Anda di halaman 1dari 6

Sakinah

dan Dwi | Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester Pertama: Peran
Intervensi Dokter Keluarga

Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester
Pertama: Peran Intervensi Dokter Keluarga

Sakinah, Dwi Indria Anggraini
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Demam tifoid ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Cara penularan adalah melalui
fekal-oral, transplasenta atau terjadi pada saat persalinan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan
pribadi dan sanitasi lingkungan. Terdapat beberapa antibiotik yang dikontraindikasikan pada wanita hamil, sehingga
pemberian obat juga perlu diperhatikan. Pasien wanita hamil, 32 tahun, G2P1A0 hamil 12 minggu dengan keluhan demam,
lemas, mual, dan tidak nafsu makan dengan hasil darah rutin yaitu leukosit meningkat dan uji widal positif. Faktor internal
pada pasien yaitu kondisi kehamilannya, dan pengetahuan tentang demam tifoid kurang, serta faktor eksternal berupa
perilaku hidup bersih dan sehat yang belum optimal. Tata laksana demam tifoid pada wanita hamil perlu perhatian khusus,
baik tatalaksana medikamentosa ataupun nonmedikamentosa. Pasien ini diberikan intervensi dengan pendekatan dokter
keluarga, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal melalui kunjungan rumah. Hasil evaluasi didapatkan bahwa
pasien mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Kata kunci: demam tifoid, pola hidup bersih dan sehat

Management of Typhoid Fever Without Complication in Pregnant Woman
First Trimester: The Role of Family Doctor Intervention

Abstract
Typhoid fever is a systemic syndrome that caused by Salmonella typhi. It was transmitted by fecal-oral, transplacenta, or
labour. This disease is associated with the quality of personal hygiene and environmental sanitation. There are several
antibiotics that are contraindicated in pregnant women, so that drug delivery is also noteworthy. A 32 years old woman in
pregnancy 12 weeks with symptoms were fever, malaise, nausea, and loss of appetite, and the results of routine blood
leukocytes increased and the widal test is positive. Internal factors in this patient were condition of pregnancy and lack of
knowledge about typhoid fever. The external factors were hygiene and healthy behaviors were not optimal. The
management of typhoid fever in this patient needed special attention, either management of medical or nonmedical. This
patient was given the intervention with the family doctor approach, from both internal factors and external factors through
home visits. The results showed that patient begin to implement a hygiene and healthy lifestyle.

Keywords: typhoid fever, a clean and healthy lifestyle

Korespondensi : Sakinah, S.Ked., alamat Perumahan Citra Garden Blok D2 No. 29, Bandar Lampung, HP 082176100401, e-
mail sakinahasegaf19@gmail.com

Pendahuluan keadaan sanitasi lingkungan di negara


Demam tifoid ialah suatu sindrom yang bersangkutan.3
sistemik yang terutama disebabkan oleh Manusia adalah sebagai sumber
Salmonella typhi (S. typhi). World Health penularan yang utama. Cara penularan pada
Organization (WHO) melaporkan pada tahun umumnya adalah melalui makanan dan
2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid per minuman yang terkontaminasi. Selain secara
tahun di dunia dengan jumlah kematian fekal-oral, infeksi bisa juga terjadi secara
mencapai 600.000 kematian dengan Case transplasenta atau persalinan secara fekal-oral
Fatality Rate (CFR = 3,5%).1 Menurut Riset dari ibu sebagai penular.4
Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007, Demam tifoid sangat erat kaitannya
prevalensi tifoid klinis nasional sebesar 1,6%, dengan kualitas kebersihan pribadi dan
sedangkan prevalensi hasil analisa lanjut sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh,
sebesar 1,5% yang artinya terdapat kasus kebersihan tempat-tempat umum yang
tifoid 1.500 per 100.000 penduduk Indonesia.2 kurang serta perilaku masyarakat yang tidak
Tingginya angka kejadian penyakit demam mendukung untuk hidup sehat.5
tifoid di negara berkembang sangat erat
kaitannya dengan status ekonomi serta Masalah yang timbul pada pasien
demam tifoid yaitu komplikasi pada usus:

J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|53


Sakinah dan Dwi | Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester Pertama: Peran
Intervensi Dokter Keluarga

perdarahan usus, melena, perforasi usus, generalis pasien kesan dalam batas normal.
peritonitis. Organ lain yaitu meningitis, Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri
kolesistitis, ensefalopati dan epigastrium.
bronkopneumoni. Komplikasi yang berat Berdasarkan pemeriksaan obstetri
dapat menyebabkan kematian pada penderita diperoleh pada pemeriksaan luar tinggi fundus
demam tifoid.6 uteri 2 jari atas simfisis pubis, dan terdapat
Tatalaksana medikamentosa salah ballotement.
satunya adalah pemberian antibiotik. Pada pemeriksaan penunjang
Pemilihan antibiotik pada wanita hamil lebih didapatkan hasil darah rutin yaitu leukosit
spesifik karena terdapat beberapa antibiotik 11.400 / uL dan hitung jenis: 0-0-0-65-29-6,
yang dikontraindikasikan. Tatalaksana serta pemeriksaan uji Widal diperoleh hasil
nonmedikamentosa yang sangat berpengaruh typhi O 1/640, typhi H 1/320, paratyphi O
adalah pola hidup bersih dan sehat karena 1/160, dan paratyphi H 1/80.
dapat mencegah penularan dan kejadian Pasien ditatalaksana dengan
berulang.7 Oleh karena itu, tindakan medikamentosan dan nonmedikamentosa.
pemantauan, pengawasan, identifikasi, Adapun tatalaksana nonmedikamentosa
pencegahan, penanggulangan, dan adalah:
pengendalian yang cepat dan tepat mengenai 1. Memberikan penjelasan mengenai
penyakit ini sangat diharapkan untuk penyakit pasien dan komplikasinya.
dilakukan oleh para tenaga ahli kesehatan. 2. Konseling pasien untuk tirah baring
sementara waktu
Kasus 3. Konseling diet selama sakit, yaitu diet
Seorang perempuan berusia 32 tahun, lunak rendah serat
datang ke puskesmas rawat inap Gedong 4. Memberikan penjelasan mengenai
Tataan dengan keluhan demam dan lemas pengaruh penyakit dengan
sejak 4 hari yang lalu, keluhan lemas semakin kehamilannya, dan keamanan
memberat sejak pagi hari. Demam tidak penggunaan obat-obatan yang
terlalu tinggi, suhu meningkat terutama saat diberikan dari Puskesmas
sore dan malam hari, tidak ada menggigil dan 5. Mengingatkan agar selalu
berkeringat banyak. Pasien juga mengeluhkan mengontrolkan kesehatan diri dan
mual, tidak nafsu makan, namun tidak kehamilannya minimal satu kali
mengalami muntah. Pasien tidak ada keluhan dalalam trimester I, satu kali dalam
buang air besar. Pasien belum mengonsumsi trimester II, dan dua kali dalam
obat-obatan karena takut berpengaruh trimester III.
terhadap kehamilannya. 6. Konseling kepada keluarga pasien
Pasien sedang hamil 12 minggu. Saat ini tentang pentingnya memberi
kehamilan kedua, sudah melahirkan satu dukungan pada pasien terkait penyakit
orang anak dan tidak pernah keguguran dan kehamilannya
(G2P1A0). Pada kehamilan sebelumnya, 7. Konseling pasien untuk menjaga
pasien tidak pernah mengalami keluhan yang hieginitas dan sanitasi terutama di
sama. lingkungan rumah.
Pasien merupakan seorang ibu rumah
tangga dan tinggal bersama suaminya yang Penatalaksanaan medikamentosa
berusia 39 tahun. Suami bekerja sebagai dilakukan dengan perawatan pasien di rawat
buruh tani, penghasilan didapatkan setiap kali inap Puskesmas Gedong Tataan selama tiga
panen yaitu setahun sekali. Suami pasien hari dengan terapi:
merupakan perokok aktif, kurang lebih dua 1. IVFD RL XX gtt
bungkus sehari dan sering merokok di rumah. 2. Ceftriaxon inj 1 mg/ 12 jam
Berdasarkan pemeriksaan fisik 3. Ranitidin inj 1 amp/12 jam
didapatkan keadaaan umum pasien tampak 4. Paracetamol tab 3 x 500 mg
sakit sedang; suhu 37,8oC; tekanan darah 5. Vitamin B complex 1 x 1 tab
90/60 mmHg; frekuensi nadi 76x/menit; Pasien pulang dengan terapi antibiotik
frekuensi nafas 20x/menit; berat badan 55 kg; peroral amoksisilin kapsul 3 x 500 mg,
tinggi badan 160 cm; IMT 21.48. Status ranitidin tab 3 x 150 mg, dan vitamin B

J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|54



Sakinah dan Dwi | Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester Pertama: Peran
Intervensi Dokter Keluarga

complex tablet 1 x 1. Pasien diminta kontrol demam tifoid adalah demam lebih dari tujuh
ulang tujuh hari kemudian. hari, terdapat gangguan sistem pencernaan,
Peran dokter keluarga pada dengan atau tanpa gangguan kesadaran.8
penatalaksanaan demam tifoid pada wanita Pada pemeriksaan penunjang
hamil adalah untuk mengubah perilaku didapatkan bahwa terdapat penurunan Hb
hiegienitas dan sanitasi diri dan lingkungan 11,8 mg/dl, peningkatan leukosit 11.400 / uL,
baik pasien ataupun keluarga pasien sebagai hitung jenis: 0-0-0-65-29-6, serta hasil uji
upaya pencegahan penularan dan kejadian Widal positif yaitu: typhi O 1/640, thyphi H
berulang. Dokter keluarga melakukan 1/320, paratyphi O 1/160, paratyphi H 1/80.
intervensi kepada pasien mengenai Interpretasi hasil uji widal adalah: (1) titer O
pengenalan penyakit demam tifoid serta yang tinggi atau meningkat (≥ 1/160)
perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara menandakan adanya infeksi aktif, (2) titer H
kunjungan rumah sebanyak tiga kali. yang tinggi (≥ 1/160) menunjukkan adanya
Kunjungan pertama dilakukan pada riwayat imusisasi atau infeksi di masa lampau,
tanggal 20 Februari 2016 berupa pendekatan (3) terdapat peningkatan titer 4 kali lipat pada
dan perkenalan terhadap pasien; pemeriksaan kedua dapat didiagnosis dengan
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan; demam tifoid.9
anamnesis tentang keluarga dan perihal Kunjungan kedua yaitu melakukan
penyakit yang telah diderita. Kunjungan kedua intervensi terhadap pasien dengan
dilakukan pada tanggal 25 Februari 2016 menggunakan media poster bergambar
untuk melakukan intervensi terhadap pasien tentang demam tifoid, dan pencegahannya
dan keluarga. Kunjungan ketiga dilakukan berupa sepuluh perilaku hidup bersih dan
pada tanggal 2 Maret 2016 yaitu evaluasi hasil sehat di rumah tangga. Keluarga juga turut
intervensi. mendampingi dan mendengarkan apa yang
disampaikan pada pasien saat intervensi
Pembahasan dilakukan. Intervensi bertujuan untuk
Masalah kesehatan yang dibahas pada mengubah pola hidup pasien dan keluarga
kasus ini adalah seorang wanita hamil berusia yang kurang memperhatikan hiegiene dan
32 tahun yang terdiagnosa dengan demam sanitasi lingkungan rumah agar dapat
tifoid. terhindar dari infeksi mikroorganisme.
Hasil yang diperoleh dari kunjungan Demam tifoid adalah infeksi saluran
pertama, sesuai konsep mandala of health, cerna oleh bakteri Salmonella typhi. Faktor
yaitu pasien memiliki pengetahuan yang resiko terinfeksinya bakteri ini adalah faktor
kurang tentang penyakit-penyakitnya. Pada pejamu, agen, dan lingkungan. Faktor pejamu
lingkungan psikososial, pasien tidak sulit yaitu penularan Salmonella typhi sebagian
menjangkau pusat pelayanan kesehatan besar melalui makanan/minuman yang
karena memiliki kendaraan dan jarak tempuh tercemar oleh kuman yang berasal dari
cukup dekat. Di lingkungan rumah, pasien penderita atau karier yang biasanya keluar
rutin mengikuti pengajian desa yang diadakan bersama tinja atau urin. Kebiasaan jajan
satu minggu sekali. Gaya hidup, kesadaran mempunyai resiko lebih tinggi terkena
dalam perilaku kebersihan pasien dan sanitasi penyakit demam tifoid dibandingkan dengan
lingkungan rumah masih kurang, terutama kebiasaan tidak jajan, serta kebiasaan tidak
dalam mengolah dan menyajikan makanan mencuci tangan sebelum makan lebih
dan minuman. Pekerjaan pasien sebagai ibu beresiko terkena penyakit demam tifoid.7
rumah tangga. Faktor agen, bahwa demam tifoid
Penegakan diagnosis klinik demam disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
tifoid, ditegakkan berdasarkan anamnesis, Jumlah kuman yang dapat menimbulkan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan infeksi adalah sebanyak 105-109 kuman yang
penunjang. Berdasarkan anamnesis diketahui tertelan melalui makanan dan minuman yang
keluhan demam empat hari dan terdapat terkontaminasi sehingga semakin banyak
gejala sistem pencernaan yaitu mual serta jumlah kuman yang masuk maka masa
tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik inkubasi akan semakin pendek dan pejamu
didapatkan suhu 37,8 C dan bradikardi relatif. akan lebih cepat sakit dan menimbulkan
Gejala klinis dalam menegakkan diagnosis gejala.7

J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|55


Sakinah dan Dwi | Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester Pertama: Peran
Intervensi Dokter Keluarga

Demam tifoid merupakan penyakit menyebabkan partus prematur, kematian


infeksi yang banyak dijumpai di daerah tropis, fetus intrauterin, dan grey syndrome pada
terutama daerah dengan kualitas sumber air neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada
yang tidak memadai dengan standar higiene trimester pertama karena memiliki efek
dan sanitasi yang rendah. Berikut merupakan teratogenik. Antibiotik yang dianjurkan adalah
faktor lingkungan yang mempercepat ampisilin, amoksisilin, dan ceftriakson.13
terjadinya penyebaran demam tifoid adalah Sehingga pada kasus ini, dipilih ceftriakson
urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air sebagai obat injeksi dan amoksisilin sebagai
minum dan standard higiene industri obat peroral saat rawat jalan.
pengolahan makanan yang rendah.7 Ceftriakson merupakan antibiotik
Tujuan penatalaksanaan wanita hamil spektrum luas, antibiotik ini memiliki efek
dengan demam tifoid adalah menyembuhkan terhadap kuman gram positif maupun negatif,
penyakit tanpa komplikasi baik bagi ibu termasuk Salmonella typhi.14 Ceftriakson
ataupun bagi janin, serta meningkatkan dapat diberikan dengan dosis dewasa 2-
kesadaran akan pentingnya kebesihan agar 4gr/hari selama 3 -5 hari, dan pada anak 80
tidak terinfeksi kembali. mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 5 hari
Penatalaksanaan demam tifoid terdiri secara intravena. Obat ini cepat menurunkan
dari terapi nonmedikamentosa (edukasi, tirah suhu, lama pemberian tunggal dan dapat dosis
baring, diet rendah serat, perilaku hidup tunggal serta cukup aman untuk anak.7
bersih dan sehat), dan terapi medikamentosa. Menurut Food and Drug Administration
Terapi farmakologis untuk demam tifoid (FDA), berdasarkan indeks keamanan obat
adalah terapi antibiotik, glukokotikosteroid, pada kehamilan, ceftriakson dan amoksisilin
dan simptomatis. Tidak semua pasien demam termasuk kategori B, yaitu pada studi
tifoid perlu dirawat di pelayanan kesehatan.10 reproduksi hewan tidak dapat menunjukan
Indikasi dilakukan rawat inap adalah resiko pada fetus, pada studi kontrol wanita
demam tifoid dengan kedaruratan, demam hamil/studi reproduksi hewan tidak
tifoid dengan komplikasi, demam tifoid klinis, menunjukan efek samping (selain dari
demam tifoid dengan konfirmasi (telah ada penurunan fertilitas) yang tidak
hasil biakan). Pada pasien ini, dilakukan rawat dikonfimasikan pada studi control wanita
inap atas indikasi kedaruratan yaitu pasien hamil pada trimester pertama (tidak ada bukti
tidak dapat mengonsumsi peroral akibat rasa pada trimester berikutnya). Sehingga, dengan
mualnya, serta klinis yang khas demam tifoid. mempertimbangkan efek baik dan buruknya,
Antibiotik lini pertama untuk demam maka antibiotik ini dapat diberikan pada
tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau pasien.15
amoksisilin (aman untuk penderita yang Adapun terapi non-farmakologis yang
sedang hamil), atau trimetroprim- harus dilakukan pada pasien demam tifoid
sulfametoxazole (kotrimoksazol). Bila adalah tirah baring untuk mencegah
pemberian salah satu antibiotik lini pertama komplikasi perforasi usus atau perdarahan
dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan usus. Tirah baring dilakukan sampai minimal 7
antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua hari bebas demam atau kurang lebih sampai
yaitu ceftriaxone, cefotaxime (diberikan untuk 14 hari. Mobilisasi harus dilakukan secara
dewasa dan anak), kuinolon (tidak dianjurkan bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan
untuk anak < 18 tahun karena dinilai pasien.
mengganggu pertumbuhan tulang).11 Jenis makanan yang harus dijaga adalah
Menurut Harrison, pilihan antibiotik diet lunak rendah serat karena pada demam
untuk demam tifoid adalah lini pertama tifoid terjadi gangguan pada sistem
ciprofloxasin 500 mg per oral dua kali sehari pencernaan. Makanan haruslah cukup cairan,
selama sepuluh hari, ceftriaxon 1-2 gr IV/IM kalori, protein, dan vitamin. Makanan rendah
selama 10-14 hari. Lini alternatif yaitu serat bertujuan untuk memberikan makanan
azitromicin 1 gr peroral sekali sehari selama 5 sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin
hari dan ciprofloxasin 10 mg/kg peroral 2 kali meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi
sehari selama sepuluh hari.12 volume feses dan tidak merangsang saluran
Kloramfenikol tidak dianjurkan pada cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan
trimester ke-3 kehamilan karena untuk menghindari terjadinya komplikasi

J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|56



Sakinah dan Dwi | Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester Pertama: Peran
Intervensi Dokter Keluarga

pedarahan saluran cerna atau perforasi usus. minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran
Asupan serat maksimal 8 gram/hari, atau sebaliknya setiap hari.
menghindari susu, daging berserat kasar, f. Aktivitas fisik setiap hari, adalah anggota
lemak, terlalu manis, asam, berbumbu tajam. keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit
Makanan juga sering diberikan dalam porsi setiap hari agar tetap sehat dan bugar
kecil.7 sepanjang hari.
Upaya pencegahan demam tifoid g. Tidak merokok. Rokok ibarat pabrik bahan
dilakukan dengan menerapkan pola hidup kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap
bersih dan sehat, serta pemberian vaksin akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
tifoid. Namun vaksin tidak dapat dilakukan berbahaya, di antaranya yang paling
pada wanita hamil karena kontraindikasi, berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon
selain itu juga masih sulit dijangkau baik dari Monoksida (CO).
segi harga maupun ketersediaan di Indonesia.9
Sehingga hal yang paling dapat dilakukan pada Kunjungan ketiga dilakukan anamnesis
pasien wanita hamil dengan demam tifoid lanjut dan didapatkan kondisi pasien
adalah perubahan perilaku hidup yaitu hidup membaik, tidak ada keluhan demam, mual
bersih dan sehat. sudah berkurang dan ada peningkatan nafsu
Terdapat sepuluh perilaku hidup bersih makan dari sebelumnya. Pengukuran tekanan
dan sehat di rumah tangga menurut Depkes darah pasien didapatkan 110/70 mmHg,
RI, dan perilaku yang berhubungan dengan pasien memahami bahwa perlu untuk
kasus ini adalah:16 berisitirahat di rumah dan mengurangi
kegiatan yang berat terlebih dahulu. Pasien
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga juga sudah memahami bahwa penyakit
kesehatan, adalah persalinan yang ditolong demam tifoid sangat dipengaruhi oleh
oleh tenaga kesehatan seperti bidan, higienitas dan sanitasi diri dan lingkungan.
dokter, dan tenaga para medis lainnya. Pola hidup bersih dan sehat juga
b. Cuci tangan dengan sabun. Air yang tidak beberapa sudah diterapkan oleh pasien.
bersih banyak mengandung kuman dan Pasien sudah menerapkan pertolongan
bakteri penyebab penyakit. persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini
c. Tersedia air bersih. Air bersih secara fisik diketahui dari riwayat persalinan anak
dapat dibedakan melalui indera kita, pertamanya, yaitu di bidan. Anak pasien juga
antara lain: diberikan ASI eksklusif hingga 6 bulan dan
• Air tidak berwarna, harus dilanjutkan hingga usia 2 tahun. Setiap bulan
bening/jernih. anak dibawa ke puskesmas untuk ditimbang
• Air tidak keruh, harus bebas dari dan dicatat perkembangannya.
pasir, debu, lumpur, sampah, busa Pasien selalu mencuci tangan tanpa
dan kotoran lainnya. sabun sebelum dan setelah makan, sebelum
• Air tidak berasa, tidak berasa asin, masak, dan jika tangannya terasa kotor.
tidak berasa asam, tidak payau, dan Setelah dilakukan intervensi, bahwa banyak
tidak pahit, harus bebas dari bahan kuman bersumber dari tangan, pasien dan
kimia beracun. keluarganya mulai mencuci tangan
• Air tidak berbau seperti bau amis, menggunakan sabun.
anyir, busuk atau bau belerang. Sumber air di rumah pasien adalah dari
d. Tersedia jamban. Jamban adalah suatu PAM, air tersebut jernih, bersih, dan tidak
ruangan yang mempunyai fasilitas berbau. Setiap masak selalu menggunakan air
pembuangan kotoran manusia yang terdiri untuk mencuci bahan makanan dan sayuran.
atas tempat jongkok atau tempat duduk Setelah dilakukan intervensi, terlihat
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa bahwa pasien cukup memahami pola hidup
(cemplung) yang dilengkap dengan unit bersih dan sehat. Pada beberapa hal, pasien
penampungan kotoran dan air untuk mulai memperbaiki sikap dalam melaksanakan
membersihkannya. pola hidup bersih dan sehat, namun suami
e. Makanlah dengan gizi seimbang. Setiap pasien masih belum dapat menghindari
anggota rumah tangga mengkonsumsi merokok di dalam rumah, ataupun
mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi.

J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|57


Sakinah dan Dwi | Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester Pertama: Peran
Intervensi Dokter Keluarga

7. Kementrian Kesehatan Republik


Simpulan Indonesia. Pedoman Pengendalian Demam
Intervensi dengan pendekatan dokter Tifoid. Keputusan Menteri Kesehatan
keluarga dilakukan terhadap: (1) faktor Republik Indonesia Nomor
internal berupa kehamilan dan pengetahuan 364/MENKES/SK/V/2006. Jakarta; 2006.
yang kurang tentang demam tifoid; (2) faktor 8. Soedarmo. Buku Infeksi dan Pediatri
eksternal berupa perilaku hidup bersih dan Tropis. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan Dokter
sehat yang belum otimal. Indonesia; 2010.
Hasil intervensi yang diperoleh adalah 9. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
pasien mulai menerapkan pola hidup bersih Jilid 3. Jakarta: Fakultas
dan sehat, kecuali suami pasien yang masih Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
merokok di dalam rumah. 10. Setyabudi R. Farmakologi dan Terapi. Edisi
ke-5. Jakarta: Gaya Baru; 2007.
Daftar Pustaka 11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes Nomor 5: Panduan Praktik
1. World Health Organitation. Background Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Document: The Diagnosis, Treatment and Kesehatan Primer. Jakarta: Kemenkes RI;
Prevention of Typhoid Fever [internet]. 2014.
WHO; 2003 [Diakses tanggal 2 Maret 12. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser
2016]. Tersedia dari: SL, Longo DL, Jameson JL, et al., editor.
www.who.int/vaccines-documents/ Harrison’s principles of internal medicine.
2. Departemen Kesehatan Republik Edisi ke-16. New York: McGraw Hill; 2004.
Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar 13. Santoso H. Kajian Rasionalitas Penggunaan
Nasional 2007. Jakarta: Departemen Antibiotik Pada Kasus Demam Tifoid yang
Kesehatan RI; 2008. Dirawat pada Bangsal Penyakit Dalam di
3. Nainggolan RF. Karakteristik Penderita RSUD DR. Kariadi Semarang tahun 2008.
Demam Tifoid Rawat Inap di Rumah Sakit [Tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematang Siantar Universitas Diponegogoro; 2009.
Tahun 2008 [skripsi]. Medan: Fakultas 14. Mycek MJ, RA Harvey, PC Champe.
Kesehatan Masyarakat Universitas Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi ke-2.
Sumatera Utara; 2009. Jakarta: Widya Medika; 2001.
4. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana 15. Departemen Kesehatan Republik
Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta: Indonesia. Pedoman Pelayanan Farmasi
Sagung Seto; 2012. untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta:
5. Widodo J. Demam Tifoid, Buku Ajar Ilmu Depkes RI; 2006.
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan 16. Departemen Kesehatan Republik
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; Indonesia. Seri PHBS. Jakarta: Depkes RI;
2006. 2009.
6. Parry CM, TT Hien, G Dougan. Typhoid
fever. N Engl J Med. 2002; 347(22):1770-82

J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|58

Anda mungkin juga menyukai