Anda di halaman 1dari 5

DRAF TEKNOPAD EKSTRAK

CINTA

DASAR TEORI

Perlu dilakukan penelitian ektraksi sampel dengan menggunakan beberapa


metode agar dapat mengetahui berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat sebagai
obat, serta efek berlawanan yang ditimbulkan.
Di mana ekstraksi sampel adalah penarikan suatu zat aktif atau komponen
yang larut dalam serbuk simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dalam
mengektraksi suatu sampel tanaman dapat dilakukaan dengan beberapa metode
yaitu dastilasi uap air, refluks, maserasi, perkolasi ataupun soxhletasi. Pengujian
harus dilakukan dengan menggunakan beberapa metode untuk membuktikan hasil
yang didapatkan telah sesuaii ataupun akurat.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetim-bangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal
untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan
ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan uku-ran molekul yang sama (Mukhriani,
2014).
Metode dasar dari ekstraksi adalah maserasi dan perkolasi. Biasanya
metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi, dan 4
kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati
sempurna dari obat (Ibtisam, 2015).
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku secara
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa latin, artinya merendam) :
adalah sediaan cair yang dibuat secara mengekstraksi bahan nabati yaitu
direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air,
misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan
dalam buku resmi kefarmasian (Desta, 2014)
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu,
kerusakan pada komponen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara
maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan penyariaanya kurang sempurna.
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan serbuk simplisia dengan derajat
halus tertentu sebanyak 10 bagian kedalam bejana maserasi (toples), kemudian
ditambah 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, sambil berulang – ulang diaduk.
Setelah 3 hari, disaring kedalam bejana penampung, kemudian ampas diperas
dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi
sehingga diperoleh sari yang maksimal. Sari yang diperoleh dipekatkan dengan
rotavapor. (Ichwan, 2014)
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, stirak dan lilin. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah
cara pengerjaan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. kerugiannya
adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna. (Adnan, M.
2013.)
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah
merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama
beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini
dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun
hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa
campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat
“tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut
organik). (Vallisuta, 2013).
Vallisuta, O. (2013). Drug Discovery Research in Pharmacognosy. Shanghai : InTech. P.30-32.
Mahardhitya, M.R., dan Parwanto, M.L..E. 2018. Krim Ekstrak Daun Lantana camara Linn.
4% Stabil Setelah Disimpan 1 Tahun. Jurnal Biomedika an Kesehatan. 1(1): 50-57.

Adnan, M. 2013.“Penuntun Praktikum Fitokimia I”UMI : Makassar


Desta, Nurhayati, dkk. 2014. Ekstraksi Katekin Dari Daun Gambir (Uncaria gambir
Roxb) Dengan Metode Maserasi. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2.
Ibtisam, 2015. Optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Menggunakan Metode Perkolasi Dengan Parameter Kadar Total Senyawa
Fenolik Dan Flavonoid. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Ichwan, R., 2014. Ekstraksi Andrografolid Dari (Burm.F.) Nees Menggunakan
Ekstraktor Soxhlet. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal, Vol.
4, No. 1 : 85-92.

Mukhriani, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Jurnal Kesehatan, Vol. VII, No.2.

PEMBAHASAN
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi, sokhletasi,
dan perkolasi. Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang
kita gunakan. Jika senyawa yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka
metoda maserasi dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan terhadap pemanasan
maka metoda refluktasi dan sokletasi yang digunakan. (Ichwan, R., 2014)
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya
merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair
yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya
etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku
resmi kefarmasian.
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan panas ataupun tahan panas. Maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. (Parwanto, M. 2016)
Maserat tersebut dimasukkan ke tomples dan ditutup menggunakan aluminium
hal ini dilakukan agar terlindung dari cahaya. Penggunaan aluminium tersebut juga
karena agar sampel tersebut terlindung dari cahaya dan debu yang masuk. Untuk sampel
yang sudah dituangkan ke toples dan dijemur lalu digunakan kain hitam ini bergunaagar
terlindungi dari cahaya karena terdapat baanyak senyawa tumbuhan termasuk atau
komponen aktif dalam sampel ini sensitive terhadap cahaya, oleh karena itu dihindari
cahaya yang masuk dengan menggunakan kain hitam. Penutupan dengan aluminium dan
penjemuran dengan kain hitam juga bertujuan untuk melindungi sampel dari paparan
cahaya yang dapat mengakibatkan degradasi atau perubahan kimia yang tidak diinginkan.
Dalam beberapa kasus, proses maserasi mungkin memerlukan suhu yang lebih tinggi
untuk meningkatkan ekstraksi senyawa tertentu. Penjemuran di bawah sinar matahari juga
dapat berkontribusi pada pemanasan sampel, yang dapat meningkatkan efisiensi
ekstraksi . (NMP Susanti. 2014)
Terdapat alat tambahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu rotary
evaporator ,water bath dan oven ketiga alat ini berfungsi untuk pemanasan dan kontrol
suhu ni memungkinkan pengguna untuk menjaga suhu ekstraksi dalam rentang yang
diinginkan. Suhu yang konstan dan terkendali penting dalam banyak proses ekstraksi,
karena suhu dapat memengaruhi laju reaksi dan kualitas ekstraksi, terdapat juga
Stabilitas, stabilitas ini penting untuk menjaga kondisi reaksi yang konsisten selama
proses ekstraksi. (Mariyatul Q, 2019)
Water bath shaker juga dilengkapi dengan mekanisme agitasi yang menggoyangkan
sampel di dalam air mandi. Goyangan ini membantu dalam pencampuran sampel dengan
pelarut atau reagen ekstraksi, memastikan bahwa ekstraksi senyawa yang diinginkan
terjadi secara efisien. Agitasi juga dapat membantu dalam memecah sampel atau material
yang diekstraksi untuk meningkatkan luas permukaan kontak dengan pelarut. Dengan
mengatur suhu dan kecepatan goyangan, water bath shaker memungkinkan pengguna
untuk mengendalikan waktu ekstraksi secara akurat. Hal ini berguna dalam
mengoptimalkan ekstraksi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Penggunaan water
bath shaker membantu menjaga reproduksibilitas dalam proses ekstraksi. Dengan kondisi
yang konsisten, eksperimen yang berulang dapat menghasilkan hasil yang serupa, yang
penting dalam penelitian ilmiah atau pengujian laboratorium. (Mariyatul Q, 2019)

Parwanto, M.L.E., Mahyunis., Senjaya, H., Edy, H.J., Syamsurizal. 2016. Fractionation and
Characterization of Proteins in Lumbricus rubellus Powders. International Journal of Pharmceutical and
Clinical Reserch 8 (1): 15-21

Mariyatul ,Q. 2019. Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Ekstraksi


Metode Maserasi Dinamik (Water-Bath Shaker) Terhadap Rendemen
Ekstrak dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Stevia rebaudiana
Bert. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
NMP Susanti, Ina B, NK Warditiani. 2014. Skrining fitokimia
ekstrak etanol 90% daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.).
Jurnal Farmasi. UNUD

Anda mungkin juga menyukai