Anda di halaman 1dari 38

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

‘’ Pembuatan Tablet dan Evaluasi Mutu Fisik Tablet’’

Oleh

Kelompok IV

Nama Kelompok :

1. JESI DYAH AYU GIVANDA (2009484010015)


2. KOMANG PRISKILA ADELIA SILVY
(2009484010021)
3. NI LUH YANTI KUSUMA WIDANTARI
(2009484010035)
4. NI MADE AYU KERTA NINGSIH (2009484010036)
5. NI PUTU DEA ESTYANI PUTRI (2009484010038)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha dan hidayahnya
penulisan dan penyusunan makalah resume Sediaan solida dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat membantu untuk memberikan informasi
mengenai Pembuatan Tablet Dan Evalusimutu Fisik Tablet. Namun disamping itu kami juga menyadari
bahwa tentunya selalu ada kekurangan dalam makalah kami, baik dari isi makalah, kosa kata, penggunaan
tata bahasa dan kekuranagn lainnya, sehingga kami sangat memerlukan komentar dan kritik dari pembaca
agar kedepannya kami bisa membuat dan menyusun makalah dengan lebih baik, bagus dan benar.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua orang termasuk anggota dari kelompok kami
yang saling bekerja sama dalam membuat makalah ini dan juga Ibu dosen apt. Ni Made Dharma Santhini
S., M.Sc , karena telah memberikan kesempatan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Denpasar, 14 Oktober 2021

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Tablet...............................................................................................................................4
2.2 Jenis-Jenis tablet.................................................................................................................................5
2.3 Evaluasi mutu fisik granul................................................................................................................10
2.4 Evaluasi mutu fisik tablet.................................................................................................................14
2.5 metode pembuatan tablet..................................................................................................................25
2.6 Permasalahan-permasalahan dalam proses pembuatan tablet...........................................................30
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................34
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................34
3.2 Saran.................................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang
padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Tablet merupakan salah satu sediaan
obat per oral yang dapat diformulasikan dengan atau tanpa zat tambahan. Sediaan ini memiliki banyak
keuntungan salah satunya yaitu praktis dalam penggunaan dan dapat diproduksi dalam skala besar.
Tablet diproduksi melalui 3 macam metode yaitu granulasi kering, granulasi basah dan kempa
langsung. Masing-masing metode pembuatan tersebut harus disesuaikan dengan bahan tablet yang
akan dicetak. Sehingga perlu bagi para formulator untuk mengetahui karakteristik bahan yang akan
digunakan.

Dewasa ini, produksi sediaan tablet banyak dikembangkan untuk bahan aktif tanaman. Hal
tersebut untuk mendorong perkembangan pengobatan tradisional. Bahan aktif tanaman yang telah diuji
secara in vitro dan in vivo, sangat memungkinkan untuk dikembangkan dalam berbagai sediaan salah
satunya tablet. Tablet memiliki banyak kelebihan dibandingkan sediaan lain dilihat dari segi
penyimpanan, distribusi maupun saat penggunaan (Sapri et al., 2012).

Produksi tablet melibatkan eksipien atau zat tambahan yang memiliki peranan penting. Eksipien
menjadi salah satu pertimbangan dalam studi preformulasi untuk menentukan karakteristik dan jumlah
yang tepat agar dapat menghasilkan tablet yang memenuhi syarat. Salah satu formulasi tablet yaitu
bahan pengikat (binder). Bahan pengikat tablet sejauh ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu bahan pengikat
polimer alam dan bahan pengikat polimer sintetis. Bahan pengikat dari alam atau natural binder saat
ini banyak diteliti, seperti pati biji cempedak (Sapri et al.,2012), pati umbi garut (Astuti, 2014) dan pati
umbi gembili (Zulfa & Prihantini, 2019). Bahan pengikat sintetis contohnya yaitu Na-CMC, metil
selulosa, dan polivinil pirolidon (PVP).

Sifat bahan aktif suatu tablet memiliki berbagai variasi mulai dari ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, dan ketebalan, maka memiliki waktu hancur yang berbeda juga. Tablet konvesional saat ini
dapat dicetak menggunakan cara kompresi. Kemajuan teknologi yang berkembang pesat dibidang
farmasi memberikan banyak kemudahan dalam proses pencetakan tablet. Penggunaan teknologi alat
yang dilengkapi dengan punch dan die dalam berbagai ukuran memudahkan dalam pencetakan tablet.
Tekanan atau kompresi yang sama dan kecepatan yang tinggi dalam produksi tablet, memudahkan
memproduksi tablet yang berukuran konstan. Pada teknologi terdahulu, pembuatan tablet dengan cara

1
mencetak formula kedalam cetakan, menggunakan mesin alat tangan yang ditekan kemudian
dikeluarkan dari cetakannya setelah itu tablet dibiarkan kering (Ansel dan Ibrahim, 1989).

Berbagai jenis tablet beredar di pasaran, mulai dari tablet cetak, tablet triturat, tablet
hipodermik, tablet bukal, tablet efervesen, tablet kunyah, tablet multilapis, tablet vaginal, tablet hancur
cepat, dan tablet hisap. Tablet sebaik apapun jika tidak mengenai sasaran target penyembuhan tidak
akan berarti, maka diperlukan sistem penghantaran obat yang baik supaya dapat mencapai target yang
sesuai. Tablet dapat dihantarkan melalui beragam cara mulai dari formulasi yang sederhana, immediate
release, sediaan pelepasan diperlama maupun pelepasan modifikasi. Dalam hal ini perlu dipikirkan
sistem pelepasan mana yang diinginkan supaya sediaan mencapai target, dengan mempertimbangkan
jumlah dan kecepatan yang akan dihantarkan dengan stabilitas bahan aktif sediaan. Metode pembuatan
tablet kompresi antara lain adalah granulasi basah, granulasi kering dan secara kempa langsung. Pada
ketiga metode ini memiliki masing masing kelemahan dan keunggulan, pemilihan penggunaan metode
ini tergantung dari bahan aktif yang digunakan (Agoes, 2012). Tablet konvensional memiliki
kelemahan untuk aplikasi pada pasien, tablet konvesional mengharuskan pasien untuk dapat menelan
obat, sedangkan beberapa kalangan pasien memang sukar untuk menelan obat secara oral terlebih lagi
disaat berpergian atau pasien tidak memiliki akses air minum. Untuk pasien yang memiliki tingkat
pendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan menelan obat, biasanya cenderung akan menggerus obat
sehingga tujuan targetnya tidak terpenuhi. Berdasarkan kekurangan yang dimiliki oleh tablet
konvensional tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang sediaan ODT yang
memiliki keuntungan tidak perlu diminum menggunakan air, dapat menutupi rasa dari bahan aktif, dan
cepat melarut dalam saliva.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan tablet?


1.2.2 Apa saja jenis-jenis tablet?
1.2.3 Bagaimana mutu fisik granul?
1.2.4 Bagaimana mutu fisik tablet?
1.2.5 Bahan tambahan apa saja yang terdapat dalam formulasi tablet?
1.2.6 Jelaskan metode pembuatan tablet!
1.2.7 Permasalahan-permasalahan apa saja yang dalam proses pembuatan tablet?

1.3 Tujuan

2
Tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengetahui, menjelaskan dan memahami sedian
tablet, jenis – jenisnya, cara pembuatannya dan evaluasi mutu fisik sedian tablet.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tablet

Menurut Farmakope Indonesia (edisi IV) tablet adalah sediaan padat yang mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tujuan utama digunakannya obat sediaan tablet yaitu
dapat menghantar obat ke lokasi kerja dengan dosis yang cukup, memiliki kecepatan kerja yang
sesuai dan lama kerja sudah ditentukan. Tablet ada yang memiliki bahan tambahan yang sengaja
ditambahkan dan ada yang tidak. Bahan tambahan tersebut dapat berupa bahan pengisi, penghancur,
pengikat, pelicin, pelincir dan pembasah.
Tablet pada umumnya berbentuk cakram pipih, bundar, lonjong dan sebagainya. Bentuk
khusus ditujukan untuk mencegah, menghindari atau mempersulit pemalsuan. Biasanya tablet
berwarna putih. Untuk tablet yang berwarnakemungkinan disebabkan oleh warna asli zat aktifnya
maupun sengaja diberi warna untuk membuat tablet lebih menari, mencegah pemalsuan dan untuk
membedakan tablet satu dengan tablet lainnya.
ngertian
 Menurut FI Edisi IV :
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
 Menurut USP 26 (hal : 2406) :
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet
kompresi.
 Menurut Formularium Nasional Edisi II
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk
umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan
atau tanpa zat pengisi.
 Menurut Buku Pelajaran Teknologi Farmasi
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering,
kristal atau granulat,umumnya dengan penambahan bahan pembantu,pada mesin yang sesuai
dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder,kubus, batang dan
cakram serta bentuk seperti telur atau peluru.

4
Syarat-Syarat Tablet :

1. Kekerasan dari suatu tablet.


2. Keseragaman bahan aktif.
3. Keseragaman tablet.
4. Proses penghancuran.
5. Keregasan tablet (friability), adalah persen bobot yang hilang setelah diguncang.

2.2 Jenis-Jenis Tablet

Tablet dapat digolongkan menjadi 2 jenis tablet berdasarkan metode pembuatannya, yaitu
tablet cetak dan tablet kempa.

1. Tablet cetak.
Tablet yang dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam cetakan. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi
dengan etanol yang mana kadarnya tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam
sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan, lalu dikeluarkan dan dibiarkan kering.

2. Tablet kempa.
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering. Tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat
digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap
panas dan lembab.

Berdasarkan jenis bahan penyalutnya, tablet dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, di antarany:

1. Tablet salut biasa/ salut gula.


5
Tablet yang disalut dengan gula dari suspense dalam air yang mengandung serbuk
tidak larut seperti pati, talk dan laiinya yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Kekurangan dari tablet ini adalah memerlukan waktu yang lama dan penyalut yang tahan air.
Contoh:

Neurobion Forte Cavicur Curcuma FCT

2. Tablet salut selaput.


Tablet yang disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa,
hodroksipropilselulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak
mengandung air atau mengandung air. Contohnya:

Meviton Neurosanbe Atorvastatin calcium

3. Tablet salut enterik/ tablet lepas-tunda.


Tablet yang memerlukan penyalut enteric yang daoat menunda pelepasan obat samapi
tablet melewati lambung. Yang mana hal ini disebabkan jika obat rusak/ menjadi tidak aktif
akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung. Contoh:

Dulcolax Bisacodyl Cardio Aspirin

6
4. Tablet lepas-lambat.
Tablet yang memiliki efek diperpanjang, yang mana dibuat agar zat aktif tetap
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Contoh:

Vitabiotic Ultra Vitamin C Metformin Jenbro-200 SR

Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat digolongkan beberapa jenis, yaitu:

1. Tablet biasa/ tablet telan.


Tablet yang dibuat tanpa penyalut dan digunakan peroral dengan cara ditelat yang mana tablet
akan pecah di lambung. Contoh:

teosal Bodrex Sanmol

2. Tablet kunyah.
Tablet yang dikonsumsi dengan cara dikunyah dahulu di dalam mulut kemudian ditelan yang
mana pada umumnya tablet ini memiliki rasa yang tidak pahit. Contoh:

Devit 1000 Promag Mylanta

7
3. Tablet hisap.
Tablet yang dibuat dari zat aktif dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan,
dimaksudkan untuk terdisolusi secara lambat untuk efek lokal pada selaput moluska mulut. Tablet
ini dihisap sehingga membuat tablet melarut atau hancur perlahan di dalam mulut. Obat ini
digunakan sebagai obat local pada infeksi rongga mulut atau tenggorokan. Contoh:

Fitkom Vitacimin imboost kids

4. Tablet larut/ effervescent tablet.


Tablet yang dibuat dengan cara dikempa yang mana tablet dikonsumsi dengan cara melarutkannya
terlebih dahulu di dalam air dan akan menghasilkan karbon dioksida dikarenakan selain
mengandung zat aktif, tablet ini juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
natrium bikarbonat. Contoh:

Airborne Redoxon Ester C Effervescent

8
5. Tablet implant/ pelet.
Tablet yang dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet
dimasukkan dan kulit dijahit kembali dengan zat khasiat yang akan dilepas perlahan-lahan. Tablet
ini berbentuk bulat atau oval yang kecil, steril dan berisi hormone steroid. Contoh:

Naltrexone Implanon Addtrex'765

6. Tablet bukal.
Tablet yang dikonsumsi dengan cara tablet diletakkan di antara pipi dan gusi sehingga zat aktif
diserap langsung melalui mukosa mulut. Contoh

Teokap SR Oravig

7. Tablet sublingual.
Tablet yang digunakan dengan cara tablet diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktifnya diserap
langsung melalui mukosa mulut. Contohnya:

9
Farsobid Nervikem OD Piroxicam

2.3 Evaluasi Mutu Fisik Granul

Uji terhadap sediaan granul adalah meliputi: Uji Organoleptis, Uji Distribusi Partikel, Uji
Kelembaban, Uji Sifat Alir, Bobot Jenis, dan Uji Kompresibilitas.

1. Uji Organoleptis.
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa dari granul yang dihasilkan. Uji
organoleptis pada granul sendiri dapat dilakukan dengan cara dilihat secara langsung mulai
dari bentuk, warna, bau dan rasa dari granul yang dihasilkan. Bentuk, warna yang dihasilkan
sedapat mungkin sama antara satu dengan yang lainnya.

2. Uji Distrubusi Partikel.


fungsi distribusi partikel adalah menguji keseragaman ukuran granul agar pada proses
pengemasan dan penimbangan granul sama rata tidak ada yang berukuran besar maupun
berukuran kecil. Salah satu cara unutuk menguji distribusi partikel granul adalah dengan
metode pengayakan yaitu dengan cara, Granul yang sudah terbentuk diayak menggunakan
mesh no.8 untuk mengetahui persentase ukuran partikel pada formula kemudian dihitung
berapa banyak granul yang lolos pada ayakan.

3. Uji Kelembaban.
Uji kelembaban granul dilakukan untuk melihat kandungan air dalam granul.
Kandungan air granul yang terlalu tinggi pada granul dapat menyebabkan granul tidak dapat
mengalir dengan baik pada saat pentabletan atau tablet yang dicetak dapat melekat pada
punch dan die. Angka kelembaban yang tinggi menyebabkan granul akan susah untuk
dikompresi karena massa akan lengket pada mesin cetak sehingga menyebabkan tablet
mengalami capping. Sedangkan jika kelembaban granul terlalu rendah akan mengakibatkan
tablet menjadi rapuh, karena daya ikat antar partikel di dalam tablet rendah. Dengan adanya

10
kandungan lembab, ikatan antar partikel akan menjadi kuat, sehingga juga akan berpengaruh
terhadap kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan waktu hancur tablet yang akan dihasilkan.
Untuk menguji kadar lembab dapat menggunakan alat Moisture analyzer, namun jika
tidak memiliki alat tersebut, dapat dilakaukan menggunakan hitung susut pengeringan yaitu
dengan cara, Ditimbang 5gram granul yang telah dikeringkan dan kemudian dikeringkan
kembali di dalam oven pada suhu 105⁰C selama 15 menit. Kemudian diukur berat granul
yang telah dikeringkan tersebut dan dihitung kandungan lembabnya dengan rumus:

Berat awal granul−Berat akhir granul


%MC = x 100 %
Berat awal granul

Dimana kelembaban granul yang baik adalah 1%-5% (Voight, 1994). Diulangi
pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali. Pengulangan sebanyak dua kali ini dimaksudkan
untuk meminimalkan galat percobaan, selanjutnya ditentukan nilai rata-ratanya.

4. Uji Sifat Alir.


Evaluasi sifat alir granul meliputi laju alir granul dan sudut diam granul (sudut
istirahat).
a. Evaluasi Laju alir granul.
Laju alir granul memegang peranan penting dalam pengisian granul ke dalam die
(ruang kompresi). Granul yang tidak dapat mengalir dengan baik tidak bisa mengisi ruang
cetak secara maksimal dan konstan sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki
keseragaman bobot yang kurang baik. Laju alir granul yang baik adalah berkisar antara 4-
10 gram/detik. Granul yang mengalir baik akan dapat mengisi ruang cetak secara terus
menerus, konstan dan maksimal sehingga tablet yang dihasilkan dapat memenuhi
keseragaman bobot yang baik. Laju alir granul sangat dipengaruhi oleh kandungan
lembab dari granul itu sendiri, bila kandungan lembabnya tinggi maka ikatan (gaya tarik)
antar partikel granul menjadi lebih kuat karena kontak permukaan naik. Karena gaya tarik
antar partikel besar akibatnya granul semakin cepat mengalir. Oleh karena itu perlu
dilakukan uji kandungan lembab dari granul sebelum granul dicetak menjadi tablet.
Kandungan lembab dari granul yang diperbolehkan adalah 1-5% (Agoes, 1984; Lachman
et al., 1994; Voigt, 1994).
Pengujian Laju alir granul dapat dilakukan dengan cara yaitu, Ditimbang
100gram granul. Kemudian dituangkan secara perlahan-lahan granul tersebut kedalam

11
corong yang tertutup bagian bawahnya lewat tepi corong. Dibuka tutup corong secara
perlahan-lahan dan biarkan granul mengalir keluar. Dicatat waktu yang diperlukan (detik)
dengan stop watch sampai semua granul melewati corong (Parrott, 1971).
Laju alir granul yang baik adalah antara 4-10 gram/detik (Carstensen and Chan,
1977). Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali. Pengulangan sebanyak dua
kali ini dimaksudkan untuk meminimalkan galat percobaan, selanjutnya ditentukan nilai
rata-ratanya.
b. Evaluasi Sudut Diam Granul.
Granul akan mengalir dengan baik bila memiliki sudut diam antara 25°-40°.
Sudut diam granul dipengaruhi oleh kandungan lembab. Bila kandungan lembab granul
tinggi, maka sudut diam granul menjadi semakin kecil. Hal ini disebabkan karena dengan
adanya lembab maka ikatan antar partikel menjadi kuat sehingga granul yang dihasilkan
semakin cepat untuk bergerak turun (Wadke and Jacobson, 1980). Selain itu sudut diam
memiliki sifat Dimana semakin kecil sudut diam maka sifat alir granul menjadi semakin
besar dan hal ini menyebabkan granul menjadi lebih cepat mengalir (Chowhan, 1980).
Pengujian sudut diam garanul dapat dilakukan yaitu, dengan Ditimbang 100gram
granul. Dituang granul tersebut secara perlahan ke dalam corong melalui dinding corong.
Dibuka penutup corong dan dibiarkan granul mengalir hingga membentuk kerucut.
Diukur tinggi kerucut dan jari-jari kerucut yang terbentuk dengan menggunakan rumus:

h
tanθ=
r
h
θ=tan −1
r
Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali. Pengulangan sebanyak dua
kali ini dimaksudkan untuk meminimalkan galat percobaan, selanjutnya ditentukan nilai
rata-ratanya.

5. Bobot Jenis Granul


Pengujian bobot jenis granul dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan penentuan bobot
jenis nyata dann bobot jenis mampat.
a. Bobot Jenis Nyata (bulk)
Dilakukan yaitu, dengan Ditimbang granul yang telah dikeringkan sebanyak 50
gram. Dimasukkan granul tersebut ke dalam gelas ukur 100 mL dan dicatat volumenya.
Dihitung bobot jenis nyata dengan menggunakan rumus:

12 Berat granul(gram)
Bobot jenis Nyata ( ρ0 ) =
volume granul(ml)
Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali, selanjutnya ditentukan nilai rata-
ratanya.
b. Bobot Jenis Mampat
Dilakukan yaitu, dengan Ditimbang granul yang telah dikeringkan sebanyak 50
gram. Dimasukkan granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL kemudian dilakukan
pengetukan hingga volumenya konstan. Dicatat volume mampat dari granul dan dihitung
bobot jenis mampatnya dengan menggunakan rumus:

Berat granul(gram)
Bobot jenis Nyata ( ρt )=
volume mampat (ml)
Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali, selanjutnya ditentukan nilai
rata-ratanya.

6. Uji Kompresibilitas.
Kompresibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemampuan
serbuk atau granul untuk menjadi bentuk yang lebih stabil jika mendapat tekanan, yaitu
mudah menyusun diri pada saat memasuki ruang cetak kemudian mengalami deformasi
menjadi bentuk yang mampat dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan stabil (Lachman
et al., 2008).
Nilai kompresibilitas dibawah 15% biasanya memberikan sifat alir yang baik dan
diatas 15% menunjukkan kemampuan alir yang buruk (Lachman et al., 2008). Persen
kompresibilitas dihitung untuk mengetahui kemampuan granul untuk dicetak. Persen
kompresibilitas granul dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ρt −ρ0
% Kompresibilitas= x 100 %
ρt

Diulangi pengujian tersebut di atas sebanyak dua kali, selanjutnya ditentukan nilai rata-ratanya.

2.4 Evaluasi Mutu Fisik Tablet

13
Uji terhadap sediaan tablet ini meliputiUji Visual, Uji Keseragaman Bobot, Uji
Keseragaman Ukuran, Uji Kekerasan, Uji Kerapuhan, dan Uji Waktu Hancur.

1. Uji visual
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh keelokannya
sangat penting untuk penerimaan konsumen dan pengontrolan keseragaman antara bahan
serta antara tablet yang satu dengan yang lain serta memantau pembuatan yang bebas dari
kesalahan. Mengontrol penampilan umum tablet, mencakup pemeriksaan keseluruhan
identitas secara visual yang diberikan oleh tablet tersebut. Kontrol terhadap penampilan
umum melibatkan penetapan beberapa parameter, seperti: ukuran, bentuk, warna, ada
tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, dan cacat fisik, serta untuk membaca tanda-tanda
pengenal (Lachman, dkk, 1994).

2. Uji keseragaman bobot


Jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan yang akan ditekan menentukan berat
tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan (granul atau serbuk) yang mungkin
masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih
dahulu dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan. Penyesuaian diperlukan
karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat (Ansel, 1989).
Tablet tidak bersalut, tetapi harus memenuhi syarat keragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan
tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan kolom B. Tabel 3 berikut memperlihatkan penyimpangan bobot rata-rata
terhadap tablet.

Tabel 3: Standar Penyimpangan Bobot Rata-rata Tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)


A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

14
Untuk melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet dapat dilakukan menggunakan
alat yang bernama Timbangan Analitik. Gambar 9 berikut memperlihatkan alat untuk
melakukan uji keragaman terhadap bobot tabel yang berupa Timbangan Analitik.

Gambar 9. Timbangan analitik

Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet menggunakan timbangan
analitik adalah sebagai berikut.

a. Pilih 20 tablet.

b. Timbang 20 tablet tersebut.

c. Timbang satu persatu.

d. Hitung bobot rata-ratanya.

e. Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet dengan cara:

Keterangan:

Wo = bobot rata-rata

15
W1 = bobot tablet

f. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih besar
dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang mempunyai penyimpangan
bobot lebih besar dari kolom B (lihat tabel 3). (Farmakope Indonesia, 1979)

3. Uji keseragaman ukuran


Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau, dan dikontrol. Ketebalan
tablet adalah satu-satunya variabel dimensi yang berhubungan dengan proses. Pada beban
kempa yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan berubahnya pengisian die, dengan
distribusi ukuran partikel serta kepadatan campuran partikel yang dikempa, dan dengan
berat tablet, sementara pada keadaan pengisian die yang konstan, ketebalan bervariasi
dengan berubahnya beban kompresi. Ketebalan tablet akan konstan bila granulasi cukup
konsisten partikelnya serta ukuran distribusinya, panjang punch konsisten, dan penekan
tablet bersih dan bekerja dalam keadaan baik.
Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung.
Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh konsumen dan memudahkan dalam
pengemasan (Lachman, dkk, 1994). Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet (Farmakope Indonesia, 1979)
Untuk melakukan uji keseragaman terhadap ukuran tablet dapat dilakukan
menggunakan alat yang bernama Jangka Sorong. Gambar 10 berikut memperlihatkan alat
untuk melakukan uji keragaman terhadap ukuran tablet yang berupa Jangka Sorong.

Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut (Farmakope Indonesia,
1976).

16
a. Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
b. Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
c. Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
d. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓
tebal tablet.

4. Uji Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat
proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk
tablet adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness
tester (Ansel, 1989).
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas
kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat
pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan
terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Belakangan ini hubungan kekerasan dan
daya hancur serta kecepatan melarut obat menjadi sangat penting. Kekuatan tablet
merupakan fungsi dari isi die dan gaya kompresi. Pada penambahan tekanan kompresi,
nilai kekerasan tablet meningkat, sedangkan ketebalan tablet berkurang.
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang absolut dari kekuatan tablet, karena
pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet yang sangat keras, cenderung akan
terjadi cap pada pergesekan, sehingga menghilangkan bagian atas. Alat untuk menguji
kekerasan tablet adalah alat uji Monsanto, Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger
(Lachman, dkk, 1994). Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai
untuk tablet adalah sebesar 4 kg. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu berproduksi
supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya (Ansel,
1989).
Untuk melakukan uji kekerasan tablet dapat dilakukan cara manual dan
digital. Gambar 11 dan 12 berikut memperlihatkan alat untuk melakukan uji kekerasan
terhadap tablet yang dilakukan secara manual dan digital.

a. Manual

17
Gambar Alat uji ukur kekerasan tablet manual.

b. Digital

Gambar Uji ukur kekerasan tablet digital.

Prosedur kerja uji kekerasan terhadap tablet adalah sebagai berikut.

a. Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan.


b. Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet.
c. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai penunjuk
kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kilogram.

5. Uji Kerapuhan

18
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Uji kerapuhan ini
disebut juga dengan uji kerenyahan.
Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan tablet.
Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya,
akan kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerimanya dan dapat
menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman, dkk, 1994).

Alat penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator. Prinsip kerja alat ini dengan
memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan
dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan
tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Sejumlah tablet ditimbang, diletakkan ke
dalam alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian
dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih
dapat dibenarkan (Lachman, dkk, 1994).
Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari
20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji
kerapuhan adalah friablator test (Lachman, dkk, 1994)
Dari uji kerapuhan dapat diperoleh persen kerenyahan di bawah ini.

Untuk melakukan uji kerapuhan atau keregasan terhadap tablet dapat dilakukan alat yang
diperlihatkan pada gambar 13.

19
Gambar 13. Alat uji kerapuhan.

Prosedur kerja untuk melakukan uji kerapuhan/keregasan terhadap tablet, yaitu


sebagai berikut:

 Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.


 Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) = Wo.
 Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm.
 Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil.
 Ditimbang bobot tablet = Wf.
 Hitung persen kerapuhan.

6. Uji waktu hancur


Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin tester
(disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah kecuali dinyatakan
lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji
harus hancur sempurna (Farmakope Indonesia, 1995)
Untuk melakukan uji waktu hancur terhadap tablet dapat dilakukan alat yang
diperlihatkan pada gambar 14, yaitu berupa Desintegrator tester.

20
Alat uji waktu hancur.

Prosedur kerja uji waktu hancur menurut Farmakope Indonesia (1976) adalah
sebagai berikut:

a. Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml


b. Masukkan ke dalam beaker 1 liter
c. Pasang beaker pada alat
d. Pasang keranjang.
e. Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu masukkan
satu cakram pada tiap tabung
f. Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media.
g. Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur.
h. Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
i. Angkat keranjang.

Evaluasi sediaan tablet terdiri dari :

1. Evaluasi massa tablet, yaitu uji sediaan massa tablet (granul) sebelum dilakukan
pencetakan. Evaluasi dilakukan agar saat mencetak tablet tidak terjadi masalah dalam
proses, kemudian lakukan evaluasi tablet yang sudah dicetak

21
2. Evaluasi tablet, yaitu uji sediaan tablet hasil dari proses pencetakan. Evaluasi ini
dilakukan agar tablet yang dicetak memenuhi persyaratan tablet sesuai buku standar,
misal Farmakope Indonesia.

2.1.1 Bahan Tambahan (Eksipien) Dalam Formulasi Tablet


Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif yang ada dalam tablet juga dibutuhkan
eksipien atau semacam bahan tambahan. Eksipien disini merupakan bahan bukan zat aktif yang
ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Walaupun
eksipien bukan merupakan zat aktif, adanya eksipien sangat penting untuk keberhasilan
produksi sediaan yang dapat diterima. Syarat-syarat suatu eksipien farmasi antara lain:
 Stabil secara kimia
 Tidak reaktif
 Penggunaan peralatan rendah dan prosesnya sensitive
 Bersifat inert dalam tubuh
 Tidak toksik
 Karakteristik organoleptik dapat diterima
 Ekonomis
 Efisien dalam hal penggunaan yang diinginkan

Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:

a. Zat pengisi (diluent)


Zat pengisi adalah zat yang digunakan untuk memperbesar volume tablet. Dengan
mencampurkan bahan pengisi dan bahan aktif farmasi, produk akhir akan memiliki berat
dan ukuran yang memadai untuk proses produksi. Bahan pengisi ditambahkan jika zat
aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Selain berfungsi untuk memperbesar volume sifat
bahan pengisi tablet sangat berperan dalam mempengaruhi karakteristik produk akhir,
seperti kompresibilitas dan karakteristik tablet yang dihasilkan. Salah satu sifat yang
penting bagi setiap bahan pengisi adalah mudah mengalir memasuki pencetak tablet.
Bentuk partikel bahan pengisi dapat mempengaruhi kelarutan, karena bentuk kristal lebih
sulit dari pada bentuk amorf dan kelarutan akan mempengaruhi profil pelepasan obat zak
aktif sediaan tablet. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat,
Kalsium Karbonat, dan zat lain yang cocok.
b. Zat pengikat (binder)

22
Zat yang digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Bahan pengikat
banyak digunakan pada formulasi bentuk sediaan padat yang digunakan secara oral, seperti
tablet, untuk menahan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya. Bahan pengikat
menentukan keseragaman ukuran, kekerasan dan mudah tidaknya granul yang dihasilkan
untuk dikempa menjadi tablet. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering atau
larutan, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan pengikat
biasanya dibedakan berdasarkan teknik pembuatan yang akan dilakukan.
Pengikat kering digunakan pada proses pembuatan tablet dengan metode kempa
langsung. Pengikat kering harus menunjukkan sifat kohesi dan adhesi sehingga ketika
dilakukan pengempaan partikel-partikel akan menggumpal. Pengikat yang digunakan pada
granulasi basah bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Biasanya pengikat basah dilarutkan
dalam air hingga membentuk massa yang basah, kemudian digunakan untuk proses
granulasi. Zat-zat pengikat yang digunakan seperti: povidon atau PVP, gelatin, sukrosa,
metilselulosa.
Penggunaan binder sebaiknya dalam konsentrasi yang sesuai atau jumlahnya cukup.
Jika jumlah bahan pengikat tidak sesuai maka akan terjadi capping, lamination, sticking,
dan picking. Capping : pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet
dari badan utama tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak. Lamination
: pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih, lapisan terpisah secara horizontal karena
adanya udara yang terjebak dalam massa cetak. Sticking : bahan massa cetak tablet
menempel pada dinding cetakan die. Karena massa cetak lengket dan sebagian besar
disebabkan oleh kelembapan berlebih pada tahap granulasi. Picking : perpindahan bahan
dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch. Namun bila penggunaan
terlalu berlebihan dapat mengakibatkan meningkatnya kekerasan tablet yang
mengakibatkan tablet sukar larut.
c. Zat penghancur (disintegrant)
Zat penghancur atau disintegrant adalah zat yang digunakan agar tablet dapat hancur
dalam saluran pencernaan. Tablet hancur menjadi bentuk granul-granul, sehingga
meningkatkan luas permukaan tablet pada medium disolusi sehingga bahan aktif obat pun
dapat keluar dari tablet. Bahan penghancur merupakan zat yang akan mengembang dengan
adanya air setelah tablet ditelan. Tekanan pengembangan sangat berperan dalam
kehancuran tablet, dalam hal ini adalah ikatan yang mengompakkan hasil cetakan. Berikut
adalah teori tentang mekanisme aksi disentegrasi. Swelling adalah disintegran yang
mengalami pengembangan apabila bercampur dengan air atau kelembapan. Saat
mengembang dibutuhkan suatu ruang dan pada tablet dengan ruang kosong yang tidak

23
cukup banyak memberikan ruang bagi pengembangan disentegran menyebabkan
pendesakan berupa tekanan pada granul sehingga tablet pecah. Heat of wetting adalah
disintegran yang bila terbasahi oleh air atau kelembapan menimbulkan panas akibat reaksi.
Panas ini menyebabkan udara yang terperangkap dalam tablet sehingga volume menjadi
besar dan tablet pecah. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering, Gelatin,
Natrium Alginat.
d. Zat pelicin
Zat pelican yaitu zat yang digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada
cetakan. Berguna mencegah massa tablet melekat dan mengurangi gesekan selama proses
pengempaan. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik, sehingga cenderung
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar bahan pelicin
yang berlebihan harus dihindari. Zat-zat yang digunakan seperti: Talkum 5% b/b,
Magnesium stearat, Natrium Benzoat.

2.5 Metode Pembuatan Tablet.

Secara umum pembuatan tablet dapat dibuat dengan tiga metode, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Granulasi Basah

Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam
formulasi bersifat tahan lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang
relatif buruk. Tujuan dari pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu
agar dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa yang dilakukan dengan cara
mencampur zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapatkan massa cetak yang lembap yang dapat
digranulasi dan menghasilkan tablet yang tidak rapuh. Tahapan singkat proses granulasi basah
dapat dilihat di Gambar 1 dan Tabel 1.

24
Penimbangan bahan

Pencampuran awal

Granulasi basah

Pengayakan granul basah

Pengeringan granul

Pengayakan granul kering

Pencampuran akhir

Pencetakan tablet

Kelebihan dan Kekurangan Metode Granulasi Basah

No Kelebihan Kekurangan

Dapat digunakan untuk bahan zat Tidak dapat digunakan untuk bahan
1 aktif dan eksipien yang tahan zat aktif yang sensitif terhadap
panas dan lembap panas dan lembap

Mengurangi segregasi komponen


penyusun tablet Membutuhkan peralatan, area
2 yang homogen selama proses produksi, personil dan validasi
pencampuran proses yang lebih banyak

Meningkatkan kohesifitas dan Memerlukan waktu lebih lama


3 kompresibilitas serbuk massa karena tahapan prosesnya yang
cetak tablet cukup panjang

25
Cocok digunakan untuk zat aktif
dan eksipien dengan sifat aliran
4 dan Meningkatkan biaya produksi
kompresibilitas yang buruk

Kemungkinan terjadi kontaminasi


Cocok digunakan untuk sediaan
atau kontaminasi silang lebih
5 dengan kandungan zat aktif
besar di bandingkan dengan
yang besar (>100mg)
metode kempa langsung

Dapat menurunkan kecepatan


Meminimalkan variasi yang
6 disolusi jika tidak diformulasikan
mungkin terjadi antar bets
dengan tepat

2. Metode Granulasi Kering

Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam
formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembap dan panas, serta memiliki sifat alir
dan kompresibilitas yang relatif buruk. Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering
bertujuan untuk dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa massa cetak tablet.
Metode granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi
sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak
hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering
adalah tidak diperlukan panas dan kelembapan dalam proses granulasi sehingga cocok untuk zat
aktif dan eksipien yang sensitif terhadap panas dan lembap. Pembuatan tablet dengan metode
granulasi kering juga dapat dilakukan dengan meletakkan massa cetak serbuk diantara mesin rol
yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa padat yang tipis, selanjutnya diayak
atau digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.

Tahapan singkat proses granulasi kering

26
Penimbangan bahan

Pencampuran awal

slugging

Pengayakan granul kering

Pencampuran akhir

Pencetakan tablet

Kelebihan dan Kekurangan Metode Granulasi Kering

No Kelebihan Kekurangan

1 Dapat digunakan untuk zat aktif dan Diperlukan mesin khusus untuk
eksipien yang sensitif terhadap slugging
panas dan lembap

2 Peralatan yang dibutuhkan lebih Distribusi zat warna kurang


sedikit dibanding granulasi Homogeny
basah

3 Tidak perlu pemanasan atau Proses banyak menghasilkan


pelarutan terlebih dahulu debu sehingga meningkatkan
terhadap massa cetak terjadinya kontaminasi atau
kontaminasi silang

4 Dapat digunakan untuk bahan aktif Segregasi komponen penyusun


dan eksipien dengan sifat alir dan tablet dapat
kompresibiltas buruk terjadi setelah proses
dan dosis tinggi dalam sediaan pencampuran
(>100mg)

3. Metode Kempa Langsung

27
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi. Pembuatan tablet
dengan metode ini memerlukan eksipien yang memungkinkan untuk pengempaan langsung tanpa tahap
granulasi terlebih dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus seperti laktosa, sukrosa,
dekstrosa, atau selulosa yang mempunyai sifat aliran dan kemampuan kempa yang diinginkan. Bahan
pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa
anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa bentuk pati termodifikasi.
Metode kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah dan granulasi
kering. Walaupun demikian sifat fisik masingmasing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan
sedikit dapat mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung 12.
Kempa langsung merupakan metode paling mudah dan murah karena pembuatannya dapat
menggunakan peralatan cetak tablet konvensional, bahan tambahan yang digunakan umumnya mudah
didapat, dan prosedur kerja yang singkat. Namun metode kempa langsung terbatas pada obat dengan
dosis kecil dan massa cetak harus memiliki sifat alir yang baik

Tahapan singkat proses pembuatan tablet

Penimbangan bahan

Pengayakan

Pencampuran akhir

Pencetakan tablet

2.6 Permasalahan-permasalahan dalam proses pembuatan tablet

Masalah dalam proses pembuatan tablet secara umum dapat disebabkan karena masalah
dalam formulasi atau karena masalah dalam pengaturan peralatan dan atau keduanya. Dengan
demikian masalah umum dalam proses pembuatan tablet dapat diklasifikasi sebagai berikut:
 Kecacatan tablet terkait dengan proses pengempaan tablet:
Capping : pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet dari badan utama
tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak.
Lamination : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih, lapisan terpisah secara
horizontal karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak.
Cracking : Retak kecil dan halus yang diamati pada permukaan tengah atas dan bawah tablet,
atau sangat jarang pada dinding samping tablet.

 Kecacatan tablet yang dipengaruhi oleh eksipien:


Chipping : rusaknya bagian tepi tablet, karena butiran tepi yang sangat kering.
Sticking : bahan massa cetak tablet menempel pada dinding cetakan die. Karena massa cetak
lengket dan sebagian besar disebabkan oleh kelembapan berlebih pada tahap granulasi.

28
Picking : perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch.
Binding : massa cetak yang akan dikempa melekat pada dinding ruang cetak pada saat proses
ejection karena massa cetak yang tidak kering atau kurangnya pemberian lubrikan.

 Kecacatan tablet yang dipergaruhi oleh lebih dari satu faktor :


Mottling : keadaan dimana distribusi warna yang tidak merata pada tablet, dengan terdapatnya
bagian bintik-bintik terang atau gelap menonjol pada permukaan yang seragam.

 Kecacatan tablet terkait dengan pengaruh mesin :


Double Impression : merupakan suatu kesan ganda pada permukaan tablet yang dibuat dengan
punch yang berlogo, hal ini terjadi karena adanya gerakan punch yang tidak terkontrol setelah
pengempaan

Penyebab dan Cara mengatasi Capping

Penyebab Solusi

Granul terlalu besar Perkecil ukuran granul dengan


pengayakan menggunakan mesh 100
200
Kelembapan granul terlalu rendah Tingkatkan kelembapan granul
dengan penambahan zat pembasah.

Contoh: sorbitol, PEG 4000, metil


selulosa
Kurangnya jumlah pengikat atau Menambahkan atau mengganti jenis
penggunaan pengikat yang tidak pengikat yang digunakan

Tepat
Kurangnya jumlah lubrikan atau Menambahkan atau mengganti jenis
penggunaan lubrikan yang tidak tepat lubrikan yang digunakan
Terdapat udara yang terjebak dalam Hilangkan udara sebelum
massa cetak pengempaan tablet
Suhu dan kelembapan area cetak Atur dan kontrol suhu dan
tablet tidak terkontrol kelembapan ruang cetak tablet yang

sesuai

Penyebab dan cara mengatasi lamination

Penyebab Solusi

29
Terdapat bahan berminyak atau lilin Menambahkan adsorben atau zat
(wax) dalam granul penyerap
Terlalu banyak lubrikan hidrofobik Mengurangi atau mengganti jenis
lubrikan yang digunakan

Penyebab dan cara mengatasi cracking

Penyebab Solusi

Granul terlalu besar Perkecil ukuran granul


Granul yang terlalu kering Penambahan zat pembasah dan
jumlah zat pengikat dengan tepat
Tablet mengembang Menambahkan pengikat
Suhu ruang granulasi terlalu dingin Atur dan kendalikan suhu ruang
granulasi

Penyebab dan cara mengatasi chipping

Penyebab Solusi

Sticking pada permukaan punch Keringkan granul dan tambahkan lubrikan

Granul terlalu kering Kurangi waktu proses pengeringan atau


tambahkan zat pembasah
Terlalu banyak pengikat Optimasi pengikat atau gunakan pengikat
yang kering

Penyebab dan cara mengatasi sticking

Penyebab Solusi

Pengeringan granul kurang maksimal Lakukan pengeringan granul dengan tepat seperti
yang
semestinya
Penggunaan lubrikan yang tidak tepat atau Ganti atau tambahkan jumlah pengikat
terlalu sedikit

30
Terlalu banyak pengikat Kurangi atau ganti jenis pengikat
Adanya bahan yang berminyak Modifikasi proses pencampuran dan tambahkan
zat adsorben
Tekanan terlalu rendah Tingkatkan tekanan pengempaan
Proses pengempaan terlalu cepat Kurangi kecepatan pengempaan

Penyebab dan Cara mengatasi Picking

Penyebab Solusi

Kelembapan granul terlalu tinggi Lakukan pengeringan dengan optimal

Lubrikan terlalu sedikit atau tidak tepat Menambah jumlah lubrikan, dan zat
adsorben seperti silika koloid
Terdapat zat yang memiliki titik leleh Penambahan zat yang memiliki titik
rendah, namun jumlah yang cukup leleh tinggi dan gunakan lubrikan yang
banyak dalam formula memiliki titik leleh
Tablet tinggi
Suhu ruang terlalu tinggi Atur dan kendalikan suhu ruang

Penyebab dan Cara mengatasi Binding

Penyebab Solusi

Granul terlalu lembap atau basah Keringkan granul dengan optimal


Lubrikan terlalu sedikit atau tidak tepat Tambahkan lubrikan atau ganti
jenis lubrikan yang lebiih efektif
Granul terlalu kasar Perkecil ukuran granul
Area punch dan die kotor Perhatikan kebersihan punch dan
die

Penyebab dan Cara mengatasi Mottling

Penyebab Solusi

Zat aktif berwarna sedangkan eksipien Gunakan pewarna yang cocok dan
berwarna putih sesuai

31
Pewarna bermigrasi ke permukaan granul Ubah sistem pelarut, ganti bahan
pada saat pengeringan pengikat atau kurangi suhu
pengeringan dan memperkecil
ukuran granul

Proses pencampuran tidak homogen Lakukan pencampuran dengan


tepat hingga homogen dan
kecilkan ukuran granul agar tidak
terjadi segregasi

Penyebab dan Cara mengatasi Double Impression

Penyebab Solusi

Adanya free rotation salah satu top Gunakan alat pengatur anti turning
punch atau bottom punch selama untuk mencegah free rotation
proses ejection

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang
padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Menurut Farmakope Indonesia
(edisi IV) tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tujuan utama digunakannya obat sediaan tablet yaitu dapat menghantar obat ke lokasi kerja
dengan dosis yang cukup, memiliki kecepatan kerja yang sesuai dan lama kerja sudah ditentukan.
Tablet dapat digolongkan menjadi 2 jenis tablet berdasarkan metode pembuatannya, yaitu tablet
32
cetak dan tablet kempa. Sebalum dibuat tablet bahan tablet yang masi berbentuk serbuk atau granul
dilakukan evaluasimutu fisik terlebih dahulu. Uji terhadap sediaan granul adalah meliputi: Uji
Organoleptis, Uji Distribusi Partikel, Uji Kelembaban, Uji Sifat Alir, Bobot Jenis, dan Uji
Kompresibilitas. Dan setelah tablet selesai diproduksi tablet harus dilakukan evalusi fisik terlebih
dahulu untuk mengetahui bahwa sediaan tablet yang dibuat benar-benar layak atau tidak. Uji
terhadap sediaan tablet ini meliputiuji Visual, Uji Keseragaman Bobot, Uji Keseragaman Ukuran,
Uji Kekerasan, Uji Kerapuhan, dan Uji Waktu Hancur. Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif
yang ada dalam tablet juga dibutuhkan eksipien yang merupakan bahan bukan zat aktif yang
ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi.

Secara umum pembuatan tablet dapat dibuat dengan tiga metode, yaitu: metode granulasi
basah dan metode granulasi kering. Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif yang
digunakan dalam formulasi bersifat tahan lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang relatif buruk. Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang
digunakan dalam formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembap dan panas, serta
memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk. Metode Kempa Langsung yaitu
pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi. Pembuatan tablet dengan metode ini memerlukan
eksipien yang memungkinkan untuk pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa selanjutnya dapat mengerti dan memahami materi mengenai tablet
yaitu Pembuatan Tablet dan Evaluasi Mutu Fisik Tablet, serta hal-hal yang berkaitan dengan
pembuatan tablet secara teori

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1979, Farmakope Indonesia, ed III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, ed IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020, Farmakope Indonesia, ed VI, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Hadisoewignyo L. dan Fudholi A., 2013, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

33
Hapsari, Violintin Nindya. (2018). MUTU FISIK GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK BIJI PEPAYA
(Carica Papaya L.) SEBAGAI ANTIDIARE. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra
Indonesia Malang.

Murtini, Gloria dan Elisa, Y. 2018. TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID. JAKARTA: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

Murtii, Gloria dan Yetri Elisa. 2018. “PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET METODE CETAK
LANGSUNG”. Teknolida sedian solida. KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA

Ningsih, W, Firmansyah, Jumaynah, N. 2017. FORMULASI TABLET KUNYAH KALSIUM LAKTAT


DENGAN VARIASI KONSENTRASI HPMC SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT
FISIKNYA. JURNAL ILMU FARMASI & FARMASI KLINIK, Vol 14 (1).

Rori, Winda, Paulina V. Y. Yamlean dan Sri Sudewi. 2016. “FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN
TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE
GRANULASI BASAH”. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi.5 (2). Universitas Sam Ratulang.

Susanthi, A.A. Oka Sri., Setyawan Eka Indra dan I G.N. Dewantara Putra. (2010). PENGARUH VARIASI
KONSENTRASI MAGNESIUM STEARAT SEBAGAI BAHAN PELICIN TERHADAP SIFAT
FISIK TABLET VITAMIN E UNTUK ANJING. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Syamsuni, H.A. 2006. ILMU RESEP. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tanjung, Y.P. dan Puspitasari I. 2019. FORMULASI DAN EVALUASI FISIK TABLET EFFERVESCENT
EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.). Jurnal Farmaka, Vol 17 (1).

Zaman N, Sopyan I. (2020) ‘Tablet Manufacturing Process Method and Defect Of Tablets’, Majalah
Farmasetika, 5(2), 88-89.

34

Anda mungkin juga menyukai