Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

“ASKEP DIARE”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

Melyana Kwesaputra 105111100121


Dinda Nur Wahyuni Adnan 105111100321
Masniati 105111100421
Nadiyah Kherunnisa 105111100521
St. Khadijah 105111100621
Nadiyah Putri Ilhmasyah 105111100821
Mika Karmila 105111100921
Rifda Mardalena 105111101021
Rahmawati 105111101121
Sunarti 105111101221
Alvina 105111101321
Lindawati S 105111101421

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta`ala


yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul ‘’Asuhan
Keperawatan Anak (Diare)” tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selanjutnya, kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu Ratna Mahmud S.Kep.Ns,M.Kes. Sebagai dosen mata
kuliah Keperawatan Anak. yang telah banyak memberi bantuan dengan
arahan dan petunjuk yang jelas sehingga mempermudah kami
menyelesaikan tugas ini.

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah


mendukung selesainya makalah ini tepat waktu. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat terbuka
pada kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa lebih
baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.

Makassar, 11 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan gejala umum dari infeksi saluran cerna yang
disebabkan oleh berbagai macam patogen, termasuk bakteri, virus
dan protozoa. Diare lebih umum terjadi di negara berkembang
karena kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan kebersihan,
serta status gizi yang lebih buruk. Menurut angka terbaru yang
tersedia, diperkirakan 2,5 miliar orang kekurangan fasilitas sanitasi
yang layak, dan hampir satu miliar orang tidak memiliki akses ke air
minum yang aman. Lingkungan yang tidak sehat ini memungkinkan
patogen penyebab diare menyebar lebih mudah (Cairo et al, 2020).
World Health Organization (WHO) tahun 2019 mengatakan
diare merupakan penyebab utama kematian pada anak dan telah
membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahunnya. Diare pada anak
disebabkan oleh infeksi bakteri, kekurangan gizi, sumber air yang
kurang bersih dan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan
diare. Penyebab kematian anak akibat diare yang tidak segera
diatasi yaitu anak akan mengalami dehidrasi berat dan kehilangan
cairan dalam jumlah banyak (WHO, 2019).
Tahun 2018 di Indonesia jumlah penderita diare balita yang
dilayani di sarana kesehatan sebanyak 1.637.708 atau 40,90% dari
perkiraan diare di sarana kesehatan. Target cakupan pelayanan
penderita diare semua umur (SU) yang datang ke sarana kesehatan
adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita diare SU (Insidens Diare
SU di kali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu
tahun). Tahun 2017 jumlah penderita diare SU yang di layani di
sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan terjadi
peningkatan pada tahun 2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita
atau 62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Insiden diare
semua umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk (Rapid
Survey Diare tahun 2015). Terjadi 10 kali kejadian luar biasa (KLB)
diare pada tahun 2018 yang tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota.
Jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang Case Fatality
Rate (CFR4,76%). Angka kematian CFR saat KLB masih cukup
tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar
0,40%, sedangkan tahun 2018 CFR diare saat KLB mengalami
peningkatan di banding tahun 2017 yaitu menjadi 4,76% (Kemenkes
RI, 2019).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanaa asuhan keperawatan Diare pada anak?

C. Tujuan
1. Tujuan umum dari makalah ini yaitu untuk memahami tentang
Diare pada anak dan cara penanganannya yang benar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB)
lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa
dehidrasi), BAB 4-10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut,
sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih
adalah diare persisten (Nursalam, 2008).
b. Riwayat Kesehatan
Sekarang Biasanya pasien mengalami :
1) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, dan kemungkinan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis : terjadi oliguria (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila
terjadi dehidrasi. Urin normal pada diare tanpa
dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam
(dehidrasi berat) (Nursalam, 2008)
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat pemberian imunisasi terutama anak yang
belum imunisasi campak
2) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-
obatan (antibiotik), makan makanan basi, karena faktor
ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare.
3) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan
setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat
menjamah makanan.
4) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia
dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek
dan kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau
setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat
tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare
seperti OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia,
dan ensefalitis (Nursalam, 2008)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare
sebelumnya, yang dapat menular ke anggota keluarga
lainnya. Dan juga makanan yang tidak di jamin kebersihannya
yang di sajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan
perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
e. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare,
meliputi :
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan
sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yangserius.
2) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan
air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena
botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan
pencemaran.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak
merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan
atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak.
Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum
atau tidak bisa minum (Nursalam, 2008).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b. Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c. Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2. Berat badan Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008),
anak yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya
mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:

Tabel 2.5
Persentase Kehilangan
Berat Badan Berdasarkan
Tingkat Dehidrasi

Tingkat Dehidrasi % kehilangan berat Anak


badan Bayi
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami
dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung
b. Mata Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk
kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi
ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak
matanya sangat cekung.
c. Hidung Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada
hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
d. Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
- Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
- Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
- Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f. Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah
bening, tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid.
g. Thorak
- Jantung
a. Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b. Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal,
diare dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung
pasien normal hingga meningkat, diare dengan
dehidrasi berat biasanya pasien mengalami
takikardi dan bradikardi.
- Paru-paru
Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan
normal, diare dehidrasi ringan pernapasan normal
hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat
pernapasannya dalam.
h. Abdomen
1) Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan
kram.
2) Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi
baik, pada pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2
detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
3) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising
ususnya meningkat
i. Ektremitas Anak dengan diare tanpa dehidrasi
Capillary refill (CRT) normal, akral teraba hangat.
Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2
detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT
kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
j. Genitalia Anak dengan diare akan sering BAB maka
hal yang perlu di lakukan pemeriksaan yaitu apakah
ada iritasi pada anus.

4. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratrium
1) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium
serum Biasanya penderita diare natrium plasma > 150
mmol/L, kalium > 5 mEq/L
2) Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan
albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah Na+
K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis
(Suharyono, 2008).
3) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini
mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan
bikarbonat.
4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa Biasanya pada
pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein
leukosit dalam feses atau darah makroskopik (Longo,
2013). pH menurun disebabkan akumulasi asama atau
kehilangan basa (Suharyono, 2008).
5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan
dicurigai infeksi sistemik ( Betz, 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
1) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi
D2, jika dicurigai mengalami penyakit seliak atau
Giardia. Dilakukan jika pasien mengalami mual dan
muntah.
2) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan
dengan perdarahan segar melalui rektum.
3) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk
semua pasien jika pada pemeriksaan feses dan
darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.
2. Radiologi
a. CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak
cocok menjalani kolonoskopi
b. Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di
curigai mengalami penyakit bilier atau prankeas.
5. Pemeriksaan lanjutan
a. Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa
akan mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik
dari diare.
b. Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai
membutuhkan sampel feses dan serologi (Emmanuel,
2014).
C. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah tindakan penelitian klinis
mengenai masalah kesehatan pasien. Diagnose bertujuan untuk
mengetahui respon dari klien, keluarga dan komunitas terhadap
masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI PPNI,2017).
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
dengan kasus Diare berdasarkan respon klien yang disesuaikan
dengan SDKI, 2016 yaitu:
a. Diare
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
berbentuk. (D.0020)
Penyebab : proses infeksi, malasorbsi, iritasi gastro Batasan
karakteristik
Kriteria mayor :
1. Subjektif : (tidak tersedia)
2. Objektif : defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses
lembek atau cair
Kriteria minor :
1. Subjektif : urgency, nyeri/kram abdomen
2. Objektif : frekuensi peristaltik meningkat, bising usus
hiperaktif
Kondisi klinis terkait :
1. Kanker kolon
2. Diverticulitis
3. Iritasi usus
4. Crohn’s disease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolon
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10. Demam typoid
11. Malaria
12. Sigelosis
13. Kolera
14. Disentri
15. Hepatitis
b. Hipovolemia
Defenisi : Penurunan volume cairan intravaskuler interstisial,
dan/atau intraselular. (D.0023)
Penyebab : kehilangan cairan aktif dapat terjadi karena
kehilangan cairan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
perdarahan sehingga dapat menmbulkan syok hipovolemia
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
Bahan karakteristik Kriteria mayor :
1. Subjektif : (tidak tersedia)
2. Objektif : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat.
Kriteria minor :
1. Subjektif : merasa lemah, mengeluh haus
2. Objektif : pengisian vena menurun, status mental
berubah, suhu tubuh meningkat, konsentrasi meningkat,
berat badan turun tiba-tiba
Kondisi klinis terkait :
1. Penyakit Addison
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit crohn
6. Muntah
7. Diare
8. kolitis ulseratif
9. hipoalbuminemia
D. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
1. Diare Setelah Manajemen diare Observasi
berhubungan dilakukan Observasi 1) Mengetahui
dengan proses tindakan 1) Mengidentifikasi penyebab
infeksi keperawatan penyebab diare Diare agar
Data Subjektif selama 3 x 24 (mis, inflamasi dapat segera
: jam gastrointestinal, dilakukan
- Ibu pasien Diharapkan : iritasi antisipasi.
mengatakan SLKI : gastrointertinal, 2) Untuk
A.n I BAB Eliminasi proses infeksi, mengetahui
10 kali Fekal malabsorpsi, warna,
dalam 24 Ekspetasi : ansietas, stress, frekuensi, dan
jam Membaik efek obat- konsistensi
- Ibu pasien Dengan obatan, tinja yang
mengatakan kriteria hasil : pemberian botol keluar.
A.n I BAB 1) Konsistensi susu). 3) Mengetahui
cair feses 2) Monitor warna, tanda dan
Data Objektif : membaik frekuensi, dan gejala
- Pasien BAB 2) Frekuensi konsistensi tinja. terjadinya
10 kali defekasi 3) Monitor tanda hipovolemia.
dalam 24 membaik dan gejala 4) Mengetahui
jam 3) Peristaltik hypovolemia pada daerah
- Konsistensi usus (mis, takikardia, anus apakah
feses pada membaik nadi teraba terjadi infeksi
A.n I tampak lemah, tekanan atau tidak.
cair darah turun, 5) Mengetahui
- N : 135 x/ turgor kulit turun, jumlah
menit mukosa mulut pengeluaran
- P: 25x/ kering CRT tinja beserta
menit melambat, BB cairan.
- S: 37,8 ◦ C menurun). 6) Memastikan
4) Monitor iritasi makanan
dan ulserasi kulit yang
di daerah disiapkan
perianal. aman untuk
5) Monitor jumlah pasien diare.
pengeluaran Terapeutik
diare. 1) Untuk
6) Monitor mengatasi
keamanan diare.
penyiapan 2) Untuk
makanan. menggantikan
Terapeutik cairan tubuh
1) Berikan asupan yang
cairan oral (mis, mengandung
larutan garam air, elektrolit,
gula, oralit, vitamin,
pedialyte, protein,
renalyte). lemak, dan
2) Berikan cairan kalori
intravena (mis, Edukasi
ringer asetat, 1) Untuk
ringer laktat), menstabilkan
jika perlu system
Edukasi metabolisme
1) Anjurkan makan tubuh.
porsi kecil dan 2) Untuk
sering secara meningkatkan
bertahap. imunnitas
2) Anjurkan tubuh
melanjutkan Kolaborasi
pemberian ASI 1) Untuk
Kolaborasi membantu
1) pemberian obat menghambat
antimotilitas pergerakan
(mis,loperamide, usus,
defenoksilat). sehingga
2) Kolaborasi usus dil
Kolaborasi lumpuhkan
pemberian obat dan frekuensi
pengeras feses diare
(mis,atapulgit, berkurang.
smektit, krolin- 2) Untuk
pektin) membantu
mengeraskan
feses
2. Hipovolemia Setelah Manajemen Observasi
berhubungan dilakukan Hipovolemia 1) Untuk
dengan tindakan Observasi mengetahui
kehilangan keperawatan 1. Periksa tanda dehidrasi
cairan Data selama 3 x 24 dan gejala sehingga
Subjektif : jam hipovolemia (mis, dapat
- Ibu pasien Diharapkan : frekuensi nadi dilakukan nya
mengatakan SLKI : meningkat, nadi antisipasi
A.n I BAB Keseimbangan teraba lemah, Terapeutik
10 kali Cairan tekanan darah 1) Untuk
dalam 24 Ekspetasi : menurun, tekanan mencegah
jam Meningkat nadi menyempit, dehidrasi.
- Ibu pasien Dengan turgor kulit 2) Untuk
mangatan kriteria hasil menurun, memprediksi
A.n I 1) Denyut membrane mukosa perbaikan
muntah 3 nadi radial kering, volume urin hemodinamik
kali dalam membaik. menurun, pasien dalam
24 jam. 2) Tekanan hematokrit pemberian
- Ibu pasien arteri rata- meningkat, haus, resusitasi
mengatakan rata lemah) cairan.
An.I lemah membaik. Terapeutik 3) Untuk
Data Objektif : 3) Membran 1. Hitung mengatasi
- N: 135 mukosa kebutuhan dehidrasi
x/menit membaik. cairan. Edukasi
- An.I teraba 4) Mata 2. Berikan posisi 1) Untuk
lemah cekung modified membantu
- P : 25 membaik. trendelenburg. m5yt
x/menit 5) Turgor 3. Berikan asupan 2) CRT
- S: 37,8℃ kulit cairan oral melambat, BB
- Turgor kulit membaik. Edukasi menurun).
: <2 detik 6) Volume 1) Anjurkan 3) Monitor iritasi
- membran urin memperbanyak dan ulserasi
mukosa membaik asupan cairan kulit di daerah
kering 7) Hematokrit oral. perianal.
- volume membaik 2) Anjurkan 4) Monitor jumlah
urine 5 cc menghindari pengeluaran
- Hematokrit perubahan posisi diare.
29% mendadak 5) Monitor
Kolaborasi keamanan
1) Kolaborasi penyiapan
pemberian makanan
cairan IV
isotonis (mis,
NaCL, RL)

E. Implementasi
Menurut (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, & Chairani, 2013)
Implementasi dalam proses keperawatan terdiri rangkaian
aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan
dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan
pengawasan terhadap efektifitas tindakan/intervensi yang
dilakukan, bersamaan pula dengan menilai perkembangan
pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.
Bagian dari pengumpulan data ini memprakarsai tahap
evaluasi proses keperawatan.
Manajemen diare
➢ Observasi
1. Mengidentifikasi penyebab diare (mis, inflamasi
gastrointestinal, iritasi gastrointertinal, proses
infeksi, malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat-
obatan, pemberian botol susu).
2. Mengidentifikasi riwayat pemberian makanan.
3. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja.
4. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia (mis,
takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah
turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering,
CRT melambat, BB menurun).
5. Memonitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal.
6. Memonitor jumlah pengeluaran diare.
7. Memonitor keamanan penyiapan makanan
➢ Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan oral (mis, larutan
garam gula, oralit, pedialyte, renalyte)
2. Memberikan cairan intravena (mis, ringer
asetat, ringer laktat), jika perlu
➢ Edukasi
1. Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
2. Menganjurkan melanjutkan pemberian ASI
➢ Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian obat antimotilitas
(mis, loperamide, defenoksilat).
2. Mengkolaborasi pemberian obat pengeras
feses (mis, atapulgit, smektit, krolin-pektin)
Manajemen Hipovolemia
➢ Observasi
1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
(mis, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah)

➢ Terapeutik
1. Menghitung kebutuhan cairan
2. Memberikan posisi modified trendelenburg
3. Memberikan asupan cairan oral Edukasi
4. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
5. Menganjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
➢ Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis,
NaCL, RL)
F. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan sistemik dan terperinci
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang di tetapkan,
evaluasi di lakukan berkesinambungan yang melibatkan klien dan
tenaga medis lainnya. Evaluasi dalam keperawatan yaitu kegiatan
untuk menilai tindakan keperawatan yang telah di pilih untuk
memenuhi kebutuhan klien secara optimal dan mengukur dari
proses keperawatan (Potter, 2015).
Evaluasi keperawatan pada hari pertama tanggal 30 juli
2022 masalah diare belum teratasi karena pasien belum
menunjukkan perubahan kondisi seperti pasien respon sumatif
yang di dapatkan pada An.I yaitu : Subjektif : ibu pasien
mengatakan pasien BAB 10 kali dalam 24 jam, ibu pasien juga
mengatakan bahwa konsistensi feses pada An.I cair, objektif :
pasien An.I BAB 10 kali sehari dalam 24 jam, konsistensi feses
pada An.I tampak cair, pada saat di lakukan na pengkajian nadi
teraba lemah N: 135 x/menit, dengan suhu badan meningkat S:
37,8°C, dan RR : 25 x/menit. Analisa: Eliminasi fekal (sedang)
planning : Eliminasi fekal belum meningkat (sedang). Kemudian
untuk diagnosa ke dua kehilangan keseimbangan cairan belum
teratasi karena pasien belum menunjukkan perubahan kondisi
seperti respon sumatif yang di dapatkan pada An.I yaitu Subjektif
: ibu pasien mengatakan An.I BAB 10 kali dalam 24 jam, ibu
pasien mengatakan An.I muntah 3 kali dalam 24 jam, ibu pasien
mengatakan An.I lemah, Objektif : An.I Nampak lemah, nadi
teraba lemah N: 135 x/menit, RR : 26 x/menit, S : 37,5°C, turgor
kulit CRT: <2 detik, , volume urin 5 cc, hematokrit 29%. Analisa :
Keseimbangan cairan (sedang).Planning : Lakukan SIKI :
Manajemen Hipovolemia masih di lanjutkan karena hasil analisa
masih bertahan (sedang).
Pada hari kedua pada tanggal 01 agustus 2022 masalah
diare teratasi sebagian karena pasien sudah menunjukkan
perubahan seperti pasien respon sumatif yang di dapatkan pada
An.I yaitu Subjektif : ibu pasien mengatakan pasien BAB sudah
menurun yaitu sebanyak 6 kali dalam 24 jam, ibu pasien juga
mengatakan bahwa konsistensi feses pada An.I masih cair namun
sudah lembek, objektif : pasien An.I BAB menurun sebanyak 6 kali
sehari dalam 24 jam, konsistensi feses pada An.I tampak cair dan
sudah tampak lembek, pada saat di lakukannya pengkajian nadi
mengalami peningkatan meskipun masih teraba lemah N: 130
x/menit, dengan suhu badan menurun menjadi S: 37.0°C, dan
untuk pernafasan meningkat menjadi RR : 27 x/menit.Analisa :
Eliminasi fekal (sedang). planning : manajemen diare di lanjutkan
hasil analisa masih bertahan (sedang). Kemudian untuk diagnosa
kedua kehilangan cairan belum teratasi belum menunjukka
perubahan kondisi seperti respon sumatif yang di dapatkan pada
An.I subjektif : ibu pasien mengatakan An.I BAB nya sudah
berkurang atau menurun 6 kali dalam 24 jam, ibu pasien
mengatakan An.I masih muntah sebanyak 3 kali dalam 24 jam,
ibu pasien mengatakan An.I masih dalam kondisi lemah, Objektif
: An.I masih Nampak lemah, nadi masih teraba lemah namun
sudah meningkat sebelumnya N: 125 x/menit dan saat dilakukan
pengkajian meningkat menjadi N : 120 x/menit RR : 27 x/menit, S
: 37,0°C, turgor kulit CRT: <2 detik, , volume urin 5 cc, hematokrit
29%. Analisa : keseimbangan cairan (sedang). Planning :
manajemen hipovolemia masih di lanjutkan, karena hasil analisa
masih bertahan (sedang).
Pada hari ke tiga pada tanggal 02 agustus 2022 masalah
diare teratasi sebagian karena pasien sudah menunjukkan
perubahan kondisi pasien seperti respon sumatif yang di dapatkan
pada An.I yaitu Subjektif : ibu pasien mengatakan pasien BAB
sudah menurun yaitu sebanyak 4 kali dalam 24 jam, ibu pasien
juga mengatakan bahwa konsistensi feses pada An.I sudah
lembek dan sudah mulai ada potongan padat pada feses, objektif
: pasien An.I BAB menurun sebanyak 4 kali sehari dalam 24 jam,
konsistensi feses pada An.I sudah lembek dan mulai tampak ada
potongan padat pada feses, pada saat di lakukannya pengkajian
nadi mengalami peningkatan N: 115 x/menit, dengan suhu badan
menurun menjadi S: 36.5°C, dan untuk pernafasan meningkat
menjadi RR : 28 x/menit. Analisa : Eliminasi fekal (cukup
meningkat). planning : manajemen diare teratasi sebagian
intervensi dihentikan ps boleh pulang. Hasil analisa teratasi
(cukup meningkat). Kemudian untuk diagnosa kedua kehilangan
cairan teratasi karena pasien sudah menunjukka perubahan
kondisi seperti respon sumatif yang di dapatkan pada An.I
subjektif : ibu pasien mengatakan An.I BAB nya sudah berkurang
atau menurun 4 kali dalam 24 jam, ibu pasien mengatakan An.I
sudah tidak muntah lagi, ibu pasien mengatakan An.I masih dalam
kondisi lemah, Objektif : An.I masih Nampak lemah, nadi sudah
meningkat sebelumnya N: 110 x/menit dan saat dilakukan
pengkajian meningkat menjadi N : 130x/menit RR : 28 x/menit, S
: 36,0°C, turgor kulit CRT: >2 detik, , volume urin 5 cc, hematokrit
29%. Analisa : keseimbangan cairan (cukup meningkat). Planning
: manajemen hipovolemia masalah teratasi sebagian, intervensi di
hentikan ps pulang, hasil analisa masalah teratasi (cukup
meningkat). Hal ini dapat tercapai karena pasien kooperatif dalam
menjalankan intervensi yang telah di rencanakan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai