Anda di halaman 1dari 5

A.

PENDAHULUAN
Hakikat Hukum secara mendalam yaitu dengan kajian filsafat hukum,yang dimaksud
bukan mengartikan hukum sesuai dengan definisinya, tetapilebih mendalami hukum secara
filosofinya dan hakikatnya. Kajian filsafat hukum menghendaki suatu penelitian mengenai
unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam pengetahuan hukum, atau dengan kata lain
adanya suatu pertanyaan mengenai apa yang diketahui oleh semua orang mengenai hukumitu.
Hampir setiap orang pasti mengetahui dan meyakini bahwa di dalam dirinya melekat adanya
hukum dalam arti hak untuk melakukan dan berbuat sesuatu. Hak merupakan hukum dalam
arti sempit, sebab sebagai imbalannya akan terlihat kewajiban dari para subjek hukum itu.
Jika membicarakan hukum dan hak tidak lepas dengan kewajiban, karena keduanya
merupakanmasalah yang tidak dapat dipisahkan. Dari segi pengertiannya hukum dan hak itu
dapat dibedakan bahwa hukum atau disebut juga hukum objektif ialahsegala ketentuan yang
mengatur hubungan antara orang-orang di masyarakat, sedangkan hak atau hukum ialah
sesuatu yang menjadikan tuntutan seseorangsesuai menurut ketentuan hukum objektif.
Hakekat hukum mencakup seluruh sistem hukum yang merupakan suatu kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum yang berkeadilan serta melakukan tindakan hukum
terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum
baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur di luar peradilan.
1.1 PEMBAHASAN
1.1.1 PENGERTIAN
Hukum merupakan peraturan-peraturan baik secara tertulis maupun yang tidak tertulis
yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus dipatuhi di dalam
kehidupan bermasyarakat. Kehidupan bermasyarakat tidak mungkin bisa teratur kalau tidak
ada hukum. Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat
dengan kesadarannya untuk mematuhi suatu peraturan perundang-undangan. Derajat
kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum
yang berlaku tersebut. Pada umumnya manusia menginginkan keserasian dalam kehidupan
pribadi maupun antar pribadi yang merupakan dua aspek pokok di dalam kehidupannya.
Manusia pada kenyataannya mempunyai pembawaan dan pengalaman. Dengan pembawaan
dan pengalaman tersebut, manusia hidup dengan tujuan yang ingin dicapainya. Dengan arah
kebijakan hukum yang jelas diharapkan terciptanya kondisi kehidupan masyarakat hukum
yang selaras, serasi dan seimbang dengan adanya suatu peraturan hukum yang benar-benar
mencerminkan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hukum diperlukan untuk
mengatur agar interaksi antar individu tidak sampai bersifat destruktif bagi masyarakat.
Hukum di dedikasikan sebagai norma yang menjamin terpulihkannya kekacauan dalam
masyarakat menjadi kedamaian, di pulihkan pada keadaan aman kembali.
Setiap manusia di muka bumi membutuhkan bantuan, pertolongan dan kebersamaan
dengan manusia lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan karena manusia merupakan
makhluk sosial (zoon politicon) yang selalu hidup bermasyarakat. Untuk memelihara
berbagai kepentinganan ketertiban dalam masyarakat diperlukan suatu norma berupa aturan,
rambu dan batasan lainnya yang harus ditaati oleh setiap individu yang disebut norma
hukum.2 Hukum lahir atas kebutuhan hidup manusia untuk hidup bersama dengan tenang,
tertib dan damai sesuai keinginan masyarakat. 3 Tanpa hukum seseorang tidak akan
dilindungi oleh hukum, sehingga dapat melakukan apa saja misalnya membunuh, mencuri
dan lain-lainnya. Oleh karena itu hukum dapat memberikan perlindungan terhadap
kepentingan manusia.
Hukum yang telah dilanggar harus ditegakkan untuk mewujudkan keadilan. Sifat
daripada hukum itu adalah mengatur dan memaksa. Artinya hukum merupakan peraturan
hidup kemasyarakatan yang dapat memaksa orang untuk mentaati tata tertib dalam
bermasyarakat dan memberikan sanksi atau hukuman yang tegas terhadap orang-orang yang
tidak mematuhinya. Kata hukum secara etimologis diterjemahkan dengan kata ‘law’
(Inggris), ‘rech’ (Belanda), ‘loi atau droit’ (perancis). Pada umumnya pengertian hukum
dapat diartikan peraturan yang saat ini sedang berlaku (hukum positif) dan mengatur segala
aspek kehidupan masyarakat baik yang menyangkut kepentingan kehidupan individu (hukum
privat) maupun kepentingan dengan negara (hukum publik).
Beberapa definisi tentang hukum dari para ahli hukum sebagai berikut :
- Prof. Dr.E.Utrecht, SH dalam bukunya ‘Pengantar Dalam Hukum Indonesia’ telah mencoba
membuat suatu batasan yang maksudnya sebagai pegangan bagi orang yang sedang
mempelajari ilmu hukum, yaitu bahwa hukum adalah himpunan petunjuk hidup
(perintahperintah) dan larangan-larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat
dan seharusnya ditaati oleh semua anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena
pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.
- Prof. Sudirman Kartohadiprodjo dalam bukunya ‘Pengantar Tata Hukum Indonesia’
mengatakan bahwa Hukum adalah pikiran atau anggapan orang adil atau tidak adil mengenai
hubungan antara manusia. - Prof. Dr. Kusumaatmadja, SH, LLM dalam bukunya ‘Hukum,
Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional’ yang mengatakan : bahwa Hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam
masyarakat yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya
kaedah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat.
Kaidah hukum dapat ditentukan dalam hukum yang tercatat/terdokumentasikan
seperti : hasilhasil penelitian Hukum adat, penilaian ahli hukum, pandangan doktrina tentang
hukum, pandangan filosofi seorang filsuf dan lain sebagainya. Begitu pula kaidah hukum
dapat ditemukan dalam hukum tertulis seperti : UU, Yurisprudensi, Keputusn Pemerintah
Pusat/Daerah dan lain sebagainya. Kaidah hukum dapat pula ditemukan dalam kitab-kitab
suci, ada kemungkinan hukum yang tercatat/tertulis berasal dari kenyataan hukum, tetapi
pembentukannya bersifat rasional. Pembentuknya (seperti DPR/D, Kepala daerah, dan lain-
lain) mempunyai kepentingan tertentu atau mempunyai pandangan tertentu yang cukup
berperanan dalam terbentuknya hukum tersebut. Adanya kepentingan/pandangan tertentu
turut dipertimbangkan mengakibatkan fakta empiris akan menjadai hukum setelah diolah
secara rasional. Dalam pembentukan hukum yang terbentuk tidak berasal semata-mata dari
kebiasaan tetapi timbul berdasarkan suatu pertimbangan dari pihak berwibawa sehingga
anggota masyarakat patuh. Hukum yang hidup (living Law) tidak bisa lepas dari
pertimbangan pihak yang berwibawa. Pihak yang berwibawa sudah tentu mempertimbangkan
perkara sesuai dengan kebiasaan yang sudah membiasa, serta sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut masyarakat.

Dengan demikian ditinjau dari deskripsi diatas dapatlah ditarik 2 (dua) asumsi dasar,
yaitu : Pertama, bahwasanya kaidah hukum dapat ditemukan dalam hukum tertulis dan
tercatat. Kedua, bahwasanya pembentukan hukum yang hidup tidak lepas dari legitimasi
kewibawaan yang mengakibatkan adanya pertimbangan nilai, maka dapat disimpulkan bahwa
kaidah hukum tidak semata-mata terlihat berupa fakta empiris tetapi juga berupa hal rasional.
Hukum tidak bisa diindetikkan begitu saja dengan fakta empiris yang alamiah dan fisik serta
dapat diserap dengan panca indera. Hukum bersangkutan dengan manusia yang secara utuh
bersosok monodualistis antara jiwa dan badan, individu dan masyarakat. Kaidah hukum
berintikan keadilan. Adil dan tidak adil merupakan pendapat mengenai nilai secara pribadi.
Kaidah hukum bersangkutan dengan martabat manusia (human dignity), bagaimana manusia
terlindungi dari kesewenang-wenangan, bebas dari rasa takut dan lain-lain dan ini merupakan
aspek personal dari hukum. Sedangkan terhadap pernyataan bahwa kaidah hukum berlaku
bagi siapapun dan kapanpun, pedoman bagi anggota masyarakat bertingkah laku, dan untuk
memperhatikan kaidah hukum tersebut dibentuklah pranata hukum dan lembaga hukum,
adalah merupakan aspek sosial dari kaidah hukum.

Wilhem Delthey (1833-1911) mengajukan klasifikasi lain, dengan membagi ilmu itu
menjadi (1) Ilmu Pengetahuan Alamiah (natuurwissenchaft) dan (2) Pengetahuan kerohanian
(geisteswissenchaft), masing-masing menggunakan metode siklis dan metode linier. Metode
siklis bersifat erklaren yaitu berusaha menjelaskan dan menggambarkan objek, sedangkan
metode linier bukan untuk menjelaskan objek akan tetapi berusaha untuk menemukan
“makna”, “nilai” dan “tujuan” yang terkandung di dalam objek. UNESCO membagi ilmu
menjadi (1) Ilmu Eksakta Alam, (2) Ilmu Sosial, dan (3) Ilmu Humaniora. Ilmu Eksakta
Alam terdiri dari Fisika, Kimia, Biologi, dan lain-lain. Ilmu Sosial terdiri dari politik,
ekonomi, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Humaniora terdiri dari filsafat, bahsa dan
hukum. Humaniora adalah ilmu yang diciptakan manusia untuk membuat agar manusia itu
lebih manusiawi.13 Di lain pihak ilmu dapat dilihat dari fungsinya dapat dibedakan menjadi
ilmu dasar dan ilmu pembantu. Ilmu pembantu bertujuan untuk membantu ilmu pokok. Ilmu
pembantu itu antara lain matematika, bahasa, etika, sedangkan ilmu dasarnya seperti fisika,
kimia, sosiologi, dan lain-lain.
Dari beberapa pendapat para ahli hukum di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur hukum,
sebagai berikut:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas (pasti dan dapat
dirasakan nyata bagi yang bersangkutan).
Tidak semua orang atau lembaga memiliki kewenangan untuk membuat suatu produk
hukum. Hanya badan resmi yang telah disepakati bersama oleh masyarakat yang berwenang
untuk membuat peraturan. Peraturan tersebut dibuat untuk mengatur tingkah laku atau
tindakan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Pemberlakuan hukum bersifat memaksa
atau wajib untuk ditaati oleh semua orang dalam masyarakat. Agar dipatuhi oleh semua
orang, maka hukum tersebut harus dilengkapi dengan sanksi.

1.1.2 CIRI – CIRI


Mengatur setiap perilaku masyarakat

Ciri-ciri hukum yang pertama adalah mengatur tingkah laku masyarakat. Baik hukum
nasional maupun hukum internasional. Hukum harus memiliki sifat yang mengatur. Hal yang
diatur dalam hukum tersebut adalah mengatur manusia di dalam lingkungan masyarakat,
pergaulan dan etika dalam bersosialisasi.

2. Hukum bersifat memaksa

Ciri-ciri hukum yang fundamental adalah memiliki sifat yang memaksa serta mengikat.
Maksudnya adalah hukum yang berlaku harus dipatuhi dan ditaati oleh semua orang. Sifatnya
wajib bagi semua lapisan masyarakat.

3. Mengandung sebuah larangan dan perintah


Berisi aturan larangan dan/atau perintah merupakan salah satu ciri-ciri hukum. Di dalam
hukum berisi beberapa hal perintah dan larangan yang harus dipatuhi serta dilaksanakan bagi
seluruh manusia.

4. Memiliki unsur perlindungan atau melindungi

Ciri-ciri hukum tak hanya memberikan perintah maupun larangan bagi semua orang, namun
juga harus memiliki sifat yang melindungi. Hukum dibuat dengan alasan agar masyarakat
tidak melakukan hal serta tindakan yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
Sehingga hukum harus memiliki sisi yang melindungi.

5. Adanya sanksi bagi pelanggar hukum

Hukum juga meliputi sanksi dan hukuman bagi para pelanggarnya. Ciri-ciri hukum satu ini
memberikan ketegasan bagi masyarakat agar tidak melanggar hukum karena dapat diberi
sanksi serta dijatuhi hukuman. Sanksi yang diberikan pun juga diatur oleh hukum yang
berlaku.

6. Hukum dibuat oleh pihak yang berwenang

Ciri-ciri hukum selanjutnya adalah hukum dibuat oleh pihak yang memang memiliki
wewenang dan kuasa dalam membuat, menyusun serta menetapkan hukum tersebut. Aturan
hukum yang boleh berlaku hanya hukum yang dibuat oleh lembaga atau badan resmi sesuai
dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
https://www.jurnalhukum.com/pengertian-hukum-unsur-unsur-ciri-ciri-dan-sifat-hukum/
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3921405/ciri-ciri-hukum-dan-penjelasannya-wajib-
diketahui-sebagai-warga-negara#:~:text=Ciri%2Dciri%20hukum%20yang
%20fundamental,wajib%20bagi%20semua%20lapisan%20masyarakat.&text=Berisi
%20aturan%20larangan%20dan%2Fatau,salah%20satu%20ciri%2Dciri%20hukum.

Anda mungkin juga menyukai