“Gambaran Gizi Pada Dewasa Di Desa Percut JL. M. Yusuf Jintan No.
184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera
Utara“
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Gizi Daur Hidup
Dosen Pembimbing : Eliska,SKM,M.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok V
1. Afifah Luthfiyyah (0801171045)
2. Kurnia Amalia (0801172198)
3. Latifah Azmi Nasution (0801173413)
4. Puja Indah Lestari (0801171049)
5. Ratih Nurilaini (0801171003)
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh…
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tidak
lupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
laporan miniriset Gizi Daur Hidup yang membahas tentang “Gambaran Gizi Pada Dewasa Di
Kecamatan Percur Sei Tuan “. Dan kami juga berterimakasih kepada Ibunda Eliska, SKM,
M.Kes. selaku dosen Gizi Daur Hidup di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, yang
telah memberikan tugas kepada kami.
Adapun laporan Gambaran Gizi Pada Dewasa Di Kecamatan Percur Sei Tuan ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku
dan jurnal sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami, tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan laporan ini.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai bagaimana Gambaran Gizi Pada Dewasa Di Kecamatan
Percur Sei Tuan bagi penulis, pembaca maupun pendengar. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan usulan demi perbaikan laporan yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini
tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian .........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................2
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................................3
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................35
5.2 Saran ..........................................................................................................................35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
zat gizi dipusatkan untuk pemeliharaan kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik. Status
gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya. Menurut status gizi merupakan suatu ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status
gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih (Mailoa, 2013).
Pada umumnya pada masyarakat pesisir kebiasaan makan yang dianut mereka ialah
dengan mendahulukan memberi porsi makanan dengan gizi yang cukup kepada kepala
keluarga dibanding istri dan anak-anaknya, hal ini menurut mereka bahwa kepala keluarga
(ayah) harus mencari nafkah misalnya dengan melaut dan tentunya menurut mereka bahwa
kepala keluarga harus diberi makanan yang porsi nya cukup karena juga membutuhkan
energi yang banyak ketika mencari nafkah (Subekti, 2010).
2
pendapatan serta budaya yang dianut oleh masyarakat pesisir Di Desa Percut JL. M. Yusuf
Jintan No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.
3
yang diwawancarai mengenai pengetahuan mereka mengenai gizi seimbang di
usia dewasa akan menambah pengetahuan mengenai gizi seimbang yang selama
ini belum diketahui oleh masyarakat tersebut.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih (Baliwati,
2014).
Masa dewasa dibagi menjadi dua tahap, masa dewasa awal yaitu antara umur 20-40
tahun dan masa dewasa lanjut yaitu antara umur 40-60 tahun. Pada masa dewasa tubuh tidak
hanya dalam keadaan puncak dari kemampuan fisik tetapi juga mulai mengalami penurunan
fungsi. Keadaan puncak dari keadaan fisik membuat beberapa orang terlena dan mulai
melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat berepengaruh terhadap kesehatan di
kemudian hari. Penyakit degeneratif juga muncul pada masa ini. Pada awal masa dewasa
merupakan masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa ini kondisi fisik tidak
hanya mencapai puncaknya, tetapi juga mulai menurun pada masa ini (Baliwati, 2014).
Sistem indra menunjukkan sedikit perubahan pada awal masa dewasa. Puncak
kemampuan pendengaran pada masa remaja, tetap konstan pada permulaan dewasa awal dan
mulai mengalami penurunan pada bagian akhir masa dewasa awal. Pada beberapa kebiasaan
jelek mulai terbentuk.
Pada masa dewasa lanjut pada umumnya akan mengalami penurunan pendengaran,
penglihatan terutama melihat jarak dekat. Daya akomodasi juga mengalami penurunan.
Masalah kesehata utama adalah penyakit kardiovaskular,kanker,dan berat badan. Kanker
yang berkaitan dengan rokok sering timbul untuk pertama kalinya pada masa ini. Menjadi
terlalu gemuk adalah masalah utama pada masa dewasa akhir (Almatsier, 2009).
1) Status Gizi Pada Dewasa
Status gizi pada orang dewasa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
kebiasaanya dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari. Kebiasaan makan tidak
dipengaruhi oleh zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Namun banyak faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kebiasaan makan, salah satunya adalah lingkungan.
Orang dewasa cenderung kurang memperhatikan asupan makanan. Umumnya orang
dewasa lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak, berenergi gurih dan manis.
Sementara makanan kaya serat seperti sayur dan buah diabaikan. Akibatnya, asupan
energi (kalori) yang masuk ke dalam tubuh berlebih padahal pada usia ini dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat namun rendah lemak, ini dikarenakan
pertumbuhan dan perkembangan tidak lagi terjadi dan hendaknya pemenuhan zat gizi
dipusatkan untuk pemeliharaan kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik. Status gizi
adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya.
6
Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status
gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih
(Almatsier, 2003)
7
d. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik status gizinya. Ini
dikarenakan seseorang yang mengenyam pendidikan biasanya lebih memahami dalam
menerima informasi-informasi mengenai gizi (Supariasa, 2002).
e. Sosial budaya
Budaya memiliki pengaruh besar dalam pemilihan dan pengolahan pangan
menjadi makanan. Budaya juga mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Salah
satu contohnya, pada suku Melayu mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang berkuah santan.
Pola makan pada keluarga suku melayu di Desa Selemak Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang lebih cenderung mengonsumsi makanan bersantan
setidaknya seminggu sekali (Handayani, 2012).
f. Perilaku makan
Perilaku makan merupakan suatu wujud tindakan seseorang dalam memilih dan
mengkonsumsi makanan yang terbentuk melalui pengetahuan dan sikap. Jika keadaan
ini terus-menerus berlangsung maka akan menjadi kebiasaan makan dan akan
membentuk pola makan. Perilaku makan yang tidak seimbang akan mengakibatkan
masalah gizi (Ratrioso, 2008).
g. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangannya. Aktivitas fisik dapat mempengaruhi status gizi. Aktivitas fisik yang
kurang akan mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak dan dapat menyebabkan
obesitas (Sunaryo, 2007).
h. Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan
perilaku makan yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi. Lingkungan disini
adalah lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik
maupun cetak (Ariani, 2010).
8
3) Perilaku Konsumsi Makanan Orang Dewasa
Terbentuknya suatu perilaku konsumsi makanan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang mempengaruhi perilaku manusia disebabkan oleh
lingkungan, yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui seseorang di mana hal yang diketahui
tersebut diperoleh secara formal maupun non formal. Perilaku yang didasari
pengetahuan melalui pengetahuan formal akan lebih mudah dilaksanakan daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan non formal. Pengetahuan berperan penting
dalam pembentukan sikap dan tindakan. Pengetahuan tentang gizi seimbang
bermanfaat dalam menentukan apa yang dikonsumsi setiap harinya. Dengan adanya
pengetahuan tentang gizi seimbang, maka kebutuhan zat gizi dapat disesuaikan
dengan kebutuhan yang seharusnya, sehingga dapat tercapai kesehatan yang optimal.
Tingkat pengetahuan tentang gizi seseorang akan mempengaruhi kebiasaannya dalam
memilih makanan (Arisman, 2007).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap sangat tergantung dari pengetahuan, semakin baik
pengetahuan maka akan semakin baik pula sikapnya. Sikap sangat penting dalam
pemenuhan zat gizi, karena tanpa adanya sikap yang baik maka apa yang diperoleh
dari pengetahuan akan sia-sia dan tindakan tidak akan tercapai (Sunaryo, 2007).
c. Tindakan
Sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Jika pengetahuan mengenai
gizi sudah baik maka kemungkinan untuk melakukan tindakan akan baik pula. Tapi
jika pengetahuan baik namun sikap bertolak belakang dengan pengetahuan itu sendiri,
maka tindakan tidak akan pernah tercapai seperti yang dikehendaki. Melalui tindakan
seseorang terhadap mengkonsumsi makanan, dapat dinilai perilaku makannya baik
atau tidak. Perilaku konsumsi makanan pada orang dewasa cenderung jauh dari
konsep gizi seimbang. Umumnya, orang dewasa kurang memperhatikan asupan
nutrisi yang dikonsumsi. Mereka cenderung menyukai makanan yang tinggi lemak,
manis dan gurih namun kurang serat (Arisman, 2007).
9
4) Kebutuhan Gizi Orang Dewasa
Kebutuhan gizi orang dewasa berbeda-beda bagi setiap orang. Kebutuhan zat-zat gizi
bergantung pada berbagai faktor yaitu umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan
aktivitas fisik. Oleh karena itu, dalam pemenuhan zat gizi harus disesuaikan dengan
kebutuhannya.
a. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya usia,
ini dikarenakan menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik.
Kebutuhan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan. Kebutuhan energi
berbeda-bebeeda bagi setiap orang. Anjuran kebutuhan energi ditetapkan dalam
Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Sunaryo, 2010).
b. Kebutuhan karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat setiap orang berbeda-beda. Jenis kelamin, umur, tingkat
aktivitas yang dilakukan, serta kondisi kesehatan yang akan mempengaruhi kebutuhan
karbohidrat seseorang. Untuk mengetahui berapa seharusnya kebutuhan karbohidrat
harian, maka digunakanlah Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebagai acuan zat gizi
rata-rata yang diperlukan sekelompok orang berdasarkan jenis kelamin dan usianya
(Sunaryo, 2010).
c. Kebutuhan protein
Kebutuhan konsumsi protein pada kelompok usia dewasa digunakan untuk
menggantikan protein yang hilang akibat rutinitas sehari-hari melalui urin, feses, kulit
dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Konsumsi protein yang terlalu
tinggi dapat meningkatkan hilangnya kalsium melalui urin, sehingga resiko menderita
osteoporosis bertambah. Asupan lemak jenuh dianjurkan mengkonsumsi protein yang
berasal dari makanan nabati seperti tahu, tempe dan sebagainya (Arisman, 2007).
d. Kebutuhan lemak
Konsumsi lemak pada usia dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging tanpa lemak,
ayam tanpa kulit, ikan, susu tanpa lemak (skim) serta mengurangi santan dan goreng-
gorengan (Kusnadi, 2009).
e. Kebutuhan mineral
Angka kebutuhan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhi apabila
makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Beberapa mineral
yang perlu diperhatikan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garam natrium
terdapat dalam garam dapur (NaCl) dan monosodium glutamat (MSG). Selain itu
10
dianjurkan untuk membatasi makanan yang diawetkan menggunakan garam seperti
ikan asin, ikan asap, makanan kaleng, serta acar begitupula dengan MSG.
AKG besi pada perempuan dewasa muda lebih tinggi dibandingkan dewasa
setengah tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi setiap bulan
melalui menstruasi. Makanan sumber zat besi yang dianjurkan adalah daging merah,
hati, kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hsil olahannya sepertu
tahu dan tempe. Kalsium penting untuk pembentukan tulang dan menjaga agar tulang
tetap kuat. Asupan kalsium yang cukup setiap hari dapat mencegah terjadinya
osteoporosis dikemudian hari. Makanan kaya kalsium yang dianjurkan untuk
dikonsumsi adalah susu dan hasil olahannya (Husni, 2008).
f. Kebutuhan vitamin
Angka kebutuhan vitamin pada kelompok usia dewasa umumnya dapat dipenuhi
apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dianjurkan untuk digunakan sebagai standar guna mencapai
status gizi yang optimal. Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary
Allowances (DRA) merupakan kecukupan rata-rata zat gizi sehari bagi hampir semua
orang sehat menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik,
genetik dan keadaan fisiologis. AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang
dikonsumsi oleh populasi dan bukan merupakan perorangan/individu (Kusnadi,
2009).
11
a. Penyakit Gula Darah (Diabetes Mellitus)
Diabetes melitus adalah sekumpulan gejala yang disebabkan karena meningkatnya
kadar gula dalam darah karena insulin secara absolut atau relatif atau menurunnya
tingkat sensivitas insulin. Tipe DM pada orang dewasa adalah DM yang tidak
bergantung pada insulin, di mana jumlah insulinnya cukup banyak, hanya saja
kerjanya yang sudah tidak optimal atau tidak sensitif lagi terhadap kenaikan kadar
gula dalam darah (Ambarwati, 2012).
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,
dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu :
a) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin atau obat hipoglikemik oral
dan tingkat aktivitas.
b) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c) Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang memadai pada orang dewasa.
d) Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan.
e) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi kronik
diabetes seperti penyakit ginjal, neuropati autonomik, hipertensi, dan penyakit
jantung.
f) Meningkatkan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
12
meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh
(Proverawati, 2009).
c. Artritis Gout
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal
ini diikuti dengan terbentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian
yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan jari.
Tujuan diet artritis gout adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal, serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet pada penderita
ini rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral. Diet ini dapat
menurunkan berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan berlebih (Ariani, 2007).
d. Kanker
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat
dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini dapat merusak jaringan tubuh sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena (Ariani, 2007).
Beberapa faktor pnyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker
adalah :
a) Kurang nafsu makan yang disebabkan karena faktor psikologis dan lost
renponse terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan terhadap indra
pengecap.
b) Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan pada saluran
cerna, gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan cairan serta elektrolit karena
muntah dan diare.
c) Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
d) Peningkatan pengeluaran energi.
13
c. Lemak : Busung lapar, kekurangan vitamin larut dalam lemak, penurunan daya
tahan tubuh, kurang tenaga, gangguan tumbuh kembang.
d. Mineral : penurunan konsentrasi dan IQ, mudah sakit, dan tidak nafsu makan.
Adapun beberapa penyakit yang disebabkan akibat kekurangan gizi, antara lain :
a. Anemia : Hal ini disebabkan kekurangan mengkonsumsi makanan sumber zat
besi.
b. Gondok : Kurangnya mengkonsumsi yodium.
c. Kebutaan : Hal ini disebabkan kurangnya mengkonsumsi vitamin A.
Penyebab dari dampak kekurangan gizi :
a. Kemiskinan.
b. Kurangnya pengetahuan tentang gizi.
c. Kebiasaan makan.
14
rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang tergolong baik dan tanpa ada bias jender.
Akan tetapi kondisi tersebut sangat terbalik dengan tingkat pengetahuan masyarakat
atau responden tentang jenis dan pengolahan serta manfaat makanan bergizi masih
tergolong rendah, termasuk makanan beriodin. Pada umumnya bahan makanan
masyarakat berasal dari hasil perikanan dan pertanian setempat, termasuk bahan
makanan yang kaya akan iodin, seperti ikan dan sayur-mayur. Frekuensi makan
masyarakat pesisir Kabupaten Halmahera Utara sama dengan kebanyakan masyarakat
Indonesia yaitu lebih kurang tiga kali sehari (makan pagi, siang dan malam) atau
tergolong cukup. Sebagian besar makanan pokok masyarakat pesisir Halmahera Utara
berupa beras dan singkong, sedangkan makanan yang difungsikan sebagai lauk pada
umumnya berupa ikan segar, ikan asin dan lain-lain. Masyarakat pesisir di daerah
tersebut termasuk masyarakat yang volume makanan pokok (beras atau singkong)
jauh lebih banyak dibanding lauknya. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa
nasi atau singkong merupakan yang paling utama karena sebagai sumber tenaga,
sedangkan lauk hanya sebagai pelengkap rasa makanan, termasuk lauk atau makanan
yang mengandung iodin. Sebagian besar responden mengkonsumsi makanan yang
mengandung iodin tergolong cukup, misalnya ikan, rumput laut, dan sayur-mayur.
Selain itu masyarakat juga pada umumnya selalu mengkonsumsi garam beriodin
dalam konsentrasi yang cukup dengan tujuan untuk menambah cita rasa makanan.
Besarnya konsumsi makanan dan garam beriodin dapat mencegah terjadinya GAKI.
Selain mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung iodin lebih dari setengah
responden juga mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung zat goitrogenik
dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Konsumsi zat goitrogenik dalam konsentrasi
yang tinggi menimbulkan gondok karena merangsang pembesaran kelenjar tiroid
dengan cara mempengaruhi biosintesa hormon tiroid. Bahan makan yang
mengandung zat goitrogenik yang banyak dikonsumsi masyarakat antara lain ubi,
singkong, dan jeruk. Besarnya nilai TGR atau tingkat endemisistas GAKI di kawasan
pesisir Kabupaten Halmahera Utara merupakan sesuatu yang sangat ironis jika dilihat
dari potensi sumberdaya alamnya. Sumberdaya pesisir merupakan sumberdaya yang
memiliki kandungan gizi cukup tinggi terutama kandungan iodin, misalnya ikan dan
rumput laut. Konsumsi harian sebagian besar masyarakat juga tidak terlepas dari
produk perikanan baik produk segar maupun olahan. Berdasarkan kondisi tersebut,
tingginya nilai TGR atau endemisitas GAKI yang terjadi dimungkinkan karena faktor
lain. Oleh karena itu dilakukan analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor yang
15
berpeluang besar menjadi penyebab fenomena tersebut, antara lain konsumsi garam
beriodin, konsumsi makanan yang mengandung iodin dan konsumsi makanan yang
mengandung zat goitrogenik. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa konsumsi
garam beriodin dan konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik berpeluang
besar berpengaruh atau menjadi penyebab terjadinya GAKI atau gondok di kawasan
pesisir kabupaten Halmahera Utara. Jika konsumsi garam iodin dianggap konstan,
maka konsumsi zat goitrogen akan meningkatkan peluang terjadinya gondok.
Sebaliknya jika konsumsi zat goitrogenik dianggap konstan, maka konsumsi garam
iodin akan menurunkan peluang terjadinya gondok. Jadi, pola konsumsi masyarakat
pesisir Kabupaten Halmahera Utara masih menitikberatkan pada jumlah atau volume
bahan pokok sebagai sumber tenaga dan kesehatan tubuh. Status gizi terkait dengan
endemisitas GAKI di kawasan pesisir Kabupaten Halmahera Utara cukup bervariasi
mulai dari endemik ringan sampai endemik berat dan konsumsi garam beriodin dan
makanan yang mengandung zat goitrogenik berpeluang besar berpengaruh atau
menjadi penyebab terjadinya GAKI atau gondok di kawasan pesisir Kabupaten
Halmahera Utara (John Haluan, 2017).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2010) judul “Asupan Konsumsi Pangan
Masyarakat Nelayan”. Kebutuhan protein masyarakat masih tertumpu pada protein
nabati. Pangan protein hewani hanya seperempat dari responden yang mengkonsumsi
pangan protein hewani dari total konsumsi protein. Idealnya, pangan protein hewani
minimal setengah dari total konsumsi protein untuk mencapai kualitas sumberdaya
manusia yang baik dan mampu bersaing pada tataran global (Ariani, 2010).
3. Penelitian yang dilakukan Mailoa (2013) menunjukan rendahnya angka kecukupan
protein dari responden yang diduga disebabkan masih rendahnya jumlah pangan
sumber protein yang dikonsumsi oleh responden seperti ikan, daging dan kacang-
kacangan. Hal ini berarti masyarakat pesisir Negeri Hatusua perlu meningkatkan
konsumsi pangan sumber protein (Mailoa, 2013).
4. Menurut Penelitian Yuliana (2017) di Kabupaten Halmahera menunjukan bahwa
tingkat kecukupan protein sebagian besar rumah tangga nelayan berada pada kriteria
baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein rumah tangga nelayan
sudah baik. Klasifikasi protein berdasarkan sumbernya yaitu protein hewani dan
protein nabati. Sumber protein hewani antara lain ikan, kerang-kerangan, dan jenis
udang merupakan kelompok sumber protein yang baik. Ikan, kerang-kerangan, dan
jenis udang adalah hasil tangkapan nelayan. Nelayan termasuk warga negara
16
Indonesia sangat kontras sekali dengan perannya sebagai pahlawan protein bangsa.
Masyarakat nelayan selama ini dianggap sebagai kelompok masyarakat miskin.
Kondisi ekonomi sebagai indikator dari kemiskinan, berkaitan erat dengan kecukupan
zat gizi rumah tangga, salah satunya kecukupan protein meskipun nelayan penghasil
protein tetapi dalam kehidupan sehari-hari dari hasil tangkapan lebih banyak dijual
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga kecukupan
protein dalam keluarga tidak tercukupi (Yuliana, 2017).
17
BAB III
METODE PENELITIAN
18
3.4.3 Dokumentasi
Peneliti melakukan dokumentasi pelaksanaan kegiatan penelitian melalui foto atau
gambar, sebagai bukti fisik pelaksaan penelitian.
Teknik sampling yang digunakan adalah purpossive sampling yaitu pengambilan
sample dilakukan hanya atas dasar pertinbangan penelitian saja yang menganggap unsur-
unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Dan dalam penelitian
ini peneliti mengambil 3 sampel (responden).
19
3.6.4 Kepastian (Konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi
yang ada (Sugiyono, 2011).
20
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21
Pada umumnya masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan dihuni oleh masyarakat
pendatang yang merantau ke Medan dan kemudian menikah dan menjadi warga tetap di
Kecamatan Percut Sei Tuan itu sendiri.Para masyarakat yang merantau itu kebanyakan yang
datang dari luar Sumatera Utara. Suku Jawa, Padang, Sunda dan etnis Tionghoa merupakan
para perantau pada mulanya. Sementara keberadaan suku Melayu dan Batak merupakan
penduduk asli yang telah beratus-ratus tahun bertahan dan melahirkan generasi hingga
dengan sampai saat ini.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan percut Sei Tuan. Pemilihan lokasi penelitian
berdasarkan pertimbangan:
1. Lokasi penelitian merupakan daerah pesisir dan mudah dijangkau.
2. Mendapat ijin untuk penelitian dari instansi terkait, perangkat Desa dan
Kecamatan.
Di daerah pesisir termasuk kecamatan Percut Sei Tuan masyarakatnya rata-
rata menggantungkan hidup sebagai seorang nelayan yang pendapatannya pun
masih dikatakan jauh dari kata cukup. Pendidikan dan ekonomi yang rendah kerap
kali menjadi permasalahan yang serius, karena banyaknya kebutuhan yang tidak
tercukupi mengakibatkan permasalahan gizi buruk pada daerah pesisir serta
pemahaman terhadap asupan pangan masih rendah.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sebab tingkat
pendidikan menjadi satu ukuran maju tidaknya masyarakat tersebut sehingga semakin tinggi
tingkat pendidikan suatu masyarakat maka akan semakin berkembanglah peradaban sampai
pada perkembangan taraf kehidupan dan gaya hidup. Selain itu pendidikan juga memiliki
peran penting dalam proses pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) yang handal, sebab
dengan SDM yang handal maka proses pembangunan pun akan lebih bisa berjalan baik dan
lancar.
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan
termasuk masyarakat yang sudah maju dalam bidang pendidikan, hal ini dibuktikan dengan
rata-rata anggota masyarakatnya telah menempuh pendidikan formal berbagai tingkat
pendidikan.
22
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
Masyarakat dan ekonomi adalah ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan
artinya masyarakat dan ekonomi adalah akan selalu berkaitan, hal ini karena kemakmuran
atau maju mundurnya suatu masyarakat dapat diukur salah satunya dari segi taraf
perekonomiannya dan masyarakat adalah kaum pelaku ekonomi artinya perekonomian tidak
akan ada bila masyarakatnya tidak ada.
Tingkat perekonomian masyarakat banyak ditentukan dari segi usaha atau mata
pencahariannya, semakin maju suatu usaha maka akan semakin makmur pulalah para pelaku
usaha tersebut. Dari data yang ada mayoritas penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan
memenuhi kebutuhan hidupnya melalui wirausaha (wiraswasta) dan perdagangan yang
merupakan mata pencaharian pokok masyarakat setempat. Namun selain nelayan, bertani dan
berdagang, masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan ada juga yang memiliki mata pencaharian
sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, buruh dan lain-lain yang kesemua bentuk usaha
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan buat melangsungkan kehidupan
sehari-hari. Akan tetapi ada juga data yang menunjukkan sedikit penduduk yang masih
pengangguran. Secara jelasnya masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan adalah masyarakat
yang mandiri di tengah-tengah jantung kota Medan.
23
suntuk. Dalam pergelaran wayang kulit, semua warga masyarakat yang ada di Desa Percut
berpartisipasi dalam acara tersebut.
Budaya saat penyantapan makanan pada Desa Percut tidak memiliki aturan yang
spesifik, mereka mempunyai kebiasaan bahwa makan sayur hanya pada pagi hari dan waktu
makan siang dan malam masyarakat Desa Percut hanya mengkonsumsi pakai lauk ikan. J
adi dapat disimpulkan bahwa dari hasil poin-poin yang diatas di daerah pesisir termasuk
kecamatan Percut Sei Tuan masyarakatnya rata-rata menggantungkan hidup sebagai seorang
nelayan yang pendapatannya pun masih dikatakan jauh dari kata cukup. Pendidikan dan
ekonomi yang rendah kerap kali menjadi permasalahan yang serius, karena banyaknya
kebutuhan yang tidak tercukupi mengakibatkan permasalahan gizi buruk pada daerah pesisir
serta pemahaman terhadap asupan pangan masih rendah.
No :
Pewawancara :
1. Puja Indah Lestari
2. Kurnia Amalia
3. Afifah Luthfiyyah
4. Latifah Azmi Nasution
5. Ratih Nurlaini
Pertanyaan :
1. Menurut ibu/bapak zat gizi yang banyak terkandung dalam nasi, mie, umbi-umbian?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
terkandung didalam nasi, mie dan umbi-
umbian adalah lemak, karena menurut
responden bahwa makanan seperti nasi,
mie, umbia-umbian mengandung lemak
yang akan menghasilkan banyak tenaga.
Hal ini juga didasari kurangnya
pengetahuan dari responden 1 yang
24
memiliki tingkat pendidikan terakhir
yaitu pada tingkat SMP.
2. Menurut ibu/bapak zat gizi apa yang banyak ditemukan dalam buah dan sayur?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
banyak ditemukan didalam buah dan
sayuran ialah vitamin dan air. Karena
menurut responden pertama bahwa
beliau tidak mengetahui apa arti
sesungguhnya dari vitamin dan menurut
25
beliau bahwa buah contohnya pasti
mengandung air, hal ini yang
menyebabkan responden pertama
mengatakan bahwa buah dan sayur pasti
mengandung vitamin dan air.
26
3. Menurut ibu/bapak zat gizi apa yang banyak terkandung dalam kacang-kacangan (kacang
panjang, buncis, kacang tanah, dll)?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
banyak terkandung didalam kacang-
kacangan ialah karbohidrat. Alasan
responden pertma mengatakan zat gizi
yang banyak terkandung didalam adalah
karbohidrat karena beliau mengaku tidak
mengetahui kandungan apa yang
terkandung didalam kacang-kacangan
serta arti dari karbohidrat sendiri beliau
juga tidak memahaminya.
27
4. Menurut ibu/bapak zat gizi apa yang banyak terkandung dalam daging ayam, sapi, ikan?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
banyak terkandung dalam daging ayam,
sapi, ikan) adalah protein dan lemak.
Karena menurut responden pertama
bahwa daging ikan misalnya
mengandung lemak yang dapat membuat
tubuh menjadi lebih bertenaga dan
membantu mereka saat beraktivitas dan
menurut beliau protein juga dapat
meningkatkan fokus dalam bekerja.
Walaupun secara garis besar beliau tidak
mengetahui apa itu protein dan lemak.
28
lemak.
5. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan tingginya konsumsi lemak?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan tingginya konsumsi lemak
adalah penyakit obesitas/kegemukan.
Karena menurut responden pertama
bahwa obesitas/kegemukan disebabkan
karena seseorang menyimpan lemak
berlebih didalam tubuhnya.
29
6. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan tingginya konsumsi gula?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan tingginya konsumsi gula
adalah penyakit diabetes mellitus.
Karena menurut responden pertama
bahwa diabetes mellitus merupakan
penyakit gula yang mungkin disebabkan
oleh tingginya konsumsi gula oleh
seseorang.
7. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan tingginya konsumsi garam?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan tingginya konsumsi garam
adalah penyakit diare. Karena menurut
responden pertama bahwa beliau tidak
mengetahui bagaimana dampak/akibat
30
dari konsumsi gram berlebihan.
8. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan rendahnya konsumsi serat?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan rendahnya konsumsi serat
adalah penyakit osteoporosis. Karena
menurut responden pertama bahwa
beliau tidak mengetahui bagaimana
dampak/akibat dari kurangnya konsumsi
serat.
31
Menurut responden 3 penyakit yang
Muhammad Rizky (Responden 3) diakibatkan kurang mengkonsumsi serat
adalah wasir/ambeyen, dengan alasan
yang hampir sama dengan responden
sebelumnya.
32
Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 konsumsi buah
biasanya antara 1-2 kali dalam seminggu.
33
mengkonsumsi sayur dan buah. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
pesisir di Desa Percut masih sangat rendah karena mereka tidak mengetahui bagaimana
kandungan serta manfaat dari makanan yang mereka konsumsi, serta bagaimana dampaknya
apabila kelebihan/kekurangan salah sati zat gizi tersebut bagi tubuh mereka sehingga
diperlukan edukasi dan penyuluhan untuk masyarakat di daerah pesisir di Desa Percut
mengenai gizi seimbang.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.
Pengaruh masalah gizi terhadap pertumbuhan, perkembangan, intelektual dan produktivitas
menunjukkan besarnya peranan gizi bagi kehidupan manusia. Jika terjadi gangguan gizi, baik
gizi kurang maupun gizi lebih, pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat
gizi menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi dan jatuh sakit, sedangkan kelebihan zat
gizi akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang. Indonesia
mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat
diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih.
Masa dewasa dibagi menjadi dua tahap, masa dewasa awal yaitu antara umur 20-40
tahun dan masa dewasa lanjut yaitu antara umur 40-60 tahun. Pada masa dewasa tubuh tidak
hanya dalam keadaan puncak dari kemampuan fisik tetapi juga mulai mengalami penurunan
fungsi. Keadaan puncak dari keadaan fisik membuat beberapa orang terlena dan mulai
melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat berepengaruh terhadap kesehatan di
kemudian hari. Penyakit degenerative juga muncul pada masa ini.
Jadi, berdasarkan hasil observasi sebagian besar pengetahuan masyarakat di daerah
pesisir desa percut mengenai gizi seimbang masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan
ketidaktahuan masyarakat mengenai kandungan makanan pokok yang setiap hari,
ketidaktahuan mereka mengenai dampak mengkonsumsi suatu makanan yang berlebihan atau
kekurangan yang dapat menimbulkan penyakit nantinya.
5.2 Saran
Diharapkan setelah membaca laporan ini kita semua dapat memahami mengenai
gambaran gizi masyarakat pesisir Kecamatan Percut Sei Tuan. Agar laporan ini dapat
menambah sedikit ilmu pengetahuan kita yang sudah ada sebelumnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia, K. k., 2014. Data Propinsi Sumatera Utara Riset Kesehatan Dasar
Balitbangkes , Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Badan Litbangkes, Depkes RI. Jakarta.
Riyanto, A., 2010. Basic Data Analysis for Helath Research Training. Pengolahan dan
Analisis data Kesehatan.. Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan.
Khomsan, Ali , 2002, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Kusnadi, 2009, Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
36
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara dengan salah satu warga Kec. Percut Sei Tuan
Gambar 2. Wawancara dengan salah satu warga Kec. Percut Sei Tuan
37
Gambar 3. Wawancara dengan salah satu warga Kec. Percut Sei Tuan
38