Anda di halaman 1dari 12

PENATALAKSANAAN DIARE PADA PASIEN USIA 1,5 TAHUN DENGAN

PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI DESA SUKARAJA II


GEDONGTATAAN

Desta Eko Indrawan, S. Ked


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak:

Latar belakang: Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengahcair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Diare merupakan buang
air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan serta perilaku
masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Pendekatan dokter keluarga penting dalam manajemen pola
hidup bersih dan sehat dan faktor biopsikosial yang ada.

Tujuan: Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian
masalah pasien dengan pendekatan patient centred dan family approach.

Metode : Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien.

Hasil: pasien anak laki-laki, 1,5 tahun, keluhan BAB cair sebanyak 5x dalam sehari, disertai, lemas dan tidak
nafsu makan, dengan faktor internal yaitu pengetahuan tentang diare kurang, perilaku kebersihan yang kurang baik,
dan perilaku berobat keluarga kuratif. Aspek psikososial yaitu kurangnya dukungan dan pengetahuan untuk
memotivasi pasien agar berobat ke sarana kesehatan dan menjaga kebersihan.

Simpulan : Pola hidup bersih dan sehat menjadi faktor utama penyebab terjadinya penyakit diare. Anak-anak
dibawah 5 tahun rentan terhadap kejadian diare karena masih belum sempurnanya sistem imun terutama anak yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pelayanan dokter keluarga dalam terapi farmakologis maupun nonfarmakologis
mampu menyelesaikan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kata kunci: diare, pola hidup bersih dan sehat


MANAGEMENT OF DIARRHEA IN CHILDREN 1,5 YEARS OLD WITH FAMILY
MEDICINE ORIENTED IN SUKARAJA II GEDONGTATAAN PESAWARAN

Desta Eko Indrawan, S.Ked


Medical Faculty Lampung University

Abstract

Background: diarrhea is defecation in a liquid form more frequently and more than 200 g or 200 ml/24 hours.
Diarrhea is more frequently defecation more than usual. Defecation can be accopnanied by blood or not. It was
transmitted by fecal-oral, transplacenta, or labour. This disease is closely associated with the quality of personal
hygiene and environmental sanitation as a seedy neighborhood, the cleanliness of public places that are less well as
public behavior that is not conducive to healthy living. Family physicians is important to manage of clean and
healthy lifestyle and biopsikosial factors.

Purpose: The implementation of family physician services based on evidence based medicine in patients with
identifying risk factors, clinical problems, and patient management based on problem solving approach with patient
and family centered approach.

Methods: This study is a case report. The primary data obtained through anamnesis, physical examination and a
visit to the home. Secondary data were obtained from medical records of patients.

Results: The patients is a male children, 1,5 years old, symptoms . malaise, and appetite, with internal factors are
knowledge diarrhea is less, good hygiene practices are poor, and family behavioral curative treatment. Psychosocial
aspects, namely the lack of support and knowledge to motivate patients to keep their hygiene.

Conclusion: The pattern of clean and healthy is the main factor of the occurrence of diarrhea. Children under 5
years old is susceptible with diarrhea because of their immature immunity especially children without ASI
exclusive. Family doctor service in pharmacologic and nonpharmacologic therapies able to resolve health problems
and improve the quality of life of patients.

Keywords: diarrhea, a clean and healthy lifestyle


Latar belakang Balita dan anak sebagai bagian keluarga yang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan paling rentan terkena diare merupakan masalah
tinja berbentuk cair atau setengahcair (setengah yang dapat menggangu fungsi dasar dari
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari keluarga tersebut. Hal ini tentu didukung oleh
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. masalah internal dan eksternal dari pasien dan
Diare merupakan buang air besar encer lebih keluarganya. Oleh karena itu, dibutuhkan
dari 3 kali per hari. Buang air besar encer partisipasi dari keluarga yang optimal dalam
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah memperhatikan perilaku hidup sehat dalam
(IDAI, 2011). Diare akut adalah buang air besar penatalaksanaan dan pencegahan penyakitnya.
pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair Tujuan Penulisan
dengan atau tanpa lendir dan darah yang Tujuan penulisan ini adalah penerapan
berlangsung kurang dari dua minggu. (IDAI, pelayanan dokter keluarga berbasis evidence
2011). based medicine pada pasien dengan
mengidentifikasi penatalaksanaan secara holistik
Diare masih menjadi masalah kesehatan pada pasien.
masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab Ilustrasi Kasus
kematian dan kesakitan pada anak, terutama usia Pasien An I 1,5 tahun, datang ke Puskesmas
di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta Gedon Tataan diantar oleh ibunya untuk berobat
anak meninggal setiap tahunnya karena diare karena BAB cair lebih dari 5x dalam sehari.
dan sebagian besar kejadian tersebut 10 terjadi BAB cair dirasakan sejak 2 hari sebelumya,
di negara berkembang. Berdasarkan hasil Riset sebanyak 5x dalam sehari sebanyak 1 gelas
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh belimbing setiap BAB serta berwarna
bahwa diare masih merupakan penyebab kekuningan. BAB cair disertai sedikit ampas dan
kematianbayi terbanyak yaitu 42% dibandingkan berbau agak amis dan tidak terdapat darah dalam
pnemonia 24%, untuk golongan usia 1 4 tahun tinja. Pasien juga merasakan lemas dan tidak
penyebab kematian karena diare 25% nafsu makan. Selain itu pasien juga mengalami
dibandingkan pnemonia (IDAI, 2011). demam sejak 1 hari sebelumnya. Demam
dirasakan tidak terlalu tinggi dan tidak
Angka kejadian diare di Indonesia hingga saat dipengaruhi oleh waktu.
ini masih tinggi, yaitu 423 per 100 penduduk
untuk semua umur pada tahun 2006 (hasil subdit Sebelumnya pasien memang sering mengalami
diare, dirjen PP-PL,Depkes RI), dimana angka keluhan serupa. Sejak kecil pasien memang
ini meningkat dari tahun ke tahun, dibandingkan sudah sering berobat ke puskesmas karena
dengan angka pada tahun 2000 sebesar 301 per keluhan batuk pilek dan diare. Didalam
1000 penduduk dan pada 1996 sebesar 280 per keluarga, kakak pasien juga mengalami keluhan
1000 penduduk. Diare juga masih sering serupa. Selain itu, sepupu pasien yang bertempat
menimbulkan kejadian luar biasa di beberapa tinggal tidak jauh dari rumah pasien juga
provinsi dengan jumlah kasus dan jumlah mengalami keluhan yang sama. Pada usia 0-6
kematian yang cukup tinggi (Depkes RI, 2007). bulan ibu pasien tidak memerikan ASI
Eksklusif. Sejak usia 1 minggu pasien sudah
Balita dan anak adalah salah satu kelompok diberikan makanan tambahan berupa bubur SUN
yang paling banyak terkena diare, hal ini dan pisang lumat. Kakak pasien juga tidak
dikarenakan sistem imun dan pencernaan yang mendapatkan ASI Eksklusif dan mendapatkan
masih dalam tahap perkembangan. Selain itu makanan tambahan sejak berusia 2 minggu.
kurangnya pemahaman masyarakat tentang
perilaku hidup bersih dan sehat juga menjadi Sejak terbiasa dengan makanan keluarga, pasien
salah satu faktor masih tingginya angka kejadian terlihat sering membeli jajanan yang dijajakan
diare di Indonesia oleh tetangga disekitar rumahnya. Pasien juga
terlihat sering bermain bersama teman-teman
sebaya di lapangan dan kali di dekat rumahnya
yang tidak jauh dari tempat pembuangan
sampah.

Sejak mengalami BAB cair, ibu pasien belum


mencoba mencari pengobatan. Ibu pasien hanya
memberikan susu dan bubur, serta memberikan
kompres dingin ketika badan pasien terasa
demam. Karena BAB cair yang dialami pasien
tidak kunjung membaik, maka ibu pasien
membawanya berobat ke puskesmas Gedong
Tataan.

Metode
Studi ini adalah deskriptif. Data primer
diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis),
dan pemeriksaan fisik. Kunjungan rumah,
melengkapi data keluarga,dan psikososial serta
lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis Gambar 1. Genogram keluarga Tn. S April
holistik dari awal, proses dan akhir studi secara 2016
kuantitatif dan kualitatif. Family Map

Data Klinis
Pemeriksaan Fisik :
Keluhan BAB cair 5x dalam sehari.
Keadaaan umum: tampak sakit sedang; suhu:
37,8oC; frek. nadi: 100x/menit; frek. nafas:
20x/menit; berat badan: 13 kg; panjang badan:
85 cm; status gizi: baik (-2 sd +2 SD).

Status generalis :
Kelopak mata tidak tampak cekung, turgor kulit Keterangan gambar :
kembali segera. Kepala, telinga, hidung, mulut, : Hubungan dekat
leher, paru, jantung dalam batas normal. : Hubungan tidak dekat
Gambar 2. Family map
Status lokalis :
Region fascialis : Family Apgar Score:
Kelopak mata tidak tampak cekung 1. Adaptation :2
2. Partnership :2
Regio abdomen 3. Growth :1
I : tampak datar 4. Affection :2
A : BU (+) 15x/menit 5. Resolve :2
P : timpani 6. Total Family Apgar score 9 (nilai 8-10,
P : nyeri tekan pada abdomen, turgor kulit fungsi keluarga baik)
kembali segera

Data Keluarga
Bentuk keluarga : keluarga inti
Genogram :
Denah Rumah - Kekhawatiran:
BAB cair bertambah parah dan pasien
menjadi lebih lemas
- Harapan:
BAB cair berkurang sehingga dapat
kembali beraktivitas dengan baik.
- Persepsi:
Lemas yang dirasakan disebabkan
karena BAB cair dan muntah yang
dialami.

2. Aspek Klinik
Gastroenteritis (ICD 1 A.09)

Data Lingkungan Rumah 3. Aspek Risiko Internal


Pasien tinggal bersama dengan ayah, ibu dan Usia1,5 tahun
kaka laki-lakinya. Jumlah anggota keluarga yang Pengetahuan yang kurang tentang pola
tinggal adalah 4 orang. Luas rumah sekitar 8 x 5 makan yang baik.
m2, Rumah pasien berdinding bata plester di cat, Pengetahuan yang kurang tentang
lantai semen, sebagian tanah dan beratap perilaku hidup bersih dan sehat
genteng dengan 3 buah kamar tidur, 1 buah
kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang makan dan 1
ruang keluarga yang menjadi 1 dengan ruang 4. Aspek Psikososial Keluarga
tamu di bagian depan. Kamar pertama ditempati Kondisi rumah yang kurang ideal
oleh kedua orang tua pasien dan pasien, kamar (sangat sempit, ventilasi dan
kedua kakak laki-laki pasien. Kamar ketiga pencahayaan kurang). (ICD 10-Z59.9)
hanya digunakan untuk meletakkan barang- Kurangnya pengawasan keluarga
barang untuk berjualan mie ayam. terhadap pola makan pasien.
Keadaan ekonomi keluarga yang
Kondisi dalam rumah cukup lembab karena kurang. (ICD.10-Z.59.6)
jendela tidak dibuka sehingga pencahayaan sinar
matahari kurang dan ventilasi yang sedikit. 5. Derajat Fungsional : 2 (dua) yaitu
Kebersihan didalam rumah cukup bersih tetapi mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-
peletakan barang masih kurang tertata rapih. hari di dalam dan luar rumah (mulai
Fasilitas dapur, masak dengan menggunakan mengurangi aktivitas).
kompor gas dan sebuah kuali besar dengan
dengan kuali tanah untuk memasak dengan kayu
bakar. Air minum didapat dengan memasak air INTERVENSI
sumur, air untuk mandi-cuci-kakus juga dari air Penatalaksanaan
sumur. Didalam kamar mandi terdapat jamban Nonmedikamentosa :
jongkok dengan lantai kamar mandi licin. 1. Edukasi pasien mengenai segala hal tentang
Saluran air dialirkan ke got belakang rumah penyakit diare
yang mengalir sampai ke sungai. Tempat 2. Edukasi pasien mengenai tatalaksana awal
pembuangan sampah berada di luar rumah. berupa dan rehidrasi oral .
3. Edukasi pasien bahwa dengan
Diagnostik Holistik Awal penatalaksanaan yang tepat maka BAB cair
1. Aspek Personal dirasakan dapat berkurang dan komplikasi
- Alasan kedatangan: akibat diare dapat dicegah.
BAB cair 5x sehari disertai muntah 3x 4. Edukasi kepada anggota keluarga mengenai
sehari dan anak terlihat lemas. faktor risiko yang ada pada mereka dan
pentingnya melakukan perilaku hidup bersih Diagnosis diare pada pasien ditegakkan
dan sehat. berdasarkan anamnesis, keluhan BAB cair
5. Edukasi kepada keluarga untuk melakukan sebanyak lebih dari 5x dalam sehari. BAB cair
tindakan pencegahan penyakit diare dengan dirasakan sejak 2 hari sebelumya, sebanyak 5x
cara cuci tangan setiap sebelum makan dan dalam sehari sebanyak 1 gelas belimbing setiap
setelah dari kamar mandi. BAB serta berwarna kekuningan. BAB cair
disertai sedikit ampas dan berbau agak amis dan
Medikamentosa : tidak terdapat darah dalam tinja. Selain itu
Oralit sach (bila BAB cair saja) pasien juga mengalami demam sejak 1 hari
Zinc tablet 1x200 mg (diteruskan selama 10 sebelumnya. Demam dirasakan tidak terlalu
hari) tinggi dan tidak dipengaruhi oleh waktu.
Paracetamol syr prn
Antasida syr 3x1 cth Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
Pembahasan tanda-tanda dehidrasi pada pasien ini,
Masalah kesehatan yang dibahas pada kasus ini keadaan umum pasien sedang, mata cekung
adalah seorang pasien berusia 1,5 tahun yang tidak ada, mukosa mulut terlihat basah, nadi
mengalami diare sejak 2 hari yang lalu.
110x/menit, tekanan isi cukup, pernapasan
Kunjungan pertama kali dilakukan pada tanggal dalam batas normal, suhu tubuh sedikit
16 April 2016. Kegiatan yang dilakukan adalah meningkat yaitu 37,8C, pemeriksaan turgor
pendekatan dan perkenalan terhadap pasien serta kulit kembali segera. Dari pemeriksaan
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan, abdomen juga didapatkan peristaltik usus
diikuti dengan anamnesis tentang keluarga meningkat.
dan perihal penyakit yang telah diderita.
Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai Berdasarkan kriteria dari Ikatan Dokter Anak
konsep Mandala of Health, dari segi Indonesia (IDAI,2011) yaitu Diare merupakan
buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
perilaku kesehatan pasien dan keluarga Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa
masih mengutamakan upaya kuratif dari disertai lendir dan darah atau diare adalah buang
pada preventif dan keluarga pasien air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
memiliki pengetahuan yang kurang tentang atau setengahcair (setengah padat), kandungan
penyakit yang dialami pasien. air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 g atau 200 ml/24 jam. (IDAI, 2011). Diare
Lingkungan psikososial, pasien tidak sulit akut adalah buang air besar pada bayi atau anak
menjangkau pusat pelayanan kesehatan karena lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan
terdapat kendaraan dan jarak tempuh yang tidak konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
begitu jauh. Dalam lingkungan rumah, ibu lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
pasien rutin mengikuti pengajian desa yang dua minggu. (IDAI, 2011). Berdasarkan kriteria
diadakan satu minggu sekali. Life style, tersebut pada pasien dapat ditegakkan diagnose
kesadaran keluarga pasien dan pasien sediri diare akut tanpa dehidrasi.
dalam perilaku kebersihan pribadi dan sanitasi
lingkungan rumah masih kurang, terutama Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam
dalam hal mengolah dan menyajikan makanan etiologi salah satunya adalah infeksi oleh virus
dan minuman. Pasien yang masih berusia 1,5 dan bakteri. Faktor resiko terjadinya infeksi ini
tahun sering bermain bersama teman-temannya adalah faktor host, agent, dan environment.
di lapangan dan kali yang berdekatan dengan Faktor host yaitu proses masuknya agen
tempat pembuangan sampah. Pasien juga terlihat penyebab infeksi ini sebagian besar melalui
sering jajan sembarangan tanpa terlebih dahulu makanan/minuman yang tercemar oleh kuman
mencuci tangannya setelah bermain. yang berasal dari air minum yang tidak direbus
secara matang atau berasal dari makanan yang
terkontaminasi. Kebiasaan jajan di luar juga turut serta mendampingi dan mendengarkan
mempunyai resiko terkena penyakit diare apa yang disampaikan pada pasien. Intervensi ini
dibandingkan dengan kebiasaan tidak jajan dilakukan dengan tujuan untuk merubah pola
diluar dan yang mempunyai kebiasaan tidak pikir pasien terhadap penyakit yang diderita
mencuci tangan sebelum makan lebih beresiko serta mencegah penularan kepada anggota
terkena penyakit diare. keluarga lainnya.

Faktor agent, bahwa sebagian besar diare anak Ada beberapa langkah sebelum orang
disebabkan oleh virus dan bakteri. Jumlah mengadopsi perilaku baru. Pertama adalah
kuman yang dapat menimbulkan infeksi adalah awareness (kesadaran) yaitu menyadari stimulus
sebanyak 105 109 kuman yang tertelan melalui tersebut dan mulai tertarik (interest).
makanan dan minuman yang terkontaminasi Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang-
sehingga semakin banyak jumlah kuman yang nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
masuk maka masa inkubasi akan semakin (evaluation) dan mencoba melakukan apa yang
pendek dan host akan lebih cepat sakit dan dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
menimbulkan gejala. akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
Diare merupakan penyakit infeksi yang dijumpai (Notoatmodjo, 2003).
secara luas di daerah tropis terutama di daerah
dengan kualitas sumber air yang tidak memadai Tujuan dari pengobatan diare adalah
dengan standar hygiene dan sanitasi yang 1. Mencegah dehidrasi, bila terdapat tanda
rendah. Berikut merupakan faktor environment dehidrasi
yang mempercepat terjadinya penyebaran diare 2. Mengatasi dehidrasi, jika ada
adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber
3. Mencegah kerusakan nutrisi, dengan cara
air minum dan standart hygiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah memberikan makanan selama dan seteah
(Kemenkes RI, 2006). terajdi dehidrasi.
4. Menguragi durasi dan keparahan diare, dan
Berdasarkan hasil penelitian Lubis, R. (2009) di timbulnya keparahan di episode mendatang
RSUD. Dr. Soetomo tahun 2000 dengan desain dengan cara pemberian suplemen zinc (M.K
case control, mengatakan bahwa higiene
Bhan, 2005)
perorangan yang kurang, mempunyai resiko
terkena penyakit diare 20,8 kali lebih besar
dibandingkan dengan yang higiene perorangan Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar
yang baik (OR=20,8) dan kualitas air minum penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare
yang tercemar berat coliform beresiko 6,4 kali yang diderita anak balita baik yang dirawat di
lebih besar terkena penyakit diare dibandingkan rumah maupun sedangdirawat di rumah sakit,
dengan yang kualitas air minumnya tidak yaitu:
tercemar berat coliform (OR=6,4). 1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Empat hari setelah kunjungan pertama, maka
dilanjutkan dengan kunjungan ke dua pada 3. ASI dan makanan tetap diteruskan
tanggal 20 April 2016 untuk melakukan 4. Antibiotik selektif
intervensi terhadap pasien dengan menggunakan 5. Nasihat kepada orang tua (IDAI, 2011)
media poster bergambar dan leaflet tentang
penyakit penyakit diare dan cara
pencegahannya. Selain itu pada kegiatan Pada pada pasien dilakukan pengobatan berupa
intervensi ini juga disertakan poster dan pemberian oralit, tablet zinc dan pemberian obat
dipraktikkan bagaimana cara mencuci tangan paracetamol. Pemberian oralit kepada pasien
yang baik dan benar dengan 6 langkah cuci diare dimaksudkan untuk mengganti elektrolit
tangan. Ketika intervensi dilakukan, keluarga yang hilang bersama BAB cair. Walaupun air
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air Adapun terapi non farmakologis yang harus
minum tidak mengandung garam elektrolit yang dilakukan pada pasien diare adalah tirah baring,
diperlukan untuk mempertahankan keseimbanga memenuhi kebutuhan cairan dan untuk
elektrolit dalam tubuh, sehingga lebih mencegah terjadinya diare pada anggota
diutamakan oralit.campuran glukosa dan garam keluarga lainnya maka keluarga ini perlu
yang terkandung dalam orait dapat diserap menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes (Sudoyo AW, 2010).
RI, 2011). Pemberian oralit sesuai dengan
banyak nya BAB cair, hal ini dilakukan sebagai Terdapat sepuluh perilaku hidup bersih dan
upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi sehat di rumah tangga menurut Depkes RI
dehidrasi yang lebih berat pada pasien. (2009):
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
Pasien juga mendapatkan tabet zinc yang adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga
dikonsumsi selama 10 hari meskipun diare telah kesehatan seperti bidan, dokter, dan tenaga para
berhenti. Penggunaan zinc ini memang popular medis lainnya. Persalinan yang ditolong oleh
beberapa tahun terakhir karena memilik tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang
evidence based yang baik. Beberapa penelitian aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
telah membuktikannya. Pemberian zinc yang terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke
depan secara signifikan menurunkan morbiditas 2) Balita diberikan ASI, adalah bayi usia 0-6
dan mortalitas pasien. Zinc dapat menigkatkan bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan
kekebalan tubuhsehingga dapat mencegah risiko tambahan makanan atau minuman lain. ASI
terulangnya diare 2-3 bulan setelah anak sembuh adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
dari diare. Pemberian zinc harus tetap kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk
dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama
tubuh terhadap berulangnya diare pada 2-3 bulan berupa cairan bening berwarna kekuningan
kedepan (Depkes RI, 2011) (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
Pasien juga mendapatkan terapi simptomatik Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI
yaitu pacetamol sirup yang diminum hanya diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-
setiapkali pasien merasakan demam. Pengobatan ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah
simptomatik diberikan sebisa mungkin dengan yang sesuai dengan perkembangan umur bayi.
dosis yang rendah. Dosis paracetamol anak Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi
adalah 10-15 mg/kgbb/kali pemberian berusia 2 tahun.
(Setyabudi, R. 2007). Paracetamol dapat
diberikan hingga 3 kali dalam sehari. Pada 3) Timbang balita, penimbangan bayi dan balita
pasien ini memiliki berat badan 13 kg, dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya
sehinnga dosis yang harus diberikan adalah setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita
dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan
130 mg/kali pemberian. Dalam hal ini sampai 5 tahun di Posyandu. Setelah bayi dan
pemberian dosis paracetamol sudah tepat. balita ditimbang, catat hasil penimbangan di
Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu
Selain itu pasien juga mendapatkan terapi Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat
antasida sirup yang diminum sebanyak 3 kali badannya naik atau tidak naik.
sehari. Pemberian antasida ini bertujuan sebagai
obat absorban yang berfungsi untuk 4) Rumah bebas jentik, adalah rumah tangga
memadatkan feses sehingga mengurangi gejala yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
BAB cair yang dirasakan pasien. secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Tiga M plus (Menguras, Menutup, Mengubur,
plus Menghindari gigitan nyamuk) merupakan
kegiatan memberantas telur, jentik, dan a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah;
kepompong nyamuk penular berbagai penyakit memegang uang, memegang binatang,
seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, berkebun, dll).
Malaria, Filariasis (Kaki Gajah) di tempat- b. Setelah buang air besar.
tempat perkembangbiakannya. c. Setelah menceboki bayi atau anak.
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat d. Sebelum makan dan menyuapi anak.
penampungan air seperti bak mandi, tatakan e. Sebelum memegang makanan.
kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air f. Sebelum menyusui bayi.
minum burung.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air 6) Tersedia air bersih.
seperti lubang bak kontrol, lubang pohon, Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan
lekukan-lekukan yang dapat menampung air sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
hujan. berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-
c. Mengubur atau menyingkirkan barang- alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya,
barang bekas yang dapat menampung air agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar
seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik- dari sakit. Air bersih secara fisik dapat
plastik yang dibuang sembarangan (bekas dibedakan melalui indera kita, antara lain (dapat
botol/gelas akua, plastic kresek,dll) dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
d. Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu: a. Air tidak berwarna, harus bening/jernih.
- Menggunakan kelambu ketika tidur. b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu,
- Memakai obat yang dapat mencegah lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk; c. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak
bakar, semprot, oles/diusap ke kulit, dll berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit,
- Menghindari kebiasaan menggantung harus bebas dari bahan kimia beracun.
pakaian di dalam kamar d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir,
- Mengupayakan pencahayaan dan busuk atau bau belerang.
ventilasi yang memadai
- Memperbaiki saluran dan talang air 7) Tersedia jamban.
yang rusak Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
- Menaburkan larvasida (bubuk fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
pembunuh jentik) di tempat-tempat yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
sulit dikuras misalnya di talang air atau dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
di daerah sulit air (cemplung) yang dilengkap dengan unit
- Memelihara ikan pemakan jentik di penampungan kotoran dan air untuk
kolam/bak penampung air, misalnya membersihkannya. Syarat jamban sehat adalah:
ikan cupang, ikan nila, dll a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak
- Menanam tumbuhan pengusir nyamuk antara sumber air minum dengan lubang
misalnya Zodia, Lavender, Rosemerry, penampungan minimal 10 meter)
dll. b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga
5) Cuci tangan dengan sabun. dan tikus.
Air yang tidak bersih banyak mengandung d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
saat makan, kuman dengan cepat masuk ke g. Penerangan dan ventilasi cukup .
dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
Sabun dapat membersihkan kotoran dan i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran
dan kuman masih tertinggal di tangan. Waktu
dimana kita harus mencuci tangan adalah:
8) Makanlah dengan gizi seimbang ( makan vitalnya yang sudah mulai baik; quo ad
sayur dan buah setiap hari) functionam: dubia ad bonam karena pasien
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi masih bisa beraktivitas sehari-hari secara
minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau mandiri; dan quo ad sanationam: dubia ad
sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah bonam karena pasien masih bisa melakukan
setiap hari sangat penting, karena mengandung fungsi sosial dengan baik dan memiliki
vitamin dan mineral, yang mengatur hubungan yang baik dengan teman-teman
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, serta seusianya.
mengandung serat yang tinggi.
9) Aktivitas fisik setiap hari, adalah anggota DIAGNOSIS HOLISTIK AKHIR
keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit
setiap hari. Aktivitas fisik adalah melakukan 1) Aspek personal
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan - Alasan kedatangan:
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi BAB cair sudah tidak dirasakan.
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan - Kekhawatiran:
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat Kekhawatiran sudah tidak dirasakan
dan bugar sepanjang hari. - Harapan:
Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah Harapan sudah tercapai.
bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan - Persepsi:
kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci Keluhan yang dialami disebabkan oleh
pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik kuman dan perilaku hidup yang kurang
turun tangga, membawa belanjaan. bersih dan sehat.
Dan juga bisa berupa olah raga, yaitu: push-up,
lari ringan, bermain bola, berenang, senam, 2) Aspek Klinis
bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/ berat. Gastroenteritis (ICD 1 A.09)

10) Tidak merokok. 3) Aspek Risiko Internal :


Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu Pengetahuan yang lebih baik tentang
batang rokok yang diisap akan dikeluarkan penyakit diare
sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di Pengetahuan yang kurang tentang pola
antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, makan yang baik.
Tar, dan Carbon Monoksida (CO). Pengetahuan yang cukup tentang perilaku
hidup bersih dan sehat
Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal 25 Pengetahun yang cukup mengenai
April 2016, dari hasil anamnesis lebih lanjut dari tindakan pengobatan preventif dan
ibu pasien didapatkan bahwa kondisi pasien keuntungan yang didapatkan
membaik dengan keluhan BAB cair sudah tidak
dirasakan. Demam juga sudah tidak dirasakan
selain itu nafsu makan pasien juga sudah mulai 4) Aspek Psikososial
membaik. Keluarga lebih optimal dalam mendukung
tahapan pengobatan pasien.
Tingkat kepatuhan pasien cukup baik, hal ini Keluarga lebih optimal dalam mendukung
terlihat minum obat (oralit dan zinc) sesuai pasien untuk menerapkan pola hidup
anjuran dokter, serta mulai membiasakan pola bersih dan sehat.
hidup bersih dan sehat yaitu mencuci tangan
setelah dari kamar mandi dan sebelum makan, 5) Derajat Fungsional : 1 (satu) yaitu mampu
hal ini juga didukung oleh perilaku ibu pasien melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit
yang mendampingi dan mencontohkan cara (tidak ada kesulitan).
mencuci tangan yang baik dan benar. Prognosis
pada pasien ini dalam hal quo ad vitam: dubia
ad bonam dilihat dari kesehatan dan tanda-tanda SIMPULAN
1. Didapatkan faktor internal berupa usia 1,5 mulai dari awal hingga penulisan laporan kasus
tahun, jenis kelamin pria, pengetahuan ini selesai.
kurang mengenai penyakit yang diderita,
perilaku berobat kuratif. Faktor eksternal:
perilaku hidup bersih dan sehat yang masih DAFTAR PUSTAKA
kurang optimal. Depkes RI. 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Diare Edisi Ketiga. Ditjen PPM & PL. Jakarta.
2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada pasien
secara holistik, pasien center , family Depkes RI. 2009. Seri PHBS.Jakarta: Departemen
appropried dengan pengobatan diare sesuai kesehatan RI.
literatur berdasarkan EBM.
3. Peran keluarga amat penting dalam Depkes RI. 2011. Lintas Diare. Jakarta : Departemen
perawatan dan pengobatan anggota keluarga Kesehatan RI.
yang sakit.
4. Dalam melakukan intervensi terhadap pasien Ikatan dokter Anak Indonesia. 2011. Buku Ajar
tidak hanya memandang dalam hal klinis Gastro-Hepatologi. Jakarta : IDAI
tetapi juga terhadap psikososialnya, oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
karenanya diperlukan pemeriksaan dan
2006. Pedoman Pengendalian Diare. Keputusan
penanganan yang holistik, komperhensif dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
berkesinambungan. 364/MENKES/SK/V/2006. Jakarta

Lubis, R. 2009. Faktor Resiko Kejadian Penyakit


SARAN Diare Penderita Yang Dirawat Di RSUD
Dr.Soetomo 2000. [Tesis]. Sumatera Utara:
Bagi pasien: Universitas Sumatera Utara.
Pasien disarankan mengikuti dan mematuhi
manajemen pendekatan dokter keluarga M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N. F. Pierce, N. Rollins,
mengenai pola hidup bersih dan sehat D. Sack, M. Santosham. 2005. The Treatment of
Diarrhea A Manual for Physicians and
otherssenior health workers. Web site :
Bagi keluarga:
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/924
Memberikan dukungan penuh, semangat, dan 1593180.pdf.
berperan aktif dalam pengobatan maupun
pengendalian faktor biopsikososialnya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Bagi klinik:
1. Tidak hanya fokus terhadap faktor internal Permenkes Nomor 5. 2014. Panduan Praktik Klinis
namun juga faktor eksternal dalam bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
mengatasi masalah pasien . Primer. Jakarta
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang
Setyabudi, R. 2007. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
holistik dan komprehensif, yang berbasis
Jakarta: Gaya Baru
EBM sesuai dengan panduan terbaru.
Soedarmo. 2010. Buku Infeksi Dan Pediatri Tropis.
UCAPAN TERIMA KASIH Edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Sahab Sibuea, M.Sc selaku Sudoyo AW. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
pembimbing yang senantiasa memberikan Jilid 3. Jakarta: Fakultas
waktunya dalam menyempurnakan laporan Kedokteran Universitas Indonesia.
kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada dr. Imelda Carolia, M.Kes dan dr. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.
Pradila serta pihak Puskesmas Gedong Tataan
Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam:
lainnya yang telah memberikan kontribusi besar Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar
Gastroentero-hepatologi: Jilid 1. Jakarta : UKK
Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 87-120

Anda mungkin juga menyukai