1. Terapi obat
Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena di perlukan
dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala dari suatu
penyakit obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan
penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila
penggunaannya tidak tepat .
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk
penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 6 Tahun 1962 tentang
wabah.
Pilihan terapi pada sebagian besar kasus demam tifoid adalah antibiotika, seperti
siprofloksasin, levofloksasin, seftrikason, kloramfenikol, kotrimoksazol, amoksisillin,
ampisillin dan azitromisin. Penggunaan antibiotika secara tidak tepat atau tidak rasional
dapat menyebabkan terjadinya (DRPs). DRP atau masalah terkait obat didefenisikan
sebagai suatu peristiwa atau keadaan yang memungkinkan atau berpotensi menimbulkan
masalah pada hasil pengobatan yang diberikan. Farmasi klinis memiliki peran aktif dalam
penyelesaian masalah terkait obat seperti resep yang tidak tepat secara klinis, interaksi
obat-obat yang relevan, ketidakpatuhan pasien dalam minum obat, dosis subterapi, dan
overdosis dengan memulai perubahan dalam terapi obat melalui pelayanan klinis
kefarmasian (Kumar, 2012)
Menurut PCNE DRP adalah suatu keadaan yang tidak diinginkan, yang melibatkan terapi
obat yang berpotensi menggangu pencapaian outcome terapi. Pembagian kategori DRPs
menurut PCNE adalah kejadian efek samping, masalah pemilihan obat, masalah dosis,
masalah penggunaan obat, interaksi obat dan lainnya
Namun demikian pemberiaan antibiotik dapat menimbulkan drug induce fever, yaitu
demam yang timbul bersamaan dengan pemberian terapi antibiotik dengan catatan tidak
ada penyebab demam lain seperti adanya luka, rangsangan infeksi, trauma dan lain-lain.
Demam akan hilang ketika terapi antibiotik yang digunakan tersebut dihentika
1) Perawatan
2) Diet
Untuk pasien rawat inap diet diberikan secara khusus, yakni diet
BBS TKTP (bubur saring tinggi kalori tinggi protein), selama masih panas
dengan pengaturan sebagai berikut :
Dalam pengobatan Demam Tifoid selain perawatan dan diet , diperlukan peranan
pengobatan simtomatik, suportif dan spesifik tergantung gejala klinik, status pasien
dan sensitivitas antimikroba terhadap kuman.
Terapi sintomatik
Antiemetik adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah
Antipiretik, berkhasiat menurunkan demam tetapi tidak perlu diberikan rutin
pada setiap pasien demam tifoid, karena tidak banyak berguna
Kortikosteroid, pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid dalam dosis
yang menurun secara bertahap selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat
memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan menjadi
normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena
dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps
Terapi suportif
Vitamin, senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan kesehatan tubuh.
Terapi cairan, kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat
mencerna makanan.
Jika terjadi perforasi usus mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk
memperbaiki bagian usus yang mengalami perforasi
Terapi spesifik
e. Pencegahan
2) Menjaga kebersihan
3) Sanitasi
4) Pendidikan kesehatan
5) Vaksinasi