Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Disusun Oleh Kelompok 3:


1.
KATA PENGANTAR
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai negara hukum dan hak asasi manusia
(HAM). Negara hukum merupakan negara yang setiap tindakannya didasari pada peraturan-
peraturan yang sesuai dengan hukum yang sudah ditetapkan. Sementara itu, HAM adalah hak
yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak
yang tidak dapat dikurangi atau dihilangkan. Negara hukum dan HAM memiliki hubungan
yang erat, karena negara hukum harus menjamin dan melindungi HAM warga negaranya.
Makalah ini akan membahas tentang pengertian negara hukum, ciri-ciri negara
hukum, perwujudan negara hukum, pengertian HAM, dan perkembangan HAM di Indonesia.
Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan bahwa negara hukum harus dilandasi oleh hukum
dan keadilan bagi warga negaranya. Selain itu, negara hukum harus menjamin dan
melindungi HAM warga negaranya.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai
negara hukum dan HAM, serta pentingnya perlindungan HAM dalam suatu negara hukum.
Dalam hal ini, Indonesia sebagai negara hukum harus menjamin dan melindungi HAM warga
negaranya agar tercipta lingkungan hidup yang saling menghargai dan menaati hukum.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk sosial pasti saling berhubungan antara satu individu
dengan individu lainnya. Dalam perjalanannya, manusia membutuhkan hukum supaya
terjalin suatu hubungan yang harmonis. Pada dasarnya manusia secara alami terikat
oleh kaidah seperti norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma adat sebagai
aturan dalam kehidupannya. Akan tetapi norma-norma itu tidak cukup untuk
menjamin keberlangsungan kehidupan manusia karena tidak tegasnya sanksi bagi
yang melanggarnya sehingga kesalahan itu bisa terulang lagi, maka disusunlah suatu
hukum yang mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. Satjipto Raharjdo
bahwa tujuan dalam teori ilmu hukum yang menegaskan,
"Teori hukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan jaman nya ia sering kita
lihat sebagai jawaban yang diberikan terhadap pemasalahan hukum atau mengugat
suatu pemikiran hukum yang dominan pada suatu saat. Oleh karena itu, sekalipun ia
berkeinginan untuk mengutarakan suatu pemikiran secara universal, tetapi alangkah
baiknya kita senang tiasa waspada bahwa teori itu memiliki latar belakang pemikiran
yang demikian itu. Sehubungan dengan keadaan yang demikian itu sudah seharusnya
kita tidak boleh melepaskan teori-teori itu dari konteks waktu pemunculannya,
sebaiknya memahami latar belakang yang demikian itu."
Pada hakikatnya tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Hukum berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia sebagai makhluk sosial,
dan mewujudkan keadilan dalam hidup bersama. Hak asasi manusia (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat dikurangi atau
dihilangkan.
HAM dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang
dilahirkan dari sejarah peradaban manusia. Hak asasi manusia merupakan hak setiap
warga negara Indonesia yang telah dilindungi oleh negara. Hak asasi manusia
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Hak asasi
manusia (human rights) adalah hak yang melekat pada manusia, dimana manusia juga
dianugerahi akal pikiran dan hati Nurani. Hak asasi manusia (HAM) merupakan Hak
illahi, yang tidak diberikan oleh manusia dan tidak pula diberikan oleh Undang-
undang.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja yang meliputi kilas balik negara?

2. Apa pengertian sistem hukum?

3. Apa saja Macam-macam sistem hukum di dunia?

4. Apa pengertian Hak Asasi Manusia?

5. Bagaimana hubungan Hukum dan HAM?

6. Apa kasus yang berkaitan dengan Hukum dan HAM?

7. Bagaimana cara menyikapi sebagai bangsa yang tinggal di negara yang memiliki
Sistem Hukum dan HAM?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui Kilas Balik Negara

2. Mengetahui apa itu sistem hukum

3. Mengetahui macam macam sistem hukum di dunia.

4. Mengetahui apa itu Hak Asasi Manusia

5. Mengetahui Hubungan Hukum dan HAM

6. Memperlajari kasus kasus yang berkaitan dengan sistem hukum negara dan HAM
BAB II

PEMBAHASAN

1. KILAS BALIK NEGARA

 Forum Pelajar Sadar Hukum dan Hak Asasi Manusia (FPSH HAM) diadakan
oleh Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020.

 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) merupakan


kementerian yang bertanggung jawab atas administrasi pendirian perusahaan,
dokumen imigrasi, hak kekayaan intelektual, serta masalah koreksi dan hak asasi
manusia.

 Pada peringatan Hari Dharma Karya Dhika, Menteri Hukum dan HAM
menyampaikan pesan kepada masyarakat, bangsa, dan negara mengenai
pengabdian.

 Kesehatan merupakan aspek fundamental dan indikator kemajuan suatu negara.

 Kementerian Hukum dan HAM juga terlibat dalam studi mengenai warga negara
Indonesia yang dideportasi di Propinsi Kalimantan Barat.

 Komnas HAM RI menolak hukuman mati karena melanggar hak atas hidup dan
hak untuk bebas dari penyiksaan, serta tidak sesuai dengan prinsip hak asasi
manusia, kemanusiaan, dan Pancasila.

2. SISTEM HUKUM
Dalam lingkup hukum, untuk memahami sistem yang bekerja, maka pendapat dari
Lawrence M. Friedman dapat dijadikan batasan, yaitu sistem hukum dapat dibagi ke dalam
tiga komponen atau fungsi, yaitu komponen struktural, komponen substansi dan komponen
budaya hukum. Ketiga komponen tersebut dalam suatu sistem hukum saling berhubungan dan
saling tergantung.
Pada komponen struktural akan dijelaskan tentang bagian-bagian sistem hukum yang
berfungsi dalam suatu mekanisme kelembagaan, yaitu lembaga lembaga pembuat undang-
undang, pengadilan dan lembaga-lembaga lain yang memiliki wewenang sebagai penegak dan
penerap hukum. Hubungan antara lembaga tersebut terdapat pada UUD 1945 dan
amandemennya.
Komponen substansi berisikan hasil nyata yang diterbitkan oleh sistem hukum. Hasil
nyata ini dapat berwujud in concerto (kaidah hukum individual) dan in abstraco (kaidah
hukum umum). Disebut kaidah hukum individual karena kaidah-kaidah tersebut berlakunya
hanya ditujukan pada pihak-pihak atau individu-individu tertentu saja, contohnya
1. Putusan yang ditetapkan oleh pengadilan, misalnya seseorang diputuskan dihukum selama 5
tahun karena telah melakukan pembunuhan.
2. Keputusan (bestuur) yang dikeluarkan oleh pemerintah, misalnya seseorang yang diberi izin
untuk melakukan impor bahan makanan atau seseorang yang diberi izin untuk mengemudikan
kendaraan bermotor (diberi SIM).
3. Panggilan yang dilakukan oleh Kepolisian, yaitu seseorang yang dipanggil untuk keperluan
memberi keterangan kepada polisi.
4. Persetujuan dalam suatu perjanjian, misalnya seseorang yang akan menyerahkan haknya
(dalam bentuk jual beli atau sewa), atau seseorang yang harus menyerahkan kewajibannya
(dalam membayar sewa atau piutang).
Pada kaidah hukum yang in-abstraco, merupakan kaidah umum yang bersifat abstrak
karena berlakunya kaidah semacam itu tidak ditujukan kepada individu-individu tertentu
tetapi kaidah ini ditujukan kepada siapa saja yang dikenai perumusan kaidah umum tersebut.
Kaidah ini dapat dibaca pada perumusan berbagai UU yang ada. Dari contoh kedua kaidah
tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum in abstraco adalah menyangkut aturan-aturan
hukum baik yang berupa UU atau bentuknya yang lain. Sedangkan hukum in-concreto adalah
keputusan atau putusan dalam kasus-kasus konkret yang mempunyai kekuatan mengikat
karena sah menurut hukum.

3. MACAM MACAM SISTEM HUKUM DI DUNIA

A. Sistem Hukum Eropa Kontinental


Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan yang sering disebut
sebagai “Civil Law”. Sebenarnya semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI Sebelum Masehi.
Peraturan-peraturan hukumnya merupakan kumpulan dari pelbagai kaidah hukum yang ada
sebelum masa Justinianus yang kemudian disebut “Corpus Juris Civilis”. Dalam
perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada Corpus Juris Civilis itu
dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa Daratan, seperti
Jerman, Belanda, Perancis, dan Italia, juga Amerika Latin dan Asia termasuk Indonesia pada
masa penjajahan pemerintah Belanda.

Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental itu ialah “hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang
berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau kompilasi
tertentu”. Prinsip dasar itu dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan
hukum adalah “kepastian hukum”. Dan kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau
tindakan-tindakan hukum manusia di dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-
peraturan hukum yang tertulis. Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang
dianut, maka hakim tidak dapat leluasa untuk menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat umum. Hakim hanya berfungsi “menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan
dalam batas-batas wewenangnya”. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya
mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins Res Ajudicata).
Sejalan dengan pertumbuhan negara-negara nasional di Eropa, yang bertitik tolak
kepada unsur kedaulatan (sovereignty) nasional termasuk kedaulatan untuk menetapkan hukum,
maka yang menjadi sumber hukum di dalam sistem hukum Eropa Kontinental adalah undang-
undang yang dibentuk oleh pemegang kekuasaan legislatife. Selain itu juga diakui “peraturan-
peraturan” yang dibuat pegangan kekuasaan eksekutif berdasarkan wewenang yang telah
ditetapkan oleh undang-undang (peraturan-peraturan hukum administrasi negara) dan
kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh masyarakat selama tidak
bertentangan dengan undang-undang. Berdasarkan sumber-sumber hukum itu, maka sistem
hukum Eropa Kontinental penggolongannya ada dua yaitu penggolongan ke dalam bidang
“hukum publik” dan hukum privat”. Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang
mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara
masyarakat dan negara. Termasuk dalam hukum publik ini adalah :

1) Hukum Tata Negara


2) Hukum Administrasi Negara
3) Hukum Pidana

Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan


antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Termasuk dalam
hukum privat ialah :

1) Hukum Sipil
2) Hukum Dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, maka batas-batas yang jelas
antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan, karena :

a. Terjadinya proses sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya
bidang-bidang kehidupan masyarakat yang walaupun pada dasarnya memperlihatkan
adanya unsur “kepentingan umum/masyarakat” yang perlu dilindungi dan dijamin.
Misalnya bidang Hukum Perburuhan dan Hukum Agraria.
b. Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang sebelumnya
hanya menyangkut hubungan perorangan. Misalnya bidang perdagangan, bidang
perjanjian dan sebagainya.
B. Sistem Hukum Anglo Saxis (Anglo Amerika)

Sistem hukum Anglo Saxon, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Anglo Amerika”,
mulai berkembang di Inggris pada abad XI yang sering disebut sebagai sistem “Common Law”
dan sistem “Unwritten Law” (tidak tertulis). Walaupun disebut sebagai unwritten law tetapi
tidak sepenuhnya benar, karena di dalam sistem hukum ini dikenal pula adanya sumber-sumber
hukum yang tertulis (statutes). Sistem hukum Anglo Amerika ini dalam perkembangannya
melandasi pula hukum positif di negara-negara Amerika Utara, seperti Kanada dan beberapa
negara Asia yang termasuk negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia selain di
Amerika Serikat sendiri.
Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Amerika ialah “putusan-putusan
hakim/pengadilan” (judicial decision). Melalui putusan-putusan hakim yang mewujudkan
kepastian hukum, maka prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan menjadi kaidah
yang mengikat umum. Di samping putusan hakim, maka kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-
peraturan tertulis undang-undang dan peraturan administrasi negara diakui, walaupun banyak
landasan bagi terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-putusan di
dalam pengadilan. Sumber-sumber hakim itu (putusan hakim, kebiasaan dan peraturan
administrasi negara) tidak tersusun secara sistematik dalam hirarki tertentu seperti pada sistem
hukum Eropa Kontinental. Selain itu juga di dalam sistem hukum Anglo Amerika adanya
“peranan” yang diberikan kepada seorang hakim berbeda dengan sistem hukum Eropa
Kontinental. Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan
menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja, melainkan peranannya sangat besar yaitu
membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas
untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru
yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.
Sistem hukum Anglo Amerika menganut suatu doktrin yang dikenal dengan nama “the
doctrine of precedent / state decisis “ yang pada hakikatnya menyatakan bahwa dalam
memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya kepada prinsip
hukum yang sudah ada di dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya (preseden).
Dalam hal tidak lain ada putusan hakim lain dari perkara atau putusan hakim yang telah ada
sebelumnya kalau dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka hakim dapat
menetapkan putusan baru berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat (common
sense) yang dimiliknya. Melihat kenyataan bahwa banyak prinsip-prinsip hukum yang timbul
dan berkembang dari putusan-putusan hakim untuk suatu perkara atau kasus yang dihadapi,
maka sistem hukum Anglo Amerika secara berlebihan sering disebut juga sebagai Case Law.
Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula pembagian
“Hukum publik dan hukum privat”. Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir
sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sedangkan bagi
hukum privat pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Anglo Amerika agak berbeda
dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Kalau di dalam sistem
hukum Eropa Kontinental “ hukum privat lebih dimaksudkan sebagai kaidah-kaidah hukum
perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu”, maka bagi
sistem Hukum Anglo Amerika pengertian “hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah
hukum tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of persons), hukum
perjanjian (laws of contract) dan hukum tentang perbuatan melawan hukum (laws of torts) yang
tersebar di dalam peraturan-peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan hukum kebiasaan.

4. HAK ASASI MANUSIA


Dalam pemahaman negara hukum, jaminan hak asasi manusia dianggap sebagai ciri
yang mutlak harus ada di setiap negara yang dapat disebut rechtsstaat. Bahkan dalam
perkembangan selanjutnya, jaminan-jaminan hak asasi manusia itu juga diharuskan tercantum
dengan tegas dalam undang-undang dasar atau konstitusi tertulis negara demokrasi
konstitusional (constitutional democracy). Jaminan tersebut dianggap sebagai materi
terpenting yang harus ada dalam konstitusi, di samping materi ketentuan lainnya, seperti
format kelembagaan dan pembagian kekuasaan negara serta mekanisme hubungan antar
lembaga negara. Menurut pandangan Rawls, masyarakat sebagai sebuah lembaga kerja sama
sosial hanya bisa berkembang dengan baik apabila hak-hak dasar warga negara diberi tempat
dan dilindungi oleh pelaksana negara (pemerintah) melalui konstitusi. Dengan demikian,
keadilan hanya bisa dilegalkan pada negara yang demokratis. Negara yang demokratis
menghendaki bahwa setiap pribadi mempunyai kesempatan yang sama untuk berjuang dan
merasakan keadilan. Ada pesan moral yang disampaikan oleh Rawls yang secara mendasar
ditandai oleh dua kemampuan moral. Pertama, kemampuan untuk mengerti dan bertindak
berdasarkan rasa keadilan dan dengan itu pula ia didorong untuk mengusahakan suatu kerja
sama sosial. Kedua, kemampuan untuk membentuk, merevisi, dan secara rasional
mengusahakan terwujudnya konsep yang baik, yang mendorong semua orang untuk
mengusahakan terpenuhinya dan manfaat-manfaat primer bagi dirinya.8 Indonesia sebagai
negara hukum telah memberikan jaminan hak-hak asasi manusia dalam amandemen Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Selanjutnya, jaminan hak asasi
tersebut juga telah dituangkan ke dalam peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran
lebih lanjut dari undang-undang dasar, salah satunya adalah UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Konsep kewajiban pada awalnya merupakan suatu konsep khusus dari
lapangan moral yang menunjuk kepada norma moral dalam hubungannya dengan individu
terhadap siapa tindakan tertentu diharuskan atau dilarang oleh norma tersebut. “Seseorang
individu mempunyai kewajiban moral, atau diwajibkan menurut moral, untuk melakukan
suatu perbuatan” mengandung arti bahwa ada suatu norma yang valid yang memerintahkan
perbuatan ini, atau bahwa individu tersebut harus berbuat menurut cara tersebut. Konsep
“kewajiban” biasanya dibedakan dari konsep “hak”. Istilah “hak” mengandung makna yang
sangat berbeda. Konsep ini harus didefinisikan dari sudut pandang teori hukum murni. Hak
hukum mensyaratkan kewajiban hukum dari seseorang lainnya. Kewajiban ini ada dengan
sendirinya yaitu berbicara tentang suatu hak atas perbuatan dari seseorang lainnya. Seorang
kreditur mempunyai hak hukum untuk menuntut debiturnya membayar sejumlah uang, jika si
debitur diwajibkan menurut hukum, yakni mempunyai kewajiban hukum untuk membayar
sejumlah uang tersebut. Hubungan antara kewajiban negara memberikan jaminan hak asasi
dengan hak warga negara mendapatkan jaminan hak asasi tersebut dapat dilihat melalui
proses terbentuknya negara itu sendiri. Salah satu teori yang dapat dijadikan acuan adalah
teori perjanjian masyarakat.
Berdasarkan teori perjanjian masyarakat yang dikemukakan oleh John Locke,
terdapat dua macam proses perjanjian masyarakat yang disebutnya sebagai Second Treaties of
Civil Government. Dalam traktat yang pertama adalah perjanjian antara individu dengan
individu warga yang ditujukan untuk terbentuknya masyarakat politik dan negara yang
disebut sebagai Pactum Unionis.
“Men by nature are all free, equal, and independent, no one can be put out on this
stage, and subjected to the political power another, without his own consent, which other men
to join and unite into a community for their comfortable, safe, peaceable, living one amongst
another …”
Dalam traktat selanjutnya, yang disebut sebagai Pactum Subjectionis, Locke melihat
bahwa pada dasarnya setiap persetujuan antar individu tadi (pactum unionis) terbentuk atas
dasar suara mayoritas. Dikarenakan setiap individu selalu memiliki hak-hak yang tak
tertanggalkan yaitu, life, liberty, serta estate, maka adalah logis jika tugas negara adalah
memberikan Perlindungan kepada masingmasing individu.
Dengan demikian, berdasarkan teori perjanjian masyarakat, negara memiliki
kewajiban untuk memberikan jaminan hak asasi kepada warga negaranya sebagai
konsekuensi keberadaan negara itu sendiri. Dalam kaitan ini, jaminan Perlindungan bagi
setiap orang (warga negara) dari penghilangan paksa merupakan kewajiban negara sebagai
akibat yang timbul dari perjanjian masyarakat yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alenia IV yaitu “...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia...”.
Jaminan Perlindungan hak-hak warga negara memerlukan hukum sebagai sistem
yang memberikan pedoman implementasi Perlindungan atas hak-hak tersebut serta
mekanisme sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi. Hukum adalah tata aturan (order)
sebagai suatu sistem aturan-aturan (rules) tentang perilaku manusia. Dengan demikian hukum
tidak menunjuk pada satu aturan tunggal (rule), tetapi seperangkat (rules) yang memiliki suatu
kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem. Konsekuensinya adalah tidak
mungkin memahami hukum jika hanya memperhatikan satu aturan saja. Dengan demikian,
dalam memberikan jaminan pelaksanaan Perlindungan hak-hak warga negara yang dijamin
Undang-Undang Dasar 1945 sudah sepatutnya dilakukan pembangunan hukum nasional
dengan memperhatikan norma-norma yang berkembang di masyarakat maupun instrumen-
instrumen hukum internasional.
Pernyataan bahwa hukum adalah suatu tata aturan tentang perilaku manusia tidak
berarti tata hukum (legal order) hanya terkait dengan perilaku manusia, tetapi juga dengan
kondisi tertentu yang terkait dengan perilaku manusia. Suatu aturan menetapkan pembunuhan
sebagai delik terkait dengan tindakan manusia dengan kematian sebagai hasilnya. Kematian
bukan merupakan tindakan, tetapi kondisi fisiologis. Setiap aturan hukum mengharuskan
manusia melakukan tindakan tertentu atau tidak melakukan tindakan tertentu dalam kondisi
tertentu. Kondisi tersebut tidak harus berupa tindakan manusia tetapi dapat juga berupa suatu
kondisi. Namun, kondisi tersebut baru dapat masuk dalam suatu aturan jika terkait dengan
tindakan manusia baik sebagai kondisi atau sebagai akibat. Dalam kaitannya dengan
penghilangan paksa, hilang atau tidak diketahuinya keberadaan seseorang merupakan kondisi
fisiologis, sementara penghilangan dengan paksa merupakan tindakan. Tindakan
penghilangan paksa menimbulkan kondisi hilang atau tidak diketahuinya keberadaan
seseorang. Masalah hukum sebagai ilmu adalah masalah teknik sosial, bukan masalah moral.
Tujuan dari suatu sistem hukum adalah mendorong manusia dengan teknik tertentu agar
bertindak dengan cara yang ditentukan oleh hukum. Pembedaan antara hukum dengan tatanan
norma sosial lain dapat dilihat dari sudut fungsinya sebagai motivasi langsung atau tidak
langsung. Konsekuensi dalam bentuk sanksi berupa hukuman dan imbalan, monopoli
penggunaan sanksi, dan faktor kepatuhan terhadap norma. Oleh karena itu, ratifikasi
Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua Orang dari Penghilangan Paksa
merupakan upaya mendorong aparatur negara secara khusus dan masyarakat secara umum
agar bertindak dengan cara yang ditentukan oleh hukum dalam hal ini untuk tidak melakukan
penghilangan paksa

5. HUBUNGAN HUKUM DAN HAM

Sri Soemantri menjelaskan bahwa konstitusi sebagai dasar negara setidaknya


berisi 3 (tiga) muatan pokok materi. Pertama, jaminan terhadap HAM dan warga
negara. Kedua, ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental. Ketiga, pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
sifatnya fundamental.

Eksistensi konstitusi membawa pada keadaan di mana pemerintah tidak dapat


sewenang- wenang dalam menjalankan administrasi negara. Dengan adanya
konstitusi, perlindungan HAM menjadi filosofi dalam negara hukum. Artinya,
dalam sebuah negara hukum, perlindungan HAM adalah sebuah keniscayaan.
HAM kemudian semakin menemukan ruangnya dalam sistem politik hukum
demokrasi. Hal tersebut disebabkan karena HAM dan demokrasi adalah konsepsi
kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di
dunia. HAM dan demokrasi dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia
untuk mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya. Pada faktanya,
hingga saat ini hanya konsepsi HAM dan demokrasi yang terbukti paling
mengakui dan menjamin harkat kemanusiaan.

Perlindungan terhadap HAM dalam negara hukum juga terwujud dalam bentuk
konstitusi dan undang-undang, yang kemudian penegakannya dilakukan melalui
badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman
dalam negara hukum adalah kekuasaan yang bebas dan merdeka, dalam
pengertian lain terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Pihak eksekutif,
legislatif, pihak atasan langsung hakim tidak memiliki kewenangan untuk
mepengaruhi kehendaknya kepada hakim yang sedang mengurusi perkara.

Dari penjelasan tersebut terlihat jelas hubungan HAM dengan negara hukum,
yakni sebuah hubungan yang bukan hanya dalam bentuk formal, melainkan juga
hubungan tersebut dilihat secara materil. Hubungan secara formal terlihat dari
perlindungan HAM merupakan ciri utama konsep negara hukum. Sedangkan
hubungan secara materil digambarkan dengan setiap tindakan penyelenggara
negara harus berpedoman pada aturan hukum sebagai asas legalitas. Konstruksi
tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya seluruh kebijakan dan sikap
maupun tindakan penguasa bertujuan untuk melindungi HAM. Kekuasaan
kehakiman yang bebas dan merdeka tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan mana pun
juga merupakan wujud perlindungan dan penghormatan terhadap HAM dalam
negara hukum.

Anda mungkin juga menyukai