Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATA KULIAH FTS SOLID/PADAT

“FORMULASI SEDIAAN PADAT”


Dosen Pengampu : apt. Desti Wulandari, M.Farm

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


Bagus Ardiansyah (10122007)
Della Risanova (10122010)
Meli Rahmawati (10122020)
Putri Andayani (10122026)
Siti Tania (10122027)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HAR-KAUSYAR
PEMATANG REBA
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan
makalah ini tidak bisa selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak. Kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt. Desti Wulandari, M.Farm atas tugas yang
telah diberikan. Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui
penelitian dalam makalah ini.
Makalah dengan judul “Formulasi Sediaan Padat” disusun untuk memenuhi
tugas mata FTS Solid/Padat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi penulis dan juga bagi para pembaca.
Melalui makalah ini, diharapkan pembaca bisa mendapatkan ilmu dan perspektif
baru. Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap dapat memberikan
manfaat bagi orang lain. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kita
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pematang Reba,14 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi farmasi mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Berbagai jenis sediaan obat dan pengobatan dikembangkan. Metode dan teknik
pembuatan obat serta bentuk penghantaran obat diformulasi dan dimodifikasi
sedemikian rupa untuk menghasilkan obat-obat yang memiliki stabilitas yang baik,
mudah digunakan, dapat diterima oleh seluruh konsumen, mudah dalam penyimpanan
dan pengemasannya serta memiliki tingkat keberhasilan terapi yang tinggi.
Sediaan-sediaan farmasi pada umumnya tersedia dalam tiga bentuk sediaan yaitu
solida (padat), semisolida (setengah padat) dan liquida (cair). Menurut Ansel (2008)
dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil
daripada bentuk cair. Salah satu bentuk sediaan padat adalah tablet dimana sediaan
tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami
perkembangan dalam formulasinya. Selain itu, menurut Lachman dkk (1989), beberapa
keuntungan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya
dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan lain.
Hal ini menunjukkan bahwa sediaan tablet menjanjikan efek terapi yang cepat
dan keseragaman dosis yang tepat. Pada umumnya, sediaan tablet digunakan dengan
pemberian oral untuk tujuan sistemik. Akan tetapi, beberapa senyawa memiliki tingkat
toksisitas yang tinggi apabila dikonsumsi melalui rute oral, contohnya adalah tablet
ketokonazol. Pada pemberian oral, ketokonazol mengalami first past effect yang besar
dan bersifat hepatotoksis yang mengakibatkan hepatitis, selain itu ketokonazol dapat
menghambat sintesa hormon testosteron yang mengakibatkan terganggunya produksi
sperma dan impotensi (Tjay dan Rahardja, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sediaan solid?
2. Apa saja contoh sediaan padat atau solid?
3. Apa definisi tablet?
4. Apa saja tahap tahap dalam proses formulasi tablet?
5. Apa saja alat alat yang digunakan dalam proses pembuatan tablet?
6. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan tablet?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sediaan solid
2. Untuk mengetahui apa saja contoh sediaan solid
3. Untuk mengetahui definisi tablet
4. Untuk mengetahui tahapan yang ada di dalam formulasi tablet
5. Untuk mengetahui alat alat yang digunakan dalam proses pembuatan tablet
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan tablet
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sediaan Solid
Bentuk sediaan obat yang dikonsumsi setiap berbeda-beda setiap individu,
antara lain lain kapsul, tablet, sirup, puyer, krim dan bentuk sediaan lainnya. Seorang
dokter dituntut untuk dapat mengenali dan mengidentifikasi setiap bentuk sediaan obat
yang dan telah mendapat ijin edar di pasarkan, terutama saat seorang dokter akan
mengubah bentuk sediaan obat jadi menjadi bentuk sediaan obat racikan. Alasan yang
paling mendasar supaya individu yang sedang dalam pengobatan/ perawatan
mendapatkan bentuk sediaan obat yang sesuai dengan keadaan individu tersebut tanpa
mengurangi khasiat obat yang telah diubah bentuk sediaannya (racikan) tersebut.
Sebelum menjadi bentuk sediaan obat tertentu, campuran obat tersebut dari
beberapa bahan obat. Bahan obat adalah unsur/ zat aktif secara fisiologis digunakan
dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan atau penyembuhan penyakit pada manusia,
hewan maupun tumbuhan. Bahan obat dapat berasal dari alam (seperti dari sumber
mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan) dan biosintesis atau sintesis kimia organik.
Secara umum, bentuk sediaan obat dibedakan menjadi tiga, antara lain :
a. Bentuk Sediaan Obat Padat (Solid) seperti tablet, kapsul, suppositoria, dan lain
sebagainya
b. Bentuk Sediaan Obat Setengah Padat (Semi solid) seperti salep, gel, pasta, krim, dan
lain sebagainya
c. Bentuk Sediaan Obat Cair (Liquid) seperti larutan, elixir, suspensi dan emulsi.

B. Contoh Sediaan Solid(Padat)


Bentuk Sediaan Obat Padat (Solid)
1. Tablet : sediaan padat kompak dibuat secara kempa/ cetak, dalam bentuk lingkaran
pipih kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih,
dengan atau tanpa zat tambahan. Perbedaan dengan kaplet berada pada bentuknya yang
silinder memanjang.
2. Pil : sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat.
3. Kapsul : Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut dalam air, terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai.
4. Serbuk : campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
5. Suppositoria : sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk biasanya bentuk peluru
yang diberikan melalui rektal/ anus, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh.
6. Implan (Implants) atau pellet : sediaan padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan
kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau
pencetakan.
Bentuk Sediaan Obat Setengah Padat (Semi solid)
1. Salep : sediaan setengah padat mengandung bahan obat harus larut atau terdispersi
homogeny dalam dasar salep yang cocok.
2. Krim (Cream) : sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Terdiri atas 2 fase yang sulit
bercampur yaitu fase air dan fase minyak.
3. Gel : Sediaan setengah padat / semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan.
Bentuk Sediaan Obat Cair (Liquid)
1. Larutan : sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur.
2. Elixir : sediaan berupa larutan yang sebagai pelarut utama digunakan etanol untuk
meningkatkan kelarutan obat, mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat
seperti gula/ zat pemanis, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet yang digunakan
sebagai obat dalam.
3. Suspensi : sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair
4. Emulsi : sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil.
C.Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar
tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling
banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan tablet cetak dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Tablet adalah sediaan padat kompak cetak dalam tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979). Beberapa kriteria yang harus dipenuhi suatu
tablet berkualitas adalah kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya
tetap baik selama fabrikasi pengemasan dan pengangkutan sampai pada konsumen,
dapat melepaskan obatnya sampai pada ketersediaan hayati, memenuhi persyaratan
keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya, mempunyai penampilan yang
menyenangkan baik mengenai bentuk, warna, dan rasa (Sheth et al, 1980).
Bahan yang akan dikempa harus memenuhi persyaratan sifat diantaranya mudah
mengalir (free flowing), agar jumlah bahan yang mengalir dari hopper kedalam ruang
cetak selalu sama untuk setiap saat. Dengan demikian bobot tablet tidak memiliki
variasi yang besar. Selain itu juga kompresibilitas yang dimaksudkan 4 bahwa bahan
tablet akan menjadi kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan tablet yang keras dalam
penyimpanan (Sheth et al, 1980).

D. Tahap Formulasi Tablet


a. Praformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan
farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi
penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.

b. Formulasi adalah Salah satu kegiatan dalam pembuatan sediaan


dimanamenitikberatkan pada kegiatan merancang komposisi bahan baik bahan aktif
maupun bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sediaan tertentu yang
meliputi nama dan takaran bahan, dimana penentuan bahan harus selalu melewati proses
studi praformulasi.
Untuk pembuatan suatu tablet, harus diperhatikan sifat zat berkhasiat serta bahan
pembantu yang digunakan. Tablet dapat dibuat satu persatu dengan cara memampatkan
sejumlah serbuk tertentu diantara dua stempel dalam satu cetakan atau acuan yang
sesuai. Bagaimanapun cara ini merugikan dan memerlukan waktu yang lama. Dewasa
ini teknologi pembuatan tablet telah meningkat dengan pesatnya. Tablet bukan saja
dimampatkan dengan menggunakan mesin tablet stempel tunggal tetapi juga dengan
menggunakan mesin tablet berstembel banyak yang bergerak secara berputar dengan
teratur (“rotary”).
Kecepatan pembuatan tablet dengan cara ini sangat tinggi sehingga lebih 70.000
tablet dapat dihasilkan dalam waktu satu jam. Oleh sebab itu, pengisian serbuk ke dalam
acuan atau cetakan untuk dimampatkan menjadi tablet perlu dilakukan secara
automatik. Dengan berkembangnya pengolahan baik secara automatik atau secara
semiautomatik dan diperlukan pengawalan pelepasan obat dari formulasi farmasi,
pemilihan bahan penambah menjadi teliti. Pengetahuan dasar mengenai kegagalan atau
keberhasilan pemampatan suatu serbuk mengizinkan seorang ahli farmasi atau ahli
formulasi memilih bahan penambah yang mempunyai sifat-sifat yang bersesuaian.
Walaupun bahan pembantu kimia dan kriteria bahan penambah sangat penting untuk
tujuan pengawalan mutu, sifat-sifat fisika dan fisikokimianya merupakan faktor yang
mungkin mempengaruhi proses pembuatan formulasi dan ciri-ciri hasil akhirnya seperti
kestabilan dan ketersediaan hayatinya. Belakangan ini pemilihanbahan penambah untuk
tablet hanya berdasarkan kepadapenemuan bahan yang tidak mempunyai keaktifan
secara fisiologi, yang agak inert, dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak dan murah
harganya, serta dapat dikendalikan dan didisain untuk memberi ciri-ciri yang diperlukan
untuk produksi tablet.
Bagaimanapun dengan kemajuan yang pesat dalam teknologi pembuatan dan
penghasilan tablet, bahan-bahan penambah tradisional ini sekarang telah disediakan di
dalam berbagai tindakan yang masing-masingnya mempunyai sifatsifat fisik yang
berlainan. Bahan penambah atau pengisi yang digunakan di dalam suatu formulai tablet
mempunyai fungsi yang berlainan, oleh karena itu bahan-bahan ini sangat berbeda dari
segi sifat-sifat kimia, fisika, dan fisikokimianya. Disamping itu, sebagian bahan
mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan berbagai fungsi kegunaannya. Misalnya,
selulosa mikrohablur dapat digunakan sebagai pembasah tetapi mempunyai sifat
desintegrasi (penghancur) dan juga dapat dianggap sebagai pengikat kering karena dapat
membentuk tablet yang kuat.
Magnesium stearat dapat berfungsi sebagai pelicin dan antirekat disamping
berfungsi juga sebagai pelincir. Bahan obat dalam tablet biasanya berkisar 0,5% hingga
kira-kira 70% atau lebih daripada jumlah berat akhir suatu tablet. Bagi obat keras, dosis
lazimnya sangat kecil untuk dapat dimampatkan menjadi tablet. Bahan-bahan obat yang
demikian dan bahan-bahan obat yang sukar dijadikan tablet karena sifat fisikokimianya,
harus ditambahkan bahan penambah atau pengisi yang sesuai untuk membantu dalam
pembentukan tablet.
E. Alat Alat Dalam Proses Pembuatan Tablet

Anda mungkin juga menyukai