Anda di halaman 1dari 22

Pedoman Pencegahan

Diare Pada Masyarakat

PBL-DR KELOMPOK 15
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UIN SUMATERA UTARA 2020
DAFTAR ISI

1. Tim Penyusun
2. Kata Pengantar
3. Latar Belakang
4. Tujuan
5. Defenisi Diare
6. Faktor Resiko Diare
7. Tanda dan Gejala Diare
8. Klasifikasi Diare
9. Bahaya Diare
10. Cara Mencegah Diare
11. Tatalaksana Diare
12. Intervensi Gizi 
i
TIM PENYUSUN
DPL : Yulia Khairina Ashar, SKM., MKM.
Anggota PBL-DR Kelompok 15:
1.      Adelya Anggraini SY. Lubis (0801171066)
2.      Bebby Alfiera Riyandina Hardja (0801172150)
3.      Filza Syahira Natatyas (0801171007)
4.      Irma Dani Aisyah (0801172235)
5.      Melina Zafira Yasmin Br Sitepu (0801172152)
6.      Nanda Meily Fani Nasution (0801173272)
7.      Ridha Rusmayanti (0801173322)
8.      Septi Suhadi Zanna (0801173398)
9.      Shela Syahera (0801171066)
10.  Siska Kurniati (0801171089)
11.  Ukhti Sabila Revli (0801172128)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, dan tidak lupa pula kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Saku atau
Pedoman yang membahas tentang “Pedoman
Pencegahan Penyakit Diare pada Masyarakat“, dalam
rangka untuk pemenuhan tugas Kelompok Praktek
Belajar Lapangan – Dari Rumah (PBL-DR) Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Pada kesempatan kali ini kami sangat berterima kasih
kepada pihak-pihak yang selalu mendukung kami,
terutama kepada kedua orang tua kami. Dan tidak lupa
pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Yulia Khairina
Ashar, SKM., MKM., selaku dosen pembimbing lapangan
PBL-DR kelompok 15.

iii
Dan yang terakhir kami ucapkan kepada teman-teman
Kelompok PBL-DR 15 sehingga buku saku ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun Buku Saku atau Pedoman yang membahas
tentang “Pedoman Pencegahan Penyakit Diare pada
Masyarakat“ ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
referensi buku, jurnal dan website sehingga dapat
memperlancar pembuatan Buku Saku atau Pedoman yang
membahas tentang “Pedoman Pencegahan Penyakit
Diare pada Masyarakat“ ini. Untuk itu kami, tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh
referensi-referensi yang telah membantu kami dalam
pembuatan Buku Saku atau Pedoman ini.
Pembuatan buku saku ini ditujukan sebagai bentuk
pemenuhan tugas kelompok PBL-DR Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Semoga dengan adanya buku saku ini bisa menjadi
pedoman atau menjadi salah satu solusi yang akan
memecahkan masalah kesehatan seperti pada
permasalahan yang diangkat tersebut. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2020


iv
A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare sampai dengan sekarang ini masih
menjadi masalah kesehatan terbesar di dunia terutama
pada negara-negara yang berkembang, lantaran angka
kesakitan hingga kematian yang masih cukup tinggi. Pada
tahun 2009, organisasi PBB yangmemberikan bantuan
kemanusiaan dan kesejahteraan kepada anak-anak dan
ibunya atau yang lebih dikenal sebagai UNICEF (The United
Nations Children Fund) dan organisasi kesehatan dunia
atau WHO (World Health Organization) mengungkapkan
bahwa Asia Selatan merupakan benua yang menderita
diare tertinggi pada balita yaitu sebanyak 783 juta,
kemudian benua Afrika sebanyak 696 juta, sebagian dari
dunia sebanyak 480 juta dan Asia Timur serta Pasifik
sebanyak 435 juta. Pada tahun 2015 lalu lebih dari 1.400
anak-anak ditemukan meninggal setiap hari, atau sekitar
526.000 anak per tahun yang diakibatkan karena
penyakit diare tersebut.
Di Indonesia sendiri kematian anak dan balita masih
sangat tinggi yang diakibatkan oleh penyakit diare
dengan prevalensi tertinggi diketahui pada anak balita
usia 1 sampai 4 tahun yaitu sebesar 16,7%.

1
Pada tahun 2003 sampai 2010, bersumber pada survey
morbiditas yang dilaksanakan oleh Subdit diare, kejadian
diare relatif naik yaitu pada tahun 2003 sebesar 374 /
1000 penduduk, pada tahun 2006 naik menjadi 423 /
1000 penduduk dan pada tahun 2010 mengalami
kenaikan menjadi 411 / 1000 penduduk. Berdasarkan pada
data dan informasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 
2016 terdapat bahwa penemuan kasus diare ditangani
berdasarkan provinsi Sulawesi Utara terhitung
berjumlah 6.337 orang atau sekitar 9,7%.
Penyakit diare ini sering ditemui pada kalangan anak-
anak. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya Buang Air Besar (BAB) encer
atau cair lebih dari 3 kali dalam sehari. Selain sebagai
salah satu penyebab kematian, diare juga menjadi
penyebab utama gizi kurang yang dapat menyebabkan
kematian serta dapat menimbulkan suatu kejadian luar
biasa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab utama
munculnya penyakit diare diakibatkan oleh suatu bakteri
melalui kontaminasi makanan serta minuman yang sudah
tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan si
penderita.

2
Selanjutnya, factor yang paling dominan berperan
dalam penyakit diare adalah air, hygiene sanitasi,
jamban keluarga, dan lingkungan. Jarak antara sumber
air minum, ketersediaan serta kepemilikan jamban
menjadi factor risiko terjadinya diare. Diare juga
berhubungan dengan sanitasi yang tidak memadai dan
pola hygiene yang tidak baik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengenai factor risiko terjadinya diare
diketahui bahwa factor lingkungan terkait pada perilaku
hidup masyarakat yang kurang baik serta kondisi
lingkungan yang buruk disinyalir menjadi penyebab utama
seseorang mudah terserang penyakit diare. Sehubungan
dengan ini, penelitian lain mengenai sanitasi lingkungan
terkait penyakit diare pada balita, didapatkan bahwa
jenis sumber air untuk minum dan perilaku ibu dalam
mengolah makanan dan minuman dapat berpengaruh
terhadap tingginya angka diare pada balita. Penggunaan
air harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan juga
biologis. Kualitas air secara bakteriologis tidak boleh
mengandung bakteri.

3
B. TUJUAN
Buku saku atau pedoman ini disusun sebagai
pemenuhan tugas kelompok Praktek Belajar Lapangan
Dari Rumah (PBL-DR) Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara. Pedoman ini juga dibuat agar
dapat memberikan dan dimanfaatkn dalam rangka
pengobatan dan tata laksana dalam penanganan diare di
Desa Teluk, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

4
DEFENISI DIARE
Diare merupakan suatu keadaan Buang Air Besar
(BAB) dengan konsistensi cair atau lembek, bahkan bisa
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari yang
biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari. Diare adalah
Buang Air Besar pada balita lebih dari 3 kali dalam sehari
yang disertai dengan adanya perubahan konsistensi tinja
menjadi lebih cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang terjadi kurang dari 1 minggu.

Diare merupakan suatu perubahan konsistensi tinja


yang terjadi secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh
kandungan air di dalam tinja melebihi batas normal
(10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung hingga
kurang dari 14 hari. Berdasarkan ketiga defenisi diare di
atas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan suatu
keadaan buang air besar dengan bertambahnya
frekuensi yang lebih daripada biasanya 3 kali sehari atau
lebih dengan konsistensi cair.

5
FAKTOR RISIKO DIARE
Menurut pendapat dari beberapa para ahli,
mengemukakan ada beberapa factor risiko terjadinya
diare yaitu:

a. Faktor umur
yaitu diare terjadi pada kelompok
umur 6 sampai 11 bulan pada saat akan
diberikan makanan pendamping ASI (MP-
ASI). Bentuk ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibody pada
ibu,kurangnya kekebalan aktif pada bayi,
serta pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi oleh bakteri tinja.

b. Factor musim
yaitu variasi pola musim diare dapat
terjadi berdasarkan letak geografis.
diare yang diakibatkan karena bakteri
cenderung meningkat pada saat musim
hujan.

6
c. Factor lingkungan
yaitu meliputi kepadatan
perumahan, ketersediaan sarana
air bersih (SAB), pemanfaatan
SAB, kualitas air bersih serta
penggunaan jamban.

TANDA DAN GEJALA DIARE


Gejala dan tanda awal diare dapat ditandai dengan
Normalnya, pada orang dewasa buang air besar bisa
sebanyak satu hingga dua kali dalam sehari. Tapi, saat
terserang diare, buang air besar bisa berlangsung lebih
dari tiga kali sehari. Selain perubahan frekuensi, saat
terserang penyakit ini akan terjadi juga perubahan
konsistensi feses menjadi lebih cair.

Kembung Mulas
Kram Mual dan muntah
Feses berair Sakit perut

7
Gejala yang lebih serius dapat berupa:

Darah atau lendir di tinja

Penurunan berat badan

Demam

Gejala dan tanda awal diare pada anak


Anak yang menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat,
nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak
menutup kemungkinan akan diikuti dengan keluarnya
darah), anus lecet, dehidrasi (bila terjadinya dehidrasi
berat maka volume darah akan berkurang, nadi cepat
dan kecil, denyut jantung menjadi cepat, tekanan darah
menurun, keadaan menurun ini diakhiri dengan syok),
berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan
ubun-ubun menjadi cekung, serta mulut dan kulit
menjadi kering.

8
KLASIFIKASI DIARE
(1) Diare akut Diare akut merupakan suatu
keadaan buang air besar pada bayi
atau anak-anak atau orang dewasa
yang melebihi 3 kali dalam sehari,
> 3 kali / disertai dengan adanya perubahan
hari konsistensi tinja menjadi lebih cair
dengan atau tanpa lendir serta darah
yang berlangsung selama kurang dari
1 minggu
(2) Diare kronis Diare kronis seringkali dianggap
suatu kondisi yang sama namun
dengan waktu yang relative lebih
> 7 hari lama yaitu diare melebihi 1 minggu.
Sebagian besar disebabkan diare akut
berkepanjangan akibat infeksi.

(3) Diare persisten Diare persisten merupakan


diare yang berlangsung selama 15
sampai 30 hari, merupakan diare
15 - 30 yang berkelanjutan dari diare kronis
hari ditandai dengan penurunan berat
badan dan sukar untuk naik kembali.

9
BAHAYA PENYAKIT DIARE
(1) Dehidrasi ringan hingga berat
Dehidrasi yang diakibatkan diare
tergantung dari cairan tubuh yang hilang atau
dikeluarkan. Semakin sering dan semakin
besar volumenya maka cairan yang hilang juga
semakin banyak. 3 karegori dehidrasi diare
yaitu, diare tanpa dehidrasi,dehidrasi ringan,
dan dehidrasi berat.
(2) Malnutrisi
Diare juga dapat menyebabkan
malnutrisi, karena diare menyebabkan
kurangnya nafsu makan dan terjadi
gangguan pada pencernaan yang
mengakibatkan menurunnya absorbsi
zat-zat nutrisi dalam tubuh sehingga
dapat terjadi malnutrisi.
(3) Kematian
Diare yang berat menyebabkan dehidrasi
kehilangan cairan yang dapat menyebabkan
kematian. Terutama pada anak-anak, dan
orang kurang gizi atau yang memiliki
gangguan imun

10
CARA MENCEGAH DIARE
5M1L
1) Mengetahui sumber air yang akan digunakan,
tidak boleh menggunakan air dari sumur,
sungai,atau danau yang sudah tercemar.
2) Melakukan sebelum air digunakan untuk masak
ataupun untuk minum sebaiknya dimasak
terlebih dahulu hingga mendidih.
3) Mengetahui mana makanan yang layak
dimakan atau tidak. Contohnya makanan yang
telah dihinggapi lalat, dan tidak segar, sebainya
tidak usah dimakan lagi
4) Mengetahui makanan tersebut diolah dengan
baik atau tidak. Contohnya jika sebelum diolah
tidak dicuci sebaiknya jangan dimakan
5) Melakukan mencuci tangan dengan sabun dan
air yang mengalir, ketika hendak makan, sehabis
buang air besar, dan sebelum mengolah bahan makanan
6) Lakukan jangan makan sembarangan. Lebih
baik makan makanan yang jelas kebersihannya.

11
TATALAKSANA DIARE
Tatalaksana pengobatan diare dengan :

LINTAS DIARE
(Lima Langkah Tuntaskan diare)

(1) Berikan oralit Oralit

(2) Berikan tablet zinc selama 10 hari


berturut turut

(3) Teruskan asi

(4) Berikan antibiotic secara


selektif
(5) Berikan nasihat pada ibu atau keluarga

12
INTERVENSI GIZI
Tujuan intervensi gizi pada diare adalah mencegah
dehidrasi serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Strategi yang dapat dilakukan pada intervensi gizi
adalah:
(1) Ganti kehilangan cairan dan
elektrolit menggunakan larutan
Oralit
oral glucose electrolyteatau Sugar Salt
larutan gula garam atau oralit.

(2) Inisiasi diet sisa rendah, yaitu


makanan secara lengkap dicerna,
diabsorpsi dengan baik dan makanan
yang tidak meningkatkan sekresi
saluran cerna. Makanan yang dibatasi
BEER pada diet sisa rendah adalah yang
mengandung laktosa, seperti susu
(gunakan susu rendah atau tanpa
lakstosa), kafein dan alkohol.

(3) Hindari gula dan alkohol berlebih.


< Sugar
< Alcohol

13
(4) Dapat diberikan prebiotik Pec t
in
dalam jumlah moderat, termasuk Gandum
oat
pektin, oligosakarida, inulin, oat. Pec t
in

Prebiotik
yogurt
(5) Dapat diberikan probiotik, kultur
makanan dan suplemen yang
suplemen merupakan sumber beneficial gut
flora.
Probiotik

14
DAFTAR PUSTAKA
(1) Amatus (2015) HUBUNGAN DIARE DENGAN KEJADIAN
MALNUTRISI PADA BALITA di IRANA E BAWAH PRSUP PROF.
DR. R.D. KANDOU MANADO, Manado, Universitas Sam
Ratulangi
(2) Buku Saku Petugas Kesehatan RI direktorat jendral
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 2011
(3) Dyna dkk (2018). HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI
JAJANAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN KEJADIAN
DIARE , 2018. Jurnal Endurance , (524-530).
(4) Endang dkk (2017) DIARE BALITA SUATU TINJAUAN
DARI BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT, Yogyakarta,
Deepublish
(5) Gultom, Maria M.K., dkk (2018). HUBUNGAN KONSUMSI
MAKANAN JAJANAN DENGAN DIARE  PADA ANAK DI SDN 3
GOGAGOMAN KECAMATAN KOTA MOBAGU BARAT KOTA
KOTAMOBAGU , 2018. e-journal Keperawatan , Vol 6
(6) Melvani dkk. (2019). ANALISIS FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIA N DIARE BALITA DI
KELURAHAN KARYAJAYA KOTA PALEMBANG , 2019. Jurnal
JUMANTIK , Vol 4 No 1

15
(7) Panduan sosialalisasi tatalaksana diare balita
(8) WHO 1993,Kader Kesehatan Masyarakat,Jakarta, EGC
(9) Yusinta Meivi (2014) Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Dehidrasi Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kalijudan, Surabaya, Universitas Airlangga

16

Anda mungkin juga menyukai