Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI II
“METODE ESKTRAKSI MASERASI DAUN BIDARA”

Dosen pengampu :
1. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt
2. Yulianita, M.Farm.
3. Novi Fajar Utami,M.Farm.,Apt
4. Marybeth Tri R.H, M.Farm., Apt
5. Fitria Dewi Sulistyono, M.Si

Asisten Dosen : Riffa Kurnia M

Disusun Oleh:
SITI NAFSIATUL MUTMAINAH
066119019
4A FARMASI

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Mengetahui cara pembuatan ekstrak dengan metode ekstraksi maserasi

1.2 Dasar Teori


Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Anonim,
1986) Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan
dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor faktor yang
mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan
dan pelarut, dan ukuran partikel. Senyawa aktif saponin yang terkandung pada daun
bidara akan lebih banyak dihasilkan jika diekstraksi menggunakan pelarut metanol,
karena metanol bersifat polar sehingga akan lebih mudah larut dibandingkan pelarut
lain (Suharto et al., 2016).
Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat
aktif yang diekstrak tidak akan rusak (Pratiwi, 2010). Pada saat proses perendaman
bahan akan terjadi pemecahan dinding sel dan membran sel yang diakibatkan oleh
perbedaan tekanan antara luar sel dengan bagian dalam sel sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan pecah dan terlarut pada pelarut organik
yang digunakan (Novitasari dan Putri, 2016).
Pembuatan ekstrak secara maserasi merupakan proses paling cepat dimana
digunakan untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga
meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat –zatnya akan larut (Ansel, 1985;
Voigt, 1971)
Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada
prosesnya, namun dengan menggunakan suhu ruang memiliki kelemahan yaitu
proses ekstraksi kurang sempurna yang menyebabkan senyawa menjadi kurang
terlarut dengan sempurna. Dengan demikian perlu dilakukan modifikasi suhu untuk
mengetahui perlakuan suhu agar mengoptimalkan proses ekstraksi (Ningrum,
2017). Kelarutan zat aktif yang diekstrak akan bertambah besar dengan bertambah
tingginya suhu. Akan tetapi, peningkatan suhu ekstraksi juga perlu diperhatikan,
karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang
sedang diproses (Margaretta et al., 2011).
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi yaitu waktu
maserasi. Semakin lama waktu maserasi yang diberikan maka semakin lama kontak
antara pelarut dengan bahan yang akan memperbanyak jumlah sel yang pecah dan
bahan aktif yang terlarut (Wahyuni dan Widjanarko, 2015). Kondisi ini akan terus
berlanjut hingga tercapai kondisi kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
bahan dengan konsentrasi senyawa pada pelarut. Yulianingtyas dan Kusmartono
(2016)
BAB II
METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Beaker Glass
2. Botol Gelap
3. Botol Maserasi 500 Ml
4. Corong
5. Erlenmeyer 100 Ml
6. Gelas Ukur (Pyrex)
7. Kertas Saring Kasar dan Ketas Saring Whatman No. 1
8. Labu evaporator
9. Pipet Volume dan Pipet Tetes
10. Rotary
11. Timbangan Analitik (Shimadzu)

2.1.2 Bahan
1. Aquades
2. Daun bidara
3. HCl 2N
4. Metanol
5. Petrolelum eter

2.2 Cara Kerja


1. Ditimbang 50 gram bubuk daun bidara
2. Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
3. Ditambahkan pelarut metanol sebanyak 300 ml (perbandingan bubuk
daun bidara dengan metanol yaitu 1:6)
4. Dilakukan penggojokan manual setiap 12 jam selama 5 menit,
5. Disaring ekstrak menggunakan kertas saring kasar yang menghasilkan
filtrat I dan ampas.
6. Kemudian ampas ditambahi pelarut sebanyak 50 ml digojog selama 5
menit
7. Disaring dengan kertas saring kasar dan menghasilkan filtrat II
8. Filtrat I dan II dicampur dan disaring dengan ketas saring Whatman No.
1
9. Dimasukkan ke dalam labu evaporator untuk dihilangkan pelarut yang
terdapat dalam ekstrak sehingga didapatkan ekstrak kental.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Npm Berat Simplisia Berat ekstrak % Rendemen
(gr) gram
066119019 500 50,3 10,06 %

3.2 Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% Rendemen = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
50,3
= x 100 % = 10,06 %
500

3.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan ekstaksi dengan metode maserasi,
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan
dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Prinsip maserasi
penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar,
terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari
setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, stirak dan lilin. Keuntungan cara penyarian dengan
maserasi adalah cara pengerjaan yang digunakan sederhana dan mudah
diusahakan. Sedangkan digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau
pelarut lain. kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya
kurang sempurna.
Tanaman bidara yang dikenal dengan nama latin Ziziphus
mauritiana L. merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat.
Tanaman bidara memiliki banyak kandungan yang bermanfaatnya. Salah
satunya saponin, Saponin tergolong senyawa glikosida kompleks yakni
metabolit sekunder yang terdiri dari senyawa hasil proses kondensasi suatu
gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan
menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Senyawa saponin
bersifat polar yaitu larut dalam air (hidrofilik). Senyawa aktif saponin yang
terkandung pada daun bidara akan lebih banyak dihasilkan jika diekstraksi
menggunakan pelarut metanol, karena metanol bersifat polar sehingga akan
lebih mudah larut dibandingkan pelarut lain. Rendemen merupakan hasil
bagi dari berat produk (ekstrak) yang dihasilkan dibagi dengan berat bahan
baku dikalikan dengan 100%. Rendemen menggunakan satuan persen (%).
Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak
yang dihasilkan semakin banyak.Persen Rendemen yang didapat dari
praktikum kali ini yaitu sebesar 10,06% dan persen rendemen yang didapat
dari jurnal yaitu 0,02% Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
suhu dan semakin lama waktu maserasi, maka semakin tinggi rendemen
yang diperoleh hingga tercapainya suhu dan waktu optimum.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan bisa disimpulkan bahwa:


1. Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan
dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan
2. Prinsip maserasi penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
3. Senyawa aktif saponin yang terkandung pada daun bidara akan lebih banyak
dihasilkan jika diekstraksi menggunakan pelarut metanol, karena metanol
bersifat polar sehingga akan
4. lebih mudah larut dibandingkan pelarut lainPersen Rendemen yang didapat
dari praktikum kali ini yaitu sebesar 10,06% dan persen rendemen yang
didapat dari jurnal yaitu 0,02%
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1, 11- 25, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta
Ansel, 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, 244 -271, 608 – 617, Universitas Indonesia
Press, Jakarta
Margaretta, S., Handayani, N. Indraswati dan H. Hindraso. 2011. Estraksi
senyawa phenolics Pandanus amaryllifolius Roxb. sebagai antioksidan alami.
Widya Teknik. 10(1):21-30.
Novitasari, A.E. dan D.Z. Putri. 2016. Isolasi dan identifikasi saponin pada
ekstrak daun mahkota dewa dengan ekstraksi maserasi. Jurnal Sains. 6(12):10-14
Ningrum, M.P. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Maserasi terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Merah (Euchema cottonii).
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang
Pratiwi, E. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi
Dan Reperkolasi Dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide Dari Tanaman
Sambiloto (Andrographis paniculata Nee). Skripsi. Tidak dipublikasikan. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suharto, M.A.P., H.J. Edy dan J.M. Dumanauw. 2016. Isolasi dan
identifikasi senyawa saponin dari ekstrak metanol batang pisang ambon (Musa
paradisiaca var. sapientum L.). Jurnal Sains. 3(1):86-92.
Wahyuni, D.T. dan S.B. Widjanarko. 2015. Pengaruh jenis pelarut dan lama
ekstraksi terhadap ekstrak karotenoid labu kuning dengan metode gelombang
ultrasonik. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2):390-401.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai