SOLID
“FORMULASI TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN METODE GRANULASI KERING”
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “Formulasi Tablet Kalsium Laktat Dengan Metode Granulasi kering”. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna
dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Solid. Disamping itu, saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasar kan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Sediaan tablet merupakan sediaan yang
paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya.
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan
menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986).Tablet hanya memberikan efek yang
diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang
baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang
peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya.
Telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh obat yang beredar di pasaran di buat
dalam bentuk tablet dan pada umumnya sebagian besar bahan obat yang dikenal dalam
bidang farmasi dapat diproses menjadi tablet.
Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat mulut untuk sediaan
tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larutan bekerja lokal pada saluran pencernaan dan
bahan yang larut, terdisolusi dalam usus dan bekerja local dalam saluran pencernaan dan
bahan yang larut terdisolusi dalam usus dan bekerja sistematik.
Beberapa keuntungan sediaan tablet alah sediaan lebh kompak, dosisinya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibandingkan sediaan yang lain. Selain
mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai
fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan
pengikat, bahan pengembang, bahan pelican atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang
digunakan harus inert dan tidak menimbulkan toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relative konstan pada jangka waktu tertentu.
Pada praktikum ini, kami merancang formula tablet Kalsium Laktat. Kalsium Laktat
memiliki sifat tidak tahan panas, sehingga pembuatan sediaan tablet dibuat dengan
menggunakan metode granulasi kering.
1.2.Tujuan Praktikum
3
Membuat sediaan tablet asam Kalsium Laktat 400 mg dengan bobot tablet 600 mg
menggunakan metode granulasi kering sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan dan
melakukan evaluasi terhadap sediaan yang dibuat.
1.3.Tujuan Formulasi Tablet
1. Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (Kalsium Laktat) yang akan
digunakan dalam pembuatan sediaan tablet.
2. Mampu menentukan metode pembuatan dan pemilihan bahan tambahan berdasarkan kajian
praformulasi bahan.
3. Mampu menghitung jumlah bahan yang akan digunakan dalam pembuatan satu batch.
4. Mampu melakukan evaluasi serbuk, granul, tablet dan menganalisa penyimpangan yang
terjadi selama pembuatan tablet.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi Sediaan Solid
Teknologi sediaan solid adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi
bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah bentuk sediaan yang
mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi
menyebabkan obat tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya. Ada banyak manfaat
yang dapat diperoleh dengan membuat zat aktif dalam bentuk sediaan, diantaranya adalah
penerimaan oleh pasien lebih baik, sehingga orang tidak akan segan lagi meminum obat
1. Keadaan penyakit, diberikan obat yang berefek local atau sistemik, yang bekerja cepat,
perlahan-lahan atau lambat.
2. Pengguna obat, obat dapat diminum sendiri oleh pasien atau harus dengan bantuan tenaga
medis
3. Tempat absorpsi obat. Absorpsi di saluran pencernaan, di otot atau tempat lainnya.
4. Umur pasien, untuk balita dan orang lanjut usia obat berbentuk cairan lebih disukai
sedangkan orang dewasa lebih menyukai yang lebih praktis seperti kapsul dan tablet
2.2. Tablet
5
Menurut FI edisi IV, Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa.
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam
bentuk umumnya pipih, permukaanya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau
tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis bahan obat diramu dengan zat
tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian
dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantng dari sifat
obatnya.(Admar, 2004).
Menurut Anief (1996), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengikat, zat pelicin dan zat pembasah.tablet digunakan baik untuk tujuan
penggunaan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya :
1. Tablet untuk vagina, berbentuk oval, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi,
penggunaan hormon secara lokal.
2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal dimulut dan tenggorokan umunnya
digunakan sebagai anti infeksi.
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk
perut terdapat pula yang lain seperti :
1. Tablet bucal, digunakan denagan cara dimasukan diantara pipi dan gusi dalam
rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorbsi terjadi melalui mukosa mulut
masuk peredaran darah.
2. Tablet sublingual, digunakan dengan jalan dimasukan dibawah lidah, biasanya
berisis hormon steroid. Absorbsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3. Tablet implantasi, berupa pellet, oval atau pipih, steril dimasukan implantasi dalam
kulit tubuh.
6
b. Pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam
formulasi, memungkinkan dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir
tabletnya.
e. Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa.
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin
juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunanya
bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan kelembaban serta member
rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau
7
bahan obat. Faedah lainnya lagi, lapisan gula ini memberikan penampilan yang
manis. Kerugian dari lapisan gula ini adalah pengolahannya membutuhkan waktu
dan keahlian serta menambah berat dan ukuran tablet. Tablet salut mungkin
dua kali lebih besar dan lebih berat dari pada tablet tanpa salut.
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis daari polimer yang
larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi
tablet. Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula
ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk
penggunaannya. Selaput ini pecah dalam saluran lambung-usus.
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak
melarut atau hancur dilambung tapi di usus. Dengan demikian membiarkan
supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus.
Teknik ini digunakan dalam hal bahan obat dirusak oleh asam lambung,
mengiritasi mukosa lambung atau bila melintasi lambung menambah
absorbsi obat diusus halus sampai jumlah yang berarti.
Tablet berlapis dibuat dengan cara memasukkan satu campuran obat kedalam
cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya
dimasukkan kedalam cetakan yang sama dan ditakan lagi, untuk membentuk dua
atau tiga lapisan tergantung pada jumlah onat yang ditambahkan secara terpisah
dalam satu tablet berlapis. Biasanya t iap bahan campuran mengandung unsur obat
yang berbeda dan dipisahkan satu dengan lainnya karena tidak tersatukan, untuk
menyediakan obat yang penglepasannya dalam dua tingkatan atau lebih atau untuk
penampilan tablet berlapis yang unik.
Pada umumnya tiap lapis diberi warna yang berbeda sehingga berlapis-lapis dan
berwarna-warni. Pada pembuatan tablet berlapis yang mempunyai inti dalam ini
ditengah-tengah campuran bahan obat kedua yang dimasukkkan kedalam cetakan
yang sama supaya melingkupinya.
5. Tablet efferfecent
8
Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan
gas ketika bercampur dengan air. Dalam perdagangan tablet analgesik yang dibuat
alkalis sering dibuat berbuih unt uk m endorong l ebi h cepat hancur dan
melarutnya tablet ketika ditambahkan kedalam air atau minuman yang berair.
6. Tablet bukal/sublingual
Tablet sublingual yaitu tablet yang disisipkan dipipi dan dibawah lidah biasanya
berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau
dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukasa oral. Cara ini berguna untuk
penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali
diabsorsi oleh saluran pencernaan. Walaupun hanya sedikit obat yang diabsorbsi
melalui mukosa mulut, beberapa catatan penting supaya diperhatikan, nitrogliserin
dan banyak senyawa hormone steroid. Tablet dirancang untuk pemberian disisipkan
dipipi (seperti tablet progesteron) dibuat supaya hancur dan melarut perlahan-lahan,
sedang yang digunakan melalui dibawah lidah (seperti tablet nitrogliserin) akan
melarut segera untuk memberikan efek obat dengan cepat.
9
Kerugian Sediaan Tablet antara lain:
1. Zat aktif yang cair atau higroskopis sukar diformulasikan karena memerlukan
prosedur lama untuk membuat tabletnya.
2. Cara pembuatannya cukup rumit, zat tambahan, pabrikasi dan alat-alat yang
digunakan
3. Tidak dapat diberikan untuk penderita yang tidak dapat makan (menelan), muntah
atau tidak sadar.
4. Tidak dapat langsung diberikan pada bayi.
5. Tablet dengan bentuk dan warna menarik, bau dan rasa enak dapat menarik
perhatian anak-anank, sehingga bila hari-hari dalam penyimpanan dapat keracunan.
6. Efek terapi secara umum lebih lambat dibandingkan larutan, karena zat aktif tidak
langsung diabsorbsi karena harus dilepaskan dulu dari sediaannya.
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau
mesin slug) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
aliran campuran dan atau kemampuan kempa (FI IV, 5).
1. Granulasi Basah
d. Pengeringan
e. Pengayakan kering
2. Granulasi Kering
10
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau
penambahan bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara
memadatkan massa yang jumlahnya beasr dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil.
Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya
massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan
yang tidak dapat diolah dengan metode karena kepekaannya terhadap uap air atau
karena untuk mengeringknnya diperlukan temperature yang dinaikkan.
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama seperti
pada granulasi basah serbuk di slugged atau dikompresi menjadi table yang lebar dan
datar dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Hal ini dapat dilakukan karena aliran serbuk
ke dalam mesin slugging dibawah oleh adanya rongga besar dan tablet tidak
memerlukan ukuran dan berat yang tepat. Kempaan harus cukup keras agar ketika
dipecahkan, tidak menimbulkan serbuk berceceran.
Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan
lubang ayakan sesuai yang diinginkan, pelincir ditambahkan sebagaimana biasanya
dan tablet dibuat dengan dikempa. Aspirin yang terhidrolisis dengan adanya uap air,
biasanya dibuat menjadi tablet setelah slugging. Dan pada metode slugging
penggilingan yang memadatkan dapat digunakan untuk menaikan kepadatan dari serbuk
dengan mengempanya diantara penggilingan dengan tekanan tinggi. Bahan yang sudah
dipadatkan kemudian dipecahkan, ditentukan ukurannya dan diberi pelincir dan tablet
dibuat dengan pengempaan dengan cara yang biasa.
3. Kempa Langsung
Tambahan lagi pengisi yang didorong atau dipaksa yang telah dikembangkan
memungkinkan pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi lansung,
sebab kerja mengeluarkan udara dari pengisi pada serbuk curah ringan membuatnya
menjadi lebih rapat, dan memungkinkan mengalir dengan tetap dan sempurna ke
11
dalam rongga cetakan ketika tablet dikompresi sehingga mengurangi penyebab
terjadinya capping kerekatan dari tablet segera setelah dikompresi.
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan
pengikat, disintegrant dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan
warna yang diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan,
bahan pengaroma dan bahan pemanis (Ilmu Resep, 172).
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya
gom akasia, gelatin, sukrosa, povidom, metilselulosa, CMC, pasta, pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet isap penicillin), biasanya digunakan untuk tablet
yang penggunaannya lama dimulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.
1. Binding : kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding
ruang cetakan.
2. Sticking / picking : perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat
permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelican kurang atau massa
basah.
3. Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi
perlelahan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan
dalam botol, sisi- sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
4. Splitting / capping : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada
bagian tengah. Capping : membelahnya tablet dibagian atas. Penyebabnya adalah :
c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang
berada diatas massa yang kan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
5. Mottling : terjadi karena zat warna tersebar tidak meata pada permukaan tablet.
6. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada
pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
14
Higroskopis Laktosa monohidrat stabil diudara dan
tidak terpengaruh oleh kelembaban pada
suhu kamar. Bentuk amorf, tergnatung
dari cara pengeringannya, dapat
terpengaruh oleh kelembaban dan dapat
diubah menjadi bentuk monohidrat.
Inkompatibilitas Reaksi kondensasi antara laktosa dengan
gugus amin primer dapat menghasilkan
produk berwarna coklat. Reaksi ini
terjadi lebih cepat dengan bentuk amorf
dibandingkan laktosa kristal
2. Amylum
Rumus Molekul (C6H10O5)n , dengan n = 300-1000
15
4. Acacia
Struktur Kimia
Rumus Molekul -
Air 1:2,7
Gliserin 1:20
Propilenglikol 1:20
Higroskopis Higroskopis
Kandungan Lembab
5. Magnesium Stearat
Struktur Kimia
Pemerian Berupa serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah khas,
mudah melekat di kulit, bebas dari butiran
17
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air
Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
Praktis tidak larut dalam eter P
Aplikasi/Kegunaan Lubrikan
dalam formulasi
Higroskopis -
Kandungan Lembab
Inkompabilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa kuat dan garam besi.
Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Mg-
stearat tidak dapat digunakan dalam sediaan yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin dan sebagian besar
garam alkaloid
6. Talcum
18
Struktur Kimia
Pemerian Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran
debu
Kelarutan Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organic dan air.
19
Kandungan Lembab Kelembaban relatif naik hingga 90%
3.3.Rasionalisasi Formula
Tahap ini dilakukan melalui :
1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan
untuk bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat
karakter sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literatur terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku
referensi lain.
Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam Hand Book of Exipient.
Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau
tujuan yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari
parameter/persyaratan yang ada, ada alternatif pemecahan masalah yang ada atau
alternatif langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.
20
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet
apa yang akan dipakai.
Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan
awal, bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa
yang harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
Masalah yang dapat timbul dalam pembuatan tablet :
21
Chipping dan Pecah sisi dan semua Tablet terlalu kuat Ganti punch, atur tekanan,
Cracking bagian tablet atau lemah granulasi ulang, tambahkan
pengikat (binder)
Porositas tinggi, Ganti punch, atur tekanan,
pengikat kurang granulasi ulang, tambahkan
pengikat (binder)
Berat tablet tidak Bobot besar, kecil Aliran tidak baik, Perbaiki sifat alir, atur tinggi
sesuai atau tidak seragam tinggi die tidak sama die
Kadar bahan aktif Bobot tidak seragam, Perbaiki penyebab bobot tidak
tidak seragam homogenitas kurang sesuai, lakukan pencampuran
(mixing) ulang
Tablet rapuh Mudah pecah Udara terkurung, Perbaiki lubrikan, tambah
porositas tinggi, “fines”, granulasi ulang,
pengikat kurang, tambahkan pengikat, sesuaikan
tekanan punch terlalu tekanan punch
kuat/lemah
Tablet keras Tekanan kuat, Atur tekanan punch sesuaikan
pengikat kuat jenis atau kadar pengikat
Tablet lama hancur Pengikat kuat, Sesuaikan jenis/kadar pengikat
penghancur kurang dan atau sesuaikan jenis kadar
penghancur
Tablet lama melarut Bahan aktif sukar Tambahkan bahan penambah
melarut, pengikat dan larut, sesuaikan jenis/kadar
penghancur kurang pengikat dan atau sesuaikan
jenis kadar penghancur
RASIONALISASI FORMULA
3.4. Formulasi
KOMPONEN FORMULA
24
No Fungsi Bahan Nama Pemakaian Bahan
Bahan
Lazim % Per Per Batch (bobot
Tablet tablet x besar
batch)
7 Pewarna - - - - -
8 Pemanis - - - - -
9 Adsorben - - - - -
25
3.5. Perhitungan Formula
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif, Granul dan Tablet
28
5 Sudut Istirahat 27,890
6 Kadar Lembab 9,53 % 2-5 %
7 Susut Pengeringan 8,71 % 2-5 %
8 Distribusi ukuran partikel Mesh 12 = 1,15 % - Granul baik jika
(% fines) Mesh 14 = 0,02 % kurvanya mengikuti
Mesh 16 = 0,10 % distribusi normal
Mesh 18 = 0,09 % - Persentase fines (
Mesh 20 = 2,67 % serbuk pada wadah
mesh ) 15-30 %
EVALUASI GRANUL
29
d. Kerusakan
pada tablet :
beberapa tablet
mengalami
capping
2 Keseragaman Rata-rata Diameter tablet tidak lebih
ukuran D = 1,782 mm dari 3 kali tebal tablet dan
Tebal = 0,7 mm tidak kurang dri 1 1/3 kali
tebal tablet
3 Keseragaman 2,23% A= 5 % B = 10 %
Bobot
4 Kekerasan 5,74kg/cm2 Kekerasan tablet yang baik
yaitu untuk tablet sampai
bobot 300 mg adalah 4-7
kg/cm2, sedangkan untuk
tablet 400-700 mg adalah 7-
11 kg/cm2
5 Keregasan 9,79 % Persentase friabilitas tidak
boleh lebih besar dari 1%
6 Waktu Hancur 14 menit Waktu hancur tablet
biasa adalah tiak boleh
lebih atau sama
dengan 15 menit
1.2. Pembahasan
Pada praktikum teknologi sediaan solid ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat
memformulasikan tablet dengan zat aktif yang telah ditentukan oleh dosen. Zat aktif yang
diberikan adalah Kalsium Laktat, kalsium Laktat memiliki sifat yang tidak tahan terhadap
pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik dan dosis Kalsium Laktat yang digunakan juga
dalam jumlah besar. Karena sifatnya yang tidak tahan pemanasan maka diputuskan untuk
menggunakan metode granulasi kering sebgai metode pembuatan tablet.
30
Formula yang dibuat untuk tablet Kalsium Laktat ini dengan melihat sifat-sifat dari zat
aktif maka dibuat formulasi dengan zat tambahan sebagai pengikat adalah Acacia dengan
pertimbangan bahwa Acacia akan memberikan daya ikat yang kuat untuk serbuk ataupun granul
dalam jumlah dosis yang besar.
Komponen tambahan lainnya adalah zat pengisi (diluent), diluent yang dipilih adalah
Laktosa , karena laktosa biasa digunakan, tidak OTT dengan komponen lain terutama zat aktif
dan memiliki sifat alir yang baik. Pengisi ini biasa digunakan jika kandunagan zat aktif tidak
cukup untuk membuat tablet dengan ukuran yang sesuai selain itu pengisi juga dapat
meningkatkan daya kohesi antar serbuk dan dapat memperbaiki sifat alir granul dalam hopper.
Jika kandungan zat aktif cukup tinggi, mungkin dibutuhkan pengisi yang sedikit atau bahkan
tidak dibutuhkan sama sekali. Tablet yang dibuat dengan penggunaan laktosa menunjukan laju
pelepasan zat aktif yang baik, granul yang dihasilkan akan cepat kering (terutama jika
menggunakan lactosa spray-dried) dan menunjukan waktu hancur yang bagus.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah komponen penghancur tablet. Zat ini
ditambahkan untuk meningkatkan daya hancur dan disolusi dari tablet. Komponen penghancur
yang digunakan dalam formulasi adalah amilum, karena amilum sudah sangat sering digunakan
sebagai penghancur, karena dapat menunjukan proses penghancuran yang bertahap, dan tidak
OTT dengan komponen lain, serta amylum memiliki sifat desintegrasi yang baik.
Komponen selanjutnya adalah pelicin Menurut fungsinya pelincir dapat dikategorikan
menjadi 3 macam yaitu, lubrikan yang dapat bekerja dengan mengurangi gesekan antara dua
permukaan yang relatif bergerak yaitu punch dan die, dengan adanya lubrikan ini membuat
punch dan die lebih mudah dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk yang
baik. Lubrikan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat merupakan lubrikan yang
tidak larut air, karena akan lebih efektif tetapi memiliki kekurangan akan menambah lama waktu
hancur dari tablet, lubrikant pun dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet sehingga
kekerasan tablet dapat berkurang, hal ini efektif untuk mengurangi kekerasan tablet karena
penggunaan pengikat amylum. Jenis pelincin yang lain adalah antiadherent dan glidant,
antiadherent berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada permukaan
punch, dan glidant mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul. Komponen yang
digunakan sebagai antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidant adalah talkum, talkum biasa
digunakan sebagai komponen ini, tidak OTT dengan komponen lain, dan sebagai glidant akan
31
menutupi permukaan partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang dihasilkan
dapat dengan mudah dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan memiliki bentuk sempurna.
Setelah dilakukan proses pencampuran dan proses slugging didapatkan granul yang
selanjutnya dievaluasi karakteristiknya, meliputi Laju alir, Sudut henti, dan kompresibilitas.
Pertama-tama dilakukan evaluasi distribusi ukuran partikel menggunakan sieving
analyzer, dengan alat ini dapat diketahui distribusi dari setiap fines dan granul yang ada.
Distribusi ukuran partikel yang dihasilkan terlampir pada tabel dibawah ini
Sesuai dengan data yang terdapat pada tabel evaluasi distribusi ukuran partikel pada
granul tidak memenuhi syarak karena terlalu banyak serbuk halus/fines.
Setelah itu dilakukan evaluasi Kompresibilitas Pengujian ini menentukan kerapatan dari
granul yang sudah terbentuk, kerapatan ini akan berpengaruh pada saat pengempaan tablet dan
kemampuan tablet untuk tetap kompak setelah dilakukan pencetakan. Hal ini berkaitan dengan
distribusi ukuran partikel, yaitu penyebaran yang rata antara jumlah fines dan granul jika terlalu
banyak granul maka setelah dikempa tablet kurang kekuatannya, begitu pula jika terlalu banyak
fines. Menurut hasil evaluasi Distribusi Ukuran Partikel dihasilkan granul yang fines, namun
hasil dari kompresibilasnya menunjukan sifat yang mudah mengalir yaitu sebesar 12,6 %
Kemudian dilakukan evaluasi Laju alir menggunakan alat Flow rate tester. Laju alir ini
berpengaruh pada aliran granul pada hopper yang dapat menyebabkan adanya perbedaan pada
keseragaman kandungan zat aktif dan perbedaan pada bobot tablet yang dihasilkan. Laju alir ini
32
juga dipengaruhi oleh banyaknya granul atau fines yang ada. pada evaluasi laju alir
menghasilkan laju alir yang baik dengan sudut henti 27,890.
Terakhir granul dilakukan evaluasi Kadar Kelembaban dan Susut Pengeringan. Evaluasi
tersebut berfungsi untuk memberikan batasan maksimal atau rentang besarnya senyawa yang
hilang pada saat pengeringan. Dan dihasilkan susut pengeringan sebesar 8,04 % dan kadar
kelembaban sebesar 8,75 % . hal tersebut menunjukan bahwa granul memiliki sifat yang
higroskopis.
Setelah granul mengalami tahap evaluasi maka tahap selanjutnya adalah tahap
pencetakan. Massa granul dimasukan kedalam hopper pada alat pencetak tablet untuk
selanjutnya dicetak. Dari hasil pencetakan didapatkan tablet sebanyak 226 tablet hal ini tidak
sesuai dari perhitungan yang seharusnya menghasilkan 250 tablet, massa granul yang hilang ini
diperkirakan terbuang saat proses pengayakan karena terlalu banyak fines dan pada pencetakan,
tertinggal dalam cetakan dan sisa granul yang ada yang sudah tidak bisa lagi untuk dicetak.
Tablet yang sudah jadi dilakukan pengujian/evaluasi yang meliputi, pengujian
penampilan/ organoleptis, tablet diamati secara visual apakah ada tablet yang tidak rata
bentuknya atau terdapat retakan-retakan pada tablet, menurut pengamatan beberapa tablet
terdapat kerusakan yaitu capping dimana pada permukaan atas obat terdapat lapisan tipis dan
kecil yang terlepas hal ini dapat terjadi dikarenakan Daya pengikat dalam massa tablet kurang
atau dapat juga terjadi karena massa tablet yang terlalu fines.
Pengujian selanjutnya adalah keseragaman bobot, dengan cara 20 buah tablet sebagai
sampling, hitung rata-ratanya dan timbang satu persatu yang kemudian didapat bobot rata-rata
tablet yaitu 0,639 gram dari rencana pembuatan sebesar 0,600 gram tiap tablet. Dan setelah
dihitung standar deviasinya atau penyimpangannya, ada 2 tablet yang penyimpangannya lebih
besar dari 5% jadi tablet yang dihasilkan telah memenuhi uji keseragaman bobot.
Uji selanjutnya yakni uji keregasan tablet, dengan menggunakan alat friabilator. Tablet
yang diuji sebanyak 20 tablet sebagai sampling. Tablet dimasukan kedalam alat dan alat diputar
selama 4 menit pada kecepatan 25 mpm. Kemudian debunya dibersihkan dan dihitung massa
tablet sebelum dan sesudah dilakukan pengujian. Persentase dari uji ini didapat 9,79%, nilai ini
menyatakan bahwa tablet terlalu regas, dan tidak memenuhi standar. Keregasan ini berkaitan
dengan kekuatan tablet pada saat pembuatan, pengepakan dan pendistribusian. Keregasan sangat
33
berkaitan erat dengan kekerasan tablet, pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan alat
hardness tester. Kekerasan tablet akan sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan disolusi
dari tablet, jika tablet terlalu keras maka waktu hancur dan disolusinya meningkat, sehingga
pelepasan zat aktif tidak segera dan dikhawatirkan jika pelepasannya terlalu lama dapat
menyebabkan konsentrasi untuk mencapai efek terapi tidak tercapai.
Pengujian waktu hancur menggunakan alat disintegration tester, sebanyak 6 buah tablet
sebagai sampling diuji dengan alat ini, waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk hancur
maksimal selama 14 menit 59 detik, waktu ini memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam FI
III. Waktu hancur tablet ini sangat dipengaruhi oleh penghancur yang digunakan dan kekuatan
ikatan antara partikel pada tablet. Pengujian lainnya yaitu laju disolusi dari tablet namun
pengujian ini tidak dilakukan. Laju disolusi ini menggambarkan waktu yang dibutuhkan tablet
untuk melarut dan melepaskan komponen zat aktif yang selanjutnya diabsorpsi oleh tubuh untuk
selanjutnya didistribusikan untuk mencapai efektor. Waktu hancur yang diperoleh dari tablet ini
yaitu 14 menit. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan dimana terdapat kekeliruan dalam
penambahan komponen penghancur yaitu yang digunakan adalah amilum manihot biasa dengan
kadar air yang cukup tinggi, bukan amilum kering memiliki nama lain explotab. Dengan
kekeliruan ini maka berpengaruh terhadap kondisi tablet terutama dalam hal waktu hancur.
Sehingga waktu hancur yang lebih lambat karena amilum yang digunakan mengandung sedikit
air sehingga amilum ini akan terikat kuat dengan komponen yang lain, dan tidak segera pecah
ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan.
Pengujian tablet yang lain adalah pengujian keseragaman kandungan zat aktif, uji ini
dilakukan terutama untuk kandungan zat aktif dibawah 5 mg. Keseragaman ukuran, uji ini
dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet dengan menggunakan jangka sorong,
dengan syarat diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.dari
uji tersebut didapatkan hasil bahwa tablet yang dihasilkan memenuhi syarat dimana tidak ada
tablet yang memiliki perbedaan diameter dan ketebalan diluar dari syarat yang telah ditentukan.
34
BAB V
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian praformulasi, kita dapat mengetahui secara jelas sifat dan
karakteristik Kalsium Laktat sebagai bahan aktif dan beberapa bahan tambahan
yang digunakan agar dapat dihasilkan tablet yang kompak dan baik secara fisik
maupun kimia.
2. Metode pembuatan tablet Kalsium Laktat dapat dilakukan dengan cara granulasi
kering. Karena berdasarkan kajian praformulasi Kalsium Laktat memiliki sifat
yang tidak tahan pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, tablet yang dibuat tidak memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar
dari Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan
tablet yaitu untuk menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi
dan keamanan ternyata belum terlalu tercapai.
4. Tablet yang dihasilkan pada saat dilakukan evaluasi terdapat beberapa yang tidak
memenuhi persyaratan seperti pada uji keregasan tablet, uji friabilitas, uji
kekerasan tablet, tapi tablet kami mempunyai kompresibilitas, keseragaman
bobot, waktu hacur obat serta daya mengalir serbuk yang bagus dan sesuai standar
5. Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian
pada praktikan dalam pencampuran bahan, sehingga menghasilkan beberapa
evaluasi yang tidak memenuhi syarat
1.2.Saran
35
Sebaiknya sebelum menentukan formulasi tablet yang akan dibuat carilah
informasi sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang digunakan agar nantinya
didapatkan hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan tablet yang telah
ditetapkan. Serta sarana dan pra sarana yang ada di ruang praktikum dapat ditingkatkan
sehingga praktikum dapat berjalan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.
2. Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
3. Niazi, Sarfaraz K. 2009. hanbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Comprsessed Solid Product. Informa healt care. New York : USA
4. Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
5. Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.
6. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UI press.
7. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem
Kosong Anem.
36
37