Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN HASIL MINI RISET

“Gambaran Gizi Pada Dewasa Di Desa Percut JL. M. Yusuf Jintan No.
184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera
Utara“
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Gizi Daur Hidup
Dosen Pembimbing : Eliska,SKM,M.Kes.

Disusun Oleh :
Kelompok V
1. Afifah Luthfiyyah (0801171045)
2. Kurnia Amalia (0801172198)
3. Latifah Azmi Nasution (0801173413)
4. Puja Indah Lestari (0801171049)
5. Ratih Nurilaini (0801171003)

PEMINATAN GIZI - SEMESTER V

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh…
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tidak
lupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
laporan miniriset Gizi Daur Hidup yang membahas tentang “Gambaran Gizi Pada Dewasa Di
Kecamatan Percur Sei Tuan “. Dan kami juga berterimakasih kepada Ibunda Eliska, SKM,
M.Kes. selaku dosen Gizi Daur Hidup di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, yang
telah memberikan tugas kepada kami.
Adapun laporan Gambaran Gizi Pada Dewasa Di Kecamatan Percur Sei Tuan ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku
dan jurnal sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami, tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan laporan ini.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai bagaimana Gambaran Gizi Pada Dewasa Di Kecamatan
Percur Sei Tuan bagi penulis, pembaca maupun pendengar. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan usulan demi perbaikan laporan yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini
tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Medan, 17 Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian .........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................2
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................................3

BAB II : LANDASAN TEORI


2.1 Teori ...........................................................................................................................5
2.2 Penelitian Terkait .......................................................................................................14

BAB III : METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................................18
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................................18
3.3 Sumber Data...............................................................................................................18
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................................18
3.5 Analisis Data ..............................................................................................................19
3.6 Pengecekan Keabsahan Temuan ................................................................................19

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Temuan Penelitian .....................................................................................................21
4.2 Pembahasan................................................................................................................22
4.3 Hasil Wawancara Mendalam Pada Beberapa Responden di Desa Percut .................24

BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................35
5.2 Saran ..........................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................36


LAMPIRAN DOKUMENTASI ..........................................................................................39

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa dewasa zat gizi lebih dibutuhkan untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan. Individu sering kali mulai merasa sadar tentang arti kesehatan
tubuhnya ketika ia sedang mengalami sakit, tak terkecuali untuk orang yang memasuki masa
dewasa muda. Dewasa muda adalah mereka yang berusia 19-24 tahun, dimana seseorang
sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua (Irianto, 2006).
Perubahan yang terjadi pada masa ini salah satunya adalah perubahan komposisi
tubuh dan kebutuhan energi. Adanya perubahan komposisi tubuh menyebabkan kebutuhan
akan zat gizi meningkat. Asupan zat gizi tertentu yang tidak adekuat dan berlebih atau tidak
seimbang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang buruk. Pentingnya faktor gaya hidup
dalam mencapai tujuan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup sehat seseorang. Faktor
gaya hidup dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang termasuk perilaku makan. Kebiasaan
makan yang baik yang diberlakukan mulai dari awal kehidupan akan meningkatkan kualitas
kesehatan pada masa dewasa (Ariani, 2010).
Manusia membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk mempertahankan hidup
guna menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Usia, jenis kelamin, status
kesehatan, pengetahuan, pendapatan, agama dan budaya merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan makan seseorang. Asupan makan harus sesuai dengan kebutuhan gizi
seseorang, bila tidak terjadi kesesuaian antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan
gizi seseorang, akan menimbulkan masalah kesehatan (Subekti, 2010).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan makan
seseorang. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, media
massa, sosial budaya, ekonomi, lingkungan dan pengalaman. Sikap dan perilaku dalam
memilih makanan secara tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi seseorang,
yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari
makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi
makanan yang baik. Pengetahuan gizi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembentukan kebiasaan makan seseorang (Arisman, 2007).
Akibatnya, asupan energi (kalori) yang masuk ke dalam tubuh berlebih. Padahal pada
usia ini dianjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat namun rendah lemak, ini
dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan tidak lagi terjadi dan hendaknya pemenuhan

1
zat gizi dipusatkan untuk pemeliharaan kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik. Status
gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya. Menurut status gizi merupakan suatu ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status
gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih (Mailoa, 2013).
Pada umumnya pada masyarakat pesisir kebiasaan makan yang dianut mereka ialah
dengan mendahulukan memberi porsi makanan dengan gizi yang cukup kepada kepala
keluarga dibanding istri dan anak-anaknya, hal ini menurut mereka bahwa kepala keluarga
(ayah) harus mencari nafkah misalnya dengan melaut dan tentunya menurut mereka bahwa
kepala keluarga harus diberi makanan yang porsi nya cukup karena juga membutuhkan
energi yang banyak ketika mencari nafkah (Subekti, 2010).

1.2 Fokus Penelitian


Berkaitan dengan tugas miniriset mengenai gizi daur hidup terutama membahas
mengenai gizi pada orang dewasa, maka diperlukan sebuah miniriset tentang “Gambaran Gizi
Pada Dewasa Di Desa Percut JL. M. Yusuf Jintan No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei
Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara”, yang dirumuskan dalam subfokus penelitian
dalam hal berikut:
1. Asupan makanan (karbohidrat, protein, lemak) terutama pada usia dewasa Di Desa
Percut JL. M. Yusuf Jintan No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab.
Deli Serdang, Sumatera Utara.
2. Pengetahuan masyarakat pesisir mengenai gizi seimbang yang diperlukan bagi usia
dewasa.
3. Sikap masyarakat pesisir mengenai gizi seimbang yang diperlukan bagi usia dewasa.
4. Permasalahan seputar gizi kurang yang dialami usia dewasa pada masyarakat pesisir
khususnya Di Desa Percut JL. M. Yusuf Jintan No. 184. Pematang Lalang, Kec.
Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran gizi pada usia dewasa (mengenai pengetahuan masyarakat
terhadap gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, dll) serta mengetahui perbedaan
tingkat pengetahuan mengenai gizi seimbang melalui tingkat pendidikan, suku, agama,

2
pendapatan serta budaya yang dianut oleh masyarakat pesisir Di Desa Percut JL. M. Yusuf
Jintan No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui gambaran asupan makan (karbohidrat, protein, lemak, serat) pada
masyarakat pesisir khususnya pada usia dewasa Di Desa Percut JL. M. Yusuf Jintan
No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.
2) Mengetahui perbedaan asupan makan melalui pendidikan, suku, agama,
pendapatan, serta budaya yang dianut oleh masyarakat Di Desa Percut JL. M. Yusuf
Jintan No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera
Utara.
3) Mengetahui gambaran penyakit yang sering terjadi akibat kurang gizi pada
masyarakat pesisir khususnya pada usia dewasa Di Desa Percut JL. M. Yusuf Jintan
No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi dunia pendidikan
khususnya pada ilmu gizi.

1.4.2 Kegunaan Praktis


1) Bagi keluarga
Bagi keluarga untuk menambah pengalaman dan pemahaman tentang gizi pada
usia dewasa serta menambah pengetahuan tentang gizi pada dewasa.
2) Bagi peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan penelitian, sehingga dapat menerapkan ilmu
yang telah didapat dibangku perkuliahan dan dapat menambah ilmu pengetahuan
bagi peneliti.
3) Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Sumatera Utara.
4) Bagi masyarakat
Bagi masyarakat khususnya masyarakat Di Desa Percut JL. M. Yusuf Jintan No.
184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

3
yang diwawancarai mengenai pengetahuan mereka mengenai gizi seimbang di
usia dewasa akan menambah pengetahuan mengenai gizi seimbang yang selama
ini belum diketahui oleh masyarakat tersebut.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Gizi Pada Masyarakat Pesisir Usia Dewasa


2.1.1 Defenisi Masyarakat Pesisir
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat
seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Nguyen, 2013).
Secara teoritis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan
melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan
lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang
cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian,
secara luas masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal
secara spasial di wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas
sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan (Thaha
et al, 2001).
Masyarakat pesisir sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu
komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya
bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir (Djokomoeljanto,
2012).

2.1.2 Gizi Pada Usia Dewasa


Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.
Pengaruh masalah gizi terhadap pertumbuhan, perkembangan, intelektual dan produktivitas
menunjukkan besarnya peranan gizi bagi kehidupan manusia. Jika terjadi gangguan gizi, baik
gizi kurang maupun gizi lebih, pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat
gizi menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi dan jatuh sakit, sedangkan kelebihan zat
gizi akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang. Indonesia
mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat

5
diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih (Baliwati,
2014).
Masa dewasa dibagi menjadi dua tahap, masa dewasa awal yaitu antara umur 20-40
tahun dan masa dewasa lanjut yaitu antara umur 40-60 tahun. Pada masa dewasa tubuh tidak
hanya dalam keadaan puncak dari kemampuan fisik tetapi juga mulai mengalami penurunan
fungsi. Keadaan puncak dari keadaan fisik membuat beberapa orang terlena dan mulai
melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat berepengaruh terhadap kesehatan di
kemudian hari. Penyakit degeneratif juga muncul pada masa ini. Pada awal masa dewasa
merupakan masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa ini kondisi fisik tidak
hanya mencapai puncaknya, tetapi juga mulai menurun pada masa ini (Baliwati, 2014).
Sistem indra menunjukkan sedikit perubahan pada awal masa dewasa. Puncak
kemampuan pendengaran pada masa remaja, tetap konstan pada permulaan dewasa awal dan
mulai mengalami penurunan pada bagian akhir masa dewasa awal. Pada beberapa kebiasaan
jelek mulai terbentuk.
Pada masa dewasa lanjut pada umumnya akan mengalami penurunan pendengaran,
penglihatan terutama melihat jarak dekat. Daya akomodasi juga mengalami penurunan.
Masalah kesehata utama adalah penyakit kardiovaskular,kanker,dan berat badan. Kanker
yang berkaitan dengan rokok sering timbul untuk pertama kalinya pada masa ini. Menjadi
terlalu gemuk adalah masalah utama pada masa dewasa akhir (Almatsier, 2009).
1) Status Gizi Pada Dewasa
Status gizi pada orang dewasa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
kebiasaanya dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari. Kebiasaan makan tidak
dipengaruhi oleh zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Namun banyak faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kebiasaan makan, salah satunya adalah lingkungan.
Orang dewasa cenderung kurang memperhatikan asupan makanan. Umumnya orang
dewasa lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak, berenergi gurih dan manis.
Sementara makanan kaya serat seperti sayur dan buah diabaikan. Akibatnya, asupan
energi (kalori) yang masuk ke dalam tubuh berlebih padahal pada usia ini dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat namun rendah lemak, ini dikarenakan
pertumbuhan dan perkembangan tidak lagi terjadi dan hendaknya pemenuhan zat gizi
dipusatkan untuk pemeliharaan kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik. Status gizi
adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya.

6
Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status
gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih
(Almatsier, 2003)

2) Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Orang Dewasa


a. Usia
Semakin bertambahnya umur maka akan semakin meningkat pula kebutuhan zat
tenaga bagi tubuh. Zat tenaga diperlukan untuk membantu tubuh melakukan beragam
aktivitas fisik. Berkurangnya kebutuhan tersebut dikarenakan menurunnya
kemampuan metabolisme tubuh, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang berlebihan
karena dapat menyebabkan terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh.
Penumpukan lemak di dalam tubuh dapat menimbulkan terjadinya obesitas
(Sediaoetama, 2004).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya asupan nutrisi yang dikonsumsi.
Umumnya perempuan lebih banyak memerlukan keterampilan dibandingkan tenaga,
sehingga kebutuhan gizi perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Depkes,
1994).
c. Pendapatan
Pendapatan mempengaruhi daya beli terhadap makanan. Semakin baik pendapatan
maka akan semakin baik pula makanan yang dikonsumsi baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Sebaliknya, pendapatan yang kurang mengakibatkan menurunnya
daya beli terhadap makanan secara kualitas maupun kuantitas. Penduduk yang
berpendapatan cukup masih banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan bergizi
dalam menyediakan makanan keluarga (Sarwono, 2013).

Hal ini disebabkan karena:


a) Kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi
b) Pantangan-pantangan secara tradisional masih diberlakukan
c) Atau keengganan untuk mengkonsumsi

7
d. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik status gizinya. Ini
dikarenakan seseorang yang mengenyam pendidikan biasanya lebih memahami dalam
menerima informasi-informasi mengenai gizi (Supariasa, 2002).
e. Sosial budaya
Budaya memiliki pengaruh besar dalam pemilihan dan pengolahan pangan
menjadi makanan. Budaya juga mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Salah
satu contohnya, pada suku Melayu mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang berkuah santan.
Pola makan pada keluarga suku melayu di Desa Selemak Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang lebih cenderung mengonsumsi makanan bersantan
setidaknya seminggu sekali (Handayani, 2012).
f. Perilaku makan
Perilaku makan merupakan suatu wujud tindakan seseorang dalam memilih dan
mengkonsumsi makanan yang terbentuk melalui pengetahuan dan sikap. Jika keadaan
ini terus-menerus berlangsung maka akan menjadi kebiasaan makan dan akan
membentuk pola makan. Perilaku makan yang tidak seimbang akan mengakibatkan
masalah gizi (Ratrioso, 2008).
g. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangannya. Aktivitas fisik dapat mempengaruhi status gizi. Aktivitas fisik yang
kurang akan mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak dan dapat menyebabkan
obesitas (Sunaryo, 2007).
h. Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan
perilaku makan yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi. Lingkungan disini
adalah lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik
maupun cetak (Ariani, 2010).

8
3) Perilaku Konsumsi Makanan Orang Dewasa
Terbentuknya suatu perilaku konsumsi makanan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang mempengaruhi perilaku manusia disebabkan oleh
lingkungan, yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui seseorang di mana hal yang diketahui
tersebut diperoleh secara formal maupun non formal. Perilaku yang didasari
pengetahuan melalui pengetahuan formal akan lebih mudah dilaksanakan daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan non formal. Pengetahuan berperan penting
dalam pembentukan sikap dan tindakan. Pengetahuan tentang gizi seimbang
bermanfaat dalam menentukan apa yang dikonsumsi setiap harinya. Dengan adanya
pengetahuan tentang gizi seimbang, maka kebutuhan zat gizi dapat disesuaikan
dengan kebutuhan yang seharusnya, sehingga dapat tercapai kesehatan yang optimal.
Tingkat pengetahuan tentang gizi seseorang akan mempengaruhi kebiasaannya dalam
memilih makanan (Arisman, 2007).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap sangat tergantung dari pengetahuan, semakin baik
pengetahuan maka akan semakin baik pula sikapnya. Sikap sangat penting dalam
pemenuhan zat gizi, karena tanpa adanya sikap yang baik maka apa yang diperoleh
dari pengetahuan akan sia-sia dan tindakan tidak akan tercapai (Sunaryo, 2007).
c. Tindakan
Sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Jika pengetahuan mengenai
gizi sudah baik maka kemungkinan untuk melakukan tindakan akan baik pula. Tapi
jika pengetahuan baik namun sikap bertolak belakang dengan pengetahuan itu sendiri,
maka tindakan tidak akan pernah tercapai seperti yang dikehendaki. Melalui tindakan
seseorang terhadap mengkonsumsi makanan, dapat dinilai perilaku makannya baik
atau tidak. Perilaku konsumsi makanan pada orang dewasa cenderung jauh dari
konsep gizi seimbang. Umumnya, orang dewasa kurang memperhatikan asupan
nutrisi yang dikonsumsi. Mereka cenderung menyukai makanan yang tinggi lemak,
manis dan gurih namun kurang serat (Arisman, 2007).

9
4) Kebutuhan Gizi Orang Dewasa
Kebutuhan gizi orang dewasa berbeda-beda bagi setiap orang. Kebutuhan zat-zat gizi
bergantung pada berbagai faktor yaitu umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan
aktivitas fisik. Oleh karena itu, dalam pemenuhan zat gizi harus disesuaikan dengan
kebutuhannya.
a. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya usia,
ini dikarenakan menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik.
Kebutuhan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan. Kebutuhan energi
berbeda-bebeeda bagi setiap orang. Anjuran kebutuhan energi ditetapkan dalam
Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Sunaryo, 2010).
b. Kebutuhan karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat setiap orang berbeda-beda. Jenis kelamin, umur, tingkat
aktivitas yang dilakukan, serta kondisi kesehatan yang akan mempengaruhi kebutuhan
karbohidrat seseorang. Untuk mengetahui berapa seharusnya kebutuhan karbohidrat
harian, maka digunakanlah Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebagai acuan zat gizi
rata-rata yang diperlukan sekelompok orang berdasarkan jenis kelamin dan usianya
(Sunaryo, 2010).
c. Kebutuhan protein
Kebutuhan konsumsi protein pada kelompok usia dewasa digunakan untuk
menggantikan protein yang hilang akibat rutinitas sehari-hari melalui urin, feses, kulit
dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Konsumsi protein yang terlalu
tinggi dapat meningkatkan hilangnya kalsium melalui urin, sehingga resiko menderita
osteoporosis bertambah. Asupan lemak jenuh dianjurkan mengkonsumsi protein yang
berasal dari makanan nabati seperti tahu, tempe dan sebagainya (Arisman, 2007).
d. Kebutuhan lemak
Konsumsi lemak pada usia dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging tanpa lemak,
ayam tanpa kulit, ikan, susu tanpa lemak (skim) serta mengurangi santan dan goreng-
gorengan (Kusnadi, 2009).
e. Kebutuhan mineral
Angka kebutuhan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhi apabila
makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Beberapa mineral
yang perlu diperhatikan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garam natrium
terdapat dalam garam dapur (NaCl) dan monosodium glutamat (MSG). Selain itu

10
dianjurkan untuk membatasi makanan yang diawetkan menggunakan garam seperti
ikan asin, ikan asap, makanan kaleng, serta acar begitupula dengan MSG.
AKG besi pada perempuan dewasa muda lebih tinggi dibandingkan dewasa
setengah tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi setiap bulan
melalui menstruasi. Makanan sumber zat besi yang dianjurkan adalah daging merah,
hati, kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hsil olahannya sepertu
tahu dan tempe. Kalsium penting untuk pembentukan tulang dan menjaga agar tulang
tetap kuat. Asupan kalsium yang cukup setiap hari dapat mencegah terjadinya
osteoporosis dikemudian hari. Makanan kaya kalsium yang dianjurkan untuk
dikonsumsi adalah susu dan hasil olahannya (Husni, 2008).
f. Kebutuhan vitamin
Angka kebutuhan vitamin pada kelompok usia dewasa umumnya dapat dipenuhi
apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dianjurkan untuk digunakan sebagai standar guna mencapai
status gizi yang optimal. Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary
Allowances (DRA) merupakan kecukupan rata-rata zat gizi sehari bagi hampir semua
orang sehat menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik,
genetik dan keadaan fisiologis. AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang
dikonsumsi oleh populasi dan bukan merupakan perorangan/individu (Kusnadi,
2009).

5) Dampak Kelebihan Gizi Pada Orang Dewasa


Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) per hari tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang
mencukupi. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi
dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan
energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam sel lemak di bawah
kulit (Ambarwati, 2012).
Akibatnya orang tersebut akan menjadi gemuk. Kegemukan mempengaruhi umur
rata-rata seseorang dan berisiko untuk terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes
melitus, hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung koroner, atritis, dan kanker.
Penyakit degeneratif pada orang dewasa :

11
a. Penyakit Gula Darah (Diabetes Mellitus)
Diabetes melitus adalah sekumpulan gejala yang disebabkan karena meningkatnya
kadar gula dalam darah karena insulin secara absolut atau relatif atau menurunnya
tingkat sensivitas insulin. Tipe DM pada orang dewasa adalah DM yang tidak
bergantung pada insulin, di mana jumlah insulinnya cukup banyak, hanya saja
kerjanya yang sudah tidak optimal atau tidak sensitif lagi terhadap kenaikan kadar
gula dalam darah (Ambarwati, 2012).
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,
dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu :
a) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin atau obat hipoglikemik oral
dan tingkat aktivitas.
b) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c) Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang memadai pada orang dewasa.
d) Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan.
e) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi kronik
diabetes seperti penyakit ginjal, neuropati autonomik, hipertensi, dan penyakit
jantung.
f) Meningkatkan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

b. Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) dan Penyakit Jantung Koroner


Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat
memicu terjadinya hipertensi. Faktor gizi berhubungan dengan terjadinya hipertensi
melalui beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya
hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga
berperan, karena pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan
elastisitasnya berkurang. Pembuluh yang mengalami aterosklerosis, resistensi dinding
pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu jantung untuk

12
meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh
(Proverawati, 2009).
c. Artritis Gout
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal
ini diikuti dengan terbentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian
yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan jari.
Tujuan diet artritis gout adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal, serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet pada penderita
ini rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral. Diet ini dapat
menurunkan berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan berlebih (Ariani, 2007).
d. Kanker
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat
dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini dapat merusak jaringan tubuh sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena (Ariani, 2007).
Beberapa faktor pnyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker
adalah :
a) Kurang nafsu makan yang disebabkan karena faktor psikologis dan lost
renponse terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan terhadap indra
pengecap.
b) Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan pada saluran
cerna, gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan cairan serta elektrolit karena
muntah dan diare.
c) Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
d) Peningkatan pengeluaran energi.

6) Dampak Kekurangan Gizi Pada Orang Dewasa


Dampak kekurangan gizi pada orang dewasa yaitu penurunan produktivitas kerja dan
derajat kesehatan. Disebabkan oleh kekurangan sumber energi secara umum dan
kekurangan sumber protein (Winarno, 2014).
a. Karbohidrat : malnutrisi, kurus, lemah, tidak ada energi, gangguan metabolisme
otak, busung lapar.
b. Protein : mudah sakit, gangguan metabolisme tubuh.

13
c. Lemak : Busung lapar, kekurangan vitamin larut dalam lemak, penurunan daya
tahan tubuh, kurang tenaga, gangguan tumbuh kembang.
d. Mineral : penurunan konsentrasi dan IQ, mudah sakit, dan tidak nafsu makan.
Adapun beberapa penyakit yang disebabkan akibat kekurangan gizi, antara lain :
a. Anemia : Hal ini disebabkan kekurangan mengkonsumsi makanan sumber zat
besi.
b. Gondok : Kurangnya mengkonsumsi yodium.
c. Kebutaan : Hal ini disebabkan kurangnya mengkonsumsi vitamin A.
Penyebab dari dampak kekurangan gizi :
a. Kemiskinan.
b. Kurangnya pengetahuan tentang gizi.
c. Kebiasaan makan.

2.2 Penelitian Terkait Gizi Pada Masyarakat Pesisir Usia Dewasa


Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dan penggalian informasi terhadap
penelitian-penelitian yang telah lalu sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan
masalah-masalah yang diteliti, baik dari segi metode maupun objek yang diteliti.
Sebagai bahan pembanding dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa penelitian
yang dilakukan sebelumnya antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh John Haluan, Domu Simbolon dan Devie Catrinje
dengan judul “ Identifikasi Kondisi dan Status Gizi Masyarakat Pesisir Kabupaten
Halmahera Utara”. Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri
atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain pola
makan (frekwensi, jenis dan porsi makan, data asupan iodin, data asupan zat
goitrogenik, data cara pengolahan ikan dan data konsumsi kapsul iodin) dan derajat
pembesaran gondok (gejala GAKI) serta dampaknya. Data sekunder yang
dikumpulkan untuk menunjang data kajian adalah data kependudukan (sosial,
ekonomi dan kesehatan) yang diperoleh dari BPS (2009) dan beberapa laporan
kegiatan atau penelitian terkait. Menggunakan kuisioner dan wawancara dengan
masyarakat pesisir Halmahera Utara. Hasil penelitian Kabupaten Halmahera
merupakan kabupaten yang sebagian besar wilayahnya berupa wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yang kaya akan sumberdaya alam baik laut maupun daratan,
misalnya sumberdaya perikanan. Sehingga sebagian besar masyarakat hidup dan
bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani kebun. Nelayan dan petani tersebut

14
rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang tergolong baik dan tanpa ada bias jender.
Akan tetapi kondisi tersebut sangat terbalik dengan tingkat pengetahuan masyarakat
atau responden tentang jenis dan pengolahan serta manfaat makanan bergizi masih
tergolong rendah, termasuk makanan beriodin. Pada umumnya bahan makanan
masyarakat berasal dari hasil perikanan dan pertanian setempat, termasuk bahan
makanan yang kaya akan iodin, seperti ikan dan sayur-mayur. Frekuensi makan
masyarakat pesisir Kabupaten Halmahera Utara sama dengan kebanyakan masyarakat
Indonesia yaitu lebih kurang tiga kali sehari (makan pagi, siang dan malam) atau
tergolong cukup. Sebagian besar makanan pokok masyarakat pesisir Halmahera Utara
berupa beras dan singkong, sedangkan makanan yang difungsikan sebagai lauk pada
umumnya berupa ikan segar, ikan asin dan lain-lain. Masyarakat pesisir di daerah
tersebut termasuk masyarakat yang volume makanan pokok (beras atau singkong)
jauh lebih banyak dibanding lauknya. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa
nasi atau singkong merupakan yang paling utama karena sebagai sumber tenaga,
sedangkan lauk hanya sebagai pelengkap rasa makanan, termasuk lauk atau makanan
yang mengandung iodin. Sebagian besar responden mengkonsumsi makanan yang
mengandung iodin tergolong cukup, misalnya ikan, rumput laut, dan sayur-mayur.
Selain itu masyarakat juga pada umumnya selalu mengkonsumsi garam beriodin
dalam konsentrasi yang cukup dengan tujuan untuk menambah cita rasa makanan.
Besarnya konsumsi makanan dan garam beriodin dapat mencegah terjadinya GAKI.
Selain mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung iodin lebih dari setengah
responden juga mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung zat goitrogenik
dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Konsumsi zat goitrogenik dalam konsentrasi
yang tinggi menimbulkan gondok karena merangsang pembesaran kelenjar tiroid
dengan cara mempengaruhi biosintesa hormon tiroid. Bahan makan yang
mengandung zat goitrogenik yang banyak dikonsumsi masyarakat antara lain ubi,
singkong, dan jeruk. Besarnya nilai TGR atau tingkat endemisistas GAKI di kawasan
pesisir Kabupaten Halmahera Utara merupakan sesuatu yang sangat ironis jika dilihat
dari potensi sumberdaya alamnya. Sumberdaya pesisir merupakan sumberdaya yang
memiliki kandungan gizi cukup tinggi terutama kandungan iodin, misalnya ikan dan
rumput laut. Konsumsi harian sebagian besar masyarakat juga tidak terlepas dari
produk perikanan baik produk segar maupun olahan. Berdasarkan kondisi tersebut,
tingginya nilai TGR atau endemisitas GAKI yang terjadi dimungkinkan karena faktor
lain. Oleh karena itu dilakukan analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor yang

15
berpeluang besar menjadi penyebab fenomena tersebut, antara lain konsumsi garam
beriodin, konsumsi makanan yang mengandung iodin dan konsumsi makanan yang
mengandung zat goitrogenik. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa konsumsi
garam beriodin dan konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik berpeluang
besar berpengaruh atau menjadi penyebab terjadinya GAKI atau gondok di kawasan
pesisir kabupaten Halmahera Utara. Jika konsumsi garam iodin dianggap konstan,
maka konsumsi zat goitrogen akan meningkatkan peluang terjadinya gondok.
Sebaliknya jika konsumsi zat goitrogenik dianggap konstan, maka konsumsi garam
iodin akan menurunkan peluang terjadinya gondok. Jadi, pola konsumsi masyarakat
pesisir Kabupaten Halmahera Utara masih menitikberatkan pada jumlah atau volume
bahan pokok sebagai sumber tenaga dan kesehatan tubuh. Status gizi terkait dengan
endemisitas GAKI di kawasan pesisir Kabupaten Halmahera Utara cukup bervariasi
mulai dari endemik ringan sampai endemik berat dan konsumsi garam beriodin dan
makanan yang mengandung zat goitrogenik berpeluang besar berpengaruh atau
menjadi penyebab terjadinya GAKI atau gondok di kawasan pesisir Kabupaten
Halmahera Utara (John Haluan, 2017).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2010) judul “Asupan Konsumsi Pangan
Masyarakat Nelayan”. Kebutuhan protein masyarakat masih tertumpu pada protein
nabati. Pangan protein hewani hanya seperempat dari responden yang mengkonsumsi
pangan protein hewani dari total konsumsi protein. Idealnya, pangan protein hewani
minimal setengah dari total konsumsi protein untuk mencapai kualitas sumberdaya
manusia yang baik dan mampu bersaing pada tataran global (Ariani, 2010).
3. Penelitian yang dilakukan Mailoa (2013) menunjukan rendahnya angka kecukupan
protein dari responden yang diduga disebabkan masih rendahnya jumlah pangan
sumber protein yang dikonsumsi oleh responden seperti ikan, daging dan kacang-
kacangan. Hal ini berarti masyarakat pesisir Negeri Hatusua perlu meningkatkan
konsumsi pangan sumber protein (Mailoa, 2013).
4. Menurut Penelitian Yuliana (2017) di Kabupaten Halmahera menunjukan bahwa
tingkat kecukupan protein sebagian besar rumah tangga nelayan berada pada kriteria
baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein rumah tangga nelayan
sudah baik. Klasifikasi protein berdasarkan sumbernya yaitu protein hewani dan
protein nabati. Sumber protein hewani antara lain ikan, kerang-kerangan, dan jenis
udang merupakan kelompok sumber protein yang baik. Ikan, kerang-kerangan, dan
jenis udang adalah hasil tangkapan nelayan. Nelayan termasuk warga negara

16
Indonesia sangat kontras sekali dengan perannya sebagai pahlawan protein bangsa.
Masyarakat nelayan selama ini dianggap sebagai kelompok masyarakat miskin.
Kondisi ekonomi sebagai indikator dari kemiskinan, berkaitan erat dengan kecukupan
zat gizi rumah tangga, salah satunya kecukupan protein meskipun nelayan penghasil
protein tetapi dalam kehidupan sehari-hari dari hasil tangkapan lebih banyak dijual
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga kecukupan
protein dalam keluarga tidak tercukupi (Yuliana, 2017).

17
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif pada umunya dirancang untuk
memberikan pengalaman senyatanya dan menangkap makna sebagaimana yang tercipta
dilapangan penelitian melalui interaksi langsung antara peneliti dan yang diteliti (Putu
Laksman Pendit, 2003).

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di TPI yaitu daerah pesisir Di Desa Percut JL. M. Yusuf
Jintan No. 184. Pematang Lalang, Kec. Percut Sei Tuan, kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan pada Sabtu, 12 Oktober 2019, sekitar Pukul 11:00 WIB.

3.3 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh, sumber
data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber Data yang peneliti gunakan ialah
sumber data sekunder, karena data diperoleh dari kuisioner yang diberi peneliti kepada
beberapa responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah satu proses mendapatkan data empiris melalui responden
dengan menggunakan metode tertentu (Ulber Silalahi, 2009).
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan :
3.4.1 Observasi
Pada observasi ini peneliti mengamati peristiwa, kejadian, pose dan sejenisnya
(Sulistyo-Basuki, 2006).

3.4.2 Wawancara Terstruktur


Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disisipkan
sebelumnya (Sulistyo-Basuki, 2006).

18
3.4.3 Dokumentasi
Peneliti melakukan dokumentasi pelaksanaan kegiatan penelitian melalui foto atau
gambar, sebagai bukti fisik pelaksaan penelitian.
Teknik sampling yang digunakan adalah purpossive sampling yaitu pengambilan
sample dilakukan hanya atas dasar pertinbangan penelitian saja yang menganggap unsur-
unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Dan dalam penelitian
ini peneliti mengambil 3 sampel (responden).

3.5 Analisis Data


Analisis data terdiri dari 3 alur kegiatan yang terjadi reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan (Ulber Silalahi, 2009). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
analisis data penarikan kesimpulan.

3.6 Pengecekan Keabsahan Temuan


Uji keabsahan temuan memakai beberapa teknik yaitu :
3.6.1 Kepercayaan (Kreadibility)
Untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya,
beberapa teknik untuk kepercayaan yaitu : peningkatan ketekunan dalam penelitian, diskusi
dengan teman sejawat (Sugiyono, 2011).
3.6.2 Pemeriksaan Sejawat
Teknik yang dilakukan dengan cara mengekpos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dari informasi yang berhasil
digali, diharapkan dapat terjadi perbedaan pendapat yang akhirnya lebih memantapkan hasil
penelitian (Sugiyono, 2011).
3.6.3 Kebergantungan (Depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan
kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri
terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk
menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit
dependability oleh dosen pembimbing (Sugiyono, 2011).

19
3.6.4 Kepastian (Konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi
yang ada (Sugiyono, 2011).

20
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian


4.1.1 Lokasi Observasi
Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Deli Serdang yang mempunyai luas 190,79 Km 2 dan terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5
Desa dari wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air
laut berkisar dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 243 %. Desa Percut merupakan salah
satu dari 5 desa yang merupakan desa pantai. Desa Percut memiliki luas wilayah sekitar
10,63 Km 2 atau sekitar 6,22% dari luas kecamatan. Peta wilayah kecamatan Percut Sei Tuan
dapat dilihat di bawah ini.

Sebagai Kecamatan yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Deliserdang.


Kecamatan Percut Sei Tuan termasuk Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang
sangat padat, menurut data terakhir yang penulis peroleh pada 10 Maret 2011, penduduk
Kecamatan Percut Sei Tuan berjumlah 353.588 jiwa di mana penduduk terbanyak berada di
kelurahan Amplas yakni sebanyak 70.941 jiwa dan jumlah penduduk terkecil di kelurahan
Cinta Damai yakni sebanyak 5.022 jiwa. Secara umum penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan
terdiri dari berbagai macam suku dan agama dengan penduduk mayoritas dengan suku Batak
Mandailing, Batak Simalungun dan Jawa dan beragama Islam, di samping itu ada juga
terdapat suku-suku lain seperti Padang, Melayu, Sunda dan Tionghoa.

21
Pada umumnya masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan dihuni oleh masyarakat
pendatang yang merantau ke Medan dan kemudian menikah dan menjadi warga tetap di
Kecamatan Percut Sei Tuan itu sendiri.Para masyarakat yang merantau itu kebanyakan yang
datang dari luar Sumatera Utara. Suku Jawa, Padang, Sunda dan etnis Tionghoa merupakan
para perantau pada mulanya. Sementara keberadaan suku Melayu dan Batak merupakan
penduduk asli yang telah beratus-ratus tahun bertahan dan melahirkan generasi hingga
dengan sampai saat ini.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan percut Sei Tuan. Pemilihan lokasi penelitian
berdasarkan pertimbangan:
1. Lokasi penelitian merupakan daerah pesisir dan mudah dijangkau.
2. Mendapat ijin untuk penelitian dari instansi terkait, perangkat Desa dan
Kecamatan.
Di daerah pesisir termasuk kecamatan Percut Sei Tuan masyarakatnya rata-
rata menggantungkan hidup sebagai seorang nelayan yang pendapatannya pun
masih dikatakan jauh dari kata cukup. Pendidikan dan ekonomi yang rendah kerap
kali menjadi permasalahan yang serius, karena banyaknya kebutuhan yang tidak
tercukupi mengakibatkan permasalahan gizi buruk pada daerah pesisir serta
pemahaman terhadap asupan pangan masih rendah.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sebab tingkat
pendidikan menjadi satu ukuran maju tidaknya masyarakat tersebut sehingga semakin tinggi
tingkat pendidikan suatu masyarakat maka akan semakin berkembanglah peradaban sampai
pada perkembangan taraf kehidupan dan gaya hidup. Selain itu pendidikan juga memiliki
peran penting dalam proses pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) yang handal, sebab
dengan SDM yang handal maka proses pembangunan pun akan lebih bisa berjalan baik dan
lancar.
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan
termasuk masyarakat yang sudah maju dalam bidang pendidikan, hal ini dibuktikan dengan
rata-rata anggota masyarakatnya telah menempuh pendidikan formal berbagai tingkat
pendidikan.

22
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
Masyarakat dan ekonomi adalah ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan
artinya masyarakat dan ekonomi adalah akan selalu berkaitan, hal ini karena kemakmuran
atau maju mundurnya suatu masyarakat dapat diukur salah satunya dari segi taraf
perekonomiannya dan masyarakat adalah kaum pelaku ekonomi artinya perekonomian tidak
akan ada bila masyarakatnya tidak ada.
Tingkat perekonomian masyarakat banyak ditentukan dari segi usaha atau mata
pencahariannya, semakin maju suatu usaha maka akan semakin makmur pulalah para pelaku
usaha tersebut. Dari data yang ada mayoritas penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan
memenuhi kebutuhan hidupnya melalui wirausaha (wiraswasta) dan perdagangan yang
merupakan mata pencaharian pokok masyarakat setempat. Namun selain nelayan, bertani dan
berdagang, masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan ada juga yang memiliki mata pencaharian
sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, buruh dan lain-lain yang kesemua bentuk usaha
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan buat melangsungkan kehidupan
sehari-hari. Akan tetapi ada juga data yang menunjukkan sedikit penduduk yang masih
pengangguran. Secara jelasnya masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan adalah masyarakat
yang mandiri di tengah-tengah jantung kota Medan.

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebudayaan


Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas
sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan
demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi
dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas
masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di
wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi
yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
Ternyata ditemukan bahwa ada tradisi budaya “ritual bulan suro” pada masyarakat
jawa merupakan suatu upacara adat yang diwariskan secara turun temurun pada masyarakat
jawa. Ritual bulan suro ini bertujuan untuk menghindari kesialan, bencana, musibah,
malapetaka serta mendekatkan diri kepada tuhan agar mendapatkan keselamatan, rahmat dan
meminta ampun atas segala kesalahan yang dilakukan. Pelaksanaan tradisi ritual ini tidak
terlepas dari berbagai kegiatan yang dilaksakan setiap bulan suro. Proses ritual bulan suro
dimulai pada pagi hari yaitu kegiatan kenduri dan mengadakan pengajian oleh warga
masyarakat desa Percut, kegiatan malam diisi dengan permainan atau pergelangan semalam

23
suntuk. Dalam pergelaran wayang kulit, semua warga masyarakat yang ada di Desa Percut
berpartisipasi dalam acara tersebut.
Budaya saat penyantapan makanan pada Desa Percut tidak memiliki aturan yang
spesifik, mereka mempunyai kebiasaan bahwa makan sayur hanya pada pagi hari dan waktu
makan siang dan malam masyarakat Desa Percut hanya mengkonsumsi pakai lauk ikan. J
adi dapat disimpulkan bahwa dari hasil poin-poin yang diatas di daerah pesisir termasuk
kecamatan Percut Sei Tuan masyarakatnya rata-rata menggantungkan hidup sebagai seorang
nelayan yang pendapatannya pun masih dikatakan jauh dari kata cukup. Pendidikan dan
ekonomi yang rendah kerap kali menjadi permasalahan yang serius, karena banyaknya
kebutuhan yang tidak tercukupi mengakibatkan permasalahan gizi buruk pada daerah pesisir
serta pemahaman terhadap asupan pangan masih rendah.

4.3 Hasil Wawancara Mendalam Pada Beberapa Responden di Desa Percut

No :
Pewawancara :
1. Puja Indah Lestari
2. Kurnia Amalia
3. Afifah Luthfiyyah
4. Latifah Azmi Nasution
5. Ratih Nurlaini
Pertanyaan :

1. Menurut ibu/bapak zat gizi yang banyak terkandung dalam nasi, mie, umbi-umbian?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
terkandung didalam nasi, mie dan umbi-
umbian adalah lemak, karena menurut
responden bahwa makanan seperti nasi,
mie, umbia-umbian mengandung lemak
yang akan menghasilkan banyak tenaga.
Hal ini juga didasari kurangnya
pengetahuan dari responden 1 yang

24
memiliki tingkat pendidikan terakhir
yaitu pada tingkat SMP.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2 zat gizi yang


terkandung didalam nasi, mie, umbi-
umbian adalah karbohidrat, karena
menurut jawaban responden pada saat
sekolah dibangku SMA beliau pernah
diajarkan bahwa nasi dan umbi-umbian
merupakan karbohidrat yang juga dapat
membuat tubuh kenyang.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 zat gizi yang


terkandung didalam nasi, mie, umbi-
umbian adalah lemak, hampir sama
dengan jawaban responden pertama
bahwa nasi dan umbi-umbian yang
dimakan akan menjadi lemak didalam
tubub dan akan menghasilkan tenaga,
semakin banyak mengkonsumsi nasi
misalnya maka lemak nya juga akan
semakin banyak serta tenaga yang
dihasilkan juga akan semakin banyak
juga.

2. Menurut ibu/bapak zat gizi apa yang banyak ditemukan dalam buah dan sayur?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
banyak ditemukan didalam buah dan
sayuran ialah vitamin dan air. Karena
menurut responden pertama bahwa
beliau tidak mengetahui apa arti
sesungguhnya dari vitamin dan menurut

25
beliau bahwa buah contohnya pasti
mengandung air, hal ini yang
menyebabkan responden pertama
mengatakan bahwa buah dan sayur pasti
mengandung vitamin dan air.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2 zat gizi yang


banyak ditemukan didalam buah dan
sayuran ialah protein dan vitamin.
Karena menurut responden kedua bahwa
beliau sering mendengar kata-kata
protein dan vitamin yang terdapat
didalam sayuran tanpa mengetahui
makna dari keduanya, hal inilah yang
menyebabkan bahwa responden kedua
mengatakan bahwa sayur dan buah
banyak mengandung protein dan
vitamin.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 zat gizi yang yang


banyak ditemukan didalam buah dan
sayuran ialah protein dan vitamin.
Hampir sama dengan jawaban responden
kedua bahwa beliau tidak mengetahui
apa yang dimaksud protein dan vitamin,
tetapi beliau sering mendengarkan kata-
kata vitamin banyak terkandung didalam
buah dan sayuran.

26
3. Menurut ibu/bapak zat gizi apa yang banyak terkandung dalam kacang-kacangan (kacang
panjang, buncis, kacang tanah, dll)?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
banyak terkandung didalam kacang-
kacangan ialah karbohidrat. Alasan
responden pertma mengatakan zat gizi
yang banyak terkandung didalam adalah
karbohidrat karena beliau mengaku tidak
mengetahui kandungan apa yang
terkandung didalam kacang-kacangan
serta arti dari karbohidrat sendiri beliau
juga tidak memahaminya.

Menurut responden 2 zat gizi yang


Nurul Ritonga (Responden 2) banyak terkandung didalam kacang-
kacangan ialah karbohidrat. Alasan
responden kedua mengatakan zat gizi
yang banyak terkandung didalam adalah
karbohidrat hampir sama dengan
responden pertama bahwa beliau
mengaku tidak mengetahui kandungan
apa yang terkandung didalam kacang-
kacangan serta arti dari karbohidrat
sendiri beliau juga tidak memahaminya.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 zat gizi yang


banyak terkandung didalam kacang-
kacangan ialah karbohidrat. Alasan yang
diutarakan oleh responden ketiga juga
serupa dengan alasan yang diutarakan
oleh responden pertama dan responden
kedua.

27
4. Menurut ibu/bapak zat gizi apa yang banyak terkandung dalam daging ayam, sapi, ikan?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 zat gizi yang
banyak terkandung dalam daging ayam,
sapi, ikan) adalah protein dan lemak.
Karena menurut responden pertama
bahwa daging ikan misalnya
mengandung lemak yang dapat membuat
tubuh menjadi lebih bertenaga dan
membantu mereka saat beraktivitas dan
menurut beliau protein juga dapat
meningkatkan fokus dalam bekerja.
Walaupun secara garis besar beliau tidak
mengetahui apa itu protein dan lemak.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2 zat gizi yang


terkandung dalam daging ayam, sapi,
ikan adalah protein dan lemak. Karena
menurut responden kedua lemak dan air,
hampir sama dengan jawaban resonden
pertama bahwa lemak dapat
meningkatkan atau menambah tenaga
untuk melakukan aktifitas sehari-hari,
yang pada dasarnya beliau tidak
mengetahui apa yang dimaksud lemak
dan air serta bagaimana kandungan dari
lauk pauk tersebut.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 zat gizi yang


terkandung dalam ayam, ikan dan daging
adalah protein dan lemak. Tentunya
dengan alasan yang sama bahwa beliau
tidak mengetahui apa itu protein dan

28
lemak.

5. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan tingginya konsumsi lemak?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan tingginya konsumsi lemak
adalah penyakit obesitas/kegemukan.
Karena menurut responden pertama
bahwa obesitas/kegemukan disebabkan
karena seseorang menyimpan lemak
berlebih didalam tubuhnya.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2, penyakit yang


berhubungan dengan tingginya konsumsi
lemak adalah penyakit
obesitas/kegemukan dengan alasan yang
hampir sama dengan reponden pertama
bahwa seseorang yang kegemukan
diakibatkan oleh tubuhnya yang
menyimpan lemak berlebihan.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 penyakit yang


diakibatkan mengonsumsi lemak
berlebih adalah osteoporosis, beliau
mengatakan hal ini dikarenakan tidak
mengetahui sama sekali penyakit yang
diakibatkan berlebihan dalam konsumsi
lemak.

29
6. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan tingginya konsumsi gula?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan tingginya konsumsi gula
adalah penyakit diabetes mellitus.
Karena menurut responden pertama
bahwa diabetes mellitus merupakan
penyakit gula yang mungkin disebabkan
oleh tingginya konsumsi gula oleh
seseorang.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2, penyakit yang


berhubungan dengan tingginya konsumsi
gula adalah penyakit diabetes mellitus.
Dengan alasan yang hampir sama dengan
reponden pertama bahwa seseorang yang
menderita penyakit diabetes mellitus
diakibatkan oleh tinggi nya konsumsi
gula seseorang.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 penyakit yang


diakibatkan mengonsumsi gula berlebih
adalah diabetes mellitus, dengan alasan
yang hampir sama dengan responden
sebelumnya.

7. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan tingginya konsumsi garam?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan tingginya konsumsi garam
adalah penyakit diare. Karena menurut
responden pertama bahwa beliau tidak
mengetahui bagaimana dampak/akibat

30
dari konsumsi gram berlebihan.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2, penyakit yang


berhubungan dengan tingginya konsumsi
garam adalah penyakit asam urat.
Dengan alasan yang hampir sama dengan
reponden pertama bahwa beliau juga
tidak mengetahui bagaimana dampak
mengkonsumsi garam berlebihan.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 penyakit yang


diakibatkan mengonsumsi garam
berlebih adalah diare, dengan alasan
yang hampir sama dengan responden
sebelumnya.

8. Menurut ibu/bapak penyakit apakah yang terkait dengan rendahnya konsumsi serat?
Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 penyakit yang
terkait dengan rendahnya konsumsi serat
adalah penyakit osteoporosis. Karena
menurut responden pertama bahwa
beliau tidak mengetahui bagaimana
dampak/akibat dari kurangnya konsumsi
serat.

Menurut responden 2, penyakit yang


Nurul Ritonga (Responden 2) berhubungan dengan rendahnya
konsumsi serat adalah penyakit diare.
Dengan alasan yang hampir sama dengan
reponden pertama bahwa beliau juga
tidak mengetahui bagaimana dampak
kurang mengkonsumsi serat.

31
Menurut responden 3 penyakit yang
Muhammad Rizky (Responden 3) diakibatkan kurang mengkonsumsi serat
adalah wasir/ambeyen, dengan alasan
yang hampir sama dengan responden
sebelumnya.

9. Berapa kali bapak/ibu mengkonsumsi sayur dalam sehari?


Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 konsumsi sayur
dalam sehari bisa mencapai dua kali,
atau dalam dua kali makan sehari beliau
selalu mengkonsumsi sayur.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2, beliau juga


mengkonsumsi sayur sebanyak dua kali
sehari, dengan frekuensi hampir setiap
harinya.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 penyakit beliau


juga mengkonsumsi sayur dua kali
sehari, dan sama dengan sebelumnya
mengkonsumsi sayur saat makan pagi
ataupun makan siang.

10. Berapa kali bapak/ibu mengkonsumsi buah dalam seminggu?


Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden 1 konsumsi buah
biasanya antara 3-4 kali dalam seminggu.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2 konsumsi buah


biasanya antara 1-2 kali dalam seminggu.

32
Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 konsumsi buah
biasanya antara 1-2 kali dalam seminggu.

11. Berapa gelas bapak/ibu minum air putih dalam sehari?


Sumber Informasi Jenis Informasi
Saputra Alhidayat (Responden 1) Menurut responden minum air putih
dalam sehari biasanya 5-7 gelas.

Nurul Ritonga (Responden 2) Menurut responden 2 minum air putih


dalam sehari biasanya 5-7 gelas.

Muhammad Rizky (Responden 3) Menurut responden 3 minum air putih


dalam sehari biasanya 5-7 gelas.

Jadi, berdasarkan hasil observasi sebagian besar pengetahuan masyarakat di daerah


pesisir desa percut mengenai gizi seimbang masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan
ketidaktahuan masyarakat mengenai kandungan makanan pokok yang setiap hari mereka
makan, ketidaktahuan mereka mengenai dampak mengkonsumsi suatu makanan yang
berlebihan atau kekurangan yang dapat menimbulkan penyakit nantinya.
Pada umumnya masyarakat yang tinggal didaerah pesisir di Desa Percut ini memiliki
riwayat akhir pendidikan rata-rata antara SMP dan SMA serta bagi laki-lakinya banyak yang
berprofesi sebagai nelayan. Hal ini juga yang mempengaruhi bagaimana tingkat pengetahuan
mereka mengenai gizi seimbang. Sehingga banyak yang menjawab asal-asalan mengenai
kandungan dari umbian-umbian, daging, kacang-kacangan, sayur dan buah-buahan. Pada
pertanyaan mengenai dampak kelebihan konsumsi gula rata-rata responden menjawab dengan
jawaban benar, ini artinya bahwa responden mengetahui dampak dari mengkonsumsi gula
berlebihan sedangkan pada pertanyaan akibat mengkonsumsi garam berlebihan rata-rata
responden menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah, pada saat menjawab pertanyaan
akibat kurangya konsumsi serta hanya satu dari responden yang memiliki jawaban benar.
Mengenai pola konsumsi sayur dan buah pada responden bisa dikategorikan cukup
baik karena rata-rata responden setiap hari mengkonsumsi sayur dan didalam seminggu
terdapar 3-4 kali untuk mengkonsumsi buah karena asumsi sebagian besar dari mereka bahwa
buah dan sayur mengandung vitamin hal inilah yang membuat mereka selalu rutin dalam

33
mengkonsumsi sayur dan buah. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
pesisir di Desa Percut masih sangat rendah karena mereka tidak mengetahui bagaimana
kandungan serta manfaat dari makanan yang mereka konsumsi, serta bagaimana dampaknya
apabila kelebihan/kekurangan salah sati zat gizi tersebut bagi tubuh mereka sehingga
diperlukan edukasi dan penyuluhan untuk masyarakat di daerah pesisir di Desa Percut
mengenai gizi seimbang.

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.
Pengaruh masalah gizi terhadap pertumbuhan, perkembangan, intelektual dan produktivitas
menunjukkan besarnya peranan gizi bagi kehidupan manusia. Jika terjadi gangguan gizi, baik
gizi kurang maupun gizi lebih, pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat
gizi menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi dan jatuh sakit, sedangkan kelebihan zat
gizi akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang. Indonesia
mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat
diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih.
Masa dewasa dibagi menjadi dua tahap, masa dewasa awal yaitu antara umur 20-40
tahun dan masa dewasa lanjut yaitu antara umur 40-60 tahun. Pada masa dewasa tubuh tidak
hanya dalam keadaan puncak dari kemampuan fisik tetapi juga mulai mengalami penurunan
fungsi. Keadaan puncak dari keadaan fisik membuat beberapa orang terlena dan mulai
melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat berepengaruh terhadap kesehatan di
kemudian hari. Penyakit degenerative juga muncul pada masa ini.
Jadi, berdasarkan hasil observasi sebagian besar pengetahuan masyarakat di daerah
pesisir desa percut mengenai gizi seimbang masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan
ketidaktahuan masyarakat mengenai kandungan makanan pokok yang setiap hari,
ketidaktahuan mereka mengenai dampak mengkonsumsi suatu makanan yang berlebihan atau
kekurangan yang dapat menimbulkan penyakit nantinya.

5.2 Saran
Diharapkan setelah membaca laporan ini kita semua dapat memahami mengenai
gambaran gizi masyarakat pesisir Kecamatan Percut Sei Tuan. Agar laporan ini dapat
menambah sedikit ilmu pengetahuan kita yang sudah ada sebelumnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI (2013). Peningkatan Kesehatan Masyarakat Pesisir.


www.depkes.go.id. Diakses pada 12 Oktober 2018.

Nurkhalida. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI. h 19-21.

Republik Indonesia, K. k., 2014. Data Propinsi Sumatera Utara Riset Kesehatan Dasar
Balitbangkes , Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Triwibowo, Cecep. 2015. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Nuha


Medika:Yogyakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Badan Litbangkes, Depkes RI. Jakarta.

Riyanto, A., 2010. Basic Data Analysis for Helath Research Training. Pengolahan dan
Analisis data Kesehatan.. Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan.

Subekti, I. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Timbulnya GAKI di Daerah


Pantai. Warta litbag kesehatan. Litbag Depkes.

Jauhari A, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta: Jaya Ilmu.

Khomsan, Ali , 2002, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Kusnadi, 2009, Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

36
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Wawancara dengan salah satu warga Kec. Percut Sei Tuan

Gambar 2. Wawancara dengan salah satu warga Kec. Percut Sei Tuan

37
Gambar 3. Wawancara dengan salah satu warga Kec. Percut Sei Tuan

Gambar 4. Anggota Kelompok V

38

Anda mungkin juga menyukai