Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI 2
“EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DARI BONGGOL TANAMAN PISANG (Musa
paradiasciaca L.) DENGAN METODE REFLUKS”
Dosen Pengampu : 1. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt
2. Yulianita, M.Farm.
3. Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt.
4. Marybeth Tri R.H, M.Farm., Apt
5. Fitria Dewi Sulistyono, M.Si

Asisten Dosen : 1. Dede Nuraliyansyah


2. Riffa Kurnia Meidistina
3. Rani Meiliana W
4. Fitria Agnes Dharmayanti
5. Triyola Novriza
6. Yoanita Dwi Kushandayani

Disusun Oleh :
Lydia Evangelista
066119199
4F

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Melakukan ekstraksi metode refluks dari bonggol tanaman pisang (Musa
paradiasciaca L.)
1.2 Dasar Teori
Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah
dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. senyawa aktif yang terdapat dalam
berbagai senyawa dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid,
flavanoid dan lain-lain. dengan diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. (Markham 1988)
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan kembali
kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan dalam industri dan
laboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk memasok energi untuk
reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran reaksi cair ditempatkan
dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini terhubung ke kondensor
Liebig, seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan kembali ke didinginkan cair, dan jatuh
kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal kemudian dipanaskan keras untuk kursus
reaksi. Pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu
alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4  jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar,2010).  
Batang pisang yang berupa batang semu berpelepah berwarna hijau sampai
coklat. Jantung pisang yang merupakan bunga pisang berwarna merah tua keunguan. Di
bagian dalamnya terdapat bakal pisang. Bonggol pisang, yakni bagian terbawah
berwarna coklat dari batang semu yang berada di dalam tanah, mengandung banyak
cairan yang bersifat menyejukkan dan berkhasiat menyembuhkan. Batang pisang
ditebang, sampai dekat bonggolnya, kemudian pada bagian bonggol itu dikeruk seperti
ceruk. Dibiarkan semalam, besoknya sudah ada air menggenang. Air itulah yang
digunakan untuk minum oleh orang Palue. Bonggol pisang dimanfaatkan untuk
menetralkan tanah yang tingkat keasamannya tinggi. Bonggol pisang mengandung
unsur kalsium sebanyak 49% (Mariance 2011)
Proses untuk mengambil pigmen-pigmen penimbul warna yang berada di dalam
tumbuhan, baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji, ataupun akar. Proses
ekslorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Ekstraksi yang
benar dan tepat tergantung dari jenis senyawa, tekstur, dan kandungan air bahan
tumbuhan yang akan diekstraksi (Harbone, 1996). Ekstraksi serbuk kering jaringan
tumbuhan dapat dilakukan secara maserasi, refluks, atau sokletasi dengan menggunakan
pelarut yang tingkat kepolarannya berbeda-beda (Kristanti, 2008).
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Alat refluks
2. Erlenmeyer
3. Kertas saring
4. Timbangan analitik
5. Timbal
2.1.2 Bahan
1. Etanol
2. Serbuk bonggol pisang
2.2 Cara Kerja
1. Dimasukkan 50 gram serbuk bonggol pisang ke dalam labu alas bulat
2. Ditambahkan dengan etanol 250 mL
3. Dinyalakan alat refluks
4. Ditunggu hingga uap pelarut dan sampel dari labu alas bulat melewati kondensor
dan menjadi cair kembali
5. Dilakukan secara kontinyu selama 7 jam dengan pengulangan sebanyak 4 kali
6. Dipekatkan filtrat atau diuapkan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan

Berat Simplisia ( gram) Berat Ekstrak(gram) %Rendemen


500 14,01 2,803%

Berdasrkan Jurnal
Berat Ekstrak(gram) %Rendemen
0,46 1,84

3.2 Perhitungan
Berat simplisia; 500 gram
Berat ekstrak : 14,01 gram
berat ekstrak
% rendemen : x 100 %
berat simplisia
14,01
: x100% : 2,802%
500
3.3 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah melakukan ekstraksi pada bonggol tanaman pisang
dengan metode refluks. Refluks adalah ekstrasi dengan pemanasan menggunakan
pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dan adanya pendingin balik. Ekstraksi dapat berlangsung
dengan efisien dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik oleh pelarut.
Refluks biasa dilakukan untuk menarik zat dari sampel yang bersifat keras.
Praktikum kali ini menggunakan bonggol tanaman pisang dalam bentuk serbuk sebagai
sampel dengan berat 50 gram. Sampel kulit batang dimasukan ke dalam labua las bulat
dengan sebelumnya kondensor diisi dengan air. Kondensor berfungsi untuk
mendinginkan pelarut yang menguap sehingga cara ekstraksi ini menjadi hemat pelarut.
Labu alas bulat yang berisi sampel ditambahkan pelarut ethanol. Penggunaan pelarut ini
adalah untuk menarik senyawa dari sampel sehingga zat yang diinginkan dapat tertarik
kembali keluar. Ethanol digunakan karena sifatnya yang semi olar sehingga dapat
menarik berbagai senyawa baik polar maupun nonpolar kemudian ditambahkan dengan
batu didih ke dalam sampel. Batu didih ini berasal dari pecahan porselin, yang berfungsi
untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogeny di dalam alabu. Selain itu
untuk menghindari titik lewat didih dengan cara  menangkap udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan oleh pori-pori dalam batu didih sehingga timbul
gelembung-gelembung pada batu didih tanpa batu didih larutan fdapat mengalami super
heate atau kelebihan panas yang dapat menyebabkan ledakan. Labu alas bualat
diletakkan diatas heating mantles untuk memanaskan. Pemanasan dapat mempermudah
zat untuk keluar dari bentuk pokoknya. Penarikan zat ini memiliki prinsip menarik zat
pada suhu tinggi dengan pelarut volatile yang menguap pada suhu tinggi kemudian
didinginkan di dalam kondensor, pelarut yang berbentu uap diembunkan sehingga turun
ke dalam wadah yang menjaga pelarut tetap selama reaksi berlangsung.
Setelah pemanasan berlangsung selama 7 jam proses dihentikkan. Hasil ekstrak
didinginkan kemudian disaring, menggunakan kertas saring dan disimpan dalam wadah
penampung setelah itu filtrate diuapkan samapai didapatkan ekstrak kental,. Sampel
yang diapakai dlaam praktikum ini adalah kulit batang kayu jati yang sebelumnya telah
dikeringkan. Pengeringan ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air sehingga bobot
simplisia tutrun selain itu simpisia juga tidak ditumbuhi jamur dan kemudian simplisia
ukurannya diperkecil dan meningkatkan kontak dengan pelarut yang berpengaruh
terhadap jumlah filtrate yang nantinya dihasilkan. Proses ini dilakukan secara kontinyu
atau lebih tepattnya sebanyak 3 kali.
Sampel disaring agar zat zat pengotor seperti sisa sisa kulit kayu dapat hilang,
simplisia diuapkan agar pelarut dapat dihilangkan sehingga yang tersisa tinggal sari
pekat. Proses yang telah selesai akan menghasilkan ekstrak kental yang dapat diukur
persen rendamen. Rendamen merupakan perbandingan jumlah (kuantittas) ekstrak yang
dihasilkan dari ekstrak tanaman.
Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang mempunyai tekstur kasar, waktu yang digunakan lebih sebentar
dibandingkan metode maserasi, dan tahan pemanasan langsung.. Kekurangan dari
metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar,dan sejumlah
manipulasi dari operator, metode refluks tidak bisa digunakan pada senyawa yang
termolabil.
Setelah dilakukan ekstraksi, dihitung rendemen yang didapatkan, pada data
pengamatan praktikum didapatkan rendemen sebesar 2,083% sedangkan data
pengamatan dari jurnal didapatkan 1,84%. Hal ini berbeda karena berat simplisia yang
digunakan berbeda, rendemen pada praktikum lebih besar pada data pengamatan jurnal
karena serbuk yang digunakan lebih banyak. Kemungkinan faktor dari rendemen rendah
adalah pelarut yang digunakan kurang sesuai untuk mengekstraksi senyawa yang
terdapat dalam bonggol pisang. Ada pelarut lain yang memiliki titik didih rendah dan
monografi nya baik dalam menarik senyawa seperti heksana dan air. Faktor lain yang
mempengaruhi ekstraksi refluks adalah lama pemanasan, suhu pemanasan, dan sifat dari
senyawa yang akan diekstraksi (hal ini berkaitan dengan pelarut yang akan digunakan).
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang berjudul ““EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DARI
BONGGOL TANAMAN PISANG (Musa paradiasciaca L.) DENGAN METODE
REFLUKS” dapat disimpulkan :
1. Metode ekstraksi refluks adalah ekstrasi dengan pemanasan menggunakan pelarut
pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dan adanya pendingin balik.
2. Faktor yang mempengaruhi metode refluks adalah lama pemanasan, suhu pemanasan,
dan sifat dari senyawa yang akan diekstraksi.
3. Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar, waktu yang digunakan lebih singkat, dan tahan
pemanasan langsung.
4. Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang
besar,dan sejumlah manipulasi dari operator, metode refluks tidak bisa digunakan pada
senyawa yang termolabil.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar, 2010. Uji Daya Hambat Dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar Dan
Buah Terhadap Vibrio Harvey YI . Skripsi. Fakultas farmasi universitas
hasanuddin Makassar.
Kristianti, A. N. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Airlangga. University Press. Surabaya
Mariance Thomas, Manuntun Manurung, dan I. A. R. astiti Asih. 2011. Pemanfaatan
Zat Warna Alam Dari Ekstrak Kulit Akar Mengkudu (Morinda citrifolia Linn)
Pada Kain Katun. Jurnal Kimia. 7 (2) : 119-126
Markham, K.R.. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerit ITB: Bandung
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai