Anda di halaman 1dari 9

Edwina Nabila, R.

E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan


Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga
Edwina Nabila¹, R.E Rizal Effendi²
¹Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
²Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Lampung

Abstrak
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit diare dengan onset cepat, dengan atau tanpa mual, muntah, demam atau nyeri
perut. Diare adalah buang air besar yang encer ataupun berair, biasanya paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Berdasarkan
data National Center for Health Statistics, CDC melaporkan bahwa kematian yang diakibatkan oleh gastroenteritis meningkat.
Dewasa diatas 65 tahun merupakan 83% dari penyebab kematian ini sehingga hal tersebut mencerminkan bahwa morbiditas
dan mortalitas paling signifikan dialami oleh usia yang ekstrem. Artikel ini mengindetifikasi factor risiko internal, eksternal
dan masalah klinis yang ada pada pasien, menerapkan pendekatan dokter keluarga secara holistic dan komprehensif, serta
melakukan tatalaksana berbasis evident based medicine yang bersifat patient centred dan family approach. Studi berupa
laporan kasus. Data primer diperoleh dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Penilai berdasarkan
diagnosis holistic dari awal, proses dan akhir secara in-depth interview, observasi dan lembar isian pasien. Sebelum dilakukan
intervensi, pengetahuan pasien dan keluarga mengenai gastroenteritis dan asupan gizi sangat rendah. Setelah dilakukan
intervensi, didapatkan peningkatan pengetahuan dan peningkatan asupan gizi. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
pada pasien ini telah dilakukan secara holistic, patient centred, family approach berdasarkan teori dan penelitian terkini.
Terdapat peningkatan pengetahuan pada pasien dan keluarganya serta peningkatan asupan gizi pada pasien.

Kata kunci: Gastroenteritis, Lansia, Penatalaksanaan kedokteran keluarga

Management of acute gastroenteritis in elderly patients with


Principles of Family Medicine Approach
Abstract
Aute gastroenteritis (GEA) is a diarrheal disease of rapid onset, without nausea, vomiting, fever or abdominal pain. Diarrhea
is loose, watery bowel movements, moreover, usually at least three times in 24 hours. Based on data from the National
Center for Health Statistics, the CDC reports that deaths from gastroenteritis are increasing. Adults over 65 years account for
83% of the causes of death so that it reflects that the most significant morbidity and mortality is experienced by age extremes.
This article identifies internal, external risk factors and clinical problems that exist in patients, applies a holistic and
comprehensive family doctor approach, and carries out evidence-based medical management that is patient centered and a
family approach. The study is in the form of a case report. Primary data were obtained by history taking, physical examination
and home visits. Assessment is based on a holistic diagnosis from the beginning, process and end by means of in-depth
interviews, observations and patient filling sheets. Prior to the intervention, the knowledge of patients and families about
gastroenteritis and nutritional intake was very low. After the intervention, an increase in knowledge and an increase in
nutritional intake was obtained. The diagnosis and management of these patients has been carried out in a holistic, patient-
centered, family approach based on the latest theory and research. There is an increase in knowledge of patients and their
families as well as an increase in nutritional intake in patients.

Keywords: Gastroenteritis, Elderly, Family medicine Management

Korespondensi: Edwina Nabila, alamat Jl. Gorontalo IV no 11, Kelurahan Sungai Bambu, Tj. Priuk, Jakarta, e-mail:
edwina.nabila@gmail.com

Pendahuluan seluruh dunia.2 Secara global, diperkirakan


Gastroenteritis akut (GEA) adalah terdapat 179.000.000 insiden gastroenteritis
penyakit diare dengan onset cepat, dengan akut pada orang dewasa tiap tahunnya dengan
atau tanpa mual, muntah, demam atau nyeri angka pasien yang dirawat inap sebanyak
perut. Diare adalah buang air besar yang encer 500.000 dan lebih dari 5000 pasien mengalami
ataupun berair, biasanya paling sedikit tiga kali kematian.3 Di amerika serikat setidaknya
dalam 24 jam.1 Menurut data dari World 8.000.000 dari pasien gastroenteritis akut yang
Health Organization (WHO) dan UNICEF, berobat ke dokter dan lebih dari 250.000
terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat pasien dirawat di rumah sakit menurut data
kasus gastroenteritis setiap tahunnya di dari The American Journal of

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 363


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

Gastroenterology.4 Berdasarkan data National Pasien mengaku jarang memakan jajanan dari
Center for Health Statistics, CDC melaporkan luar.
bahwa kematian yang diakibatkan oleh Riwayat penyakit dahulu, didapati
gastroenteritis meningkat dari 7.000 menjadi riwayat penyakit yang sama. Pasien pernah
17.000 kasus per tahun sejak tahun 1999- mengalami diare namun sembuh tanpa
2007.1 Dewasa diatas 65 tahun merupakan berobat ±1 bulan lalu. Pasien mengaku jarang
83% dari kematian ini sehingga hal tersebut berobat ke puskesmas dan hanya ke
mencerminkan bahwa morbiditas dan puskesmas jika keluhan dirasa memberat.
mortalitas yang paling signifikan dialami oleh Riwayat penyakit keluarga tidak ada
usia yang ekstrem.1 yang mengalami keluhan yang serupa.
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi Pasien mengaku makan 3x sehari
diare di Indonesia sebesar 6,8% atau secara namun dengan porsi yang sedikit dan tidak
keseluruhan terdapat 152.510 kasus diare mengetahui pola makan gizi seimbang. Setiap
yang ditemukan pada semua usia dan 248.395 kali makan pasien merasa cepat kenyang.
kasus pada anak anak dengan angka kesakitan Pasien kurang mengetahui mengenai status
diare per 1000 penduduk sebanyak 270. Di gizi dan diet gizi seimbang.
Lampung, prevalensi diare sekitar 8,71-8,77% Pasien pergi berobat ke puskesmas
atau sebanyak 4.538 kasus.5 karena ingin keluhan berkurang serta penyakit
Oleh karena itu, diperlukan edukasi tidak semakin memburuk. Pasien khawatir
kepada pasien dan keluarga pasien mengenai dengan keluhan tersebut menjadi
upaya pencegahan terhadap GEA dan berkepanjangan dan menyebabkan
komplikasinya. Pendekatan keluarga dalam komplikasi. Pasien juga menganggap bahwa
penatalaksanaan membantu mengidentifikasi penyakit ini dapat sembuh dengan obat dari
factor factor yang berpengaruh baik secara dokter dan tidak timbul kembali. Pasien belum
klinis, personal dan psikososial keluarga. mengetahui penyebab dan komplikasi dari
Dengan pendekatan ini, penatalaksanaan akan penyakit tersebut.
lebih komprehensif dan diharapkan dapat Dari pemeriksaan fisik didapatkan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Frekuensi nadi: 68 kali/menit, reguler, isi
cukup, frekuensi napas: 20 kali/menit, reguler
Kasus dengan kedalaman cukup dan suhu tubuh:
Pasien Ny. M, usia 69 tahun, datang ke 36,5oC. Status gizi kurang dilihat dari BB: 40kg
Puskesmas ditemani anaknya dengan keluhan dan TB: 150cm dengan perhitungan IMT: 17.7.
utama BAB cair sejak 1 hari sebelum ke Dari pemeriksaan status generalis
Puskesmas. BAB sebanyak ±3 kali sejak pagi pada pemeriksaaan fisik pada kepala tidak
hari. Pasien mengatakan BAB cair berwarna temukan adanya mata cekung. Pada
cokelat dan masih terdapat ampas. BAB pemeriksaan thorax tidak ditemukan kelainan.
sebanyak setengah cangkir setiap kali BAB. Pada pemeriksaan auskultasi abdomen
BAB tidak disertai dengan lender dan darah. didapat bising usus sebanyak 10x/menit. Pada
Pasien mengeluhkan bahwa perutnya terasa pemeriksaan ekstremitas didapatkan turgor
sangat melilit dan sakit sebelum BAB dan kulit baik, CRT<2 detik dan akral hangat. Pada
menetap bahkan setelah BAB. Pasien juga status generalis lainnya tidak ditemukan
mengaku merasakan mual dan muntah 1 kali adanya kelainan. Kesimpulan berdasarkan
tadi pagi yang berisi makanan. Pasien merasa anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
seluruh tubuhnya lemas. Keluhan tidak disertai dilakukan, pasien didiagnosis dengan
dengan demam, batuk, pilek. Pasien mengaku gastroenteritis tanpa dehidrasi.
sudah pernah mengalami keluhan yang sama Pasien tinggal bersama anak, menantu
namun tidak pernah sampai seberat ini. dan kedua cucunya. Anak laki laki bekerja
Pasien sebelumnya mendapatkan sebagai dosen, menantu sebagai guru SD dan
makanan dari acara pengajian. Pasien kedua cucunya adalah pelajar kelas 3SD dan
memakan makanan yang pedas dan juga 3SMP. Pasien tinggal di rumah anaknya yang
terdapat makanan yang dirasa kurang segar.

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 364


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

terletak di pemukiman padat dengan luas Tabel 1. Hasil Penilaian Activity Of Daily Living
rumah 500 m2. dengan Instrumen Indeks Barthel Modifikasi
Penghasilan didapatkan dari anaknya Rekapitulasi
sebagai kepala keluarga dan menantu sebagai Mengendalikan Rangsang BAB 10
guru SD dirasakan cukup untuk memenuhi Mengendalikan rangsang BAK 10
kebutuhan sehari-hari. Pemenuhan gizi Kebersihan Pribadi (seka, sisir, sikat gigi) 5
keluarga dilakukan dengan penyediaan
makanan setiap hari. Makanan disediakan dan Penggunaan toilet 10
dimasak sendiri di rumah yang dilakukan oleh
Makan 10
pasien maupun menantu. Keluarga makan 1–3
kali dalam sehari. Makanan terutama nasi Transfer 15
putih, sayur, ikan, telur, tahu, tempe atau Mobilisasi 15
terkadang daging. Mengenakan pakaian 10
Bentuk keluarga pasien adalah Naik Turun anak Tangga 10
keluarga extended. Menurut siklus Duvall, Mandi 5
siklus keluarga ini berada pada tahap VIII Total 100
(tahap keluarga usia lanjut). Komunikasi dalam
keluarga baik. Pemecahan masalah dikeluarga
dilakukan melalui diskusi. Keputusan di Tabel 2. Hasil Skrining Instrumen Mini Mental State
keluarga tetap ditentukan oleh anak laki laki Examination (MMSE)
pasien. Skor Skor Manula Keterangan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah Maksimal
tangga, pasien tidak memiliki pendapatan. 10 10 Orientasi
Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, 3 3 Registrasi
keluarga ini bergantung pada anak laki laki 5 1 Atensi dan
pasien yang bekerja sebagai dosen dan Kalkulasi
menantu pasien yang bekerja sebagai guru SD. 3 2 Mengingat
Pendapatan keluarga sebesar Rp. 5.000.000 –
9 8 Bahasa
Rp. 10.000.000 yang digunakan untuk
menghidupi keluarga ini. 30 24 Total skor
Seluruh anggota keluarga memiliki
asuransi Kesehatan pemerintah. Ketika sakit,
pasien dan keluarga pergi ke layanan
Kesehatan terdekat seperti puskesmas.
Dukungan dari keluarga untuk mendukung dan
memotivasi pasien untuk memeriksakan
kesehatannya dirasa sudah cukup. Namun,
keluarga pasien belum memiliki pengetahuan
mengenai penyakit pasien.
Dari hasil yang didapatkan skor 100, Gambar 1. Genogram keluarga Ny.M (19
dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki September 2022)
status Mandiri (100), yang berarti tidak
membutuhkan bantuan orang lain dalam Family APGAR Score
melakukan aktivitasnya. Adaptation : 2
Pada pemeriksaan didapatkan hasil Partnership :1
MMSE pasien 24 yang berarti fungsi kognitif Growth :1
masih dalam batas normal.

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 365


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

Affection :2 menggunakan listrik. Sumber air didapatkan


Resolve :1 dari pompa listrik.
Total Family Apgar Score : 7
(Fungsi keluarga baik)

Gambar 4. Denah Rumah Ny.M

1. Aspek Personal
Gambar 2. Family Map - Alasan kedatangan: pasien datang
dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari
Siklus hidup keluarga Ny.M dapat dilihat pada sebelum ke puskesmas dan sudah ±3x
Gambar. Dapat dilihat bahwa keluarga Ny.M sejak pagi hari.
berada dalam tahap keluarga usia lanjut. - Kekhawatiran: Pasien dan keluarga
memiliki kekhawatiran sakit
Keluarga
pemula
berkepanjangan dan akan terjadi
Keluarga Keluarga komplikasi.
lanjut usia child hearing
- Harapan: Pasien memiliki harapan
dengan pengobatan, penyakitnya bisa
Keluarga Keluarga
usia dengan anak sembuh dan tidak timbul keluhan
pertengahan prasekolah
kembali.
- Persepsi: Pasien menganggap bahwa
Keluarga Keluarga
dengan anak
dewasa
dengan anak
usia sekolah
penyakit ini dapat sembuh dengan
Keluarga
dengan anak
remaja
pengobatan.
2. Aspek Klinik
Gambar 3. Siklus Hidup Keluarga Ny. M
Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi
(ICD-X: A.09; ICPC-2: D.73)
Pada data lingkungan rumah, pasien
Underweight (ICD-X: A63.6)
tinggal di rumah permanen milik anaknya
3. Aspek Risiko Internal
sendiri. Rumah berukuran 15x20m². Terdapat
- Pasien merupakan lansia berusia 69
4 kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang
tahun.
keluarga, satu dapur dan 4 kamar mandi. 3
- Pasien kurang pengetahuan terhadap
kamar mandi dalam dan 1 kamar mandi luar.
penyakit yang dideritanya mengenai
Semua kamar mandi menggunakan wc duduk.
a. Definisi gastroenteritis.
Lantai rumah beralas ubin, dinding berupa
b. Gejala klinis gastroenteritis.
tembok dengan atap genteng. Jumlah ventilasi
c. Penyebab gastroenteritis.
cukup dan sudah memenuhi standar sirkulasi
d. Komplikasi gastroenteritis.
rumah sehat yaitu >20% dengan pertukaran
e. Pencegahan gastroenteritis.
udara dan pencahayaan di dalam rumah baik
- Pasien kurang memperhatikan
karena jenis jendela yang digunakan efisien
higienitas makanan.
dalam pertukaran udara. Lingkungan tempat
- Pasien tidak mengetahui status gizinya
tinggal pasien tidak cukup padat dengan
dan kurangnya pengetahuan
jalanan terbuat dari aspal. Jarak antar rumah
mengenai diet gizi seimbang.
±1 meter. Keadaan rumah secara keseluruhan
bersih dan tertata rapih. Rumah sudah

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 366


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

- Pola makan yang tidak seimbang 3. Edukasi kepada pasien mengenai status gizi
dengan jumlah yang sedikit dari dan diet gizi seimbang.
kebutuhan. Farmakologi :
4. Aspek Resiko Eksternal 1. Attapulgit diberikan setiap pasien BAB
- Pengetahuan keluarga kurang maksimal 6 tablet sehari.
mengenai 2. Zinc 20 mg x 1 selama 10 hari.
a. Definisi gastroenteritis. 3. Antasid 3 x 1.
b. Gejala klinis gastroenteritis. 4. Omeprazole 2x20mg.
c. Penyebab gastroenteritis.
d. Komplikasi gastroenteritis. Family Focused
e. Pencegahan gastroenteritis. 1. Edukasi kepada keluarga mengenai
- Pengetahuan keluarga kurang penyakit diare (penyebab, pencegahan,
mengenai diet gizi seimbang. tanda dan gejala, pengobatan) serta peran
5. Derajat Fungsional keluarga dalam terapi penyakit pasien.
Derajat 2 yaitu masih mampu melakukan 2. Edukasi tentang menjaga higienitas
aktivitas ringan sehari-hari di dalam dan makanan dengan membatasi membeli
di luar rumah (mulai mengurangi makanan ringan/jajanan di luar serta
aktivitas). menjalankan hidup bersih dan sehat.
3. Edukasi kepada keluarga mengenai status
Intervensi yang diberikan pada pasien gizi dan diet gizi seimbang.
ini adalah pemberian edukasi dan konseling
kepada pasien dan anggota keluarga lainnya Setelah pasien dan keluarga mendapatkan
dan konseling mengenai penyakit diare mulai intervensi, dilakukan diagnostic holistic akhir:
dari penyebab hingga terapi dan komplikasi 1. Aspek Personal
yang dapat terjadi. Intervensi bertujuan untuk - Alasan Kedatangan: BAB cair yang tidak
menjaga agar pasien tidak mengalami penyakit kambuh lagi.
serupa. Akan dilakukan tiga kali pertemuan. - Kekhawatiran: Kekhawatiran pasien
Pertemuan pertama adalah untuk melengkapi mengenai sakit berkepanjangan dan
data pasien yang dilakukan saat kunjungan komplikasi akibat penyakit ini berkurang
pasien ke puskesmas dan dilanjutkan dengan bertambahnya pengetahuan.
kunjungan ke rumah pasien. Pertemuan kedua - Harapan: pasien memiliki pengetahuan
untuk melakukan intervensi secara tatap muka yang baik mengenai penyakitnya dan tidak
dan pertemuan ketiga adalah untuk mengalami keluhan yang sama kembali.
mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan. - Persepsi: Penyakit dapat dicegah dengan
Intervensi yang dilakukan terbagi atas patient menerapkan pola hidup bersih dan sehat
center dan family focused. serta perlunya menerapkan diet gizi
seimbang.
Patient Center 2. Aspek Klinis
Non-Farmakologi: Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi (ICPC-
1. Edukasi kepada pasien mengenai 2: D.73; ICD-X: A.09) dan Underweight
- Definisi gastroenteritis. (ICD-X: A63.6)
- Gejala klinis gastroenteritis. 3. Aspek Risiko Internal
- Penyebab gastroenteritis. - Pasien merupakan lansia berusia 69
- factor resiko gastroenteritis. tahun.
- Komplikasi gastroenteritis. - Pengetahuan pasien terhadap
- Pencegahan gastroenteritis. penyakitnya meningkat mengenai
2. Edukasi kepada pasien tentang menjaga a. Definisi gastroenteritis.
higienitas makanan dengan membatasi b. Gejala klinis gastroenteritis.
membeli makanan ringan/jajanan di luar c. Penyebab gastroenteritis.
serta menjalankan hidup bersih dan sehat. d. Factor resiko gastroenteritis.
e. Komplikasi gastroenteritis.

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 367


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

f. Pencegahan gastroenteritis. alergi makanan ataupun malabsorbsi. Bila


- Pasien memperhatikan higienitas diare terjadi karena makanan atau minuman
makanan. yang kurang higiene makan dapat disebabkan
- Pasien mengetahui bahwa pasien oleh infeksi. Penyebab utama infeksi
mengalami gizi kurang dan pengetahuan gastroenteritis adalah rotavirus. Faktor resiko
pasien meningkat mengenai diet gizi terjadi gastroenteritis antara lain kurangnya
seimbang. kebersihan diri maupun sanitasi lingkungan,
- Pasien mengatur pola makan gizi riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi dan
seimbang dengan jumlah yang sesuai infeksi HIV maupun infeksi menular seksual.
dari kebutuhan. Faktor resiko yang ada pada pasien berupa
4. Aspek Risiko Ekternal higienitas makanan yang kurang. Selain itu
 Peningkatan pengetahuan keluarga juga, pasien merupakan seorang lansia berusia
mengenai penyakit gastroenteritis akut 69 tahun. Dikatakan bahwa lansia rentan untuk
(definisi, penyebab, pencegahan, tanda dan terkena gastroenteritis karena perubahan
gejala, komplikasi). respon imun, fisiologi gastrointestinal6,
 Peningkatan pengetahuan keluarga penggunanaan obat imunosupresi atau obat
mengenai diet gizi seimbang. penekan asam7 dan penyakit komorbid lainnya
5. Derajat Fungsional yang berkaitan dengan usia.2 Pasien juga
Derajat fungsional 1 yaitu mampu memiliki gizi kurang yaitu IMT 17,7, dimana
melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit. dikatakan bahwa gizi kurang lebih rentan
terkena diare dibandingkan dengan gizi normal
Pembahasan karena daya tahan tubuh yang kurang.8 Hal
Studi kasus yang dilakukan pada tersebut mendukung penyebab gastroenteritis
pasien NY. M usia 69 tahun, pasien datang pada pasien bisa dikarenakan infeksi
dengan keluhan utama BAB cair sejak 1 hari dikarenakan ataupun ditambah oleh respon
lalu disertai dengan nyeri perut melilit, mual imun dan fisiologi gastrointestinal yang
dan muntah. Pertemuan dilakukan tiga kali berubah karena usia tua. Berdasarkan
yaitu kunjungan pertama dilakukan anamnesis pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
dan pemeriksaan fisik. Pada pertemuan kedua compos mentis, frekuensi dan kualitas nadi
dilakukan intervemsi secara tatap muka. Pada normal, frekuensi pernafasan normal, mata
kunjungan ketiga dilakukan evaluasi. normal, turgor kulit baik, CRT <2 detik dan
Pada anamnesis, didapatkan data ekstremitas hangat sehingga termasuk
berupa keluhan pasien, keadaan keluarga, kedalam gastroenteritis tanpa dehidrasi.5
social, psikososial dan ekonomi serta keadaan Pemeriksaan penunjang yang dapat
kondisi rumah pasien. Dilakukan juga dilakukan adalah darah rutin berupa leukosit
pemeriksaan fisik pada pasien. untuk memastikan ada tidaknya infekksi.
Pasien dicurigai dengan gastroenteritis Untuk mengetahui penyebab gastroenteritis
akut dari beberapa tanda yaitu BAB. 3 kali dapat dilakukan pemeriksaan feses lengkap.
sehari dengan konsistensi cair, perut meililit, Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan feses
mual dan muntah. Pasien mengalami gejala lengkap. Penyebab gastroenteritis dapat
dan tanda tersebut sejak 1 hari lalu. dikarenakan oleh bakteri, virus, maupun
Pemeriksaan fisik didapatkan bahwa frekuensi parasite. Namun, di negara berkembang
nadi 68 kali/menit, frekuensi napas 20 penyebab gastroenteritis karena bakteri dan
kali/menit, suhu tubuh 36,5oC. Status gizi parasite lebih banyak dibandingkan virus.
kurang dilihat dari BB: 40kg dan TB: 150cm Bakteri penyebab gastroenteritis seperti
dengan perhitungan IMT: 17.7 (underweight). Escherichia coli, Campylobacter, Shigella,
Diagnosis gastroenteritis pada pasien Salmonella. Virus penyebab gastroenteritis
ditegakkan atas dasar keluhan yaitu BAB cair antara lain Rotavirus, Human caliciviruses
>3x, perubahan konsistensi BAB, nyeri perut (HuCVs), dan Edenovirus. Penyebab
meililit, mual dan muntah. Penyebab diare gastroenteritis karena parasite yaitu
beraneka ragam, seperti infeksi, keracunan, Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis,

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 368


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

Entamoeba histolytica, dan Cyclospora memiliki cara kerja yang berbeda. Antasida
cayetanensis. dikarenakan penyebabnya bekerja dengan cara menetralkan asam
mungkin sudah diketahui. Gastroenteritis lambung. Antasida yang tersedia pada fasilitas
karena infeksi dapat ditemukan dengan layanan kesehatan tingkat pertama
mengevaluasi periode inkubasi, Riwayat merupakan kombinasi antara Al(OH)3 dan
perjalanan baru baru ini, makanan atau Mg(OH)2. Antasida tidak bekerja untuk
keadaan makanan yang tidak baisa, risiko mengurangi volume HCl yang dikeluarkan
professional, penggunaan antimikroba dan lambung, tetapi peninggian pH akan
risiko infeksi HIV.4 menurunkan aktivitas pepsin. Contohnya
Tujuan tatalakansana gastroenteritis Aluminium Hidroksida dapat menghambat
yaitu untuk mencegah kekurangan cairan dan pepsin secara langsung. Selain itu Aluminium
mencegah terjadinya kekambuhan. Umumnya, Hidroksida juga dapat mengikat sebagian asam
diare akut bersifat ringan dan capat sembuh klorida secara adsorptif. Selain itu, terdapat
sendirinya setelah rehidrasi dan minum obat omeprazole yang merupakan obat golongan
anti diare. Rehidrasi dilakukan agar cairan dan Proton Pump Inhibitor (PPI). Omeprazole
elektrolit yang hilang dapat tergantikan. merupakan obat golongan PPI yang bisa
Rehidrasi secara oral dapat dilakukan pada didapatkan di fasilitas layanan kesehatan
pasien dengan dehidrasi ringan-sedang dan tingkat pertama. PPI merupakan penghambat
kontraindikasi pada pasien dehidrasi berat sekresi asam lambung yang paling poten
maupun dengan muntah persisten. Rehidrasi karena dapat menghambat di tahap terakhir
dapat diberikan cairan oralit atau cairan rumah sekresi asam lambung. 10
tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin Pada pasien diberikan suplemen zinc
dan air matang). Pemberian oralit dapat 20mg/hari selama 10 hari, attapulgite sebagai
berikan sampai diare berhenti. Cairan oralit agen adsorben diminum tiap kali BAB cair
memiliki komposisi 29g glukosa, 3,5g NaCl, dengan maksimal 6 tablet sehari. Pasien juga
2,5g Natrium karbonat dan 1,5 KCL setiap diberikan antiemetik berupa antasida 3x1 dan
liternya.9 Selain itu diberikan suplemen zinc omeprazole 2x20mg. Pada pasien tidak
sebagai tambahan yang dinilai berguna untuk diberikan antibiotik karena tidak terdapat
menurunkan keparahan dan juga menurunkan indikasi. Pasien juga diberikan edukasi
episode gastroenteritis. Rekomendasi yang mengenai rehidrasi cairan dan diet makanan.
diberikan yaitu 20mg zinc tiap hari selama 10 Selama keluhan masih ada, pasien disarankan
hari. Selain itu, diet yang dijalani pada pasien untuk memakan makanan rendah serat (hati,
gastroenteritis tanpa dehidrasi sebaiknya sama telur, ikan halus, daging empuk, susu kedelai
seperti biasanya. Menahan makanan selama tahu, bubur dan nasi tim). Selain itu juga,
lebih dari 4 tidak bermanfaat. Obat antidiare pasien diberikan edukasi untuk menjauhi
yang dapat digunakan yaitu agen antimotilitas produk olahan susu, kafein, dan makanan
(loperamide 4-6mg/hari), agen antisekretori makanan yang tinggi lemak dan berbumbu
(Racecadotril), dan agen adsorben (kaoli- tajam.11
pectin, attapulgite).4 Pemberian antibiotic Pada kunjungan kedua, dilakukan
diberikan sesuai indikasi, seperti infeksi bakteri intervensi kepada pasien dan keluarga pasien.
invasive dan traveller’s diarrhe. Antimikroba Intervensi yang dilakukan dengan memberikan
lainnya seperti antiiparasit maupun antijamur penyuluhan ataupun berbincang mengenai
diberikan sesuai penyebabnya. Pemberian penyakit pasien dengan menggunakan media
yang tidak sesuai justru dapat menyebabkan poster. Media poster berisi beberapa materi
resitensi bakteri dan juga membunuh flora yang disertai gambar sehingga diharapkan
normal pada tubuh. mudah dipahami oleh pasien. Intervensi yang
Pemberian antiemetik bukanlah ditekankan mengenai pengetahuan pasien dan
penatalaksanaan rutin, namun dianjurkan keluarga pasien mengenai penyakit
pada pasien muntah berat disertai diare. Salah gastroenteritis, gejala dan tanda,
satu contoh antiemetik yang digunakan adalah penatalaksanaan awal, pencegahan serta
antasida dan omeprazole. Kedua obat ini prinsip gizi seimbang.

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 369


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pasien mengerjakan soal pre-test pasien mengenai penyakit gastroenteritis


terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi. sudah sangat baik.
Tujuan pre-test ini untuk menilai tingkat
pengetahuan pasien mengenai penyakit Tabel 3. Hasil pretest-postest Ny.M
gastroenteritis yang nantinya akn Nila Pretest Nilai Posttest Δ nilai
dibandingkan dengan hasil post-test setelah 50 90 ↑40
intervensi. Pertanyaan pre-test ini mengenai
gejala, pencegahan, penularan, pengobatan Hasil evaluasi didapatkan bahwa pasien sudah
gastroenteritis dalam bentuk pilihan ganda mengikuti saran yang diberikan saat intervensi.
dan berjumlah 10 buah. Pada pre-test pasien Keluarga pasien juga mendukung untuk
memperoleh skor 50 yang tergolong masih menyelesaikan masalah gastroenteritis dan
belum baik. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kurang gizi ini. Keluarga menjalani peran untuk
pengetahuan pasien mengenai gastroenteritis berperilaku hidup bersih dan sehat serta
masih belum cukup baik. Selain itu, dilakukan memperhatikan penyajian menu gizi sehat dan
juga food recall pada pasien untuk menilai seimbang. Pasien juga sudah mulai memahami
asupan gizi pasien dalam 24 jam, dimana untuk meningkatkan gizi dan menjalankan
diharapkan setelah dilakukan intervensi pasien prinsip gizi seimbang. Asupan gizi pasien juga
dapat mengikuti arahan yang diberikan. mengalami peningkatan yang dilihat dari food
Family focused yang dilakukan recall pasien selama 24 jam setelah intervensi.
menggunakan media edukasi berupa poster. Dengan ini diharapkan pasien dan
Edukasi yang diberikan kepada keluarga keluarga dapat menangani kejadian
meliputi penyakit yang diderita pasien, gastroenteritis jika terulang kembali di
mengenai definisi, tanda dan gejala, keluarga pasien. Diharapkan juga agar pasien
penanganan awal dan pencegahan penyakit dan keluarga pasien terus termotivasi untuk
yang diderita oleh pasien. Anggota keluarga menerapkan gaya hidup sehat sehingga
diminta untuk menjadi pengawas pasien meningkatkan kualitas hidup pasien dan
selama menjalani pengobatan. Keluarga pasien anggota keluarga lainnya.
juga diharapkan memiliki peran dalam
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat Simpulan
seperti menjaga kebersihan rumah, mencuci Didapatkan faktor internal berupa
tangan serta menerapkan prinsip diet gizi pasien merupakan lansia berusia 69 tahun,
seimbang. Keluarga pasien juga diharapkan pasien kurang pengetahuan mengenai definisi,
bertanggung jawab terhadap pasien untuk gejala klinis, penyebab, factor resiko,
menghantarkan pasien berobat jika pasien komplikasi, pencegahan gastroenteritis,
mengalami keluhan maupun untuk melakukan kurang memperhatikan higienitas makanan,
pemeriksaan kesehatan di layanan Kesehatan. pasien tidak mengetahui status gizinya dan
Pada kunjungan ketiga dilakukan kurang pengetahuan mengenai diet gizi
evaluasi terhadap intervensi yang sudah seimbang dan pola makan yang tidak seimbang
diberikan kepada pasien dan keluarga pasien. dengan jumlah yang sedikit dari kebutuhan.
Tujuannya untuk mengevaluasi pengetahuan Didapatkan faktor eksternal berupa
keluarga pasien dan mengevaluasi apakah kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
terdapat perubahan terkait perilaku dan klinis definisi, gejala klinis, penyebab, komplikasi dan
dari pasien. Saat dilakukan kunjungan, pasien pencegahan gastroenteritis dan kurangnya
mengatakan bahwa keluhannya sudah tidak pengetahuan keluarga mengenai diet gizi
dirasakan. Pasien juga sudah merasa tenang seimbang.
dengan keadaannya saat ini. Pada kunjungan Telah dilakukan intervensi dengan
ini juga dilakukan postest kepada pasien untuk pendekatan keluarga menggunakan media
mengevaluasi tingkat pengetahuan pasien poster. Edukasi kepada pasien mengenai
mengenai penyakit gastroenteritis setelah definisi, gejala klinis, penyebab, faktor resiko,
diberikan intervensi. Hasil post-test komplikasi, dan pencegahan gastroenteritis;
didapatkan skor 90 yang berarti pengetahuan

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 370


Edwina Nabila, R.E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga

Edukasi kepada pasien tentang menjaga Helicobacter Pylori KONSENSUS


higienitas makanan dengan membatasi NASIONAL Editor.; 2014.
membeli makanan ringan/jajanan di luar serta 11. nuraini, iskari ngadiarti, yenny moviana.
menjalankan hidup bersih dan sehat; edukasi DIETETIK PENYAKIT INFEKSIA. Kemenkes.
kepada pasien mengenai status gizi dan diet Published online 2017.
gizi seimbang.
Setelah dilakukan intervensi dengan
pendekatan keluarga, pasien memiliki
peningkatan pengetahuan mengenai
gastroenteritis dan diet gizi seimbang,
dibuktikan dengan peningkatan skor pretest-
postest sebesar 40 poin dan peningkatan
asupan gizi berdasarkan food recall.

Daftar Pustaka
1. Graves NS. Acute gastroenteritis. Primary
Care - Clinics in Office Practice.
2013;40(3):727-741.
doi:10.1016/j.pop.2013.05.006
2. Kirk MD, Veitch MG, Hall G v.
Gastroenteritis and food-borne disease in
elderly people living in long-term care.
Clinical Infectious Diseases.
2010;50(3):397-404. doi:10.1086/649878
3. Sudoyo AW SBAISMSS. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi V.; 2009.
4. Lindberg Dite I Khalif E Salazar-Lindo BS
Ramakrishna K Goh A Thomson AG Khan J
Krabshuis A LeMair GP. World
Gastroenterology Organisation Global
Guidelines Acute Diarrhea in Adults and
Children: A Global Perspective.; 2012.
5. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia
2018. Published online 2019.
6. Slotwiner-Nie PK, Brandt LJ. Infectious
diarrhea in the elderly. Gastroenterol Clin
North Am. 2001;30(3):625-635.
doi:10.1016/s0889-8553(05)70202-8
7. Gavazzi G, Krause KH. Ageing and
infection. Lancet Infect Dis.
2002;2(11):659-666. doi:10.1016/S1473-
3099(02)00437-1
8. Supriadi D, NLS, & KRN. Correlation of
Nutritional Status with Diarrhea
Incidence. Genius Journal, 1(1), 1–4.
Published online 2020.
9. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku
Kesehatan.; 2011.
10. Simadibrata M, Dadang K, Murdani M, et
al. Penatalaksanaan Dispepsia Dan Infeksi

Medula | Volume 13 | Nomor 3 | Maret 2023 | 371

Anda mungkin juga menyukai