E Rizal Effendi | Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga
Abstrak
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit diare dengan onset cepat, dengan atau tanpa mual, muntah, demam atau nyeri
perut. Diare adalah buang air besar yang encer ataupun berair, biasanya paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Berdasarkan
data National Center for Health Statistics, CDC melaporkan bahwa kematian yang diakibatkan oleh gastroenteritis meningkat.
Dewasa diatas 65 tahun merupakan 83% dari penyebab kematian ini sehingga hal tersebut mencerminkan bahwa morbiditas
dan mortalitas paling signifikan dialami oleh usia yang ekstrem. Artikel ini mengindetifikasi factor risiko internal, eksternal
dan masalah klinis yang ada pada pasien, menerapkan pendekatan dokter keluarga secara holistic dan komprehensif, serta
melakukan tatalaksana berbasis evident based medicine yang bersifat patient centred dan family approach. Studi berupa
laporan kasus. Data primer diperoleh dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Penilai berdasarkan
diagnosis holistic dari awal, proses dan akhir secara in-depth interview, observasi dan lembar isian pasien. Sebelum dilakukan
intervensi, pengetahuan pasien dan keluarga mengenai gastroenteritis dan asupan gizi sangat rendah. Setelah dilakukan
intervensi, didapatkan peningkatan pengetahuan dan peningkatan asupan gizi. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
pada pasien ini telah dilakukan secara holistic, patient centred, family approach berdasarkan teori dan penelitian terkini.
Terdapat peningkatan pengetahuan pada pasien dan keluarganya serta peningkatan asupan gizi pada pasien.
Korespondensi: Edwina Nabila, alamat Jl. Gorontalo IV no 11, Kelurahan Sungai Bambu, Tj. Priuk, Jakarta, e-mail:
edwina.nabila@gmail.com
Gastroenterology.4 Berdasarkan data National Pasien mengaku jarang memakan jajanan dari
Center for Health Statistics, CDC melaporkan luar.
bahwa kematian yang diakibatkan oleh Riwayat penyakit dahulu, didapati
gastroenteritis meningkat dari 7.000 menjadi riwayat penyakit yang sama. Pasien pernah
17.000 kasus per tahun sejak tahun 1999- mengalami diare namun sembuh tanpa
2007.1 Dewasa diatas 65 tahun merupakan berobat ±1 bulan lalu. Pasien mengaku jarang
83% dari kematian ini sehingga hal tersebut berobat ke puskesmas dan hanya ke
mencerminkan bahwa morbiditas dan puskesmas jika keluhan dirasa memberat.
mortalitas yang paling signifikan dialami oleh Riwayat penyakit keluarga tidak ada
usia yang ekstrem.1 yang mengalami keluhan yang serupa.
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi Pasien mengaku makan 3x sehari
diare di Indonesia sebesar 6,8% atau secara namun dengan porsi yang sedikit dan tidak
keseluruhan terdapat 152.510 kasus diare mengetahui pola makan gizi seimbang. Setiap
yang ditemukan pada semua usia dan 248.395 kali makan pasien merasa cepat kenyang.
kasus pada anak anak dengan angka kesakitan Pasien kurang mengetahui mengenai status
diare per 1000 penduduk sebanyak 270. Di gizi dan diet gizi seimbang.
Lampung, prevalensi diare sekitar 8,71-8,77% Pasien pergi berobat ke puskesmas
atau sebanyak 4.538 kasus.5 karena ingin keluhan berkurang serta penyakit
Oleh karena itu, diperlukan edukasi tidak semakin memburuk. Pasien khawatir
kepada pasien dan keluarga pasien mengenai dengan keluhan tersebut menjadi
upaya pencegahan terhadap GEA dan berkepanjangan dan menyebabkan
komplikasinya. Pendekatan keluarga dalam komplikasi. Pasien juga menganggap bahwa
penatalaksanaan membantu mengidentifikasi penyakit ini dapat sembuh dengan obat dari
factor factor yang berpengaruh baik secara dokter dan tidak timbul kembali. Pasien belum
klinis, personal dan psikososial keluarga. mengetahui penyebab dan komplikasi dari
Dengan pendekatan ini, penatalaksanaan akan penyakit tersebut.
lebih komprehensif dan diharapkan dapat Dari pemeriksaan fisik didapatkan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Frekuensi nadi: 68 kali/menit, reguler, isi
cukup, frekuensi napas: 20 kali/menit, reguler
Kasus dengan kedalaman cukup dan suhu tubuh:
Pasien Ny. M, usia 69 tahun, datang ke 36,5oC. Status gizi kurang dilihat dari BB: 40kg
Puskesmas ditemani anaknya dengan keluhan dan TB: 150cm dengan perhitungan IMT: 17.7.
utama BAB cair sejak 1 hari sebelum ke Dari pemeriksaan status generalis
Puskesmas. BAB sebanyak ±3 kali sejak pagi pada pemeriksaaan fisik pada kepala tidak
hari. Pasien mengatakan BAB cair berwarna temukan adanya mata cekung. Pada
cokelat dan masih terdapat ampas. BAB pemeriksaan thorax tidak ditemukan kelainan.
sebanyak setengah cangkir setiap kali BAB. Pada pemeriksaan auskultasi abdomen
BAB tidak disertai dengan lender dan darah. didapat bising usus sebanyak 10x/menit. Pada
Pasien mengeluhkan bahwa perutnya terasa pemeriksaan ekstremitas didapatkan turgor
sangat melilit dan sakit sebelum BAB dan kulit baik, CRT<2 detik dan akral hangat. Pada
menetap bahkan setelah BAB. Pasien juga status generalis lainnya tidak ditemukan
mengaku merasakan mual dan muntah 1 kali adanya kelainan. Kesimpulan berdasarkan
tadi pagi yang berisi makanan. Pasien merasa anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
seluruh tubuhnya lemas. Keluhan tidak disertai dilakukan, pasien didiagnosis dengan
dengan demam, batuk, pilek. Pasien mengaku gastroenteritis tanpa dehidrasi.
sudah pernah mengalami keluhan yang sama Pasien tinggal bersama anak, menantu
namun tidak pernah sampai seberat ini. dan kedua cucunya. Anak laki laki bekerja
Pasien sebelumnya mendapatkan sebagai dosen, menantu sebagai guru SD dan
makanan dari acara pengajian. Pasien kedua cucunya adalah pelajar kelas 3SD dan
memakan makanan yang pedas dan juga 3SMP. Pasien tinggal di rumah anaknya yang
terdapat makanan yang dirasa kurang segar.
terletak di pemukiman padat dengan luas Tabel 1. Hasil Penilaian Activity Of Daily Living
rumah 500 m2. dengan Instrumen Indeks Barthel Modifikasi
Penghasilan didapatkan dari anaknya Rekapitulasi
sebagai kepala keluarga dan menantu sebagai Mengendalikan Rangsang BAB 10
guru SD dirasakan cukup untuk memenuhi Mengendalikan rangsang BAK 10
kebutuhan sehari-hari. Pemenuhan gizi Kebersihan Pribadi (seka, sisir, sikat gigi) 5
keluarga dilakukan dengan penyediaan
makanan setiap hari. Makanan disediakan dan Penggunaan toilet 10
dimasak sendiri di rumah yang dilakukan oleh
Makan 10
pasien maupun menantu. Keluarga makan 1–3
kali dalam sehari. Makanan terutama nasi Transfer 15
putih, sayur, ikan, telur, tahu, tempe atau Mobilisasi 15
terkadang daging. Mengenakan pakaian 10
Bentuk keluarga pasien adalah Naik Turun anak Tangga 10
keluarga extended. Menurut siklus Duvall, Mandi 5
siklus keluarga ini berada pada tahap VIII Total 100
(tahap keluarga usia lanjut). Komunikasi dalam
keluarga baik. Pemecahan masalah dikeluarga
dilakukan melalui diskusi. Keputusan di Tabel 2. Hasil Skrining Instrumen Mini Mental State
keluarga tetap ditentukan oleh anak laki laki Examination (MMSE)
pasien. Skor Skor Manula Keterangan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah Maksimal
tangga, pasien tidak memiliki pendapatan. 10 10 Orientasi
Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, 3 3 Registrasi
keluarga ini bergantung pada anak laki laki 5 1 Atensi dan
pasien yang bekerja sebagai dosen dan Kalkulasi
menantu pasien yang bekerja sebagai guru SD. 3 2 Mengingat
Pendapatan keluarga sebesar Rp. 5.000.000 –
9 8 Bahasa
Rp. 10.000.000 yang digunakan untuk
menghidupi keluarga ini. 30 24 Total skor
Seluruh anggota keluarga memiliki
asuransi Kesehatan pemerintah. Ketika sakit,
pasien dan keluarga pergi ke layanan
Kesehatan terdekat seperti puskesmas.
Dukungan dari keluarga untuk mendukung dan
memotivasi pasien untuk memeriksakan
kesehatannya dirasa sudah cukup. Namun,
keluarga pasien belum memiliki pengetahuan
mengenai penyakit pasien.
Dari hasil yang didapatkan skor 100, Gambar 1. Genogram keluarga Ny.M (19
dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki September 2022)
status Mandiri (100), yang berarti tidak
membutuhkan bantuan orang lain dalam Family APGAR Score
melakukan aktivitasnya. Adaptation : 2
Pada pemeriksaan didapatkan hasil Partnership :1
MMSE pasien 24 yang berarti fungsi kognitif Growth :1
masih dalam batas normal.
1. Aspek Personal
Gambar 2. Family Map - Alasan kedatangan: pasien datang
dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari
Siklus hidup keluarga Ny.M dapat dilihat pada sebelum ke puskesmas dan sudah ±3x
Gambar. Dapat dilihat bahwa keluarga Ny.M sejak pagi hari.
berada dalam tahap keluarga usia lanjut. - Kekhawatiran: Pasien dan keluarga
memiliki kekhawatiran sakit
Keluarga
pemula
berkepanjangan dan akan terjadi
Keluarga Keluarga komplikasi.
lanjut usia child hearing
- Harapan: Pasien memiliki harapan
dengan pengobatan, penyakitnya bisa
Keluarga Keluarga
usia dengan anak sembuh dan tidak timbul keluhan
pertengahan prasekolah
kembali.
- Persepsi: Pasien menganggap bahwa
Keluarga Keluarga
dengan anak
dewasa
dengan anak
usia sekolah
penyakit ini dapat sembuh dengan
Keluarga
dengan anak
remaja
pengobatan.
2. Aspek Klinik
Gambar 3. Siklus Hidup Keluarga Ny. M
Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi
(ICD-X: A.09; ICPC-2: D.73)
Pada data lingkungan rumah, pasien
Underweight (ICD-X: A63.6)
tinggal di rumah permanen milik anaknya
3. Aspek Risiko Internal
sendiri. Rumah berukuran 15x20m². Terdapat
- Pasien merupakan lansia berusia 69
4 kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang
tahun.
keluarga, satu dapur dan 4 kamar mandi. 3
- Pasien kurang pengetahuan terhadap
kamar mandi dalam dan 1 kamar mandi luar.
penyakit yang dideritanya mengenai
Semua kamar mandi menggunakan wc duduk.
a. Definisi gastroenteritis.
Lantai rumah beralas ubin, dinding berupa
b. Gejala klinis gastroenteritis.
tembok dengan atap genteng. Jumlah ventilasi
c. Penyebab gastroenteritis.
cukup dan sudah memenuhi standar sirkulasi
d. Komplikasi gastroenteritis.
rumah sehat yaitu >20% dengan pertukaran
e. Pencegahan gastroenteritis.
udara dan pencahayaan di dalam rumah baik
- Pasien kurang memperhatikan
karena jenis jendela yang digunakan efisien
higienitas makanan.
dalam pertukaran udara. Lingkungan tempat
- Pasien tidak mengetahui status gizinya
tinggal pasien tidak cukup padat dengan
dan kurangnya pengetahuan
jalanan terbuat dari aspal. Jarak antar rumah
mengenai diet gizi seimbang.
±1 meter. Keadaan rumah secara keseluruhan
bersih dan tertata rapih. Rumah sudah
- Pola makan yang tidak seimbang 3. Edukasi kepada pasien mengenai status gizi
dengan jumlah yang sedikit dari dan diet gizi seimbang.
kebutuhan. Farmakologi :
4. Aspek Resiko Eksternal 1. Attapulgit diberikan setiap pasien BAB
- Pengetahuan keluarga kurang maksimal 6 tablet sehari.
mengenai 2. Zinc 20 mg x 1 selama 10 hari.
a. Definisi gastroenteritis. 3. Antasid 3 x 1.
b. Gejala klinis gastroenteritis. 4. Omeprazole 2x20mg.
c. Penyebab gastroenteritis.
d. Komplikasi gastroenteritis. Family Focused
e. Pencegahan gastroenteritis. 1. Edukasi kepada keluarga mengenai
- Pengetahuan keluarga kurang penyakit diare (penyebab, pencegahan,
mengenai diet gizi seimbang. tanda dan gejala, pengobatan) serta peran
5. Derajat Fungsional keluarga dalam terapi penyakit pasien.
Derajat 2 yaitu masih mampu melakukan 2. Edukasi tentang menjaga higienitas
aktivitas ringan sehari-hari di dalam dan makanan dengan membatasi membeli
di luar rumah (mulai mengurangi makanan ringan/jajanan di luar serta
aktivitas). menjalankan hidup bersih dan sehat.
3. Edukasi kepada keluarga mengenai status
Intervensi yang diberikan pada pasien gizi dan diet gizi seimbang.
ini adalah pemberian edukasi dan konseling
kepada pasien dan anggota keluarga lainnya Setelah pasien dan keluarga mendapatkan
dan konseling mengenai penyakit diare mulai intervensi, dilakukan diagnostic holistic akhir:
dari penyebab hingga terapi dan komplikasi 1. Aspek Personal
yang dapat terjadi. Intervensi bertujuan untuk - Alasan Kedatangan: BAB cair yang tidak
menjaga agar pasien tidak mengalami penyakit kambuh lagi.
serupa. Akan dilakukan tiga kali pertemuan. - Kekhawatiran: Kekhawatiran pasien
Pertemuan pertama adalah untuk melengkapi mengenai sakit berkepanjangan dan
data pasien yang dilakukan saat kunjungan komplikasi akibat penyakit ini berkurang
pasien ke puskesmas dan dilanjutkan dengan bertambahnya pengetahuan.
kunjungan ke rumah pasien. Pertemuan kedua - Harapan: pasien memiliki pengetahuan
untuk melakukan intervensi secara tatap muka yang baik mengenai penyakitnya dan tidak
dan pertemuan ketiga adalah untuk mengalami keluhan yang sama kembali.
mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan. - Persepsi: Penyakit dapat dicegah dengan
Intervensi yang dilakukan terbagi atas patient menerapkan pola hidup bersih dan sehat
center dan family focused. serta perlunya menerapkan diet gizi
seimbang.
Patient Center 2. Aspek Klinis
Non-Farmakologi: Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi (ICPC-
1. Edukasi kepada pasien mengenai 2: D.73; ICD-X: A.09) dan Underweight
- Definisi gastroenteritis. (ICD-X: A63.6)
- Gejala klinis gastroenteritis. 3. Aspek Risiko Internal
- Penyebab gastroenteritis. - Pasien merupakan lansia berusia 69
- factor resiko gastroenteritis. tahun.
- Komplikasi gastroenteritis. - Pengetahuan pasien terhadap
- Pencegahan gastroenteritis. penyakitnya meningkat mengenai
2. Edukasi kepada pasien tentang menjaga a. Definisi gastroenteritis.
higienitas makanan dengan membatasi b. Gejala klinis gastroenteritis.
membeli makanan ringan/jajanan di luar c. Penyebab gastroenteritis.
serta menjalankan hidup bersih dan sehat. d. Factor resiko gastroenteritis.
e. Komplikasi gastroenteritis.
Entamoeba histolytica, dan Cyclospora memiliki cara kerja yang berbeda. Antasida
cayetanensis. dikarenakan penyebabnya bekerja dengan cara menetralkan asam
mungkin sudah diketahui. Gastroenteritis lambung. Antasida yang tersedia pada fasilitas
karena infeksi dapat ditemukan dengan layanan kesehatan tingkat pertama
mengevaluasi periode inkubasi, Riwayat merupakan kombinasi antara Al(OH)3 dan
perjalanan baru baru ini, makanan atau Mg(OH)2. Antasida tidak bekerja untuk
keadaan makanan yang tidak baisa, risiko mengurangi volume HCl yang dikeluarkan
professional, penggunaan antimikroba dan lambung, tetapi peninggian pH akan
risiko infeksi HIV.4 menurunkan aktivitas pepsin. Contohnya
Tujuan tatalakansana gastroenteritis Aluminium Hidroksida dapat menghambat
yaitu untuk mencegah kekurangan cairan dan pepsin secara langsung. Selain itu Aluminium
mencegah terjadinya kekambuhan. Umumnya, Hidroksida juga dapat mengikat sebagian asam
diare akut bersifat ringan dan capat sembuh klorida secara adsorptif. Selain itu, terdapat
sendirinya setelah rehidrasi dan minum obat omeprazole yang merupakan obat golongan
anti diare. Rehidrasi dilakukan agar cairan dan Proton Pump Inhibitor (PPI). Omeprazole
elektrolit yang hilang dapat tergantikan. merupakan obat golongan PPI yang bisa
Rehidrasi secara oral dapat dilakukan pada didapatkan di fasilitas layanan kesehatan
pasien dengan dehidrasi ringan-sedang dan tingkat pertama. PPI merupakan penghambat
kontraindikasi pada pasien dehidrasi berat sekresi asam lambung yang paling poten
maupun dengan muntah persisten. Rehidrasi karena dapat menghambat di tahap terakhir
dapat diberikan cairan oralit atau cairan rumah sekresi asam lambung. 10
tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin Pada pasien diberikan suplemen zinc
dan air matang). Pemberian oralit dapat 20mg/hari selama 10 hari, attapulgite sebagai
berikan sampai diare berhenti. Cairan oralit agen adsorben diminum tiap kali BAB cair
memiliki komposisi 29g glukosa, 3,5g NaCl, dengan maksimal 6 tablet sehari. Pasien juga
2,5g Natrium karbonat dan 1,5 KCL setiap diberikan antiemetik berupa antasida 3x1 dan
liternya.9 Selain itu diberikan suplemen zinc omeprazole 2x20mg. Pada pasien tidak
sebagai tambahan yang dinilai berguna untuk diberikan antibiotik karena tidak terdapat
menurunkan keparahan dan juga menurunkan indikasi. Pasien juga diberikan edukasi
episode gastroenteritis. Rekomendasi yang mengenai rehidrasi cairan dan diet makanan.
diberikan yaitu 20mg zinc tiap hari selama 10 Selama keluhan masih ada, pasien disarankan
hari. Selain itu, diet yang dijalani pada pasien untuk memakan makanan rendah serat (hati,
gastroenteritis tanpa dehidrasi sebaiknya sama telur, ikan halus, daging empuk, susu kedelai
seperti biasanya. Menahan makanan selama tahu, bubur dan nasi tim). Selain itu juga,
lebih dari 4 tidak bermanfaat. Obat antidiare pasien diberikan edukasi untuk menjauhi
yang dapat digunakan yaitu agen antimotilitas produk olahan susu, kafein, dan makanan
(loperamide 4-6mg/hari), agen antisekretori makanan yang tinggi lemak dan berbumbu
(Racecadotril), dan agen adsorben (kaoli- tajam.11
pectin, attapulgite).4 Pemberian antibiotic Pada kunjungan kedua, dilakukan
diberikan sesuai indikasi, seperti infeksi bakteri intervensi kepada pasien dan keluarga pasien.
invasive dan traveller’s diarrhe. Antimikroba Intervensi yang dilakukan dengan memberikan
lainnya seperti antiiparasit maupun antijamur penyuluhan ataupun berbincang mengenai
diberikan sesuai penyebabnya. Pemberian penyakit pasien dengan menggunakan media
yang tidak sesuai justru dapat menyebabkan poster. Media poster berisi beberapa materi
resitensi bakteri dan juga membunuh flora yang disertai gambar sehingga diharapkan
normal pada tubuh. mudah dipahami oleh pasien. Intervensi yang
Pemberian antiemetik bukanlah ditekankan mengenai pengetahuan pasien dan
penatalaksanaan rutin, namun dianjurkan keluarga pasien mengenai penyakit
pada pasien muntah berat disertai diare. Salah gastroenteritis, gejala dan tanda,
satu contoh antiemetik yang digunakan adalah penatalaksanaan awal, pencegahan serta
antasida dan omeprazole. Kedua obat ini prinsip gizi seimbang.
Daftar Pustaka
1. Graves NS. Acute gastroenteritis. Primary
Care - Clinics in Office Practice.
2013;40(3):727-741.
doi:10.1016/j.pop.2013.05.006
2. Kirk MD, Veitch MG, Hall G v.
Gastroenteritis and food-borne disease in
elderly people living in long-term care.
Clinical Infectious Diseases.
2010;50(3):397-404. doi:10.1086/649878
3. Sudoyo AW SBAISMSS. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi V.; 2009.
4. Lindberg Dite I Khalif E Salazar-Lindo BS
Ramakrishna K Goh A Thomson AG Khan J
Krabshuis A LeMair GP. World
Gastroenterology Organisation Global
Guidelines Acute Diarrhea in Adults and
Children: A Global Perspective.; 2012.
5. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia
2018. Published online 2019.
6. Slotwiner-Nie PK, Brandt LJ. Infectious
diarrhea in the elderly. Gastroenterol Clin
North Am. 2001;30(3):625-635.
doi:10.1016/s0889-8553(05)70202-8
7. Gavazzi G, Krause KH. Ageing and
infection. Lancet Infect Dis.
2002;2(11):659-666. doi:10.1016/S1473-
3099(02)00437-1
8. Supriadi D, NLS, & KRN. Correlation of
Nutritional Status with Diarrhea
Incidence. Genius Journal, 1(1), 1–4.
Published online 2020.
9. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku
Kesehatan.; 2011.
10. Simadibrata M, Dadang K, Murdani M, et
al. Penatalaksanaan Dispepsia Dan Infeksi