Anda di halaman 1dari 6

Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester

Pertama

Abstrak
Demam thyfoid ialah suatu sindrom sistematik yang disebabkan oleh virus Salmonella
typhi. Cara penularan adalah melalui fekal-oral, transplasenta atau terjadi pada saat lehamilan.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan pibadi dan sanitasi lingkungan.
Terdapat beberapa antibiotic yang dikontraindikasikan pada wanita hamil, sehingga pemberian
obat juga perlu diperhatikan. Pasien wanita hamil 30 tahun, G3P2A0 hamil 12 minggu dengan
keluhan demam sudah 3 hari, menggigil, pusing, mual, muntah, badan terasa pegal-pegal, dan
tidak nafsu makan. Dengan hasil penunjang darah lengkap yaitu hasil tubex positif 6. Factor
internal pada pasien yaitu kondisi kehamilannya, dan pengetahuan tentang demam thyfoid
kurang, serta factor eksternal berupa perilaku hidup bersih dan sehat yang belum optima. Tata
laksana demam thyfoid pada wanita hamil perlu perhatian khusus, baik tatalaksana medis
ataupun non medis. Pasien diberikan intervensi dari dokter, perawat, dan keluarga. Hasil evaluasi
didapatkan bahwa pasien mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Kata kunci: demam tifoid, pola hidup bersih dan sehat

Management of Typhoid Fever Without Complication in Pregnant Woman


First Trimester

Abstract
Thyfoid fever is a systematic syndrome that caused by salmonella typhi. It was transmitted by
fecal-oral, transplacenta, or labour. This disease is associated with the quality of personal
hygiene and environmental sanitation. There are several antibiotics that are contraindicated in
pregnant woman, so that drug delivey is also noteworthly. Patient a 30 years old in pregnancy
12 weeks symptomps were fever since 3 days ago, malaise, nausea, head ache and loss of
appatie. With the results of a complete blood count, wich is tubex positif 6. Internal factors in
this patient were condition of pregnancy and lack of knowledge about thyfoid fever. The external
factors were hygiene and healthy behaviors were not optimal. The management of thyfoid fever
in this patient needed special attention, either management of mdic or non medic. This patient
was given the intervention with the doctor, nurse, and her family from internal factors and
external factors through home visits. The results showed that patient begin to implement a
hygiene and healthy lifestyle.

Keywords: typhoid fever, a clean and healthy lifestyle


Pendahuluan Kasus
Demam tifoid adalah suatu sindrom Seorang perempuan berusia 32
sistematik yang terutama disebabkan oleh tahun, datang ke RSU Eshmun IGD dengan
Salmonella typhi (S.typhy). World Health keluhan demam dan lemas sejak 3 hari yang
Organization (WHO) melaporkan pada lalu, keluhan lemas semakin memberat sejak
tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam pagi hari dan sore menjelang ke malam hari.
thyfoid pertahun di dunia dengan jumlah Demam tidak terlalu tinggi, suhu meningkat
kematian mencapai 600.000 kematian terutama saat sore dan malam hari, terdapat
dengan Case Fatality Rate (CFR= 3,5%). menggigil dan berkeringat banyak. Pasien
Menurut Riset Kesehatan Nasional tahun juga mengeluhkan mual, tidak nafsu makan,
2007, prevelansi tifoid klinis nasional namun tidak mengalami muntah. Pasien
sebesar 1,6%, sedangkan prevelansi hasil tidak ada keluhan buang air besar. Pasien
analisa lanjutan sebesar 1,5% yang artinya belum mengonsumsi obat-obatan karena
terdapat kasus tidoid 1.500 per 100.000 takut berpengaruh terhadap kehamilannya.
penduduk Indonesia. Tingginya angka Pasien sedang hamil 12 minggu. Saat ini
kejadian penyakit demam tifoid di Negara kehamilan ketiga, sudah melahirkan dua
berkembang sangat erat serta keadaan orang anak dan tidak pernah keguguran
sanitasi lingkungan di Negara yang (G3P2A0). Pada kehamilan sebelumnya,
bersangkutan. pasien tidak pernah mengalami keluhan
Manusia adalah sebagai sumber yang sama.
penularan yang utama. Cara penularan pada Berdasarkan pemeriksaan fisik
umumnya adalah melalui makanan dan didapatkan keadaaan umum pasien tampak
minuman yang terkontaminasi. Selain cara sakit sedang; suhu 38,8oC; tekanan darah
fekal-oral, infeksi bisa juga terjadi secara 90/60 mmHg; frekuensi nadi 76x/menit;
transplasenta atau persalinan fekal-oral dari frekuensi nafas 20x/menit; berat badan 55
ibu sebagai penular. kg; tinggi badan 160 cm. Status generalis
Demam tifoid sangat erat kaitannya pasien kesan dalam batas normal.
dengan kualitas kebersihan pribadi dan Pada pemeriksaan abdomen terdapat
sanitasi lingkungan seperti lingkungan nyeri epigastrium. Berdasarkan pemeriksaan
kumuh, kebersihan tempat-tempat umum obstetric diperoleh pada pemeriksaan luar
yang kurang serta perilaku masyarakat yang tinggi fundus uteri 2 jari atas simfisis pubis,
tidak mendukung untuk hidup sehat. dan terdapat ballotement. Pada pemeriksaan
Masalah yang timbul pada pasien penunjang didapatkan hasil darah penunjang
demam tifoid yaitu komplikasi pada usus : yaitu Tubex Positif 6.
prdarahan usus, melena, perforasi usus, Pasien ditatalaksana dengan
peritonitis. Organ lain yaitu meningitis, medis dan non medis. Adapun tatalaksana
kolestitis, ensefalopati dan bronkopneumoni. nonmedikamentosa adalah:
Komplikasi yang berat dapat menyebabkan 1. Memberikan penjelasan mengenai
kematian paad penderita dema thyfoid penyakit pasien dan komplikasinya.
positif 8-10. 2. Konseling pasien untuk tirah baring
Tatalaksana medis salah satunya sementara waktu
adalah pemberian antibiotic. Pemilihan 3. Konseling diet selama sakit, yaitu diet
antibiotic pada wanita hamil lebih spesifik lunak rendah serat
karena terdapat beberapa antibiotic yang 4. Memberikan penjelasan mengenai
dikontraindikasikan. pengaruh penyakit dengan
kehamilannya, dan keamanan
penggunaan obat-obatan yang syrup 3xCI dan memberikan konseling
diberikan dari dokter spesialis penyakit tentang membiasakan perilaku higienis dan
hidup sehat sebagai
dalam. upaya pencegahan penularan dan kejadian
5. Mengingatkan agar selalu berulang.
mengontrolkan kesehatan diri dan
kehamilannya minimal satu kali
dalalam trimester I, satu kali dalam Pembahasan
trimester II, dan dua kali dalam Masalah kesehatan yang dibahas
trimester III. pada kasus ini adalah seorang wanita hamil
6. Konseling kepada keluarga pasien berusia 30 tahun yang terdiagnosa dengan
tentang pentingnya memberi demam tifoid.
dukungan pada pasien terkait penyakit Hasil yang diperoleh dari kunjungan
dan kehamilannya pertama, sesuai konsep mandala of health,
7. Konseling pasien untuk menjaga yaitu pasien memiliki pengetahuan yang
higieinitas dan sanitasi terutama di kurang tentang penyakit-penyakitnya. Pada
lingkungan rumah. lingkungan psikososial, pasien tidak sulit
Penatalaksanaan medis dilakukan menjangkau pusat pelayanan kesehatan
dengan perawatan pasien di rawat RSU karena memiliki kendaraan dan jarak
Eshmun selama tiga hari dengan terapi: tempuh cukup dekat. Di lingkungan rumah,
1. IVFD RL selang seling NaCl 0,9% 20gtt/i pasien rutin mengikuti pengajian desa yang
2. Ceftriaxon inj 2 gr/ 24 jam diadakan satu minggu sekali. Gaya hidup,
3. Ranitidin inj 50mg /12 jam kesadaran dalam perilaku kebersihan pasien
4. Paracetamol tab 3 x 500 mg dan sanitasi lingkungan rumah masih
5. Vitamin B complex 1 x 1 tab kurang, terutama dalam mengolah dan
6. Ondansentron 4mg/8 jam menyajikan makanan dan minuman.
7. Paracetamol drip 1gr (k/p jika Temp Pekerjaan pasien sebagai ibu
>390C) rumah tangga.
Selama dalam masa rawatan di Penegakan diagnosis klinik demam
rumah sakit, dokter menganjurkan pasien tifoid, ditegakkan berdasarkan anamnesis,
untuk rawat gabung dengan dokter spesialis pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
obgyn untuk memeriksakan kandungan. penunjang. Berdasarkan anamnesis
Setelah itu dilakukan tindakan USG obgyn diketahui keluhan demam 3 hari dan
dengan hasil yang normal. terdapat gejala sistem pencernaan yaitu mual
Setelah 3 hari prawatan di rumah serta tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan
sakit pasien mengalami demam naik turun fisik didapatkan suhu 38,8C dan bradikardi
kurang lebih 2 hari, mual yang hebat, relatif.
menggigil, serta kepala yang pusing. Namun Gejala klinis dalam menegakkan
setelah anibiotik masuk selama 3 hari, diagnosis demam tifoid adalah demam lebih
dengan pola makan yang sehat dan teratur, dari tujuh hari, terdapat gangguan sistem
istirahat yang cukup akhirnya k/u pasien pencernaan, dengan atau tanpa gangguan
membaik dihari ketiga. kesadaran.
Pada hari keempat pasien pulang Pada pemeriksaan penunjang
dengan terapi antibiotic peroral cefixim 2 x didapatkan bahwa terdapat penurunan Hb
200 mg, ranitidin tab 3 x 150 mg, dan 11,8 mg/dl. Adanya riwayat imusisasi atau
ondansentron tablet 3x4mg, dan sucralfar infeksi di masa lampau.
Pada saat pemberian konseling Tujuan penatalaksanaan wanita
tentang cara mencegah terjadinya demam hamil dengan demam tifoid adalah
tifoid berulang dan tidak menular, keluarga menyembuhkan penyakit tanpa komplikasi
juga turut mendampingi dan mendengarkan baik bagi ibu ataupun bagi janin, serta
apa yang disampaikan pada pasien saat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
intervensi dilakukan. Intervensi bertujuan kebesihan agar tidak terinfeksi kembali.
untuk mengubah pola hidup pasien dan Penatalaksanaan demam tifoid terdiri
keluarga yang kurang memperhatikan dari terapi nonmedikamentosa (edukasi,
hiegiene dan sanitasi lingkungan rumah agar tirah baring, diet rendah serat, perilaku
dapat terhindar dari infeksi mikroorganisme. hidup bersih dan sehat), dan terapi
Demam tifoid adalah infeksi saluran medikamentosa.
cerna oleh bakteri Salmonella typhi. Faktor Antibiotik lini pertama untuk demam
resiko terinfeksinya bakteri ini adalah faktor tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau
pejamu, agen, dan lingkungan. Faktor amoksisilin (aman untuk penderita yang
pejamu yaitu penularan Salmonella typhi hamil), atau trimetroprimsulfametoxazole
sebagian besar melalui makanan/minuman (kotrimoksazol). Bila pemberian salah satu
yang tercemar oleh kuman yang berasal dari antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
penderita atau karier yang biasanya keluar dapat diganti dengan antibiotik lain atau
bersama tinja atau urin. Kebiasaan jajan dipilih antibiotik lini kedua yaitu
mempunyai resiko lebih tinggi terkena ceftriaxone, cefotaxime (diberikan untuk
penyakit demam tifoid dibandingkan dengan dewasa dan anak), kuinolon (tidak
kebiasaan tidak jajan, serta kebiasaan tidak dianjurkan untuk anak < 18 tahun karena
mencuci tangan sebelum makan lebih dinilai mengganggu pertumbuhan tulang.
beresiko terkena penyakit demam tifoid.7 Adapun terapi non-farmakologis
Faktor agen, bahwa demam tifoid yang harus dilakukan pada pasien demam
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. tifoid adalah tirah baring untuk mencegah
Jumlah kuman yang dapat menimbulkan komplikasi perforasi usus atau perdarahan
infeksi adalah sebanyak 105-109 kuman usus. Tirah baring dilakukan sampai
yang tertelan melalui makanan dan minimal 3 hari bebas demam atau kurang
minuman yang terkontaminasi sehingga lebih sampai 6 hari. Mobilisasi harus
semakin banyak jumlah kuman yang masuk dilakukan secara bertahap sesuai dengan
maka masa inkubasi akan semakin pendek pulihnya kekuatan pasien.
dan pejamu akan lebih cepat sakit dan Jenis makanan yang harus dijaga
menimbulkan gejala. adalah diet lunak rendah serat karena pada
Demam tifoid merupakan penyakit demam tifoid terjadi gangguan pada sistem
infeksi yang banyak dijumpai di daerah pencernaan. Makanan haruslah cukup
tropis, terutama daerah dengan kualitas cairan, kalori, protein, dan vitamin.
sumber air yang tidak memadai dengan Makanan rendah serat bertujuan untuk
standar hygiene dan sanitasi yang rendah. memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
Berikut merupakan faktor lingkungan yang yang sedikit mungkin meninggalkan sisa
mempercepat terjadinya penyebaran demam sehingga dapat membatasi volume feses dan
tifoid adalah urbanisasi, kepadatan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian
penduduk, sumber air minum dan standard bubur saring, juga ditujukan untuk
higiene industry pengolahan makanan yang menghindari terjadinya komplikas
rendah. pedarahan saluran cerna atau perforasi usus.
Asupan serat maksimal 8 gram/hari,
menghindari susu, daging berserat kasar, g.Tidak merokok. Rokok ibarat pabrik
lemak, terlalu manis, asam, berbumbu tajam. bahan kimia. Dalam satu batang rokok
Makanan juga sering diberikan dalam porsi yang diisap akan dikeluarkan sekitar
kecil. 4.000 bahan kimia berbahaya, di
antaranya yang paling berbahaya adalah
Menurut Depkes RI, dan perilaku yang Nikotin, Tar, dan Carbon
berhubungan dengan kasus ini adalah : Simpulan
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga Intervensi dengan pendekatan dokter
kesehatan, adalah persalinan yang keluarga dilakukan terhadap: (1) faktor
ditolong internal berupa kehamilan dan pengetahuan
oleh tenaga kesehatan seperti bidan, yang kurang tentang demam tifoid; (2)
dokter, dan tenaga para medis lainnya. factor eksternal berupa perilaku hidup bersih
b. Cuci tangan dengan sabun. Air yang tidak dan sehat yang belum otimal.
bersih banyak mengandung kuman dan Hasil intervensi yang diperoleh
bakteri penyebab penyakit. adalah pasien mulai menerapkan pola hidup
c. Tersedia air bersih. Air bersih secara fisik bersih dan sehat, kecuali suami pasien yang
dapat dibedakan melalui indera kita, masih merokok di dalam rumah.
antara lain:
• Air tidak berwarna, harus Daftar Pustaka
bening/jernih. 1. World Health Organitation. Background
• Air tidak keruh, harus bebas dari Document: The Diagnosis, Treatment
pasir, debu, lumpur, sampah, busa and Prevention of Typhoid Fever
dan kotoran lainnya. [internet]. WHO; 2003 [Diakses tanggal
• Air tidak berasa, tidak berasa asin, 2 Maret 2016]. Tersedia dari:
tidak berasa asam, tidak payau, dan www.who.int/vaccines-documents/
tidak pahit, harus bebas dari bahan 2. Departemen Kesehatan Republik
kimia beracun. Indonesia. Laporan Riset Kesehatan
• Air tidak berbau seperti bau amis, Dasar Nasional 2007. Jakarta:
anyir, busuk atau bau belerang. Departemen Kesehatan RI; 2008.
d. Tersedia jamban. Jamban adalah suatu 3. Nainggolan RF. Karakteristik Penderita
ruangan yang mempunyai fasilitas Demam Tifoid Rawat Inap di Rumah
pembuangan kotoran manusia yang terdiri Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematang
atas tempat jongkok atau tempat duduk Siantar Tahun 2008 [skripsi]. Medan:
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa Fakultas Kesehatan Masyarakat
(cemplung) yang dilengkap dengan unit Universitas Sumatera Utara; 2009.
penampungan kotoran dan air untuk 4. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana
membersihkannya. Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta:
e. Makanlah dengan gizi seimbang. Setiap Sagung Seto; 2012.
anggota rumah tangga mengkonsumsi 5. Widodo J. Demam Tifoid, Buku Ajar
minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
atau sebaliknya setiap hari. Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
f. Aktivitas fisik setiap hari, adalah anggota Dalam FKUI; 2006.
keluarga melakukan aktivitas fisik 30 6. Parry CM, TT Hien, G Dougan. Typhoid
menit setiap hari agar tetap sehat dan fever. N Engl J Med. 2002; 347(22):1770-
bugar sepanjang hari.
82
7. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Pengendalian
Demam Tifoid. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/MENKES/SK/V/2006. Jakarta; 2006.
8. Soedarmo. Buku Infeksi dan Pediatri
Tropis. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia; 2010.
9. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid 3. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
10. Setyabudi R. Farmakologi dan Terapi.
Edisi ke-5. Jakarta: Gaya Baru; 2007.
11. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Permenkes Nomor 5:
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
12. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL,
Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et
al., editor. Harrison’s principles of
internal medicine. Edisi ke-16. New
York: McGraw Hill; 2004.
13. Santoso H. Kajian Rasionalitas
Penggunaan Antibiotik Pada Kasus
Demam Tifoid yang Dirawat pada
Bangsal Penyakit Dalam di RSUD DR.
Kariadi Semarang tahun 2008. [Tesis].
Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegogoro; 2009.
14. Mycek MJ, RA Harvey, PC Champe.
Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi
ke-2.Jakarta: Widya Medika; 2001.
15. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Pelayanan Farmasi
untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta:
Depkes RI; 2006.
16. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Seri PHBS. Jakarta: Depkes

RI; 2009.

Anda mungkin juga menyukai