Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Gambar Keterangan

Eksrak Daun Salam

Ekstrak Daun Kersen

4.2. Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat
tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran,
biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Bahan yang akan diekstrak
biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk
atau simplisia (Sembiring, 2007).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan
pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang
masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan
dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada fase
pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel yang telah pecah pada
proses penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-mula terjadi
pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka selulosa dinding sel
sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar yang menyebabkan pelarut dapat
dengan mudah masuk kedalam sel. Bahan isi sel kemudian terlarut ke dalam
pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya
gaya yang ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat
di dalam dan di luar sel (Voigt, 1995)
Pada percobaan ini digunakan daun Kersen sebagai bagian tanaman yang
digunakan sebagai bahan baku simplisia adalah Muntingia calabura L.
Pengumpulan simplisia dilakukan dengan sebanyak 500 gram , kemudian dicuci
dengan air bersih yang mengalir dan dibersihkan dari pengotor seperti debu, serta
bagian lain yang tidak dibutuhkan, selanjutnya bahan dikeringkan dibawah sinar
matahari tidak langsung agar zat yang tidak tahan panas tidak rusak. Simplisia
kering yang dihasilkan kemudian dihaluskan dan disimpan dalam wadah yang
bersih dan tertutup rapat.
Ekstraksi dilakukan terhadap 200 gram serbuk simplisia daun Kersen dengan
cara maserasi menggunakan pelarut campur etil asetat secukupnya. Filtrat
remaserasi yang ke 3 dipantau dengan skrining bagaimana kandungan senyawa
yang terdapat pada hasil ekstraksi tersebut menggunakan cara skrining penentuan
setiap metabolit sekunder. Ekstrak pekat yang diperoleh diuapkan menggunakan
penangas air pada suhu 50-70-oC.
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan
pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan
rendah atau tanpa adanya proses pemanasan (Suharto et al., 2016).
Pada percobaan ini dilakukan ekstraksi daun kersen dengan metode
maserasi. Metode tersebut dipilih karena mudah dan sederhana. Maserasi
merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan pelarut
yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah
atau tanpa adanya proses pemanasan (Suharto et al., 2016).Percobaan ini
menggunakan penyari etanol 96%. Pelarut etanol 96 % adalah senyawa polar yang
mudah menguap sehingga baik digunakan sebagai pelarut ekstrak (Ardiyati,
2016).
Faktor faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis
pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, dan ukuran partikel. Senyawa aktif
saponin yang terkandung pada daun bidara akan lebih banyak dihasilkan jika
diekstraksi menggunakan pelarut metanol, karena metanol bersifat polar sehingga
akan lebih mudah larut dibandingkan pelarut lain (Suharto et al., 2016). Ekstraksi
dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat aktif yang
diekstrak tidak akan rusak (Pratiwi, 2010). Pada saat proses perendaman bahan
akan terjadi pemecahan dinding sel dan membran sel yang diakibatkan oleh
perbedaan tekanan antara luar sel dengan bagian dalam sel sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan pecah dan terlarut pada pelarut organik
yang digunakan (Novitasari dan Putri, 2016).
Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada
prosesnya, namun dengan menggunakan suhu ruang memiliki kelemahan yaitu
proses ekstraksi kurang sempurna yang menyebabkan senyawa menjadi kurang
terlarut dengan sempurna. Dengan demikian perlu dilakukan modifikasi suhu
untuk mengetahui perlakuan suhu agar mengoptimalkan proses ekstraksi
(Ningrum, 2017). Kelarutan zat aktif yang diekstrak akan bertambah besar dengan
bertambah tingginya suhu. Akan tetapi, peningkatan suhu ekstraksi juga perlu
diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
bahan yang sedang diproses (Margaretta et al., 2011).
Asih & Pratiwi. (2010). Perilaku prososial ditinjau dari empati dan kematangan
emosi. Jurnal Psikologi, 1, No. 1.

Ardiyati, R. (2016). ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS XI IPA SMAN 1


KASIHAN MEMPELAJARI MATERI LIMIT FUNGSI 2013/2014.
UNY, 13. Retrieved from http://docplayer.info/40740134-
analisiskesulitan-siswa-kelas-xi-ipa-sman-1- kasiahan-mempelajari-
materi-limit-fungsi2013-2014-jurnal.htm

Ningrum, M.P. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Maserasi terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Merah (Euchema
cottonii). Tesis. Tidak dipublikasikan. Fakultas Teknologi Pertanian.

Novitasari, A.E. dan D.Z. Putri. 2016. Isolasi dan identifikasi saponin pada
ekstrak daun mahkota dewa dengan ekstraksi maserasi. Jurnal Sains.
6(12):10-14.

Sembiring B. 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat.


Warta Puslitbangbun Vol 13 No 12 Agutus 2007.
Balitro.litbang.depta.go.id (dikses 30 Juni 2017).

Suharto, M.A.P., H.J. Edy dan J.M. Dumanauw. 2016. Isolasi dan identifikasi
senyawa saponin dari ekstrak metanol batang pisang ambon (Musa
paradisiaca var. sapientum L.). Jurnal Sains. 3(1):86-92.

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani
N. S., UGM Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai