepastian-kepastian dari prinsip-prinsip teoritis, seperti silogisme, tetapi suatu studi
tentang kemungkinankemungkinan.
f) Benjamin Nathan Cardozo (1870-1938): ia beranggapan bahwa hukum mengikuti
perangkat aturan umum dan yakin bahwa menganut „preseden‟ precedent
seharusnya merupakan aturannya, dan bukan merupakan pengecualian dalam
pelaksanaan peradilan.
g) Jerome Frank (1889-1957): menurutnya hukum tidak disamakan dengan suatu
aturan yang tetap.
Realisme Skandinavia :
Aliran realisme Skandinavia memandang bahwa hukum itu berfungsi dalam
masyarakat, lebih dari hanya sekedar rasa takut (fear) kepada perintah atasan atau
takut terhadap sanksi dari pada penguasa. Padahal yang penting ditemukan adalah,
masyarakat mematuhi hukum adalah suatu tindakan yang baik dan benar
Tokoh-tokoh utama Realisme Skandinavia antara lain :
a) Axel Hagerstrom (1868-1939): ia menyatakan bahwa hukum seharusnya diselidiki
dengan bertitik tolak pada data empiris, yang dapat ditemukan dalam perasaan
psikologi.
b) Karl Olivecrona (1897-1980): menurutnya adalah keliru untuk menganggap hukum
sebagai perintah dari seseorang manusia, sebab tidak mungkin ada manusia yang
dapat memberikan semua perintah yg terkandung dalam hukum itu.
c) Alf Ross (1899-1979): perkembangan hukum menurutnya, melewati empat
tahapan.
1) hukum adalah suatu sistem paksaan yang aktual.
2) hukum adalah suatu cara berlaku sesuai dengan kecenderungan dan keinginan
anggota komunitas.
3) hukum adalah sesuatu yang berlaku dan mewajibkan dalam arti yuridis yang
benar.
4) Agar hukum berlaku harus ada kompetensi pada orang-orang yang
membentuknya.
d) H.L.A. Hart (1907-1992): ia mengatakan hukum harus dilihat, baik dari aspek
eksternal maupun internalnya.
e) Julius Stone: ia memandang hukum sebagai suatu kenyatan sosial. Ia juga
berpendapat hukum harus dibedakan dari moral.
f) John Rawls (lahir 1921): ia mengembangkan pemikirannya tentang masyarakat
yang adil dengan teori keadilannya yang dikenal pula dengan teori posisi asli.
FREIRECHTSLEHRE
Freirechtslehre (Ajaran Hukum Bebas ) merupakan penentang paling keras Positivisme
Hukum. Aliran Hukum Bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan
hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi
menciptakan penyelesaian yang tepat untuk peristiwa konkret, sehingga peristiwa-pristiwa
berikutnya dapat dipecahkan oleh norma yang diciptakan oleh hakim.
ALIRAN SEJARAH
Jd ada tiga unsur dari hukum yaitu : perintah yg berdaulat, kewajiban utk ditaati, dan
sanksi. Hukum positif berbeda dg asas-asas lain seperti asas-asas yg berdasarkan pada
moralitas, religi, kebiasaan, konvensi, kesadaran masyarakat.
1) Ajaran Hukum Murni (reine rechtslehre, the pure theory of law). Hkm dipisahkan
dari unsurunsur non hukum seperti kultur, moral, politik, sosiologis dan
sebagainya. Menolak membahas tentang keadilan krn keadilan dipandang sbg
masalah ideologi yg ideal rasional. Kelsen hanya mengakui hukum apa adanya
berupa peraturanperaturan yang dibuat dan diakui oleh negara. Hans Kelsen
membedakan norma ke dalam dua jenis yaitu the moral norm dan the legal norm.
2) Ajaran tentang Grundnorm. Kelsen mengajarkan adanya grundnorm yg merupakan
induk yang melahirkan peraturan-peraturan hukum dalam suatu tatanan sistem
hukum tertentu. Grundnorm berfungsi sebagai dasar mengapa hukum itu ditaati.
3) Ajaran tentang Stufenbautheorie. Keseluruhan peraturan hukum diturunkan dari
norma dasar yg berada di puncak piramid, semakin bawah semakin beragam.
Norma dasar yg paling atas bersifat abstrak dan semakin ke bawah semakin
konkrit.
Keduanya memisahkan scr tajam antara hukum dan moral serta unsur-unsur non
hukum lainnya.
Keduanya menggunakan analisis formal, hanya mengakui hukum positif sbg satu-
satunya hukum.
Keduanya melihat esensi hukum in terms of an ultimate concept.
Keduanya menitikberatkan pd struktur dan fungsi negara.
Menurut Hart Hukum adalah kesatuan dari aturan primer dan sekunder. Ada tiga unsur yg
selalu menjadi isu yi, coercion, rules, morality.