Oleh
Kelompok IV
Nama Kelompok :
Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat membantu untuk memberikan informasi
mengenai Pembuatan Tablet Dan Evalusimutu Fisik Tablet. Namun disamping itu kami juga menyadari
bahwa tentunya selalu ada kekurangan dalam makalah kami, baik dari isi makalah, kosa kata, penggunaan
tata bahasa dan kekuranagn lainnya, sehingga kami sangat memerlukan komentar dan kritik dari pembaca
agar kedepannya kami bisa membuat dan menyusun makalah dengan lebih baik, bagus dan benar.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua orang termasuk anggota dari kelompok kami
yang saling bekerja sama dalam membuat makalah ini dan juga Ibu dosen apt. Ni Made Dharma Santhini
S., M.Sc , karena telah memberikan kesempatan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Tablet...............................................................................................................................4
2.2 Jenis-Jenis tablet.................................................................................................................................5
2.3 Evaluasi mutu fisik granul................................................................................................................10
2.4 Evaluasi mutu fisik tablet.................................................................................................................14
2.5 metode pembuatan tablet..................................................................................................................25
2.6 Permasalahan-permasalahan dalam proses pembuatan tablet...........................................................30
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................34
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................34
3.2 Saran.................................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang
padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Tablet merupakan salah satu sediaan
obat per oral yang dapat diformulasikan dengan atau tanpa zat tambahan. Sediaan ini memiliki banyak
keuntungan salah satunya yaitu praktis dalam penggunaan dan dapat diproduksi dalam skala besar.
Tablet diproduksi melalui 3 macam metode yaitu granulasi kering, granulasi basah dan kempa
langsung. Masing-masing metode pembuatan tersebut harus disesuaikan dengan bahan tablet yang
akan dicetak. Sehingga perlu bagi para formulator untuk mengetahui karakteristik bahan yang akan
digunakan.
Dewasa ini, produksi sediaan tablet banyak dikembangkan untuk bahan aktif tanaman. Hal
tersebut untuk mendorong perkembangan pengobatan tradisional. Bahan aktif tanaman yang telah diuji
secara in vitro dan in vivo, sangat memungkinkan untuk dikembangkan dalam berbagai sediaan salah
satunya tablet. Tablet memiliki banyak kelebihan dibandingkan sediaan lain dilihat dari segi
penyimpanan, distribusi maupun saat penggunaan (Sapri et al., 2012).
Produksi tablet melibatkan eksipien atau zat tambahan yang memiliki peranan penting. Eksipien
menjadi salah satu pertimbangan dalam studi preformulasi untuk menentukan karakteristik dan jumlah
yang tepat agar dapat menghasilkan tablet yang memenuhi syarat. Salah satu formulasi tablet yaitu
bahan pengikat (binder). Bahan pengikat tablet sejauh ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu bahan pengikat
polimer alam dan bahan pengikat polimer sintetis. Bahan pengikat dari alam atau natural binder saat
ini banyak diteliti, seperti pati biji cempedak (Sapri et al.,2012), pati umbi garut (Astuti, 2014) dan pati
umbi gembili (Zulfa & Prihantini, 2019). Bahan pengikat sintetis contohnya yaitu Na-CMC, metil
selulosa, dan polivinil pirolidon (PVP).
Sifat bahan aktif suatu tablet memiliki berbagai variasi mulai dari ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, dan ketebalan, maka memiliki waktu hancur yang berbeda juga. Tablet konvesional saat ini
dapat dicetak menggunakan cara kompresi. Kemajuan teknologi yang berkembang pesat dibidang
farmasi memberikan banyak kemudahan dalam proses pencetakan tablet. Penggunaan teknologi alat
yang dilengkapi dengan punch dan die dalam berbagai ukuran memudahkan dalam pencetakan tablet.
Tekanan atau kompresi yang sama dan kecepatan yang tinggi dalam produksi tablet, memudahkan
memproduksi tablet yang berukuran konstan. Pada teknologi terdahulu, pembuatan tablet dengan cara
1
mencetak formula kedalam cetakan, menggunakan mesin alat tangan yang ditekan kemudian
dikeluarkan dari cetakannya setelah itu tablet dibiarkan kering (Ansel dan Ibrahim, 1989).
Berbagai jenis tablet beredar di pasaran, mulai dari tablet cetak, tablet triturat, tablet
hipodermik, tablet bukal, tablet efervesen, tablet kunyah, tablet multilapis, tablet vaginal, tablet hancur
cepat, dan tablet hisap. Tablet sebaik apapun jika tidak mengenai sasaran target penyembuhan tidak
akan berarti, maka diperlukan sistem penghantaran obat yang baik supaya dapat mencapai target yang
sesuai. Tablet dapat dihantarkan melalui beragam cara mulai dari formulasi yang sederhana, immediate
release, sediaan pelepasan diperlama maupun pelepasan modifikasi. Dalam hal ini perlu dipikirkan
sistem pelepasan mana yang diinginkan supaya sediaan mencapai target, dengan mempertimbangkan
jumlah dan kecepatan yang akan dihantarkan dengan stabilitas bahan aktif sediaan. Metode pembuatan
tablet kompresi antara lain adalah granulasi basah, granulasi kering dan secara kempa langsung. Pada
ketiga metode ini memiliki masing masing kelemahan dan keunggulan, pemilihan penggunaan metode
ini tergantung dari bahan aktif yang digunakan (Agoes, 2012). Tablet konvensional memiliki
kelemahan untuk aplikasi pada pasien, tablet konvesional mengharuskan pasien untuk dapat menelan
obat, sedangkan beberapa kalangan pasien memang sukar untuk menelan obat secara oral terlebih lagi
disaat berpergian atau pasien tidak memiliki akses air minum. Untuk pasien yang memiliki tingkat
pendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan menelan obat, biasanya cenderung akan menggerus obat
sehingga tujuan targetnya tidak terpenuhi. Berdasarkan kekurangan yang dimiliki oleh tablet
konvensional tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang sediaan ODT yang
memiliki keuntungan tidak perlu diminum menggunakan air, dapat menutupi rasa dari bahan aktif, dan
cepat melarut dalam saliva.
1.3 Tujuan
2
Tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengetahui, menjelaskan dan memahami sedian
tablet, jenis – jenisnya, cara pembuatannya dan evaluasi mutu fisik sedian tablet.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Farmakope Indonesia (edisi IV) tablet adalah sediaan padat yang mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tujuan utama digunakannya obat sediaan tablet yaitu
dapat menghantar obat ke lokasi kerja dengan dosis yang cukup, memiliki kecepatan kerja yang
sesuai dan lama kerja sudah ditentukan. Tablet ada yang memiliki bahan tambahan yang sengaja
ditambahkan dan ada yang tidak. Bahan tambahan tersebut dapat berupa bahan pengisi, penghancur,
pengikat, pelicin, pelincir dan pembasah.
Tablet pada umumnya berbentuk cakram pipih, bundar, lonjong dan sebagainya. Bentuk
khusus ditujukan untuk mencegah, menghindari atau mempersulit pemalsuan. Biasanya tablet
berwarna putih. Untuk tablet yang berwarnakemungkinan disebabkan oleh warna asli zat aktifnya
maupun sengaja diberi warna untuk membuat tablet lebih menari, mencegah pemalsuan dan untuk
membedakan tablet satu dengan tablet lainnya.
ngertian
Menurut FI Edisi IV :
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Menurut USP 26 (hal : 2406) :
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet
kompresi.
Menurut Formularium Nasional Edisi II
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk
umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan
atau tanpa zat pengisi.
Menurut Buku Pelajaran Teknologi Farmasi
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering,
kristal atau granulat,umumnya dengan penambahan bahan pembantu,pada mesin yang sesuai
dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder,kubus, batang dan
cakram serta bentuk seperti telur atau peluru.
4
Syarat-Syarat Tablet :
Tablet dapat digolongkan menjadi 2 jenis tablet berdasarkan metode pembuatannya, yaitu
tablet cetak dan tablet kempa.
1. Tablet cetak.
Tablet yang dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam cetakan. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi
dengan etanol yang mana kadarnya tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam
sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan, lalu dikeluarkan dan dibiarkan kering.
2. Tablet kempa.
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering. Tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat
digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap
panas dan lembab.
Berdasarkan jenis bahan penyalutnya, tablet dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, di antarany:
6
4. Tablet lepas-lambat.
Tablet yang memiliki efek diperpanjang, yang mana dibuat agar zat aktif tetap
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Contoh:
2. Tablet kunyah.
Tablet yang dikonsumsi dengan cara dikunyah dahulu di dalam mulut kemudian ditelan yang
mana pada umumnya tablet ini memiliki rasa yang tidak pahit. Contoh:
7
3. Tablet hisap.
Tablet yang dibuat dari zat aktif dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan,
dimaksudkan untuk terdisolusi secara lambat untuk efek lokal pada selaput moluska mulut. Tablet
ini dihisap sehingga membuat tablet melarut atau hancur perlahan di dalam mulut. Obat ini
digunakan sebagai obat local pada infeksi rongga mulut atau tenggorokan. Contoh:
8
5. Tablet implant/ pelet.
Tablet yang dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet
dimasukkan dan kulit dijahit kembali dengan zat khasiat yang akan dilepas perlahan-lahan. Tablet
ini berbentuk bulat atau oval yang kecil, steril dan berisi hormone steroid. Contoh:
6. Tablet bukal.
Tablet yang dikonsumsi dengan cara tablet diletakkan di antara pipi dan gusi sehingga zat aktif
diserap langsung melalui mukosa mulut. Contoh
Teokap SR Oravig
7. Tablet sublingual.
Tablet yang digunakan dengan cara tablet diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktifnya diserap
langsung melalui mukosa mulut. Contohnya:
9
Farsobid Nervikem OD Piroxicam
Uji terhadap sediaan granul adalah meliputi: Uji Organoleptis, Uji Distribusi Partikel, Uji
Kelembaban, Uji Sifat Alir, Bobot Jenis, dan Uji Kompresibilitas.
1. Uji Organoleptis.
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa dari granul yang dihasilkan. Uji
organoleptis pada granul sendiri dapat dilakukan dengan cara dilihat secara langsung mulai
dari bentuk, warna, bau dan rasa dari granul yang dihasilkan. Bentuk, warna yang dihasilkan
sedapat mungkin sama antara satu dengan yang lainnya.
3. Uji Kelembaban.
Uji kelembaban granul dilakukan untuk melihat kandungan air dalam granul.
Kandungan air granul yang terlalu tinggi pada granul dapat menyebabkan granul tidak dapat
mengalir dengan baik pada saat pentabletan atau tablet yang dicetak dapat melekat pada
punch dan die. Angka kelembaban yang tinggi menyebabkan granul akan susah untuk
dikompresi karena massa akan lengket pada mesin cetak sehingga menyebabkan tablet
mengalami capping. Sedangkan jika kelembaban granul terlalu rendah akan mengakibatkan
tablet menjadi rapuh, karena daya ikat antar partikel di dalam tablet rendah. Dengan adanya
10
kandungan lembab, ikatan antar partikel akan menjadi kuat, sehingga juga akan berpengaruh
terhadap kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan waktu hancur tablet yang akan dihasilkan.
Untuk menguji kadar lembab dapat menggunakan alat Moisture analyzer, namun jika
tidak memiliki alat tersebut, dapat dilakaukan menggunakan hitung susut pengeringan yaitu
dengan cara, Ditimbang 5gram granul yang telah dikeringkan dan kemudian dikeringkan
kembali di dalam oven pada suhu 105⁰C selama 15 menit. Kemudian diukur berat granul
yang telah dikeringkan tersebut dan dihitung kandungan lembabnya dengan rumus:
Dimana kelembaban granul yang baik adalah 1%-5% (Voight, 1994). Diulangi
pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali. Pengulangan sebanyak dua kali ini dimaksudkan
untuk meminimalkan galat percobaan, selanjutnya ditentukan nilai rata-ratanya.
11
corong yang tertutup bagian bawahnya lewat tepi corong. Dibuka tutup corong secara
perlahan-lahan dan biarkan granul mengalir keluar. Dicatat waktu yang diperlukan (detik)
dengan stop watch sampai semua granul melewati corong (Parrott, 1971).
Laju alir granul yang baik adalah antara 4-10 gram/detik (Carstensen and Chan,
1977). Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali. Pengulangan sebanyak dua
kali ini dimaksudkan untuk meminimalkan galat percobaan, selanjutnya ditentukan nilai
rata-ratanya.
b. Evaluasi Sudut Diam Granul.
Granul akan mengalir dengan baik bila memiliki sudut diam antara 25°-40°.
Sudut diam granul dipengaruhi oleh kandungan lembab. Bila kandungan lembab granul
tinggi, maka sudut diam granul menjadi semakin kecil. Hal ini disebabkan karena dengan
adanya lembab maka ikatan antar partikel menjadi kuat sehingga granul yang dihasilkan
semakin cepat untuk bergerak turun (Wadke and Jacobson, 1980). Selain itu sudut diam
memiliki sifat Dimana semakin kecil sudut diam maka sifat alir granul menjadi semakin
besar dan hal ini menyebabkan granul menjadi lebih cepat mengalir (Chowhan, 1980).
Pengujian sudut diam garanul dapat dilakukan yaitu, dengan Ditimbang 100gram
granul. Dituang granul tersebut secara perlahan ke dalam corong melalui dinding corong.
Dibuka penutup corong dan dibiarkan granul mengalir hingga membentuk kerucut.
Diukur tinggi kerucut dan jari-jari kerucut yang terbentuk dengan menggunakan rumus:
h
tanθ=
r
h
θ=tan −1
r
Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali. Pengulangan sebanyak dua
kali ini dimaksudkan untuk meminimalkan galat percobaan, selanjutnya ditentukan nilai
rata-ratanya.
12 Berat granul(gram)
Bobot jenis Nyata ( ρ0 ) =
volume granul(ml)
Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali, selanjutnya ditentukan nilai rata-
ratanya.
b. Bobot Jenis Mampat
Dilakukan yaitu, dengan Ditimbang granul yang telah dikeringkan sebanyak 50
gram. Dimasukkan granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL kemudian dilakukan
pengetukan hingga volumenya konstan. Dicatat volume mampat dari granul dan dihitung
bobot jenis mampatnya dengan menggunakan rumus:
Berat granul(gram)
Bobot jenis Nyata ( ρt )=
volume mampat (ml)
Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali, selanjutnya ditentukan nilai
rata-ratanya.
6. Uji Kompresibilitas.
Kompresibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemampuan
serbuk atau granul untuk menjadi bentuk yang lebih stabil jika mendapat tekanan, yaitu
mudah menyusun diri pada saat memasuki ruang cetak kemudian mengalami deformasi
menjadi bentuk yang mampat dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan stabil (Lachman
et al., 2008).
Nilai kompresibilitas dibawah 15% biasanya memberikan sifat alir yang baik dan
diatas 15% menunjukkan kemampuan alir yang buruk (Lachman et al., 2008). Persen
kompresibilitas dihitung untuk mengetahui kemampuan granul untuk dicetak. Persen
kompresibilitas granul dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
ρt −ρ0
% Kompresibilitas= x 100 %
ρt
Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali, selanjutnya ditentukan nilai rata-ratanya.
13
Uji terhadap sediaan tablet ini meliputiUji Visual, Uji Keseragaman Bobot, Uji
Keseragaman Ukuran, Uji Kekerasan, Uji Kerapuhan, dan Uji Waktu Hancur.
1. Uji visual
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh keelokannya
sangat penting untuk penerimaan konsumen dan pengontrolan keseragaman antara bahan
serta antara tablet yang satu dengan yang lain serta memantau pembuatan yang bebas dari
kesalahan. Mengontrol penampilan umum tablet, mencakup pemeriksaan keseluruhan
identitas secara visual yang diberikan oleh tablet tersebut. Kontrol terhadap penampilan
umum melibatkan penetapan beberapa parameter, seperti: ukuran, bentuk, warna, ada
tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, dan cacat fisik, serta untuk membaca tanda-tanda
pengenal (Lachman, dkk, 1994).
14
Untuk melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet dapat dilakukan menggunakan
alat yang bernama Timbangan Analitik. Gambar 9 berikut memperlihatkan alat untuk
melakukan uji keragaman terhadap bobot tabel yang berupa Timbangan Analitik.
Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet menggunakan timbangan
analitik adalah sebagai berikut.
a. Pilih 20 tablet.
Keterangan:
Wo = bobot rata-rata
15
W1 = bobot tablet
f. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih besar
dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang mempunyai penyimpangan
bobot lebih besar dari kolom B (lihat tabel 3). (Farmakope Indonesia, 1979)
Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut (Farmakope Indonesia,
1976).
16
a. Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
b. Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
c. Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
d. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓
tebal tablet.
4. Uji Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat
proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk
tablet adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness
tester (Ansel, 1989).
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas
kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat
pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan
terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Belakangan ini hubungan kekerasan dan
daya hancur serta kecepatan melarut obat menjadi sangat penting. Kekuatan tablet
merupakan fungsi dari isi die dan gaya kompresi. Pada penambahan tekanan kompresi,
nilai kekerasan tablet meningkat, sedangkan ketebalan tablet berkurang.
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang absolut dari kekuatan tablet, karena
pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet yang sangat keras, cenderung akan
terjadi cap pada pergesekan, sehingga menghilangkan bagian atas. Alat untuk menguji
kekerasan tablet adalah alat uji Monsanto, Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger
(Lachman, dkk, 1994). Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai
untuk tablet adalah sebesar 4 kg. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu berproduksi
supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya (Ansel,
1989).
Untuk melakukan uji kekerasan tablet dapat dilakukan cara manual dan
digital. Gambar 11 dan 12 berikut memperlihatkan alat untuk melakukan uji kekerasan
terhadap tablet yang dilakukan secara manual dan digital.
a. Manual
17
Gambar Alat uji ukur kekerasan tablet manual.
b. Digital
5. Uji Kerapuhan
18
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Uji kerapuhan ini
disebut juga dengan uji kerenyahan.
Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan tablet.
Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya,
akan kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerimanya dan dapat
menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman, dkk, 1994).
Alat penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator. Prinsip kerja alat ini dengan
memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan
dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan
tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Sejumlah tablet ditimbang, diletakkan ke
dalam alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian
dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih
dapat dibenarkan (Lachman, dkk, 1994).
Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari
20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji
kerapuhan adalah friablator test (Lachman, dkk, 1994)
Dari uji kerapuhan dapat diperoleh persen kerenyahan di bawah ini.
Untuk melakukan uji kerapuhan atau keregasan terhadap tablet dapat dilakukan alat yang
diperlihatkan pada gambar 13.
19
Gambar 13. Alat uji kerapuhan.
20
Alat uji waktu hancur.
Prosedur kerja uji waktu hancur menurut Farmakope Indonesia (1976) adalah
sebagai berikut:
1. Evaluasi massa tablet, yaitu uji sediaan massa tablet (granul) sebelum dilakukan
pencetakan. Evaluasi dilakukan agar saat mencetak tablet tidak terjadi masalah dalam
proses, kemudian lakukan evaluasi tablet yang sudah dicetak
21
2. Evaluasi tablet, yaitu uji sediaan tablet hasil dari proses pencetakan. Evaluasi ini
dilakukan agar tablet yang dicetak memenuhi persyaratan tablet sesuai buku standar,
misal Farmakope Indonesia.
22
Zat yang digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Bahan pengikat
banyak digunakan pada formulasi bentuk sediaan padat yang digunakan secara oral, seperti
tablet, untuk menahan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya. Bahan pengikat
menentukan keseragaman ukuran, kekerasan dan mudah tidaknya granul yang dihasilkan
untuk dikempa menjadi tablet. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering atau
larutan, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan pengikat
biasanya dibedakan berdasarkan teknik pembuatan yang akan dilakukan.
Pengikat kering digunakan pada proses pembuatan tablet dengan metode kempa
langsung. Pengikat kering harus menunjukkan sifat kohesi dan adhesi sehingga ketika
dilakukan pengempaan partikel-partikel akan menggumpal. Pengikat yang digunakan pada
granulasi basah bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Biasanya pengikat basah dilarutkan
dalam air hingga membentuk massa yang basah, kemudian digunakan untuk proses
granulasi. Zat-zat pengikat yang digunakan seperti: povidon atau PVP, gelatin, sukrosa,
metilselulosa.
Penggunaan binder sebaiknya dalam konsentrasi yang sesuai atau jumlahnya cukup.
Jika jumlah bahan pengikat tidak sesuai maka akan terjadi capping, lamination, sticking,
dan picking. Capping : pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet
dari badan utama tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak. Lamination
: pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih, lapisan terpisah secara horizontal karena
adanya udara yang terjebak dalam massa cetak. Sticking : bahan massa cetak tablet
menempel pada dinding cetakan die. Karena massa cetak lengket dan sebagian besar
disebabkan oleh kelembapan berlebih pada tahap granulasi. Picking : perpindahan bahan
dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch. Namun bila penggunaan
terlalu berlebihan dapat mengakibatkan meningkatnya kekerasan tablet yang
mengakibatkan tablet sukar larut.
c. Zat penghancur (disintegrant)
Zat penghancur atau disintegrant adalah zat yang digunakan agar tablet dapat hancur
dalam saluran pencernaan. Tablet hancur menjadi bentuk granul-granul, sehingga
meningkatkan luas permukaan tablet pada medium disolusi sehingga bahan aktif obat pun
dapat keluar dari tablet. Bahan penghancur merupakan zat yang akan mengembang dengan
adanya air setelah tablet ditelan. Tekanan pengembangan sangat berperan dalam
kehancuran tablet, dalam hal ini adalah ikatan yang mengompakkan hasil cetakan. Berikut
adalah teori tentang mekanisme aksi disentegrasi. Swelling adalah disintegran yang
mengalami pengembangan apabila bercampur dengan air atau kelembapan. Saat
mengembang dibutuhkan suatu ruang dan pada tablet dengan ruang kosong yang tidak
23
cukup banyak memberikan ruang bagi pengembangan disentegran menyebabkan
pendesakan berupa tekanan pada granul sehingga tablet pecah. Heat of wetting adalah
disintegran yang bila terbasahi oleh air atau kelembapan menimbulkan panas akibat reaksi.
Panas ini menyebabkan udara yang terperangkap dalam tablet sehingga volume menjadi
besar dan tablet pecah. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering, Gelatin,
Natrium Alginat.
d. Zat pelicin
Zat pelican yaitu zat yang digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada
cetakan. Berguna mencegah massa tablet melekat dan mengurangi gesekan selama proses
pengempaan. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik, sehingga cenderung
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar bahan pelicin
yang berlebihan harus dihindari. Zat-zat yang digunakan seperti: Talkum 5% b/b,
Magnesium stearat, Natrium Benzoat.
Secara umum pembuatan tablet dapat dibuat dengan tiga metode, yaitu sebagai berikut:
Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam
formulasi bersifat tahan lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang
relatif buruk. Tujuan dari pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu
agar dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa yang dilakukan dengan cara
mencampur zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapatkan massa cetak yang lembap yang dapat
digranulasi dan menghasilkan tablet yang tidak rapuh. Tahapan singkat proses granulasi basah
dapat dilihat di Gambar 1 dan Tabel 1.
24
Penimbangan bahan
Pencampuran awal
Granulasi basah
Pengeringan granul
Pencampuran akhir
Pencetakan tablet
No Kelebihan Kekurangan
Dapat digunakan untuk bahan zat Tidak dapat digunakan untuk bahan
1 aktif dan eksipien yang tahan zat aktif yang sensitif terhadap
panas dan lembap panas dan lembap
25
Cocok digunakan untuk zat aktif
dan eksipien dengan sifat aliran
4 dan Meningkatkan biaya produksi
kompresibilitas yang buruk
Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam
formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembap dan panas, serta memiliki sifat alir
dan kompresibilitas yang relatif buruk. Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering
bertujuan untuk dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa massa cetak tablet.
Metode granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi
sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak
hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering
adalah tidak diperlukan panas dan kelembapan dalam proses granulasi sehingga cocok untuk zat
aktif dan eksipien yang sensitif terhadap panas dan lembap. Pembuatan tablet dengan metode
granulasi kering juga dapat dilakukan dengan meletakkan massa cetak serbuk diantara mesin rol
yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa padat yang tipis, selanjutnya diayak
atau digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.
26
Penimbangan bahan
Pencampuran awal
slugging
Pencampuran akhir
Pencetakan tablet
No Kelebihan Kekurangan
1 Dapat digunakan untuk zat aktif dan Diperlukan mesin khusus untuk
eksipien yang sensitif terhadap slugging
panas dan lembap
27
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi. Pembuatan tablet
dengan metode ini memerlukan eksipien yang memungkinkan untuk pengempaan langsung tanpa tahap
granulasi terlebih dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus seperti laktosa, sukrosa,
dekstrosa, atau selulosa yang mempunyai sifat aliran dan kemampuan kempa yang diinginkan. Bahan
pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa
anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa bentuk pati termodifikasi.
Metode kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah dan granulasi
kering. Walaupun demikian sifat fisik masingmasing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan
sedikit dapat mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung 12.
Kempa langsung merupakan metode paling mudah dan murah karena pembuatannya dapat
menggunakan peralatan cetak tablet konvensional, bahan tambahan yang digunakan umumnya mudah
didapat, dan prosedur kerja yang singkat. Namun metode kempa langsung terbatas pada obat dengan
dosis kecil dan massa cetak harus memiliki sifat alir yang baik
Penimbangan bahan
Pengayakan
Pencampuran akhir
Pencetakan tablet
Masalah dalam proses pembuatan tablet secara umum dapat disebabkan karena masalah
dalam formulasi atau karena masalah dalam pengaturan peralatan dan atau keduanya. Dengan
demikian masalah umum dalam proses pembuatan tablet dapat diklasifikasi sebagai berikut:
Kecacatan tablet terkait dengan proses pengempaan tablet:
Capping : pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet dari badan utama
tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak.
Lamination : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih, lapisan terpisah secara
horizontal karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak.
Cracking : Retak kecil dan halus yang diamati pada permukaan tengah atas dan bawah tablet,
atau sangat jarang pada dinding samping tablet.
28
Picking : perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch.
Binding : massa cetak yang akan dikempa melekat pada dinding ruang cetak pada saat proses
ejection karena massa cetak yang tidak kering atau kurangnya pemberian lubrikan.
Penyebab Solusi
Tepat
Kurangnya jumlah lubrikan atau Menambahkan atau mengganti jenis
penggunaan lubrikan yang tidak tepat lubrikan yang digunakan
Terdapat udara yang terjebak dalam Hilangkan udara sebelum
massa cetak pengempaan tablet
Suhu dan kelembapan area cetak Atur dan kontrol suhu dan
tablet tidak terkontrol kelembapan ruang cetak tablet yang
sesuai
Penyebab Solusi
29
Terdapat bahan berminyak atau lilin Menambahkan adsorben atau zat
(wax) dalam granul penyerap
Terlalu banyak lubrikan hidrofobik Mengurangi atau mengganti jenis
lubrikan yang digunakan
Penyebab Solusi
Penyebab Solusi
Penyebab Solusi
Pengeringan granul kurang maksimal Lakukan pengeringan granul dengan tepat seperti
yang
semestinya
Penggunaan lubrikan yang tidak tepat atau Ganti atau tambahkan jumlah pengikat
terlalu sedikit
30
Terlalu banyak pengikat Kurangi atau ganti jenis pengikat
Adanya bahan yang berminyak Modifikasi proses pencampuran dan tambahkan
zat adsorben
Tekanan terlalu rendah Tingkatkan tekanan pengempaan
Proses pengempaan terlalu cepat Kurangi kecepatan pengempaan
Penyebab Solusi
Lubrikan terlalu sedikit atau tidak tepat Menambah jumlah lubrikan, dan zat
adsorben seperti silika koloid
Terdapat zat yang memiliki titik leleh Penambahan zat yang memiliki titik
rendah, namun jumlah yang cukup leleh tinggi dan gunakan lubrikan yang
banyak dalam formula memiliki titik leleh
Tablet tinggi
Suhu ruang terlalu tinggi Atur dan kendalikan suhu ruang
Penyebab Solusi
Penyebab Solusi
Zat aktif berwarna sedangkan eksipien Gunakan pewarna yang cocok dan
berwarna putih sesuai
31
Pewarna bermigrasi ke permukaan granul Ubah sistem pelarut, ganti bahan
pada saat pengeringan pengikat atau kurangi suhu
pengeringan dan memperkecil
ukuran granul
Penyebab Solusi
Adanya free rotation salah satu top Gunakan alat pengatur anti turning
punch atau bottom punch selama untuk mencegah free rotation
proses ejection
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang
padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Menurut Farmakope Indonesia
(edisi IV) tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tujuan utama digunakannya obat sediaan tablet yaitu dapat menghantar obat ke lokasi kerja
dengan dosis yang cukup, memiliki kecepatan kerja yang sesuai dan lama kerja sudah ditentukan.
Tablet dapat digolongkan menjadi 2 jenis tablet berdasarkan metode pembuatannya, yaitu tablet
32
cetak dan tablet kempa. Sebalum dibuat tablet bahan tablet yang masi berbentuk serbuk atau granul
dilakukan evaluasimutu fisik terlebih dahulu. Uji terhadap sediaan granul adalah meliputi: Uji
Organoleptis, Uji Distribusi Partikel, Uji Kelembaban, Uji Sifat Alir, Bobot Jenis, dan Uji
Kompresibilitas. Dan setelah tablet selesai diproduksi tablet harus dilakukan evalusi fisik terlebih
dahulu untuk mengetahui bahwa sediaan tablet yang dibuat benar-benar layak atau tidak. Uji
terhadap sediaan tablet ini meliputiuji Visual, Uji Keseragaman Bobot, Uji Keseragaman Ukuran,
Uji Kekerasan, Uji Kerapuhan, dan Uji Waktu Hancur. Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif
yang ada dalam tablet juga dibutuhkan eksipien yang merupakan bahan bukan zat aktif yang
ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi.
Secara umum pembuatan tablet dapat dibuat dengan tiga metode, yaitu: metode granulasi
basah dan metode granulasi kering. Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif yang
digunakan dalam formulasi bersifat tahan lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang relatif buruk. Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang
digunakan dalam formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembap dan panas, serta
memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk. Metode Kempa Langsung yaitu
pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi. Pembuatan tablet dengan metode ini memerlukan
eksipien yang memungkinkan untuk pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa selanjutnya dapat mengerti dan memahami materi mengenai tablet
yaitu Pembuatan Tablet dan Evaluasi Mutu Fisik Tablet, serta hal-hal yang berkaitan dengan
pembuatan tablet secara teori
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1979, Farmakope Indonesia, ed III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, ed IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020, Farmakope Indonesia, ed VI, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Hadisoewignyo L. dan Fudholi A., 2013, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
33
Hapsari, Violintin Nindya. (2018). MUTU FISIK GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK BIJI PEPAYA
(Carica Papaya L.) SEBAGAI ANTIDIARE. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra
Indonesia Malang.
Murtini, Gloria dan Elisa, Y. 2018. TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID. JAKARTA: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Murtii, Gloria dan Yetri Elisa. 2018. “PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET METODE CETAK
LANGSUNG”. Teknolida sedian solida. KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
Rori, Winda, Paulina V. Y. Yamlean dan Sri Sudewi. 2016. “FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN
TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE
GRANULASI BASAH”. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi.5 (2). Universitas Sam Ratulang.
Susanthi, A.A. Oka Sri., Setyawan Eka Indra dan I G.N. Dewantara Putra. (2010). PENGARUH VARIASI
KONSENTRASI MAGNESIUM STEARAT SEBAGAI BAHAN PELICIN TERHADAP SIFAT
FISIK TABLET VITAMIN E UNTUK ANJING. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
Syamsuni, H.A. 2006. ILMU RESEP. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tanjung, Y.P. dan Puspitasari I. 2019. FORMULASI DAN EVALUASI FISIK TABLET EFFERVESCENT
EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.). Jurnal Farmaka, Vol 17 (1).
Zaman N, Sopyan I. (2020) ‘Tablet Manufacturing Process Method and Defect Of Tablets’, Majalah
Farmasetika, 5(2), 88-89.
34