Anda di halaman 1dari 37

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN

SOLID
“FORMULASI TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN METODE GRANULASI KERING”

Disusun Oleh :

Godwin Pargaulan S 16334085


Ani Rahayu 16334086
Ayu Shandra 16334088
Rini Kartini 16334089
Yasinta Dwianitami 16334091
Adisty Deanissa 16334092

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


FAKULTAS FARMASI
TAHUN AJARAN 2016/2017
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “Formulasi Tablet Kalsium Laktat Dengan Metode Granulasi kering”. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna
dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Solid. Disamping itu, saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Jakarta, Januari 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasar kan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Sediaan tablet merupakan sediaan yang
paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya.

Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan
menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986).Tablet hanya memberikan efek yang
diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang
baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang
peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya.

Telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh obat yang beredar di pasaran di buat
dalam bentuk tablet dan pada umumnya sebagian besar bahan obat yang dikenal dalam
bidang farmasi dapat diproses menjadi tablet.

Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat mulut untuk sediaan
tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larutan bekerja lokal pada saluran pencernaan dan
bahan yang larut, terdisolusi dalam usus dan bekerja local dalam saluran pencernaan dan
bahan yang larut terdisolusi dalam usus dan bekerja sistematik.

Beberapa keuntungan sediaan tablet alah sediaan lebh kompak, dosisinya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibandingkan sediaan yang lain. Selain
mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai
fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan
pengikat, bahan pengembang, bahan pelican atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang
digunakan harus inert dan tidak menimbulkan toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relative konstan pada jangka waktu tertentu.
Pada praktikum ini, kami merancang formula tablet Kalsium Laktat. Kalsium Laktat
memiliki sifat tidak tahan panas, sehingga pembuatan sediaan tablet dibuat dengan
menggunakan metode granulasi kering.

1.2.Tujuan Praktikum

3
Membuat sediaan tablet asam Kalsium Laktat 400 mg dengan bobot tablet 600 mg
menggunakan metode granulasi kering sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan dan
melakukan evaluasi terhadap sediaan yang dibuat.
1.3.Tujuan Formulasi Tablet
1. Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (Kalsium Laktat) yang akan
digunakan dalam pembuatan sediaan tablet.
2. Mampu menentukan metode pembuatan dan pemilihan bahan tambahan berdasarkan kajian
praformulasi bahan.
3. Mampu menghitung jumlah bahan yang akan digunakan dalam pembuatan satu batch.
4. Mampu melakukan evaluasi serbuk, granul, tablet dan menganalisa penyimpangan yang
terjadi selama pembuatan tablet.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi Sediaan Solid
Teknologi sediaan solid adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi
bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan yang
mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi
menyebabkan obat tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya. Ada banyak manfaat
yang dapat diperoleh dengan membuat zat aktif dalam bentuk sediaan, diantaranya adalah
penerimaan oleh pasien lebih baik, sehingga orang tidak akan segan lagi meminum obat

Beberapa alasan mengapa obat dibuat sediaan yaitu :

1. Untuk keamanan penggunaan zat aktif yang merangsang lambung


2. Untuk menghilangkan atau mengurangi bau, rasa yang tidak enak
3. Memudahkan penggunaan
4. Aksebilitas (dapat diterima) oleh pasien
5. Zat aktif dilepas berlahan-lahan (Drug delivery system )

Ada beberapa pertimbangan terapeutik dalam merancang bentuk sediaan yaitu :

1. Keadaan penyakit, diberikan obat yang berefek local atau sistemik, yang bekerja cepat,
perlahan-lahan atau lambat.

2. Pengguna obat, obat dapat diminum sendiri oleh pasien atau harus dengan bantuan tenaga
medis

3. Tempat absorpsi obat. Absorpsi di saluran pencernaan, di otot atau tempat lainnya.

4. Umur pasien, untuk balita dan orang lanjut usia obat berbentuk cairan lebih disukai
sedangkan orang dewasa lebih menyukai yang lebih praktis seperti kapsul dan tablet

2.2. Tablet

5
Menurut FI edisi IV, Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa.

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam
bentuk umumnya pipih, permukaanya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau
tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis bahan obat diramu dengan zat
tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian
dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantng dari sifat
obatnya.(Admar, 2004).

Menurut Anief (1996), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengikat, zat pelicin dan zat pembasah.tablet digunakan baik untuk tujuan
penggunaan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya :

1. Tablet untuk vagina, berbentuk oval, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi,
penggunaan hormon secara lokal.

2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal dimulut dan tenggorokan umunnya
digunakan sebagai anti infeksi.

Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk
perut terdapat pula yang lain seperti :
1. Tablet bucal, digunakan denagan cara dimasukan diantara pipi dan gusi dalam
rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorbsi terjadi melalui mukosa mulut
masuk peredaran darah.
2. Tablet sublingual, digunakan dengan jalan dimasukan dibawah lidah, biasanya
berisis hormon steroid. Absorbsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3. Tablet implantasi, berupa pellet, oval atau pipih, steril dimasukan implantasi dalam
kulit tubuh.

2.3. Jenis-jenis Tablet


Menurut Admar (2004), jenis – jenis tablet terdiri dari :
1. Tablet kempa (compresi)
Tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan
ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya, diberi tambahan sejumlah bahan
pembantu antara lain :

a. Pengencer atau pengisi, yang ditambahkan jika perlu kedalam formulasi


supaya membentuk ukuran tablet yang diinginkan.

6
b. Pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam
formulasi, memungkinkan dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir
tabletnya.

c. Pengahancur atau bahan yang dapat membantu penghancuran,


akan membantu memecah atau menghancurkan tablet setelah pemberian
sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehinggalebih mudah
diabsorpsi.

d. Antilekat pelincir atau zat pelincir yaitu zat yang meningkatkan


aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini
pada punch dan die serta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat.

e. Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa.

Setelah pencetakan beberapa jenis tablet mungkin harus diberi lapisan


dengan berbagai macam bahan.

Hampir kebanyakan tablet digunakan melalui mulut/oral, tetapi


beberapa macam dapat digunakan secara sublingual (bawah lidah), dan
vagina.

2. Tablet kunyah (chewable tablet)


Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut
dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari manitol yang berasa dan
berwarna khusus. Tablet- tablet ini khususnya diperlukan dalam formula tablet
untuk anak-anak dan biasanya digunakan dalam sediaan dari tablet multivitamin.
Penggunaan lain dari tablet-tablet ini untuk pemberian antasida dan antibiotika.
Tablet-tablet ini dibuat secara kompresi (tekanan).

3. Tablet salut (coated tablet), terdiri dari :


a. Tablet salut gula (sugar coated tablet)

Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin
juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunanya
bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan kelembaban serta member
rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau

7
bahan obat. Faedah lainnya lagi, lapisan gula ini memberikan penampilan yang
manis. Kerugian dari lapisan gula ini adalah pengolahannya membutuhkan waktu
dan keahlian serta menambah berat dan ukuran tablet. Tablet salut mungkin
dua kali lebih besar dan lebih berat dari pada tablet tanpa salut.

b. Tablet salut film (film coated tablet)

Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis daari polimer yang
larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi
tablet. Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula
ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk
penggunaannya. Selaput ini pecah dalam saluran lambung-usus.

c. Tablet salut enterik (enteric coated tablet)

Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak
melarut atau hancur dilambung tapi di usus. Dengan demikian membiarkan
supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus.
Teknik ini digunakan dalam hal bahan obat dirusak oleh asam lambung,
mengiritasi mukosa lambung atau bila melintasi lambung menambah
absorbsi obat diusus halus sampai jumlah yang berarti.

4. Tablet kompresi berlapis

Tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu


kali tekanan. Hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet didalam
tablet, lapisan dalamnya menjadi inti dan lapisan luarnya disebut kulit.

Tablet berlapis dibuat dengan cara memasukkan satu campuran obat kedalam
cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya
dimasukkan kedalam cetakan yang sama dan ditakan lagi, untuk membentuk dua
atau tiga lapisan tergantung pada jumlah onat yang ditambahkan secara terpisah
dalam satu tablet berlapis. Biasanya t iap bahan campuran mengandung unsur obat
yang berbeda dan dipisahkan satu dengan lainnya karena tidak tersatukan, untuk
menyediakan obat yang penglepasannya dalam dua tingkatan atau lebih atau untuk
penampilan tablet berlapis yang unik.

Pada umumnya tiap lapis diberi warna yang berbeda sehingga berlapis-lapis dan
berwarna-warni. Pada pembuatan tablet berlapis yang mempunyai inti dalam ini
ditengah-tengah campuran bahan obat kedua yang dimasukkkan kedalam cetakan
yang sama supaya melingkupinya.

5. Tablet efferfecent

8
Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan
gas ketika bercampur dengan air. Dalam perdagangan tablet analgesik yang dibuat
alkalis sering dibuat berbuih unt uk m endorong l ebi h cepat hancur dan
melarutnya tablet ketika ditambahkan kedalam air atau minuman yang berair.

6. Tablet bukal/sublingual

Tablet sublingual yaitu tablet yang disisipkan dipipi dan dibawah lidah biasanya
berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau
dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukasa oral. Cara ini berguna untuk
penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali
diabsorsi oleh saluran pencernaan. Walaupun hanya sedikit obat yang diabsorbsi
melalui mukosa mulut, beberapa catatan penting supaya diperhatikan, nitrogliserin
dan banyak senyawa hormone steroid. Tablet dirancang untuk pemberian disisipkan
dipipi (seperti tablet progesteron) dibuat supaya hancur dan melarut perlahan-lahan,
sedang yang digunakan melalui dibawah lidah (seperti tablet nitrogliserin) akan
melarut segera untuk memberikan efek obat dengan cepat.

7. Tablet hisap (troshesci, lozenges, pastiles).

2.4. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Tablet


Keuntungan bentuk sediaan tablet antara lain:
1. Volumenya kecil, sehingga mudah mengemas, menyimpan, atau membawanya.
2. Tablet mengandung zat aktif yang seragam
3. Dapat mengandung zat aktif besar tetapi volumenya kecil, sehingga mudah
diberikan kepada anak-anak
4. Stabilitas kimia, mekanik dan mikrobiologinya tinggi dibandingkan dengan sediaan
lainnya
5. Rasa dan bau yang tidak enak akan berkurang , karena langsung ditelan, sehingga
kontak dengan selaput lendir (mulut) tidak lama
6. Tablet dapat disalut dengan tujuan untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan
bau yang tidak enak atau untuk terapi enterik.
7. Pelepasan zat aktif dapat diatur atau tempat hancur dapat diatur.
8. Dapat dibuat secara besar-besaran sehingga dapat menurunkan harga.
9. Cara pemakaiannya mudah.
10. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet lebih mudah karena tidak
memerlukan langkah pengerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak.
11. Tablet tersedia dalam berbagai dosis dan konsentrasi.
12. Regimen dosis dari pasien dapat dipertahankan oleh pasien sendiri sesuai anjuran
dokter.

9
Kerugian Sediaan Tablet antara lain:
1. Zat aktif yang cair atau higroskopis sukar diformulasikan karena memerlukan
prosedur lama untuk membuat tabletnya.
2. Cara pembuatannya cukup rumit, zat tambahan, pabrikasi dan alat-alat yang
digunakan
3. Tidak dapat diberikan untuk penderita yang tidak dapat makan (menelan), muntah
atau tidak sadar.
4. Tidak dapat langsung diberikan pada bayi.
5. Tablet dengan bentuk dan warna menarik, bau dan rasa enak dapat menarik
perhatian anak-anank, sehingga bila hari-hari dalam penyimpanan dapat keracunan.
6. Efek terapi secara umum lebih lambat dibandingkan larutan, karena zat aktif tidak
langsung diabsorbsi karena harus dilepaskan dulu dari sediaannya.

1.5. Metode Pembuatan Tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau
mesin slug) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
aliran campuran dan atau kemampuan kempa (FI IV, 5).

1. Granulasi Basah

Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam


memproduksi tablet kompresi. Langkah- langkah yang diperlukan dalam pembuatan
tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut :

a. Menimbang dan mencampur bahan-bahan

b. Pembuatan granulasi basah

c. Pengayakan adonan menjadi pellet atau

d. Pengeringan

e. Pengayakan kering

f. Pencampuran bahan pelincir

g. Pembuatan tablet dengan kompresi

2. Granulasi Kering
10
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau
penambahan bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara
memadatkan massa yang jumlahnya beasr dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil.
Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya
massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan
yang tidak dapat diolah dengan metode karena kepekaannya terhadap uap air atau
karena untuk mengeringknnya diperlukan temperature yang dinaikkan.

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama seperti
pada granulasi basah serbuk di slugged atau dikompresi menjadi table yang lebar dan
datar dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Hal ini dapat dilakukan karena aliran serbuk
ke dalam mesin slugging dibawah oleh adanya rongga besar dan tablet tidak
memerlukan ukuran dan berat yang tepat. Kempaan harus cukup keras agar ketika
dipecahkan, tidak menimbulkan serbuk berceceran.

Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan
lubang ayakan sesuai yang diinginkan, pelincir ditambahkan sebagaimana biasanya
dan tablet dibuat dengan dikempa. Aspirin yang terhidrolisis dengan adanya uap air,
biasanya dibuat menjadi tablet setelah slugging. Dan pada metode slugging
penggilingan yang memadatkan dapat digunakan untuk menaikan kepadatan dari serbuk
dengan mengempanya diantara penggilingan dengan tekanan tinggi. Bahan yang sudah
dipadatkan kemudian dipecahkan, ditentukan ukurannya dan diberi pelincir dan tablet
dibuat dengan pengempaan dengan cara yang biasa.

3. Kempa Langsung

Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodide,


amonium klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-
sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet
tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Dahulu jumlah bahan obat yang dapat
dijadikan tablet tanpa melalui granulasi lebih dahulu sangat sedikit. Pada waktu
sekarang ini penggunaan pengencer yang dikeringkan dengan penyemprotan, meluas
kepada formula-formula tablet tertentu daripada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas
yang diinginkan untuk tablet dengan kompresi langsung dan sejumlah produk-produk
lainnya sekarang banyak diproduksi dengan cara ini.

Tambahan lagi pengisi yang didorong atau dipaksa yang telah dikembangkan
memungkinkan pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi lansung,
sebab kerja mengeluarkan udara dari pengisi pada serbuk curah ringan membuatnya
menjadi lebih rapat, dan memungkinkan mengalir dengan tetap dan sempurna ke

11
dalam rongga cetakan ketika tablet dikompresi sehingga mengurangi penyebab
terjadinya capping kerekatan dari tablet segera setelah dikompresi.

2.6. Bahan-bahan Tablet

Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan
pengikat, disintegrant dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan
warna yang diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan,
bahan pengaroma dan bahan pemanis (Ilmu Resep, 172).

1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh farmakope.

2. Excipient atau bahan tambahan

a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar


mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit
atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa
mikrokristal.

b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya
gom akasia, gelatin, sukrosa, povidom, metilselulosa, CMC, pasta, pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal.

c. Bahan penghancur / pengembang (disintegrant) berfungsi membantu


menghancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang
dimodifikasi secara kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal dan povidon
sambung-silang.

d. Bahan pelican (lubrikan / lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama


proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet
melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam
stearat, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat
hidrofob, sehingga dapat menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet.
Oleh karena itu, kadar lubricant yang berlebih harus dihindari. PEG dan
gram lauril sulfat dapat digunakan, tetapi kurang memberikan daya lubrikasi
yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang lebih tinggi.

e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,


umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya
silica pirogenik koloida.
12
3. Adjuvan

a. Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai


estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.

b. Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet isap penicillin), biasanya digunakan untuk tablet
yang penggunaannya lama dimulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.

2.7. Masalah-masalah pada Tablet

1. Binding : kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding
ruang cetakan.

2. Sticking / picking : perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat
permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelican kurang atau massa
basah.

3. Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi
perlelahan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan
dalam botol, sisi- sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.

4. Splitting / capping : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada
bagian tengah. Capping : membelahnya tablet dibagian atas. Penyebabnya adalah :

a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang.

b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara


sehingga setelah dicetak udara akan keluar.

c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang
berada diatas massa yang kan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.

d. Formulanya tidak sesuai.

e. Die dan punch tidak rata.

5. Mottling : terjadi karena zat warna tersebar tidak meata pada permukaan tablet.

6. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada
pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

13
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Preformulasi/ Monografi Zat Aktif


Kalsium Laktat
Struktur

Rumus Molekul C6H10CaO6


Pemerian Serbuk putih, bau lemah , tidak enak, rasa
lemah.
Kelarutan Mudah larut dalam air (1 : 20) ; larut dalam
air panas.
Stabilitas
Inkompatibilitas Dengan larutan karbonat, fosfat, dan sulfat,
dan dengan agen pengoksidasi.
Kegunaan Sumber ion kalsium
Susut Pengeringan - Pentahidrat antara 22,0% dan 27,0%
- Trihidrat antara 15,0% dan 20,0%
- Monohidrat antara 5,0% dan 8,0%
- Anhidrat tidak lebih dari 3,0%

3.2. Preformulasi/ Monografi Bahan Tambahan


1. Laktosa
Rumus Molekul C12H22O11.H2O
Pemerian Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau
putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit
manis
Kelarutan 1 gram Laktosa larut dalam 4,63 ml air,
praktis tidak larut dalam kloroform, etanol
dan eter
Aplikasi dalam Formulasi Sebagai zat pengisi
Stabilitas pada kondisi lembab (kelembaban relative
≥80%), dapat ditumbuhi jamur. Pada
kondisi hangat dan lembab, dapat terjadi
perubahan warna menjadi coklat
Kandungan Lembab Laktosa anhidrat secara normal
mengandung air 1% b/b Laktosa
monohidrat mengandung air hampir 5% b/b.

14
Higroskopis Laktosa monohidrat stabil diudara dan
tidak terpengaruh oleh kelembaban pada
suhu kamar. Bentuk amorf, tergnatung
dari cara pengeringannya, dapat
terpengaruh oleh kelembaban dan dapat
diubah menjadi bentuk monohidrat.
Inkompatibilitas Reaksi kondensasi antara laktosa dengan
gugus amin primer dapat menghasilkan
produk berwarna coklat. Reaksi ini
terjadi lebih cepat dengan bentuk amorf
dibandingkan laktosa kristal

2. Amylum
Rumus Molekul (C6H10O5)n , dengan n = 300-1000

Pemerian Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna


putih berupa granul-granul kecil berbentuk
sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk
yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dingin
(95%) dan air dingin. Amilum mengembang
dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada
37˚C.
Aplikasi dalam Formulasi Sebagai zat penghancur
Stabilitas Pati kering dan tanpa pemanasan stabil
jika dilindungi dari kelembaban yang
tinggi. Jika digunakan sebagai
penghancur pada tablet dibawah kondisi
normal pati biasanya inert. Larutan pati
panas atau pasta secara fisik tidak stabil
dan mudah ditumbuhi mikroorganisme
sehingga menghasilkan turunan pati dan
modifikasinya yang berbentuk unik.

15
4. Acacia

Struktur Kimia

Rumus Molekul -

Pemerian Serpihan tipis, sobekan spheroidal, granul, sebuk, atau spray


dried powder; putih atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa
lunak

Kelarutan  Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental


dan tembus cahaya
 Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % )

Air 1:2,7

Gliserin 1:20

Propilenglikol 1:20

Aplikasi/Kegunaan Pengikat tablet (binder)


dalam formulasi
Pengisi tablet 1-5%

Stabilitas Larutan akasia mudah terkontaminasi oleh bakteri atau


mengalami degradasi enzimatis, tapi dapat dicegah dengan
penambahan pengawet (asam benzoat 0,1% b/v, natrium
benzoat 0,1% b/v, atau kombinasi metil paraben 0,17% b/v
16
dan propil paraben 0,03% b/v) atau dengan pemanasan untuk
menginaktivasi enzim. Harus disimpan dalam wadah kedap
udara pada tempat kering dan sejuk.

Higroskopis Higroskopis

Kandungan Lembab

Inkompabilitas Inkompatibel dengan aminodopirin, aponorfin, kresol, etanol


95%, garam ferri, morfin, fenol, fisostigmin, tanin, timol,
vanili. Beberapa garam dapat mengurangi viskositas larutan
akasia, sedangkan garam trivalen dapat menyebabkan
koagulasi. Larutan akasia memiliki muatan negative dan akan
membentuk koaservar dengan gelatin dan bahan lain. Dalam
proses pembuatan amulsi, larutan akasia inkompatibel dengan
sabun.

5. Magnesium Stearat

Struktur Kimia

Rumus Molekul C36H70MgO4

Pemerian Berupa serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah khas,
mudah melekat di kulit, bebas dari butiran

17
Kelarutan  Praktis tidak larut dalam air
 Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
 Praktis tidak larut dalam eter P

Aplikasi/Kegunaan Lubrikan
dalam formulasi

Stabilitas Merupakan bahan yang stabil dan sebaiknya disimpan dalam


wadah tertutup baik di tempat yang kering dan dingin

Higroskopis -

Kandungan Lembab

Inkompabilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa kuat dan garam besi.
Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Mg-
stearat tidak dapat digunakan dalam sediaan yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin dan sebagian besar
garam alkaloid

6. Talcum

18
Struktur Kimia

Rumus Molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4

Pemerian Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran
debu

Kelarutan  Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organic dan air.

Aplikasi/Kegunaan Glidan dan Antiadheren


dalam formulasi

Stabilitas Merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan


pemanasan pada suhu 160° C selama tidak kurang dari 1 jam.
Dapat juga disterilkan dengan penyinaran menggunakan
ethylene oxide atau gamma irradiation. Disimpan dalam
wadah tertutup baik di tempat yang dingin dan kering

Higroskopis Talk tidak mengabsorpsi sejumlah air pada suhu 25oC

19
Kandungan Lembab Kelembaban relatif naik hingga 90%

Inkompabilitas Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium quartener

3.3.Rasionalisasi Formula
Tahap ini dilakukan melalui :
1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan
untuk bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat
karakter sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literatur terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
 Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku
referensi lain.
 Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
 Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam Hand Book of Exipient.
 Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau
tujuan yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari
parameter/persyaratan yang ada, ada alternatif pemecahan masalah yang ada atau
alternatif langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.

20
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
 Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
 Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet
apa yang akan dipakai.
 Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan
awal, bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa
yang harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
Masalah yang dapat timbul dalam pembuatan tablet :

Masalah Bentuk Penyebab Cara Mengatasi (Alternatif)


Sifat alir tidak baik Lembab, ukuran Tambah lubrikan, ganti
(sudut henti yang distribusi tidak lubrikan, kurangi atau tambah
baik 25-45) cocok, adhesi/kohesi ukuran granul, bersihkan
tinggi dinding hopper
Binding Goresan garis pada Kurang lubrikan Tambah lubrikan, ganti
sisi tablet lubrikan, kurangi ukuran
granul, bersihkan die, cetak
dalam temperature rendah
Sticking dan Picking Selaput menempel Lembab, kurang Keringkan, perbaiki lubrikan
lubrikan
Capping Pecah permukaan Udara terkurang Perbaiki lubrikan, tambah
porositas tinggi, “fines”, granulasi ulang,
pengikat kurang tambah pengikat (binder)
Laminating Retak pada sisi Udara terkurang Perbaiki lubrikan, tambah
porositas tinggi, “fines”, granulasi ulang,
pengikat kurang tambah pengikat (binder)

21
Chipping dan Pecah sisi dan semua Tablet terlalu kuat Ganti punch, atur tekanan,
Cracking bagian tablet atau lemah granulasi ulang, tambahkan
pengikat (binder)
Porositas tinggi, Ganti punch, atur tekanan,
pengikat kurang granulasi ulang, tambahkan
pengikat (binder)
Berat tablet tidak Bobot besar, kecil Aliran tidak baik, Perbaiki sifat alir, atur tinggi
sesuai atau tidak seragam tinggi die tidak sama die
Kadar bahan aktif Bobot tidak seragam, Perbaiki penyebab bobot tidak
tidak seragam homogenitas kurang sesuai, lakukan pencampuran
(mixing) ulang
Tablet rapuh Mudah pecah Udara terkurung, Perbaiki lubrikan, tambah
porositas tinggi, “fines”, granulasi ulang,
pengikat kurang, tambahkan pengikat, sesuaikan
tekanan punch terlalu tekanan punch
kuat/lemah
Tablet keras Tekanan kuat, Atur tekanan punch sesuaikan
pengikat kuat jenis atau kadar pengikat
Tablet lama hancur Pengikat kuat, Sesuaikan jenis/kadar pengikat
penghancur kurang dan atau sesuaikan jenis kadar
penghancur
Tablet lama melarut Bahan aktif sukar Tambahkan bahan penambah
melarut, pengikat dan larut, sesuaikan jenis/kadar
penghancur kurang pengikat dan atau sesuaikan
jenis kadar penghancur

Rangkuman hasil pengkajian Praformulasi


Metode Pengertian Syarat Alasan
Granulasi kering Proses pembuatan tablet 1. Tidak tahan 1. Sifat alir
dengan cara terhadap panas kurang
mencampurkan zat aktif 2. Zat aktif baik dan
dan bahan tambahan memiliki sifat bahan obat
22
dalam keadaan kering, alir yang buruk tidak tahan
untuk kemudian 3. Kandungan zat terhadap
dikempa, lalu aktif dalam pemanasan
dihancurkan menjadi tablet tinggi 2. Dosis zat
partikel yang lebih aktif besar
besar, lalu dikempa dalam 1
kembali untuk tablet
mendapatkan tablet
yang memenuhi syarat

Keuntungan dan Kerugian Metode


Keuntungan metode yang dipilih Kerugian metode yang dipilih
1. Peralatan lebih sedikit karena tidak 1. memerlukan mesin tablet khusus
menggunakan larutan pengikat, untuk membuat slug
mesin pengaduk berat dan 2. sulit untuk memperoleh campuran
pengeringan yang memakan waktu dengan arna homogeny
lama 3. proses banyak mengkasilkan debu
2. baik untuk zat aktif yang sesitif sehingga dapat terjadi kontaminasi
terhadap panas dan lembab silang
3. mempercepat waktu hancur karena
tidak terikat oleh pengikat
4. umumnya digunakan untuk zat aktif
yang memiliki dosis besar

RASIONALISASI FORMULA

NO NAMA BAHAN Fungsi Alasan

1 Calcii Lactat Sebagai Zat Aktif Zat yang telah ditentukan

2 Amylum Sebagai Bahan Merupakan penghancur yang umum


pengahancur digunakan karena memiliki sifat
desintegrasi yang baik dan tersedia di lab.
Praktikum

3 Acacia Sebagai bahan Merupakan pengikat yang baik dan


pengikat umum digunakan untuk dosis yang besar

4 Lactosa Sebagai Diluent Lactosa bersifat tidak higroskopis dan


(pengisi) memiliki sifat alir yang balik

5 Mg Stearat Sebagai bahan Mg stearat berfungsi untuk menurunkan


lubrikan fraksi antara serbuk dan die serta Mg
stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan
23
anti adherent

6 Talcum Sebagai glidan Talcum merupakan glidan yang baik dan


dapat dikombinasi dengan Mg.stearat
untuk memperbaiki sifat aliran granul

7 Talcum Sebagai Talcum digunakan sebagai antiadherent


Antiadherent karena sifatnya yang dapat menarik air

3.4. Formulasi

Bahan Aktif : Calcii Lactat


Metode pembuatan : Granulasi Kering
Bobot Tablet : 600 mg
Ukuran Tablet : D= 12mm
Besar Batch : 250 Tablet

KOMPONEN FORMULA

24
No Fungsi Bahan Nama Pemakaian Bahan
Bahan
Lazim % Per Per Batch (bobot
Tablet tablet x besar
batch)

FASA DALAM (93,5%)

1 Bahan Aktif Ca 300-500 mg 66,67 % 400 mg 100.000 mg


Lactat
2 Pengikat Acacia 5-20 % 5% 30 mg 7.500 mg

3 Penghancur dalam Amylum 5-20 % 8% 48 mg 12.000 mg

4 Lubrikan Mg 0,25-2 % 2% 12 mg 3.000 mg


stearat
5 Glidan Talcum 1-5 % 3% 9 mg 2250 mg

6 Antiadherent Talcum 1-5 % 3% 9 mg 2250 mg

7 Pewarna - - - - -

8 Pemanis - - - - -

9 Adsorben - - - - -

10 Pengisi Lactosa Ad 100 % 8,83 % 53 mg 13.250 mg

Jumlah Total Fasa Dalam 93,5 % 561 mg 140.250 mg

FASA LUAR (6,5%)

1 Penghancur Luar Amylum 5-20 % 3% 18 mg 4.500 mg

2 Lubricant Mg 0,25-0,2 % 1,5 % 9 mg 2.250 mg


Stearat
3 Glidan Talcum 1-5 % 1% 6 mg 1.500 mg

4 Antiadherent Talcum 1-5 % 1% 6 mg 1.500 mg

Jumlah Total Fasa Luar 6,5 % 39 mg 9.750 mg

JUMLAH TOTAL 100 % 600 mg 150.000 mg

25
3.5. Perhitungan Formula

No Nama Bahan Bobor per Tablet (mg) Perbatch (g)

Fasa dalam 93,5 % Rumus :


Rumus : 93,5 / 100 × bobot tablet (mg) = …. mh Bobot / tablet × besar
batch

1 Calcium Lactat 400 mg 100

2 Acacia 5 % × 600 mg = 30 mg 7,50

3 Amylum 8% × 600 mg = 48 mg 12,00

4 Mg Stearat 2% × 600 mg = 12 mg 3,00

5 Talcum 1,5 % × 600 mg = 9 mg 2,25

6 Talcum 1,5 % × 600 mg = 9 mg 2,25

7 Lactosa 561 mg – (400 mg + 48 mg + 13,25


12 mg + 9 mg + 9 mg) = 53 mg
TOTAL GRANUL FASA DALAM (teoritis) 140,250 gram

3.6. Cara Kerja Pembuatan Granul dan Tablet


1. Bahan aktif dan semua eksipien fasa dalam (bahan pengikat, penghancur dalam,
pengisi, lubricant, dan glidan) ditimbang sesuai dengan kebutuhan (data perhitungan
per batch)
2. Jika diperlukan, zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan (tersendiri) terlebih
dahulu.
3. Campur seluruh fasa dalam yang telah dihaluskan sampai homogen.
4. Campuran di slugging / dikempa sampai terbentuk slug / tablet besar lalu digranul
dengan cara diayak dengan ayakan no. 12
5. Granul yang dihasilkan kemudia dilakukan uji Distribusi Ukuran Partikel
menggunakan Sieving analyzer, Apabila granul yang dihasilkan kurang baik
menghasilkan serbuk halus / fines >30% maka sisa serbuk pada wadah (fines) di
granul kembali (ulangi proses no. 4)
26
6. Hasil granul ditimbang untuk menentukan fase luar sisa yang ditambahkan
(penghancur luar, lubrikan, glidan dan antiadheran) sebagai masa kempa.
7. Campur granul fasa dalam dengan fasa luar lalu dievaluasi mutunya.
8. Granul yang memenuhi syarat dikempa dengan ukuran diameter cetakan yang sesuai
hingga menjadi tablet.
9. Tablet yang diperoleh kemudian di evaluasi.

3.7. Evaluasi Mutu (Bahan Aktif, Granulasi dan Tablet)


1. Evaluasi Mutu Bahan Aktif Kalsium Laktat
a. Pengamatan bulk density
b. Pengamatan tap density
c. Rasio Housner
d. Kompresibilitas
e. Sudut istirahat dan laju alir
f. Kadar lembab dan susut pengeringan
g. Distribusi ukuran partikel
Catatan : Instruksi kerja secara terperinci terlampir
2. Evaluasi Mutu Granul
a. Distribusi ukuran partikel
b. Bulk density
c. Tap density
d. Rasio housner
e. Kompresibilitas
f. Sudut istirahat dan laju alir
g. Kadar lembab dan susut pengeringan
Catatan : Instruksi kerja secara terperinci terlampir

3. Evaluasi Mutu Tablet


a. Pemeriksaan organoleptis tablet
b. Pemeriksaan keseragaman ukuran
c. Pengujian keseragaman bobot
d. Pengujian kekerasan tablet
e. Pengujian keregasan tablet
27
f. Pengujian waktu hancur
Catatan : Instruksi kerja secara terperinci terlampir

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif, Granul dan Tablet

No. Pengamatan Hasil Syarat


I. EVALUASI MUTU BAHAN AKTIF

1 Bulk Density 0,56 g/ml -


2 Tapped Density 0,83 g/ ml -
3 Rasio Housner 1,48 1,12-1,18
4 % Kompresibilitas 32,53 % 11-15 %

28
5 Sudut Istirahat 27,890
6 Kadar Lembab 9,53 % 2-5 %
7 Susut Pengeringan 8,71 % 2-5 %
8 Distribusi ukuran partikel Mesh 12 = 1,15 % - Granul baik jika
(% fines) Mesh 14 = 0,02 % kurvanya mengikuti
Mesh 16 = 0,10 % distribusi normal
Mesh 18 = 0,09 % - Persentase fines (
Mesh 20 = 2,67 % serbuk pada wadah
mesh ) 15-30 %
EVALUASI GRANUL

1 Bulk Density 0,68 g/ ml -


2 Tapped Density 0,79 g/ ml -
3 Rasio Housner 1,11 1,12-1,18
4 % Kompresibilitas 12,6 % 11-15 %
5 Sudut Istirahat
6 Kadar Lembab 8,75 % 2-5 %
7 Susut 8,04 % 2-5 %
Pengeringan
8 Distribusi ukuran partikel Mesh 12 = 0,45 % - Granul baik jika
(% fines) Mesh 14 = 1,004 % kurvanya mengikuti
Mesh 16 = 9,56 % distribusi normal
Mesh 18 = 8,67 % - Persentase fines (
serbuk pada wadah
mesh ) 15-30 %
Mesh 20 = 10,12 %
II. EVALUASI TABLET

1 Organoleptis & a. Bau :


Kerusakan tablet b. Rasa : pahit
c. Warna : putih

29
d. Kerusakan
pada tablet :
beberapa tablet
mengalami
capping
2 Keseragaman Rata-rata Diameter tablet tidak lebih
ukuran D = 1,782 mm dari 3 kali tebal tablet dan
Tebal = 0,7 mm tidak kurang dri 1 1/3 kali
tebal tablet
3 Keseragaman 2,23% A= 5 % B = 10 %
Bobot
4 Kekerasan 5,74kg/cm2 Kekerasan tablet yang baik
yaitu untuk tablet sampai
bobot 300 mg adalah 4-7
kg/cm2, sedangkan untuk
tablet 400-700 mg adalah 7-
11 kg/cm2
5 Keregasan 9,79 % Persentase friabilitas tidak
boleh lebih besar dari 1%
6 Waktu Hancur 14 menit Waktu hancur tablet
biasa adalah tiak boleh
lebih atau sama
dengan 15 menit

1.2. Pembahasan
Pada praktikum teknologi sediaan solid ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat
memformulasikan tablet dengan zat aktif yang telah ditentukan oleh dosen. Zat aktif yang
diberikan adalah Kalsium Laktat, kalsium Laktat memiliki sifat yang tidak tahan terhadap
pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik dan dosis Kalsium Laktat yang digunakan juga
dalam jumlah besar. Karena sifatnya yang tidak tahan pemanasan maka diputuskan untuk
menggunakan metode granulasi kering sebgai metode pembuatan tablet.

30
Formula yang dibuat untuk tablet Kalsium Laktat ini dengan melihat sifat-sifat dari zat
aktif maka dibuat formulasi dengan zat tambahan sebagai pengikat adalah Acacia dengan
pertimbangan bahwa Acacia akan memberikan daya ikat yang kuat untuk serbuk ataupun granul
dalam jumlah dosis yang besar.

Komponen tambahan lainnya adalah zat pengisi (diluent), diluent yang dipilih adalah
Laktosa , karena laktosa biasa digunakan, tidak OTT dengan komponen lain terutama zat aktif
dan memiliki sifat alir yang baik. Pengisi ini biasa digunakan jika kandunagan zat aktif tidak
cukup untuk membuat tablet dengan ukuran yang sesuai selain itu pengisi juga dapat
meningkatkan daya kohesi antar serbuk dan dapat memperbaiki sifat alir granul dalam hopper.
Jika kandungan zat aktif cukup tinggi, mungkin dibutuhkan pengisi yang sedikit atau bahkan
tidak dibutuhkan sama sekali. Tablet yang dibuat dengan penggunaan laktosa menunjukan laju
pelepasan zat aktif yang baik, granul yang dihasilkan akan cepat kering (terutama jika
menggunakan lactosa spray-dried) dan menunjukan waktu hancur yang bagus.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah komponen penghancur tablet. Zat ini
ditambahkan untuk meningkatkan daya hancur dan disolusi dari tablet. Komponen penghancur
yang digunakan dalam formulasi adalah amilum, karena amilum sudah sangat sering digunakan
sebagai penghancur, karena dapat menunjukan proses penghancuran yang bertahap, dan tidak
OTT dengan komponen lain, serta amylum memiliki sifat desintegrasi yang baik.
Komponen selanjutnya adalah pelicin Menurut fungsinya pelincir dapat dikategorikan
menjadi 3 macam yaitu, lubrikan yang dapat bekerja dengan mengurangi gesekan antara dua
permukaan yang relatif bergerak yaitu punch dan die, dengan adanya lubrikan ini membuat
punch dan die lebih mudah dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk yang
baik. Lubrikan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat merupakan lubrikan yang
tidak larut air, karena akan lebih efektif tetapi memiliki kekurangan akan menambah lama waktu
hancur dari tablet, lubrikant pun dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet sehingga
kekerasan tablet dapat berkurang, hal ini efektif untuk mengurangi kekerasan tablet karena
penggunaan pengikat amylum. Jenis pelincin yang lain adalah antiadherent dan glidant,
antiadherent berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada permukaan
punch, dan glidant mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul. Komponen yang
digunakan sebagai antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidant adalah talkum, talkum biasa
digunakan sebagai komponen ini, tidak OTT dengan komponen lain, dan sebagai glidant akan
31
menutupi permukaan partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang dihasilkan
dapat dengan mudah dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan memiliki bentuk sempurna.
Setelah dilakukan proses pencampuran dan proses slugging didapatkan granul yang
selanjutnya dievaluasi karakteristiknya, meliputi Laju alir, Sudut henti, dan kompresibilitas.
Pertama-tama dilakukan evaluasi distribusi ukuran partikel menggunakan sieving
analyzer, dengan alat ini dapat diketahui distribusi dari setiap fines dan granul yang ada.
Distribusi ukuran partikel yang dihasilkan terlampir pada tabel dibawah ini

Mesh % jumlah serbuk


Mesh 12 0,45 %
Mesh 14 1,004 %
Mesh 16 9,56 %
Mesh 18 8,67 %
Mesh 20 10,12 %
Wadah 70,18 %

Sesuai dengan data yang terdapat pada tabel evaluasi distribusi ukuran partikel pada
granul tidak memenuhi syarak karena terlalu banyak serbuk halus/fines.
Setelah itu dilakukan evaluasi Kompresibilitas Pengujian ini menentukan kerapatan dari
granul yang sudah terbentuk, kerapatan ini akan berpengaruh pada saat pengempaan tablet dan
kemampuan tablet untuk tetap kompak setelah dilakukan pencetakan. Hal ini berkaitan dengan
distribusi ukuran partikel, yaitu penyebaran yang rata antara jumlah fines dan granul jika terlalu
banyak granul maka setelah dikempa tablet kurang kekuatannya, begitu pula jika terlalu banyak
fines. Menurut hasil evaluasi Distribusi Ukuran Partikel dihasilkan granul yang fines, namun
hasil dari kompresibilasnya menunjukan sifat yang mudah mengalir yaitu sebesar 12,6 %
Kemudian dilakukan evaluasi Laju alir menggunakan alat Flow rate tester. Laju alir ini
berpengaruh pada aliran granul pada hopper yang dapat menyebabkan adanya perbedaan pada
keseragaman kandungan zat aktif dan perbedaan pada bobot tablet yang dihasilkan. Laju alir ini

32
juga dipengaruhi oleh banyaknya granul atau fines yang ada. pada evaluasi laju alir
menghasilkan laju alir yang baik dengan sudut henti 27,890.
Terakhir granul dilakukan evaluasi Kadar Kelembaban dan Susut Pengeringan. Evaluasi
tersebut berfungsi untuk memberikan batasan maksimal atau rentang besarnya senyawa yang
hilang pada saat pengeringan. Dan dihasilkan susut pengeringan sebesar 8,04 % dan kadar
kelembaban sebesar 8,75 % . hal tersebut menunjukan bahwa granul memiliki sifat yang
higroskopis.

Setelah granul mengalami tahap evaluasi maka tahap selanjutnya adalah tahap
pencetakan. Massa granul dimasukan kedalam hopper pada alat pencetak tablet untuk
selanjutnya dicetak. Dari hasil pencetakan didapatkan tablet sebanyak 226 tablet hal ini tidak
sesuai dari perhitungan yang seharusnya menghasilkan 250 tablet, massa granul yang hilang ini
diperkirakan terbuang saat proses pengayakan karena terlalu banyak fines dan pada pencetakan,
tertinggal dalam cetakan dan sisa granul yang ada yang sudah tidak bisa lagi untuk dicetak.
Tablet yang sudah jadi dilakukan pengujian/evaluasi yang meliputi, pengujian
penampilan/ organoleptis, tablet diamati secara visual apakah ada tablet yang tidak rata
bentuknya atau terdapat retakan-retakan pada tablet, menurut pengamatan beberapa tablet
terdapat kerusakan yaitu capping dimana pada permukaan atas obat terdapat lapisan tipis dan
kecil yang terlepas hal ini dapat terjadi dikarenakan Daya pengikat dalam massa tablet kurang
atau dapat juga terjadi karena massa tablet yang terlalu fines.
Pengujian selanjutnya adalah keseragaman bobot, dengan cara 20 buah tablet sebagai
sampling, hitung rata-ratanya dan timbang satu persatu yang kemudian didapat bobot rata-rata
tablet yaitu 0,639 gram dari rencana pembuatan sebesar 0,600 gram tiap tablet. Dan setelah
dihitung standar deviasinya atau penyimpangannya, ada 2 tablet yang penyimpangannya lebih
besar dari 5% jadi tablet yang dihasilkan telah memenuhi uji keseragaman bobot.
Uji selanjutnya yakni uji keregasan tablet, dengan menggunakan alat friabilator. Tablet
yang diuji sebanyak 20 tablet sebagai sampling. Tablet dimasukan kedalam alat dan alat diputar
selama 4 menit pada kecepatan 25 mpm. Kemudian debunya dibersihkan dan dihitung massa
tablet sebelum dan sesudah dilakukan pengujian. Persentase dari uji ini didapat 9,79%, nilai ini
menyatakan bahwa tablet terlalu regas, dan tidak memenuhi standar. Keregasan ini berkaitan
dengan kekuatan tablet pada saat pembuatan, pengepakan dan pendistribusian. Keregasan sangat
33
berkaitan erat dengan kekerasan tablet, pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan alat
hardness tester. Kekerasan tablet akan sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan disolusi
dari tablet, jika tablet terlalu keras maka waktu hancur dan disolusinya meningkat, sehingga
pelepasan zat aktif tidak segera dan dikhawatirkan jika pelepasannya terlalu lama dapat
menyebabkan konsentrasi untuk mencapai efek terapi tidak tercapai.
Pengujian waktu hancur menggunakan alat disintegration tester, sebanyak 6 buah tablet
sebagai sampling diuji dengan alat ini, waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk hancur
maksimal selama 14 menit 59 detik, waktu ini memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam FI
III. Waktu hancur tablet ini sangat dipengaruhi oleh penghancur yang digunakan dan kekuatan
ikatan antara partikel pada tablet. Pengujian lainnya yaitu laju disolusi dari tablet namun
pengujian ini tidak dilakukan. Laju disolusi ini menggambarkan waktu yang dibutuhkan tablet
untuk melarut dan melepaskan komponen zat aktif yang selanjutnya diabsorpsi oleh tubuh untuk
selanjutnya didistribusikan untuk mencapai efektor. Waktu hancur yang diperoleh dari tablet ini
yaitu 14 menit. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan dimana terdapat kekeliruan dalam
penambahan komponen penghancur yaitu yang digunakan adalah amilum manihot biasa dengan
kadar air yang cukup tinggi, bukan amilum kering memiliki nama lain explotab. Dengan
kekeliruan ini maka berpengaruh terhadap kondisi tablet terutama dalam hal waktu hancur.
Sehingga waktu hancur yang lebih lambat karena amilum yang digunakan mengandung sedikit
air sehingga amilum ini akan terikat kuat dengan komponen yang lain, dan tidak segera pecah
ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan.
Pengujian tablet yang lain adalah pengujian keseragaman kandungan zat aktif, uji ini
dilakukan terutama untuk kandungan zat aktif dibawah 5 mg. Keseragaman ukuran, uji ini
dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet dengan menggunakan jangka sorong,
dengan syarat diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.dari
uji tersebut didapatkan hasil bahwa tablet yang dihasilkan memenuhi syarat dimana tidak ada
tablet yang memiliki perbedaan diameter dan ketebalan diluar dari syarat yang telah ditentukan.

34
BAB V
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian praformulasi, kita dapat mengetahui secara jelas sifat dan
karakteristik Kalsium Laktat sebagai bahan aktif dan beberapa bahan tambahan
yang digunakan agar dapat dihasilkan tablet yang kompak dan baik secara fisik
maupun kimia.
2. Metode pembuatan tablet Kalsium Laktat dapat dilakukan dengan cara granulasi
kering. Karena berdasarkan kajian praformulasi Kalsium Laktat memiliki sifat
yang tidak tahan pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, tablet yang dibuat tidak memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar
dari Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan
tablet yaitu untuk menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi
dan keamanan ternyata belum terlalu tercapai.
4. Tablet yang dihasilkan pada saat dilakukan evaluasi terdapat beberapa yang tidak
memenuhi persyaratan seperti pada uji keregasan tablet, uji friabilitas, uji
kekerasan tablet, tapi tablet kami mempunyai kompresibilitas, keseragaman
bobot, waktu hacur obat serta daya mengalir serbuk yang bagus dan sesuai standar
5. Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian
pada praktikan dalam pencampuran bahan, sehingga menghasilkan beberapa
evaluasi yang tidak memenuhi syarat
1.2.Saran

35
Sebaiknya sebelum menentukan formulasi tablet yang akan dibuat carilah
informasi sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang digunakan agar nantinya
didapatkan hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan tablet yang telah
ditetapkan. Serta sarana dan pra sarana yang ada di ruang praktikum dapat ditingkatkan
sehingga praktikum dapat berjalan dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.
2. Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
3. Niazi, Sarfaraz K. 2009. hanbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Comprsessed Solid Product. Informa healt care. New York : USA
4. Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
5. Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.
6. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UI press.
7. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem
Kosong Anem.

36
37

Anda mungkin juga menyukai