Pendahuluan
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat tablet yang baik.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi tablet sesuai dengan ketentuan.
3. Untuk mengetahui apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi persyaratan atau
tidak.
1
BAB II
Tinjauan Pustaka
2
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet
yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya
daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak
semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif
yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar
suntuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. Zat Tambahan
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan
untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan
untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga
dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah
formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan
tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut
masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
3
Contoh, interaksi basa atau garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering
digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis,
oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikel serbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian
untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet.
Pengikat dapat dibagi 2 :
Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
Acasia 2 - 5 %
Derivat selulosa 1 - 5 %
Sukrosa 2 - 25 %
Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
Derivat selulosa 1 5 %
Gelatin 1 5 %
Pasta amylum 1 5 %
Natrium alginat 2 5 %
c. Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut
sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
4
Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.
d. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum.
(Anief, M., 2005)
e. Bahan Pelincir (Glidant)
Adalah bahan yang digunakan untuk memudahkan agar tablet dapat masuk ke
mesin tablet sewaktu proses pencetakan. Salah satu contoh bahan pelincir yaitu
magnesium stearat.
5
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan
uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat
aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman
kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain
yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
(Anonim, 2005)
6
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.
8
Langkah Membuat Tablet
Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai dengan
pengempaan dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering :
1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
9
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan untuk
bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat karakter
sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literature terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku
referensi lain.
Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam hand book of exipient.
Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau tujuan
yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari parameter/persyaratan yang
ada, ada alternative pemecahan masalah yang ada atau alternative langkah yang harus
dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet apa
yang akan dipakai.
Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan awal,
bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa yang
harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
10
- Bahan aktif, yang dievaluasi mencakup kadar, identifikasi cemaran, sifat fisik,
dan sifat kimia.
- Bahan tambahan, yang dievaluasi mencakup sifat fisik, sifat kimia, dan
ketercampuran.
b. Pengawasan mutu dalam proses (in process control)
- Granul, yang dievaluasi mencakup homogenitas, distribusi ukuran partikel, kadar
air atau kelembaban, kompresibilitas, dan sifat aliran.
- Tablet, yang dievaluasi mencakup bobot rata-rata, kekerasan, stabilitas fisik dan
waktu hancur.
c. Pengawasan mutu setelah proses ( end process control)
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran
satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur
ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet
11
tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan
ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan Tablet
Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan
hardness tester dinyatakan dalam kg/cm2.
Syarat kekerasan tablet :
Tablet kecil : 3 5 kg/cm2
Tablet besar : 5 10 kg/cm2
Tablet umum : 4 8 kg/cm2
Tablet kunyah : 4 7 kg/cm2
Tablet hisap : 4 12 kg/cm2
4. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot
rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari
dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.
12
2.2 Bahan Aktif dan Bahan Tambahan
Lembar Kerja Pengkajian Praformulasi
13
No SIFAT PENGAMATAN DIINGINKAN MASALAH REKOMEN
DASI
VIII STABILITAS
1 Stabilitas Padat Cahaya: lambat laun menjadi
berwarna gelap
Udara : dalam keadaan kering
stabil
Suhu : melebur pada suhu lebih
kurang 1900
2 Ketercampuran -
b.tambahan
3 Stabilitas dalam larutan Dalam larutan, lambat laun
cepat teroksidasi
4 Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat ;
terlindung dari cahaya
IX FARMAKOLOGI
1 Indikasi Antiskorbut
2 Dosis maksimum/toksik 35mg untuk bayi
60mg untuk dewasa
Dosis minimal 150mg
Tablet : 50 1500mg
Injeksi : 100 500mg
3 Cara penggunaan Oral
4 Tempat absorbsi Usus halus
5 Waktu paruh 10 jam
6 Efek samping Diare, terbentuknya batu ginjal,
aritmia jantung, kerusakan ginjal
berat
7 Interaksi obat -
8 Interaksi bahan -
lain/makanan
X SIFAT LAIN-LAIN
1 Bulk density Volume serbuk= 86 ml
Berat jenis awal
50
= = 0,58 g/ml
86
2 Tap density Volume serbuk =76 ml
Berat jenis akhir
50
= 76 = 0,66 g/ml
14
3 Higrokospisitas/kadar air 1) Hitung susut pengeringan :
Berat basah Berat kering
X100%
Berat basah
38,7838,33
= X 100%
38,78
= 0,0116%
2) Hitung kadar uap :
Berat basah Berat kering
X100%
Berat kering
38,7838,33
= X 100%
38,33
= 0,117 %
0,66 0,58
: x 100% = 12,12 %
0,66
(Good)
15
REKOMENDASI HASIL PENGUJIAN PRAFORMULASI
Kebutuhan Rekomendasi
Perlu pengisi? Perlu Laktosa
Perlu pengikat ? Perlu Acasia
Perlu penghancur ? Perlu Amylum
Perlu pelincir ? Perlu Mg Stearat
Perlu pewarna ? tidak perlu -
Perlu pemanis ? tidak perlu -
Perlu pengaroma ? tidak perlu -
Perlu anti aderent ? Perlu Talcum
Perlu Pengawet ? tidak perlu -
Metode yang cocok ? Granulasi kering
Zat aktif
Kalsium laktat
Tablet kalsium laktat mengandung Kalsium laktat C6H10CaO6, tidak kurang dari 95,0%
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Bahan tambahan
1) Magnesium stearat
Rumus Struktur : [CH3{CH2}56COO]2Mg
16
Fungsi : Lubrikan
Pemerian : Serbuk sangat halus, agak putih, memiliki bau dan rasa seperti asam
stearat. Serbuk mudah melekat di kulit.
Aplikasi dalam formulasi : Magnesium stearat digunakan secara luas pada formulasi
kosmetik, makanan dan farmasi. Penggunaan utamanya sebagai lubrikan pada
pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi antara 0.25 % - 5 % b/b. Magnesium
stearat juga digunakan pada krim pelindung.
2) Acasia
Sinonim : gom arab
Fungsi : menurunkan tegangan permukaan dan agen penstabil
Pemerian : serbuk; warna putih; hampir tidak berbau; rasa tawar
Kelarutan : mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan bening ,
praktis tidak larut dalam etanol (90%)P dan dalam gliserol P
pH : 4,5 5,0
3) Laktosa
Rumus struktur : C12H22O11.H2O
Berat molekul : 342,30
Fungsi : bahan pengisi
Pemerian : serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih cream, tidak berbau dan
rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau
Kelarutan : mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
4) Amylum
Fungsi : bahan penghancur
Pemerian : serbuk sangat halus, puyih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95%
5) Talcum
Fungsi : anti adherent
Pemerian : serbuk, hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari
butiran, warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
4 Penghancur Amylum 5 20 % 5% 30 mg 15 g
18
1. Penimbangan Bahan Baku
2. Penghalusan
3. Pencampuran I
4. Pengempaan (slugging)
5. Granulasi (mesh 14 20)
6. Pencampuran / lubrikasi
7. Pengempaan
Catatan : Instruksi kerja secara terperinci terlampir
19
BAB IV
2. Bahan bahan yang telah ditimbang dicampur hingga homogen, kemudian dilakukan
granulasi dengan ditambahkan zat pengikat
3. Hasil granulasi kemudian dikeringkan setelah itu diayak.
20
4. Dilakukan pencampuran ke II yaitu pencampuran bahan lubrikan sebelum
pengempaan.
5. Dilakukan pengempaan
14 - 100 %
16 - 100 %
18 0,05 99,98 %
20 0,07 99,97 %
21
d. Atur posisi tengah lobang corong persis sama diatas pusat
Koordinat keras penampung serbuk, dan berada 10 cm diatas kertas
e. Tutup ujung corong dengan kertas yang kaku
f. Timbang serbuk/granul yang akan diukur
g. Masukan serbuk/granul kedalam corong
h. Lepaskan tutup corong, biarkan serbuk/granul mengalir
i. Ukur tinggi tumpuan serbuk/granul
j. Ukur jari-jari tumpukan serbuk/granul
k. Hitung sudut henti
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Tinggi Serbuk 3,4 cm
Diameter Serbuk 10 cm
Sudut Henti 0,01187
Hasil pemeriksaan : Sudut henti 0,01187 yang berarti sifat aliran mudah
mengalir.
c. Pengujian Kompresibilitas
Pengujian kompresibilitas dilakukan dengan mencari bulk dan tap density dari
serbuk tersebut, cara pengujian dari uji ini adalah menimbang 50 gram serbuk,
lalu dimasukan dalam gelas ukur. Dihitung tinggi serbuk data dipakai sebagai
nilai bulk density. Gelas ukur lalu dimampatkan dengan cara mengetuknya ke
permukaan yang datar selama 300 kali. Catat tinggi, data ini dipakai sebagai nilai
tap density.
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Bobot Sampel 50 gram
Tap density 0,66 (g/ml)
Bulk Density 0,58 (g/ml)
Rasio Housner 1,14
Kompresibilitas 12,12 %
Hasil pemeriksaan : kompresibilitas 12,12 % yang berarti Good ( Free Flowing
Powdered Granules)
22
2) Pengujian Mutu Granul
Pengujian ini juga dilakukan terhadap granul yang telah didapatkan.
a. Distribusi Ukuran Partikel (DUP)
Pengujian pertama
Jml Serbuk
Mesh
Gram %
12 0,12 0,0443 %
14 15,79 5,8341 %
16 16,80 6,2073 %
18 18,15 6,7061 %
20 4,57 1,6385 %
Total 270,65 -
Pengujian kedua
Jml Serbuk
Mesh
Gram %
12 - -
14 47,95 18,1066%
16 47,40 17,8990%
18 19,90 7,5145%
20 10,01 3,7799%
Total 264,82 -
23
c. Pengujian kompresibilitas
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Kompresibilitas 17,14 %
24
3. Pengujian keragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan
dihitung bobot rata-ratanya, % keseragamannya dan besar penyimpangannya.
a. Ambil 20 tablet sebagai sampel bersihkan dari debu
b. Timbang 20 tablet tersebut
berat teoritis 12 g
berat rata-rata 1 tablet 0,495 g
c. Timbang tablet satu persatu
d. Hitung penyimpangan tiap tablet
25
4. Pengujian Ukuran
Pengujian diameter dan ketebalan tablet menggunakan jangka sorong, diuji
sebanyak 20 tablet.
a. Ambil 20 tablet sebagai sampel
b. Ukur diameter masing-masing tablet , kemudian catat
c. Ukur tebal masing-masing tablet kemudian catat
d. Hitung rata-rata dan penyimpangannya
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
26
5. Uji kekerasan tablet
Dilakukan dengan menggunakan alat uji kekerasan tablet, caranya dengan
memberikan tekanan terhadap tablet sampai didapatkan tablet menjadi hancur
atau retak, dilakukan dengan 20 tablet.
a. Ambil 20 tablet sebagai sampel
b. Ukur kekersan satu per satu
c. Hitung rata-rata penyimpangan tiap tablet
27
6. Pengujian keregasan/friabilitas tablet
Dilakukan dengan cara menimbang 20 tablet secara bersamaan. Dimasukkan
kedalam wadah pengukur keregasan, jalankan alat fribilator 25 putaran per menit
selama 4 menit. Dihitung bobot yang hilang.
a. Ambil 20 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu
b. Timbang 20 tablet
c. Masukkan ke dalam wadah pengukur keregasan/friabilator.
d. Jalankan power friabilator 25 putaran permenit hingga 4 menit
e. Ambil tablet yang sudah dibanting, kemudian dibersihkan
f. Timbang kembali tablet yang sudah dibersihkan
g. Hitung bobot yang hilang
h. Hitung friabilitas
Didapatkan hasil sebagai berikut:
Bobot 20 tablet sebelum dimasukkan kedalam alat : 9,9 g
Bobot 20 tablet setelah dimasukkan kedalam alat : 9,46 g
Bobot yang hilang : 0,44 g
Friabilitas tablet : 0,44 x 100% = 4,44 %
9,9
Syarat : friabilitas 1%
Kesimpulan : friabilitas tablet lebih dari 1% (tablet tidak memenuhi syarat
uji keregasan tablet)
28
BAB V
PEMBAHASAN
Pembuatan sediaan farmasi terdiri dari tahap, mulai dari pengkajian praformulasi,
formulasi sediaan, produksi atau pembuatan dan evaluasi sediaan. Pembuatan sediaan tablet
dimulai dengan pengkajian praformulasi bahan baku. Pengkajian praformulasi ini penting
dilakukan dalam formulasi sediaan karena melihat sifat fisikokimia bahan, ketercampuran
dengan bahan tambahan, sifat farmakologi, farmakokinetika, farmakodinamika dan hal
lainnya yang akan mempengaruhi kualitas produk akhir dari segi penampilan, efikasi, dan
keamanannya.
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan praktek pembuatan vitamin C
dengan metode granulasi kering. Zat zat yang biasanya dibuat dengan menggunakan
metode granulasi kering adalah zat zat yang yang mudah terurai oleh air ataupun yang tidak
tahan pemanasan. Salah satu bahan tersebut adalah Vitamin C. Singkatnya, tablet dengan
metode granulasi kering itu dibuat dengan cara mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi,
dan zat penghancur, zat pelicin agar menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dicetak
dengan tekanan tinggi sehingga membentuk tablet besar (proses slugging) yang kemudian
dihancurkan kembali dan diayak hingga memperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan. Barulah setelah itu massa serbuk dicetak sesuai ukuran yang diinginkan.
Pada cetak tablet metode granulasi kering dilakukan dua kali pencetakan. Pertama
mencetak serbuk menjadi slugging, lalu setelah dihancurkan dan diayak dengan
menggunakan pengayak nomor 16 dan menjadi granul, dilakukan pencetakan granul untuk
menjadi tablet. Pada saat hendak melakukan slugging, setengah dari fase luar seperti lubrikan
ikut dimasukkan dan dihomogenkan. Lubrikan dimasukkan sebagian gunanya untuk
mengurangi gesekan antara serbuk dengan alat pada saat proses pencetakan. Setelah semua
bahan homogen, barulah dilakukan proses slugging. Namun kami menemukan masalah pada
proses slugging. Kekerasan tabet hanya ada pada kisaran 3,15 kg/cm2, padahal slug yang
kami buat itu bobotnya 500 mg dan seharusnya kekerasannya itu 6 10 kg/cm2. Hal ini
diduga kurangnya tekanan pada saat pencetakan atau karena ruang antara punch bawah dan
punch atas berbeda jadi kekerasannya pun tidak tetap. Namun, waktu hancur tablet kami
kurang baik, pada menit ke 15 tablet kami belum hancur. Friabilitas tablet kami adalah 4,08%
yang artinya buruk, karena friabilitas yang dapat diterima adalah kurang dari 1%, hal ini
29
diduga karena tablet kami terlalu keras dan akhirnya mempengaruhi pada friabilitasnya,
nantinya jika tablet kami diproduksi di suatu pabrik, tablet kami menjadi terlalu lama dalam
lambung.
Untuk pengujian keseragaman ukuran, tablet yang kami cetak mempunyai ukuran
yang seragam, namun ada kerusakan pada tampilan tablet kami, bagian atas tablet kami tidak
rata, ada sedikit cacat. Hal ini disebabkan karena punch yang kami gunakan sudah tidak baik.
Untuk keseragaman bobot, tablet yang kami hasilkan kurang seragam bobotnya. Hal ini
diduga karena laju alir dari granul kami yang kurang baik, sehingga pada saat pencetakan,
bobot tablet yang satu dengan yang lainnya menjadi tidak seragam.
30
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, tablet yang dibuat tidak memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar
dari Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan
tablet yaitu untuk menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi dan
keamanan ternyata belum tercapai.
Tablet yang dihasilkan banyak yang tidak memenuhi persyaratan seperti pada
uji keregasan tablet, uji waktu hancur, uji friabilitas, uji keragaman bobot, uji
kekerasan tablet, tapi tablet kami mempunyai kompresibilitas serta daya mengalir
serbuk yang bagus.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum menentukan formulasi tablet yang akan dibuat carilah informasi
sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang dugunakan agar nantinya didapatkan
hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan tablet yang telah ditetapkan.
31
Daftar Pustaka
32