Topik 7 B
Distribusi Zat C
2A
E
F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
Nama Kelompok A
Kelompok III: B
F
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini
mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan
koefisien distribusi suatu zat di dalam minyak dan
air.
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
Dasar Teori A
Jika suatu cairan atau padatan berlebih ditambahkan pada campuran dua
cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusikan diri di antara kedua fase sehingga
masing-masing fase menjadi jenuh. Jika jumlah zat yang ditambahkan pada pelarut B
tidak bercampur tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, zat tersebut tetap akan
terdistribusi di antara kedua lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu (Martin,
2006. Penemuan empiris ini disimpulkan dalam pernyataan like dissolve like. C
Kelarutan bergantung pada pengaruh kimia, listrik, struktur yang
menyebabkan interaksi timbalm balik zat pelarut dan zat terlarut (Martin, 1999). Zat
terlarut dapat berada sebagian atau keseluruhan dapat berada dalam bentuk molekul D
terasosiasi dalam bentuk salah satu fase atau dapat terdisosiasi menjadi ion-ion pada
salah satu fase cair. Hukum distribusi ini digunakan untuk konsentrasi zat yang umum
pada kedua fase, yaitu monomer atau molekul sederhana dari zat terlarut (Martin, 2006) E
Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau hidrofobik dari
molekul obat. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam capuran dua cairan yang tidak
F
saling tercampurkan, zat terlarut akan terdistribusi diantara dua fase dan tercapai
kesetimbangan pada suhu konstan.
Distribusi zat terlarut (tidak terasosiasi dan tidak terdisosiasi) di antara dua
lapisan yang tidak tercampurkan sebagai berikut:
Cu/ Cl =K
K = Koefisien distribusi/koefisien partisi
Cu = Konsentrasi dalam fase atas
Cl = Konsentrasi dalam fase bawah
Koefisien distribusi tergantung pada suhu, bukan merupakan fungsi
konsentrasi absolut zat atau volume kedua fase tersebut .
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
IV . Pelaksanaan Praktikum A
A. Bahan B. Alat
B
A
c. Cara kerja
C
2 Asam Borat ( dalam fraksi air setelah 16 71,22
dicampur dengan minyak)
3 Asam Benzoat (tanpa dicampur dengan 3,4 29,89
D
minyak)
4 Asam Benzoat (dalam fraksi air setelah 0,4 3,51
dicampur dengan minyak)
E
5 Asam Salisilat (tanpa dicampur dengan 2,7 26,85
minyak)
6 Asam Salisilat (dalam fraksi air setelah 0,3 2,98 F
dicampur dengan minyak)
Untuk mendapatkan normalitas NaOH dapat dihitung dengan :
Berat As. Oksalat
𝑥=
BE As. Oksalat x V. NaOH
100 mg
= = 0,072 𝑁
45,02 x 30,85 ml
Penentuan jumlah asam borat, asam benzoat dan asam salisilat dilakukan dengan cara :
1) Asam Borat (tanpa dicampur dengan minyak)
1 ml NaOH 0,1 N ~ 6,183 mg asam borat
18,4 ml NaOH 0,072 N ~ x asam borat
18,4 ml x 0,072 N X 6,183 mg
X= = 81,91 mg
1 ml x 0,1 N
2) Asam Borat (Dalam fraksi air setelah dicampur minyak)
1 ml NaOH 0,1 N ~ 6,183 mg asam borat
16 ml NaOH 0,072 N ~ x asam borat
16 ml x 0,072 N X 6,183 mg
X= = 71,22 𝑚𝑔
1 ml x 0,1 N
3) Asam Benzoat (tanpa dicampur dengan minyak)
1 ml NaOH 0,1 N ~ 12,21 mg asam benzoat
3,4 ml NaOH 0,072 N ~ x asam benzoat
3,4 ml x 0,072 N X 12,21 mg
X= = 29,89 𝑚𝑔
1 ml x 0,1 N
4) Asam Benzoat (Dalam fraksi air setelah dicampur minyak)
1 ml NaOH 0,1 N ~ 12,21 mg asam benzoat
0,4 ml NaOH 0,072 N ~ x asam benzoat
0,4 ml x 0,072 N X 12,21 mg
X= = 3,51 𝑚𝑔
1 ml x 0,1 N
5) Asam Salisilat (tanpa dicampur dengan minyak)
18,4 ml NaOH 0,072 N ~ 13,812 mg asam salisilat
2,7 ml NaOH 0,064 N ~ x asam salisilat
2,7 ml x 0,072 N X 13,812 mg
X= = 26,85 𝑚𝑔
1 ml x 0,1 N
C
2 Asam Borat ( dalam fraksi air setelah 2,5 9,892
dicampur dengan minyak)
3 Asam Benzoat (tanpa dicampur dengan 3,5 27,350
D
minyak)
4 Asam Benzoat (dalam fraksi air setelah 1,1 8,595
dicampur dengan minyak)
E
5 Asam Salisilat (tanpa dicampur dengan 3,5 30,93
minyak)
6 Asam Salisilat (dalam fraksi air setelah 1,3 11,49 F
dicampur dengan minyak)
Untuk mendapatkan normalitas NaOH dapat
dihitung dengan :
Berat As. Oksalat
𝑥=
BE As. Oksalat x V. NaOH
100 mg
= = 0,064 𝑁
45,02 x 34,7 ml
A
PEMBAHASAN TOPIK 7
Percobaan ini dilakukan untuk penentuan koefisien distribusi dari asam
benzoat, asam borat dan asam salisilat. Pelarut yang digunakan adalah air dan
minyak kelapa, dimana kedua pelarut ini tidak dapat larut satu sama lain tetapi sampel B
dapat larut dalam kedua sampel tersebut. Hal ini disebabkan karena air merupakan
pelarut polar, sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut nonpolar. Perlakuan
dimana asam borat, asam benzoat, dan asam salisilat ditambahkan minyak kelapa C
lalu dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian dilakukan pengocokkan. Hal ini
dilakukan agar zat dapat mengadakan keseimbangan antara larut dalam air dan yang
larut dalam minyak kelapa. Setelah dikocok campuran dibiarkan beberapa saat, ini D
bertujuan agar pemisahan antara kedua pelarut tersebut bisa sempurna. Pada
percobaan pertama, ditemukan koefisien 0,150, 7,515, dan 8,01. Pada percobaan
kedua ditemukan koefisien 0,279, 2,182, dan 1,692. Pada percobaan ketiga E
ditemukan koefisien 0,105, 2,333, dan 5,001. Pada percobaan keempat ditemukan
koefisien 0,420, 6, 202, dan 5,760. Pada percobaan kelima ditemukan koefisien 0,695
7, 409, dan 3,571. F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
A
KESIMPULAN
B
Dari kelima data yang sudah didapatkan dapat
disimpulkan bahwa asam borat mempunyai koefisien yang
paling rendah, dilanjutkan dengan asam salisilat dan asam C
askorbat. Koefisien asam borat terlihat dalam rentang 0,100
sampai 0,400 koefisien. Koefisien asam askorbat terlihat
D
dalam rentang 2,000 sampai 7,000. Koefisien asam salisilat
terlihat dalam rentang 3,000 sampai 7,000. Sekian atas hasil
percobaan kami mengenai Distribusi zat, Terima kasih. E
F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
MEI
B
TERIMA 2021 C
KASIH D