Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOTERAPI

“TERAPI OBAT PADA BAYI & ANAK”

• Putu Rika Veryanti, S.Farm, M.Farm-Klin, Apt.


Terapi Obat Pada Bayi & Anak

Masa bayi dan anak merupakan


periode pertumbuhan dan
Terapi obat pada pediatri perkembangan yang sangat pesat.
Anak bukan dewasa kecil sehingga
berbeda dengan terapi penggunaan obat untuk anak
obat pada orang dewasa merupakan hal khusus yang
karena perbedaan terkait dengan perbedaan laju
perkembangan organ, sistem
karakteristik. enzim yang bertanggung jawab
terhadap metabolisme dan
ekskresi obat
Pediatri
Pediatri / pedos (bahasa yunani) yang berarti anak &
iatrica yang berarti pengobatan anak

Klasifikasi
 Pediatri : anak yang berusia lebih muda dari 18 tahun
 Prematur : bayi yang dilahirkan sebelum berusia 37
minggu
 Neonatus : usia 1 hari sampai 1 bulan
 Bayi : usia 1 bulan sampai 1 tahun
 Anak : usia 1 tahun sampai 11 tahun
 Remaja : usia 12 tahun sampai 18 tahun
Farmakokinetika-Farmakodinamika

Absorpsi
Distribusi
Metabolisme
Eliminasi Melalui Ginjal
Efikasi dan Toksisitas Obat
Beberapa efek samping yang pasti terjadi pada neonatus telah diketahui,
dimana efek samping toksik lain dapat menjadi perhatian untuk beberapa
tahun selama masa anak-anak. Toksisitas kloramfenikol meningkat pada
neonatus karena metabolisme yang belum sempurna dan tingginya
bioavailabilitas. Mirip dengan kloramfenikol, propilen glikol – yang
ditambahkan kepada beberapa sediaan injeksi seperti fenitoin, fenobarbital,
digoksin, diazepam, vitamin D dan hidralazin- dapat menyebabkan
hiperosmolalitas pada bayi.

Beberapa obat berkurang toksisitasnya pada pasien pediatri dibanding pasien


dewasa. Aminoglikosida lebih rendah toksisitasnya pada bayi dibandingkan
pada orang dewasa. Pada pasien dewasa, toksisitas aminoglikosida
berhubungan langsung dengan akumulasi pada kompartemen perifer dan
sensitifitas pasien yang bersifat permanen terhadap konsentrasi aminoglikosida
di jaringan
Perhitungan dosis anak
Menghitung Dosis Maksimum Untuk Anak
 Berdasarkan Umur.
 Berdasarkan Berat Badan (BB)
Faktor yang Mempengaruhi Terapi

Penyakit Penyakit
Hepatik ginjal

Cystic Kegemuka
fibrosis n
Masalah dalam Terapi Obat untuk Bayi
dan Anak
Tingkat Rasa Nyeri

Bentuk Sediaan Obat

Kepatuhan terhadap obat

Terapi Tambahan dan Alternatif

Keamanan obat

Masalah terkait obat


• Rute Pemakaian Obat
• Dosis
• Interaksi Obat
• Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
CONTOH PENYAKIT PADA
BAYI & ANAK
ISK ( Infeksi Saluran Kemih)

DEFINISI PATOFISIOLOGI GEJALA KLINIS PENGOBATAN

Bakteri dysuria, urgency, Antibiotik yang


infeksi gastrointestinal and suprapubic sering digunakan
bakteri meliputi
yang menjajah pain sefalosporin, asam
dan naik melalui • demam,
yang malaise, dan
amoksisilin-
uretra klavulanat, dan
mengenai nyeri trimetoprim-
punggung
bagian dari sulfametoksazol
(TMP / SMX); namun
saluran fluoroquinolones,
aminoglikosida, dan
kemih. nitrofurantoin dapat
digunakan dalam
beberapa terapi
DIARE
DEFINISI Etiologi KLASIFIKASI PENGOBATAN
• kondisi dimana • Rotavirus • Berdasarkan • Pengobatan pada diare
seseorang BAB merupakan waktunya: akut ada lima langkah,
dengan etiologi paling • Diare akut yaitu
konsistensi penting yang • Diare kronis • (a) rehidrasi dengan oralit
lembek atau cair, menyebabkan • (b) dukungan nutrisi
bahkan dapat diare pada anak • Berdasarkan berupa ASI
berupa air saja dan balita. Infeksi • (c)suplementasi zinc
dan frekuensinya Rotavirus tingkat dehidrasi:
• Diare tanpa selama 10 hari,
lebih sering biasanya terdapat • (d)pemberian antibiotik
(biasanya tiga kali pada anak-anak dehidrasi
atau lebih) dalam umur 6 bulan–2 • Diare dengan selektif, dan
satu hari tahun. dehidrasi • (e)edukasi orang tua.
ringan/sedang Prognosis pada diare akut
• Diare dengan umumnya baik.
Dehidrasi berat
DBD (Demam Berdarah Dengue)
DEFINISI GEJALA PATOFISIOLOGI PENGOBATAN
• suatu penyakit • Penderita yang • Pada DBD • 1. Penanganan awal
epidemik akut yang terinfeksi akan peningkatan akut dengan pemberian
disebabkan oleh memiliki gejala permeabilitas ringer laktat
virus yang berupa demam vaskuler merupakan • 2.Pemberian
ditransmisikan oleh ringan sampai patofisiologi analgetik
Aedes aegypti dan tinggi, disertai primer.Hal ini akan -antipiretik untuk
Aedes albAopictus. dengan sakit mengarah ke menurunkan
kepala, nyeri pada kebocoran plasma demam co/
mata, otot dan ke dalam ruang paracetamol ,
persendian, hingga ekstravaskuler, kombinasi pct &
perdarahan spontan sehingga ibuprofen
menimbulkan • 3. Pemberian terapi
hemokonsentrasi antibiotik co/
dan penurunan cefixime
tekanan darah • 4. Terapi tambahan
seperti antiemesis,
imunomodulator,
antiinflamasi,
vitamin.
KESIMPULAN
Masa bayi dan anak merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Anak bukan seperti
dewasa sehingga penggunaan obat untuk anak merupakan
hal khusus yang terkait dengan perbedaan laju
perkembangan organ, sistem enzim yang bertanggung
jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat.

Penggunaan obat pada pasien bayi dan anak perlu perhatian


khusus dan harus dipahami serta diterapkan oleh apoteker
agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat.
PENYELESAIAN KASUS DENGAN
SOAP
Kasus

• Bayi berusia 13 bulan, BB 10 kg datang ke poli anak dengan keluhan demam


(suhu tubuh 38,5⁰c), susah makan setiap makan dimuntahkan kembali. Dokter
mendiagnosa radang tenggorokan karena virus. Terapi yang diberikan adalah
racikan 3x1 (Isoprinosine 125mg dan dexamethasone 0,5 mg). Pasien juga
diberikan sanmol drop (60 mg/0,6 ml) 1,2 ml setiap 6 jam. Namun setelah 3 jam
penggunaan sanmol, suhu tubuh meningkat menjadi 39°c. Apa yang dapat
disarankan farmasis kepada dokter? Kerjakan dengan SOAP.
DATABASE PASIEN

 Tanggal review : 6 September 2020


 Nama : Bayi X
 Usia : 13 bulan
 Jenis kelamin : -
 Tinggi badan : -
 Berat badan : 10 Kg
 Past medical history : -
 Medication history : -
 Family history : -
 Social history : -
 Allergic history / adverse : -
CATATAN SOAP
 Subjektif
Demam, susah makan, setiap makan dimuntahkan kembali

 Objektif
Suhu tubuh 38,5C-39°C
Diagnosis dokter : Radang tenggorokan karena virus
CURRENT MEDICATION

Nama Obat Dosis Frekuensi Rute

Isoprinosine 125 mg 3x1 Oral

Dexamethasone 0,5 mg 3x1 Oral

Sanmol Drop 120 mg/1,2 mL 4x1 Oral


ASSESMENT
PROBLEM MEDIK TERAPI DRP KETERANGAN
• P1.2 Efek • Isoprinosine dan dexamethasone memiliki
Radang • Isoprinosin 3
dari obat mekanisme kerja yang bersifat antagonis. Sehingga
tenggorokan yang x 1 p.o tidak optimal tujuan terapinya tidak dapat tercapai
disebabkan oleh • Dexamethas
• P2.1 Terjadi • Penggunaan dexamethasone pada bayi dapat
virus one 3 x 1 p.o reaksi efek mempengaruhi growth hormone dan juga dapat
samping obat menyebabkan cushing syndrome pada bayi

• C1.4 • Isoprinosine dan dexamethasone memiliki


Kombinasi mekanisme kerja yang bersifat antagonis.
obat yang Isoprinosine bekerja sebagai antivirus dengan
tidak sesuai meningkatkan system imun, sedangkan
dexamethasone bekerja sebagai antiradang dengan
menurunkan system imun
• C.3.2 Dosis
Dexamethaso • Dosis Dexamethason untuk anak 100 mcg/kg
n yang bb/hari, sedangkan di resep 150 mcg/kg bb/hari.
diberika
terlalu tinggi
ASSESMENT
PROBLEM MEDIK TERAPI DRP KETERANGAN
• C2.1 Bentuk sediaan
Radang tenggorokan • Sanmol Drop 4 x 1 • Pada kasus ini, pasien memiliki
yang tidak sesuai
yang disebabkan p.o untuk kasus ini kesulitan menelan dan setiap
oleh virus makan dimuntahkan kembali,
untuk meminimalisir resiko obat
analgesic-antipiretik parasetamol
dimuntahkan kembali sehingga
demam dan efek nyerinya tidak
teratasi, maka bentuk sediaan yang
tepat untuk pemberian parasetamol
adalah suppositoria Parasetamol
PLAN

NO. REKOMENDASI ALASAN MONITORING TARGET

1. Menghentikan penggunaan - Meningkatkan efek antivirus dari


dexamethasone yang dikombinasikan isoprinosine
dengan Isoprinosine. Karena mekanisme
kerja dexamethasone adalah
immunomodulatory dan mekanisme
kerja dexamethasone adalah
immunosuppresan sehingga
menghasilkan efek yang antagonis
2. Menyarankan untuk mengganti bentuk
sediaan steril ke bentuk sediaan
suppositoria
PLAN

NO. REKOMENDASI ALASAN MONITORING TARGET

3. Menyarankan untuk Efektivitas: Suhu tubuh (36-37) dan efek nyeri


menggunakan Ibuprofen Suhu tubuh berkurang
suppositoria sebagai analgesic
dan antipiretik karena pasien
merasa kurang nyaman untuk
menelan karena radang Efek samping:
tenggorokannya. Dibanding Pusing, diare, mual, muntah
sediaan oral, Ibuprofen
suppositoria menghasilkan efek
analgesic dan antipiretik yang
lebih panjang
PLAN
NO. REKOMENDASI ALASAN MONITORING TARGET

4. Untuk mengatasi pembengkakannya, Efektivitas: Mempercepat proses penyembuhan radang


dilakukan peningkatan frekuensi Keadaan fisik pasien seperti nafsu makan
pemberian ASI kepada bayi. Selain untuk
meminimalisir penggunaan obat pada
bayi, komponen yang dikandung ASI
memiliki efek anti inflamasi yang kuat
EVIDENCE BASED MEDICINE
REKOMENDASI EVIDENCE

Mengganti paracetamol menjadi 1) Sismatical review :


ibuprofen ibuprofen dengan dosis 7,5 mg/kg lebih efektif dalam hal penurunan demam lebih
dari 6 jam dibandingkan parasetamol dengan dosis 10 mg/kg atau aspirin dengan
dosis 10 mg/kg.

2) RCT :
Sirup ibuprofen 20 mg/ML vs sirup parasetamol 30 mg/ml vs aspirin dalam sachet
yang mengandung 150 mg → penurunan suhu setelah setelah 6 jam
menunjukkan ibuprofen mengalami penurunan suhu yang lebih tinggi dibanding
dengan paracetamol dan aspirin (ibuprofen - 1,19; pct -1,088; aspirin -0,91).

3) Practice Guidelines :
merekomendasikan penggunaan ibuprofen 50 mg 3-4x sehari untuk anak 1-2
tahun.
REKOMENDASI EVIDENCE

Piihan utama : 1) Sistemic Review


Ibuprofen Suppositoria Sediaan Ibuprofen suppositoria lebih baik dari oral

2) RCT
Ibuprofen oral 7,5 mg/kg vs Ibuprofen suppositoria 125 mg →waktu yang dibutuhkan
suppositoria untuk mencapai suhu terendah lebih cepat (suppositoria = 2,72 jam: oral 3,43 jam)
→ memiliki efektivitas yang sama tetapi respon suppositoria lebih cepat.
Dosis Ibuprofen Suppositoria
3-4 x 125 mg → Dosis sediaan 3) Practice Guidelines, merekomendasikan penggunaan Ibuprofen Suppositoria 125 mg .
suppositoria yang ada di Indonesia
(Proris)
REKOMENDASI EVIDANCE

Stop Dexamethason → Kombinasi Isoprinosine dan Menghentikan penggunaan dexamethasone yang dikombinasikan dengan
dexamethasone untuk Tx Radang tenggorokan yang Isoprinosine. Karena mekanisme kerja dexamethasone adalah immunomodulator
sebabkan oleh virus tidak sesuai dan mekanisme kerja dexamethasone adalah immunosuppresan sehingga
menghasilkan efek yang antagonis

Peningkatan Frekuensi pemberian ASI kepada bayi Komponen pada ASI memiliki aktifitas anti Inflamasi yang kuat
MONITORING

 Hal-hal yang perlu di monitoring :


1. Kondisi Klinis Pasien, Seperti :
 Lemas
 Gelisah
 Nafsu Makan
2. TTV Pasien :
 Suhu Tubuh
3. Pemeriksaan Lab (Jika keadaan memburuk)
- WBC (White Blood Cell)
DAFTAR PUSTAKA REKOMENDASI TERAPI

 Handayani, S., dan Hadinegoro, S.R. 2005. The efficacy of suppository versus oral
ibuprofen for reducing fever in children. Pediatrica Indonesiana ; 4(9-10):
211-216
 Autret, E, et all. 1997. Evaluation of ibuprofen versus aspirin and paracetamol on
efficacy and comfort in children with fever. European Journal of Clinical
Pharmacology; 51: 361-371
 He, Y., Lawlor, N.T., dan Newburg, D.S. 2016. Human Milk Components Modulate
Toll-Like Receptor–Mediated Inflammation. American Society for Nutrition ; 7:
102-111
JURNAL EVIDANCE BASED MEDICINE

 Pemilihan Ibuprofen dibanding paracetamol

REFERENSI :
Autret, E, et all. 1997. Evaluation of ibuprofen versus
aspirin and paracetamol on efficacy and comfort in
children with fever. European Journal of Clinical
Pharmacology; 51: 361-371
JURNAL EVIDANCE BASED MEDICINE

 Mengganti bentuk sediaan obat antipiretik dari sirup menjadi suppositoria

REFERENSI :
Handayani, S., dan Hadinegoro, S.R. 2005. The efficacy
of suppository versus oral ibuprofen for reducing fever in
children. Pediatrica Indonesiana; 4(9-10): 211-216
JURNAL EVIDANCE BASED MEDICINE

 Mengganti penggunaan dexamethasone dengan meningkatkan pemberian ASI


sebagai anti inflamasi

REFERENSI :
He, Y., Lawlor, N.T., dan Newburg, D.S. 2016. Human
Milk Components Modulate Toll-Like Receptor–
Mediated Inflammation. American Society for Nutrition;
7:102-111
TERIMA KASIH
TUGAS
Anaklaki-laki berusia 5 thn, BB 18 Kg, demam disertai
diare berdarah sejak 2 hari yang lalu.nafsu makan juga
berkurang, dari hasil pemerikasaan mikrobiologi pada
fases ditemukan amuba vegatatif (+). Dokter
mendiagnosa disentri. Terapi yang diberikan adalah
Parasetamol syr 3 x 120 mg, metronidazole tab 2 x 200
mg selama 3 hari, kaolin pectin 3 x 1 cth. Kerjakan
dengan SOAP!

Anda mungkin juga menyukai