Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


“Pembuatan Tablet Vitamin B1 dengan Metode Granulasi Basah”

Dosen Pengampu : 1. Apt. Erni Rustiani, M.Farm


2. Apt. Septia Andini, M.Farm
3. Apt. Dra. Dwi Indriati, M.Farm
4. Apt. Wilda Nurhikmah, M.Farm
5. Apt. Rini Ambarwati, M.Si
6. Apt. Cyntia Wahyuningrum, M.Farm
Asisten Dosen : 1. Suci Puspa
2. Shinta Mustika F
3. Siti Mariyam Rangkuty
4. Nuha Dzikri
Kelompok/Kelas : 2/F
Nama Ketua : Syifa Andriyani (066119174)
Nama Anggota : 1.Siska Maharani Aulia (066119183)
2.Muhammad Akmal Syahni (066119184)
3.Sekar Setianingsih (066119190)
4.Lydia Evangelista (066119199)
5. Siti Salsa Dedila Husna (066119202)

LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
praktikum mata kuliah Teknologi Sediaan Padat /Solid yang berjudul “Pembuatan
Tablet Vitamin B1 Dengan Metode Granulasi Basah”
Makalah ini disusun agar pembaca nantinya dapat memperluas ilmu dan
pengetahuannya mengenai sediaan Solid dari makalah yang kami bahas kali ini
yaitu tentang Pembuatan Tablet Vitamin B1 Dengan Metode Granulasi Basah.
Disamping itu, kami meyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam sistematika, isi, penulisan dan lain lain. Maka dari itu,
kami terbuka dan sangat mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca yang
bersifat membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi khalayak luas.

Bogor, 29 Maret 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang digunakan , tablet
merupakan sediaan obat yang lebih cocok untuk dokter maupun pasien,
dibandingkan dengan bentuk bentu sediaan lain. Hal ini disebabkan karena
disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih
terjamin, relative stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi
oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai
kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relative lebih murah harganya,
memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan
mudah transportasinya memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.
Tablet merupakan bahan obat dalam sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmaseutika yang sesuai. Tablet dapat
berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan
dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet yang metode
pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada mempersembahkan obat
secara lisan atau melalui mulut.
Tablet dapat digunakan untuk tujuan local maupun sistemik. Cara
pembuatan tablet bisa dilakukan secara granulasi basah, granulasi kering atau
kempa langsung. Pada umumnya dalam pembuatan tablet terdapat zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan
pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur dan bahan pelicin.
Kesulitan dalam menelan sediaan tablet dan ketidakpatuhan pasien dalam
meminum obat menyebabkan tidak tercapainya tujuan terapi. Hal ini dapat
terjadi pada pasien pediatric geriatric, gangguan jiwa, keadaan tidak sadar,
mual, muntah, mabuk perjalanan, terutama bagi penderita yang tidak
memperoleh air untuk menelan obat (Nagar, et al, 2011). Oleh karena itu,
telah dikembangkan bentuk sediaan solida yang dapat hancur atau terdispersi
dalam waktu cepat ketika diletakkan dimulut tanpa bantuan air. Sediaan solida
tersebut dikenal sebagai sediaan Orally Disintegrating Tablet (Bhowmilk et al,
2009).

4
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak
tidak langsung, yang lebih umum digunakan dibandingkan dengan cara lain.
Granul yang dihasilkan lebih bulat sehingga tablet yang dihasilkan biasanya
lebih kompak.
Vitamin B1 merupakan salah satu sumber vitamin yang berkhasiat sebagai
antineuritikum yang mudah larut dalam air. Vitamin B1 sendiri stabil dalam
air serta tahan panas dengan titik lebur kerang lebih 2480ºC.
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang
tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya memberikan efek
yang diinginkan jika memilii mutu yang baik dan memenuhi persyaratan,
pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pembuatannya.
Bahan tambahan lain juga memiliki peranan penting dalam pembuatan
tablet agar diperoleh sediaan tablet yang memenuhi persyaratan dan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Pemilihan jumlah atau konsentrasi bahan
tambahan perlu diperhitungkan dengan benar termasuk bahan pengikat,
penghancur, dan pelicin. Crospovidone adalah bahan superdisintegran yang
baik dimana tablet akan hancur dengan memecahkan ikatan antar partikel
setelah adanya penetrasi medium masuk ke dalam tablet melalui jalur
porositas. Selain itu, crospovidone memiliki sifat alir dan kompaktibilitas
yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara memformulasi tablet vitamin B1?
2. Apa metode yang dipilih dalam pembuatan tablet vitamin B1?
3. Bagaimana cara pembuatan tablet yang baik?
4. Bagaimana cara evaluasi tablet sesuai dengan ketentuantuan?
5. Bagaimana cara melihat tablet yang memenuhi syarat atau tidak?

1.3 Tujuan
1. Untuk melihat formulasi tablet vitamin B1.
2. Untuk melihat metode pembuatan tablet vitamin B1.

5
3. Untuk melihat bagaimana cara membuat tablet yang baik.
4. Untuk melihat bagaimana cara evaluasi tablet sesuai dengan ketentuan.
5. Untuk melihat apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi persyaratan atau
tidak.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sediaan obat dalam bentuk tablet mempunyai keuntungan dibanding


bentuk sediaan yang lain, yaitu pertama, mempunyai ketepatan dosis yang lebih
terjamin karena tiap tablet mempunyai ukuran tertentu. Kedua, sifat fisiknya stabil
untuk jangka waktu penyimpanan yang lama. Ketiga, aktifitas dari obat tersebut
stabil sewaktu digunakan. Keempat, cara pemberian yang mudah (Gandjar, et al.,
2011).
Tablet merupakan suatu bentuk sediaan obat yang mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet dikatakan mempunyai kualitas yang baik
apabila ia memiliki sifat yang mudah mengalir, mudah dikempa, mudah lepas dari
cetakannya dan juga mudah untuk melepaskan bahan obatnya. (Ansel, 2012).
Metode granulasi basah paling banyak dilakukan dalam memproduksi
tablet kompresi. Tablet dengan granulasi basah pertama-tama ditimbang dan
dicampurkan bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah,
pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelican dan
penghancur, pembuatan tablet dengan metode kompresi. Metode ini dilakukan
atas alasan bahan obat yang digunakan tidak dapat dicetak langsung, misalnya
karena sifatnya yang kohesif, sifat aliran dan kompresibilitas yang kurang baik,
sementara dosisnya yang besar serta memerlukan penambahan bahan pewarna
dalam bentuk larutan sehingga dibutuhkan penggunaan bahan pengikat
(Handayani et al., 2013).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan
penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan
tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram,
serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17
mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, R., 2014).
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup manusia yang secara alami tidak
mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa tersebut melalui proses anabolisme
yang tidak tergantung faktor lingkungan kecuali udara. Senyawa-senyawa tersebut

7
diperlukan dan efektif dalam jumlah sedikit, tidak menghasilkan energi dan tidak
digunakan sebagai unit pembangunan sruktur tubuh organisme, tetapi sangat
penting untuk transformasi energi dan pengaturan metabolisme tubuh
(Andarwulan dan Koswara, 2013).
Vitamin B1 merupakan salah satu sumber vitamin dan berkhasiat sebagai
antineuritikum yang mudah larut dalam air. Vitamin B1 sendiri stabil dalam air
serta tahan panas. Vitamin B1 dapat dibuat dalam bentuk sediaan tablet dengan
metode granulasi dan kempa langsung (Buhler, 2011).
Kekurangan thiamin dapat menyebabkan polyneuritis, yang disebabkan
terganggunya transmisi syaraf, atau jaringan syaraf menderita kekurangan energi.
Beri-beri merupakan penyakit kekurangan vitamin B1 dalam masyarakat yang
banyak mengkonsumsi beras yang mengalami penyosohan terlalu lanjut. Gejala
kekurangan thiamin adalah hilangnya nafsu makan, berat badan menurun, dan
terjadi gangguan pencernaan (Andarwulan dan Koswara, 2013).

8
BAB III
DATA PREFORMULASI
1. Zat Aktif
a. Vitamin B1 (FI Edisi IV Hal 784, Martindale 28 Hal 1640)
Sinonim : Tiamina Hidroklorida , Aneurin hidroklorida
Rumus Molekul : C12H17ClN4OS,HCl
Struktur Kimia :

Berat Molekul : 337,27


Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur ; putih; bau khas lemah
mirip ragi; rasa pahit.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P;
praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzen P; larut
dalam gliserol P.
Stabilitas : Terlindung dari cahaya dan simpan pada temperatur
kurang dari 40°C.
OTT : Dengan alkali atau larutan netral dan dengan bahan
pengoksidasi dan pereduksi. Riboflavin dalam larutan air.
Ph : 2,5 – 4,5
pKa : 4,8
Khasiat : Antineuritikum, komponen vitamin B kompleks
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

2. Zat Tambahan
a. Corn Starch Sol (HOPE 5th page 731-733)
Pemerian : Serbuk agak kasar sampai halus; serbuk berwarna putih
sampai agak putih; tidak berbau; memiliki rasa lemah yang
khas; higroskopis.

9
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik; sedikit larut atau
larut dalam air dingin, tergantung derajat pregelatinisasi.
Stabilitas : Stabil tapi higroskopis.
Khasiat : Pengisi tablet (5-75%); pengikat tablet (untuk kempa
langsung 5-20% atau untuk granulasi basah 5-10%);
penghancur tablet (5-10%).
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat
sejuk dan kering.

b. Aquadest (FI Edisi IV Hal. 712)


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan.
Titik didih : 100°C
Berat Jenis :1
pH :7
Stabilitas : Stabil di udara
Khasiat : Zat pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik.

c. Avicel PH 102 (HOPE Hal. 129)


Pemerian : Serbuk kristalin dengan partikel berpori; berwarna putih;
tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan sebagian
besar pelarut organik.
Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis.
Inkompatibilitas: Agen pengoksidasi kuat.
Khasiat : Pengisi tablet (konsentrasi 20-90% b/b); penghancur tablet
(konsentrasi 5-15% b/b); adsorben (20-90%).
Penyimpanan : Disimpan di wadah tertutup rapat pada tempat yang sejuk
dan kering.

10
d. Laktosa (FI Edisi III Hal. 338)
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol (95%); praktis tidak
larut dalam kloroform P dan eter P.
Khasiat : Zat tambahan, pemanis.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

e. Talkum (FI Edisi IV Hal. 771)


Pemerian : Serbuk hablur; sangat halus licin; mudah melekat pada
kulit; bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Konsentrasi : 0,2% -5,0 %.
Khasiat : Zat tambahan, anti adheren.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

f. Magnesium Stearate (FI Edisi III Hal 354, Rowe Hal. 433)
Pemerian : Serbuk ringan ; berwarna agak putih ; bau samar asam
siporat; rasa khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol 95%, eter dan air.
Khasiat : Lubrikan pada formulasi kapsul dan tablet.
Penyimpanan : Disimpan di wadah tertutup baik pada tempat yang sejuk
dan kering.
.

11
BAB IV
METOLOGI KERJA

4.1 Alat dan Bahan


4.1.1 Alat
1. Alat gelas
2. Batang pengaduk
3. Baskom
4. Corong
5. Gelas ukur
6. Kantong plastik
7. Pengering
8. Penggaris
9. Saringan
10. Timbangan

4.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Avicel PH 102 (luar dan dalam)
3. Corn starch sol
4. Laktosa
5. Magnesium stearat
6. Talkum
7. Vitamin B1

12
4.2 Formulasi
Bobot pertablet = 150 mg, Batch 1000 tablet
Zat aktif Vitamin B1 25 mg
Pengikat Avicel pH 102 25 %
Penghancur Corn Starch 1500 10 %
Pengisi Laktosa **
Glidan Talk 3%
Mg Stearat 0,5 %

4.3 Prosedur Pembuatan


1. Dibuat larutan pengikat dengan cara dituang Air ke dalam wadah gelas,
sambil diaduk suspensikan ke dalamnya bahan pengikat. Tambahkan Air
mendidih (950o C) teruskan pengadukan hingga diperoleh cairan yang
jernih. Setelah itu ditambahkan pewarna kuning.
2. Diayak Vitamin B1, Avicel pH 102 (penghancur dalam) dan laktosa
menggunakan ayakan mesh 30.
3. Dituang Vitamin B1, Avicel pH 102 (penghancur dalam) dan laktosa ke
dalam wadah baskom. Aduk homogen selama 5 menit.
4. Ditambahkan larutan pengikat (hangat), aduk hingga menjadi massa yang
kompak. Bila perlu dapat ditambahkan air hangat. Didapat granulasi massa
basah.
5. Diayak granulasi massa basah dengan mesh 8 atau mesh 12 hingga
terbentuk granul yang baik.
6. Dikeringkan granulat di dalam lemari pengering yang telah dialasi kain
batis pada suhu 40 - 50 0 C semalaman.
7. Diuji kadar air granul terlebih dahulu dengan alat Moisture Balance. (kadar
air granul < 5 %).
8. Diayak granulat yang telah kering dengan ayakan mesh 12 atau mesh 16.
9. Dimasukkan granul ke dalam kantong plastik, ditambahkan ke dalamnya
bahan, Avicel pH 102 (penghancur luar), Talk dan Mg Stearate yang telah
di ayak dengan mesh 30.
10. Dievaluasi granul.
11. Dicetak granul yang sudah dievaluasi menjadi tablet.

13
4.4 Prosedur Evaluasi Granul
A. Uji Pemampatan
1. Ditimbang 20-30 gram.
2. Dimasukan granul sebanyak 20-30 gram kedalam gelas ukur.
3. Diukur BJ bulk dengan cara mengukur tinggi granul dalam gelas ukur.
4. Ditempatkan gelas ukur pada alat Tap Density Tester dengan ketukan
100x.
5. Diukur tinggi granul setelah diketuk, didapatkan BJ mampat.
6. Didapatkan data sebagai berikut :
 Uji pemampatan (memakai volume labu ukur)
¿ −T 1
x 100% To = Tinggi sebelum diketuk
¿
T1 = Tinggi setelah diketuk
Bj mampat − BJ Bulk
 % kompresibilitas = x 100%
Bj mampat
Bj = massa/volume
Persyaratan berdasarkan :
5-12 Sangat baik
12-16 Baik
18-23 Cukup
23-35 Buruk
35-38 Sangat buruk
>40 SBS

Bj mampat
 Rasio Hauster =
Bj Bulk
B. Uji Alir Granul
1. Ditimbang 20-30 gram.
2. Dimasukan granul sebanyak 20-30 gram kedalam alat Flow Tester dengan
ujung corong ditutup.
3. Dibuka ujung corong lalu dilewatkan granul kedalam corong sambil diaduk
dan dicatat waktu dengan stopwatch selama granul jatuh dari corong.
4. Ditentukan sifat aliran granul dengan rumus :

14
massa
=… g/s, (dilakukan duplo)
waktu
Persyaratan berdasarkan
>10 Bebas mengalir
4-10 Mudah mengalir
1,4-4 Kohesif
<1,4 Sangat kohesif

C. Uji Sudut Istirahat


1. Dihitung tinggi gundukan granul dari uji alir granul sebelumnya (h).
2. Diberi tanda berupa lingkaran disetiap sisi gundukan granul, kemudian
ditarik garis sehingga lingkaran terbagi tiga dan didapatkan rata-rata jari
-jari dengan cara dijumlah masing-masing diameter kemudian bagi 3 (r).
h
3. Didapatkan nilai sudut istirahat dengan rumus : Tan ᾳ =
r
Persyaratan berdasarkan
<10 Sangat baik
20-30 Baik
30-34 Cukup
>34 Sangat sukar

D. Uji Yield / Uji Hasil Akhir Granul


1. Ditimbang semua massa granul, didapat berat akhir granul.
2. Ditentukan berat teoritis granul dengan cara massa tablet yang dibuat
dikalikan dengan jumlah tablet yang dibuat.
Berat akℎir granul
x 100 %
Berat teoritis granul
E. Uji Kadar Air
1. Dimasukan granul yang akan diuji sebanyak 3 gram ke dalam alat moisture
balance.
2. Dicatat nilai yang tertera pada alat moisture balance yang ditandai dengan
bunyi.
3. Dibandingkan dengan syarat kadar air yang baik pada granul, kadar air
yang baik pada granul adalah <5%.

15
4.5 Prosedur Evaluasi Tablet
A. Uji Kekerasan Tablet
1. Diambil sebanyak 20 tablet.
2. Diletakkan satu persatu tablet dengan posisi tegak lurus pada alat
hardness tester.
3. Dinyalakan alat diatur pada skala 0 dengan satuan Kp atau N.
4. Diputar alat penekan sampai tablet retak.
5. Dibaca skala alat yang menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan Kp,
syarat kekerasan tablet adalah 7-14 Kp.
B. Uji Disolusi
1. Diatur alat Dissolution Tester pada suhu 37oC (suhu tubuh) dengan
kecepatan putar (rpm) yang bervariasi.
2. Dimasukan 900 ml buffer kedalam bagian vessel alat Dissolution Tester.
3. Dimasukan tablet kedalam 4-6 vessel secara bersamaan pada alat
Dissolution Tester.
4. Diambil fase atas, tengah, dan bawah air menggunakan bulp pada menit
pertama. Dilakukan hal yang sama disetiap waktu dan rpm yang berbeda.
C. Uji Keregasan/Kerapuhan Tablet
1. Ditimbang 10 tablet jika bobot tablet >500 mg, 20 tablet jika bobot tablet
<500 mg. Dicatat sebagai bobot awal.
2. Dibebas debukan drum dan tablet sebelum digunakan.
3. Dimasukan tablet kedalam drum, lalu dipasang ke Friability Tester
kemudian diputar selama 1 menit.
4. Diambil tablet yang sudah diputar kemudian dibersihkan kembali dari
reruntuhan tablet dengan menggunakan kuas.
5. Ditimbang kembali tablet yang sudah diuji, dicatat sebagai bobot akhir.
6. Ditentukan persen nilai kerapuhan tablet dengan rumus :
100 %
Syarat %keregasan tablet adalah <1%
D. Uji Waktu Hancur
1. Diisi gelas piala dengan media imersi yang tercantum di monografi,
kecuali dinyatakan lain maka digunakan air.

16
2. Didalam wadah, volume cairan ketika pada titik tertinggi gerakan ke atas,
kawat kasa berada paling sedikit 15 mm di bawah permukaan cairan dan
pada gerakan ke bawah berjawak tidak kurang dari 25 mm dari dasar
wadah.
3. Dicokolokan kabel hot plate pada stop kontak.
4. Diletakan gelas piala ke atas hot plate.
5. Dilihat suhu air dengan thermometer.
6. Dinyalakan alat Disintegraation Tester.
7. Disetel batas waktu uji sesuai ketentuan pada monografi, kecuali
dinyatakan lain maka waktu uji adalah 15 menit.
8. Diatur suhu uji pada ± 37oC.
9. Diletakan gelas ukur pada alat Disintegraation Tester.
10. Dilihat suhu waterbath dengan thermometer hingga sudah mencapai suhu
uji.
11. Dimasukan 6 tablet ke dalam tiap keranjang
12. Dimasukkan cakram ke dalam keranjang dengan posisi cakram
menunjukkan huruf V.
13. Dipasang rangkaian keranjang pada alat, dimulai pengujian.
14. Dikeluarkan gelas piala beserta rangkaian keranjang dari alt setelah alat
berhenti, kemudian dilihat sisa obat yang tersisa pada kasa kawat. Tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.

4.6 Prosedur Penetapan Kadar


1. Dibuat larutan blanko dengan reagen NaOH dan Aquadest.
2. Dibuat larutan standar dengan menggunakan 120 mg CTM dengan
pengenceran 100 dikalikan faktor pengenceran.
3. Dimasukan larutan blanko ke alat Spektrofotometri UV untuk di measure
blank.
4. Dimasukan larutan standar dan sampel ke alat Spektrofotometri UV.
5. Dibaca nilai absorbansi sampel uji dan absorbansi standar.
6. Ditentukan kadar tablet CTM dengan rumus One Point Methode.

17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Data Pengamatan

18
No
Pengamatan Hasil Syarat Keterangan
.
I : 0,16 g/s >10 = bebas mengalir
Granul
Uji Aliran II : 0,18 g/s 4-10 = mudah mengalir
1. sangat
Granul (Duplo) Rata-rata = 1,4-4 = kohesi
kohesi
0,17 g/s <1,4 = sangat kohesi

Uji Memenuhi
2. 17,85% < 20%
Pemampatan syarat

Uji Sudut Memenuhi


3. 0,40 cm < 20
Istirahat syarat
Uji
4. 0,797% Sangat baik
Kompresibilitas
Warna : Kuning
Bau : Tidak
Uji
5. berbau
Organoleptik
Rasa : Sedikit
pahit

5.2 Perhitungan dan Penimbangan


5.2.1 Perhitungan
Formula CTM : Bobot pertablet 200 mg
Batch 50 tablet

Jenis Nama Zat Formulasi/tablet Jumlah/batch


(15mg x 50) + 5%
Vit.B1
Zat Aktif 15mg = 750 + 37,5
(4 mg)
= 787,5 mg
10 mg x 50 tab
Corn staratch = 500 mg
5
Pengikat Sol x 200 mg = 10 mg 500 mg x 2
100
(5%) = 1000 mg
=1 g

19
40 mg x 50
Penghancur Avicel pH 102 20
x 200 mg = 40 mg = 2000 mg
Dalam (20%) 100
= 2 gram
200 mg - (15 mg+ 10
109,4 mg x 50
mg + 40 mg+20 mg +
Pengisi Laktosa** = 5470 mg
4 mg + 1,6 mg) =
= 5,47 gram
109,4 mg
20 mg x 50
Penghancur Avicel pH 102 10
x 200 mg = 20 mg = 1000 mg
Luar (10%) 100
= 1 gram
4 mg x 50
Talk 2
Glidan x 200 mg = 4 mg = 200 mg
(2%) 100
= 0,02 gram
0,8 1,6 mg x 50
Mg Stearat x 200 mg = 1,6
100 = 80 mg
(0,8%)
mg = 0,008 gram
0,5 x 20 tetes = 10
Aquadest 1:3 = 3 x 0,5 gram
Pelarut tetes
(Qs) = 1,5 ml
= 1 ml 10 tetes

1.1.1. Penimbangan
o CTM : 0,7875 g
o Corn Starch Sol :1g
o Avicel pH 102 (penghancur dalam) : 2 g
o Laktosa : 5,47 g
o Avicel pH 102 (penghancur luar) :1g
o Talk : 0,02 g
o Mg stearat : 0,008 g
o Aquadest : 1 ml 10 tetes

5.3 Evaluasi Granul


5.3.1 Uji Aliran Granul

20
Uji aliran granul adalah uji yang menyangkut waktu yang dibutuhkan
sejumlah granul untuk mengalir dan untuk menilai bahan pelicin yang
dapat memperbaiki sifat akhir granul.
Cara kerja:
Ditimbang 1,50 g dan 1,47 g massa, dilewatkan ke dalam corong.
Dicatat waktu seluruh massa melewati corong. Dilakukan 2x (duplo).
9,57 g
1. = 0,16 g/s (<1,4 sangat kohesi)
59 s
9,55 g
2. = 0,18 g/s (<1,4 sangat kohesi)
53 s

5.3.2 Uji Pemampatan Granul


Uji pemampatan dilakukan untuk mengetahui kemampatan campuran
granul selama dikempa.
Cara kerja:
Ditimbang 1,31 g massa, dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Diketukkan sebanyak 20 kali. Dihitung tinggi awal dan akhir massa
dalam gelas ukur.
T 0 ( Tinggi awal ) −T ! (Tinggi Akℎir )
× 100%
T0
2,8− 2,3
× 100%
2,8
= 17,85% (Syarat <20%) ==> memenuhi syarat

5.3.3 Uji Kompresibilitas


Uji kompresibilitas adalah uji kemampuan granul untuk tetap kompak
dengan adanya tekanan.
massa
BJ =
volume
9,57 1,31
BJ sebelum = = 0,736 BJ mampat = = 0,797
13 12

(BJ mampat − BJ sebelum diketuk )


× 100%
BJ mampat

21
(0,797 − 0,736)
× 100%
0,797
= 7,65% (Sangat baik)
5.3.4 Uji Sudut Istirahat
7+6,3+7,5
Diameter =
3
20,8
=
3
= 6,93 cm
6,93 cm
r= = 3,465 cm
2
h = 1,4 cm

Tan ɑ =
t
1,4 cm
=
3,465 cm
= 0,40 (<20 sangat baik)
5.3.5 Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah uji yang dilakukan dengan menggunakan
panca indra dimana meliputi warna, bau, dan rasa.
Sediaan granul yang diperoleh memiliki:
Warna : kuning
Bau : tidak berbau
Rasa : sedikit pahit
5.3.6 Hasil Akhir Granul
Berat akhir granul : 8,29 gram
Berat teoritis granul : 9,2575 gram
berat akℎir granul
Hasil akhir granul = x 100 %
berat teoritis granul
8,29
= x 100 %
9,2575
= 89,55%
5.4 Pembahasan

22
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N. dan S. Koswara. 2013. Kimia Vitamin. Jakarta : Rajawali.


Ansel, H.C. 2012. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Browmilk, D., Krishnaanth, C.B., Pankaj, and Chandira, R.M., 2009. Fast
Dissolving Tablet: An Overview, Journal of Chemical and Pharmaceutical
research. 1(1). 166-176.
Bühler, Volker. 2011. Generic Drug Formulations. BASF : Fine Chemicals.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Gandjar, Ibnu Gholib. 2011. Perkembangan Analisis Farmasi dalam Pengawasan
Mutu Obat. Yogyakarta: UGM.
Handayani, F. W., Muhtadi, A., Dara, T. 2013. Seledri Apium Graveolens. Linn.
Sebagai Tablet Anti-Inflamasi. Farmaka. Vol . 4 (1–15).
Nagar., et al, 2011. Orally Disintegrating Tablets : Formulation, Preparation
Techniques and Evalution. Journal of Apllied Pharmaceutical Science . 17
June . Vol. 01 (04).
Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. London : The
Pharmaceutical Press.
Voigt, R. 2014. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh
Soewandi, S.N.dan Widianto M.B. Yogyakarta : UGM Press.

23

Anda mungkin juga menyukai