D. ABSTRAKSI HUKUM
Universalitas hukum itu diperoleh dengan cara mengabstraksi realita
dengan pola perilaku manusia, kemudian dikembangkan dalam suatu
norma sosial.
● PERILAKU SOSIOLOGIS
Menurut Emile Durkheim, ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu
:
A. Perilaku Masa lalu Masyarakat
B. Konsep Kebenaran :
1. Absolut (Kitab Suci)
2. Otoriter (Kekuasaan)
3. Mistik (Dewa, Paranormal, Dukun, dll.)
4. Logika rasional (Pemikiran manusia = wisdom)
5. Ilmiah (Pakar, ilmuwan)
6. Kebenaran Hukum Normatif
7. Kebenaran Sosiologis Bebas Nilai (Values Free)
8. Hukum Dan Moralitas
(Emile Durkheim)
9. Penerapan Hukum Sosiologis
(Emile Durkheim)
3
● PARADIGMA HUKUM
Pemaknaannya :
1. Interaksi manusia mengandung tiga unsur, yaitu: Tindakan (act),
sesuatu (thing), dan makna (meaning).
2. Hukum yang dimaksud bukan saja hukum dalam arti yang tertulis
saja tetapi juga yang tidak tertulis, baik menyangkut falsafah,
intelektualitas, maupun jiwa yang melatarbelakangi penerapan
hukum.
3. Hukum memiliki daya mengatur jika scr relatif sdh dipersatukan
dlm kelompok-2 sosial, apalagi dlm sistem sosial.
4. Hukum bersifat memaksa tetapi paksaan itu bukanlah merupakan
syarat utama, kemanfaatanlah yang menjadi ukuran utama.
4
● NEGARA HUKUM
Eropa Kontinental – Negara Hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum
yang menjamin “keadilan” kepada warga negaranya (Aristoteles)
Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kebahagiaan hidup untuk warga
negara dan sebagai dasar apa keadilan itu perlu diajarkan rasa sosial kepada
setiap manusia.
Paham laissez faire laissez aller – biarlah setiap anggota masyarakat
menyelenggarakan sendiri kemakmurannya .
Dua unsur pokok negara hukum (Immanuel Kant) :
1. Perlindungan terhadap HAM.
2. Adanya “pemisahan kekuasaan”
Tipe Negara Hukum : Negara Kesejahteraan menurut (welfare State)
Anglo Saxon – tidak mengenal negara hukum tetapi mengenal “the rule of
law” - pemerintahan oleh hukum (Dicey – kelanjutan dari ajaran John Locke).
5
● REALITAS HUKUM
(Law on books and Law in action)
Terjadinya perbedaan karena :
Apakah “pola tingkah laku sosial” telah mengungkapkan materi hukum yang
dirumuskan dalam peraturan.Apakah keputusan pengadilan sama dengan apa
yang diharuskan dalam peraturan.Apakah tujuan yg dikehendaki hukum sama
dengan efek peraturan itu dalam kehidupan masyarakat. Menurut (D.L
Kimball)
a. Sikap ambivalen merupakan penghalang bagi tegaknya hukum
b. Kekuasaan yg tdk berparadigma hk merupakan peluang terjadinya
pelanggaran ham
6
b. PEMBANGUNAN
Kata “Pembangunan” secara umum diartikan sbg ush utk memajukan
masy & warganya. Kemajuan dimaksud terutama menyangkut segi
material, shg pembangunan sering diartikan sbg kemajuan yg dicapai masy
hanya di bidang “ekonomi” dengan tdk melihat segi moralitas
manusia.Ada perbedaan prinsipil antara konsep pembangunan yg dianut
oleh “negara berkembang” dan pembangunan “negara maju” (Adikuasa).
Di Negara berkembang persoalan pembangunan adl bgm mempertahankan
kehidupan sos, & bgm meletakkan dasar-dasar ekonomi kehidupan masy
yg mampu bersaing di pasar internasional (Pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) dan pembangunan manusia (human
development). Di Negara maju (adikuasa) persoalan pembangunan adl
bgm melakukan ekspansi lebih lanjut bagi kehidupan ekonominya yg sdh
mapan.
Antara “perubahan sosial” dengan “pembangunan” terdapat hubungan
yang bersifat:
- Resiprokal : saling berbalasan, saling bermanfaat, saling
tergantung, juga saling mengisi atau saling mengurangi.
- Dialektika : penalaran dg dialog sebagai cara untuk menyelidiki
suatu masalah. Segala sesuatu yg terdapat di alam semesta itu
terjadi dari hasil pertentangan dua hal & yg kemudian bertentangan
dg yg lain shg menimbulkan hal yg lain lagi.
Perubahan pola sosial menurut Auguste Comte
- Teologis & Militer : semua hub sos bersifat militer; masy/pok
bertujuan menundukkan masy/pok lain; semua konsepsi teoritik
didasarkan pada pemikiran mengenai adikodrati; dan kebijakan
dilandasi imajinasi, penelitian tdk dihargai.
- Metafisik & Yuridis: jembatan perubahan dari bentuk masyarakat
militer dg masyarakat industri; kebijakan masih dilandasi pd
imajinasi ttp mulai bergeser ke arah landasan penelitian.
- Ilpengtek & Industri: industri mendominasi hub sosial & produksi
jadi tujuan utama masy; imajinasi tergeser oleh hasil penelitian &
konsepsi-2 teoritik.
9
b. Panik
Berpendapat Kondisi emosional yg diwarnai oleh keputusasaan &
ketakutan yang tidak terkendali, disertai penyelamatan diri secara kolektif
yg didasari oleh sikap histeris.
Terjadi pd pok yg mengalami keletihan kr tekanan jiwa (stress) sesaat atau
berkepanjangan, berada dalam keadaan sangat berbahaya & hanya
memiliki kemungkinan membebaskan diri secara terbatas.Setiap orang
menempuh cara utk melindungi dirinya sendiri.“Kepemimpinan” sangat
diperlukan dlm suasana panik guna mengorganisasi agr kerjasama;
hilangkan ketidakpastian dg cara memberi arahan & membangun
kepercayaan diri.
c. Gerakan Sosial
Perilaku massa yang melakukan kegiatan secara berkesinambungan untuk
menunjang atau menolak kebijakan yg dianggap merugikan masyarakat
atau kelompok.
Awal mula gerakan dilakukan oleh suatu kelompok yg merasa tdk puas thd
suatu keadaan; pribadi kecewa; penyaluran kegagalan; atau mereka yg
merasa hidup kurang berarti.Semula bentuk gerakan tidak terorganisasi,
terarah dan terencana selanjutnya terorganisasi.
Contoh: Gerakan demo, gerakan ekspresif, gerakan utopia, gerakan
reformasi, gerakan revolusioner, (KAMI 1966, Reformasi 1998).
Faktor pendorong: kemiskinan, ketidakadilan, korupsi yg parah,
kekejaman, konsumerisme, individualisme, gila materi & jabatan,
hedonisme dll
d. Pembangkangan rakyat
Pembangkangan sipil adalah penyimpangan hukum secara umum dan
terbuka karena terdorong oleh kata hati serta pandangan moral, disertai
dengan kesediaan menerima sanksi hukum. Aksi tsb merupakan teknik
paksaan tanpa paksaan yang menggunakan tuntutan dr sejumlah orang
yang rela menderita demi menegakkan suatu pandangan moral.
Pembangkangan sipil disebabkan karena munculnya asus-2 yang berkaitan
dengan adanya perasaan kurang puas atas sistem hukum yang tidak adil.
Aksi ini merupakan tindakan politik yang bukan merupakan tindakan
kekerasan dengan tujuan untuk mengubah hukum atau kebijakan
12