DIARE
Disusun Oleh :
Kelompok II :
1. Anastasya Setmika Ala
2. Betty Mehue
3. Elnas Salla
4. Febriyanti Dea A. Korisano
5. Feny Yaas
6. Kezia C. E. S. Arung
7. Maria Ortumilena
TAHUN 2024
PRE PLANNING
A. Pendahuluan
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan
sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan menurut Undang-Undang
Kesehatan RI No 23 tahun 1992, sehat didefinisikan sebagai keadaan
sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya yang ditempuh pemerintah untuk mendapatkan kehidupan
yang sehat bagi masyarakat adalah dengan menetapkan Visi Indonesia
sehat 2010 yang diupayakan melalui pembangunan kesehatan dengan
tujuan tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam Rencana
Pembangunan Kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku
hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare adalah bagian
dari pembangunan kesehatan, dan merupakan upaya yang mendukung
peningkatan kualitas sumber daya manusia serta merupakan bagian dari
upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular.
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang. Berdasarkan
analisis Badan Kesehatan Dunia (WHO) dari survey dan sumber lainnya
memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3 miliar kejadian diare pada
golongan umur balita terjadi di Asia, Afrika dan negara Amerika Latin
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan masih merupakan penyebab
kematian nomor dua di Indonesia baik bila ditinjau dari angka kesakitan
atau kematian yang ditimbulkannnya. Di Propinsi Sumatera Selatan
jumlah angka kesakitan diare per 1000 penduduk pada tahun 2004 sebesar
21,76 per 1000 penduduk. Jumlah kasus diare di kota Palembang pada
tahun 2004 berjumlah 36819 kasus (DinKes. Provinsi Sumatera Selatan,
2004).
Masih tingginya angka kejadian diare dapat disebabkan karena
faktor lingkungan pemukiman yang masih kotor, prilaku hidup bersih dan
sehat yang masih buruk, kebiasaan warga untuk menggunakan air sungai
sebagai sumber dan tempat pemandian, disamping itu masih adanya warga
yang menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih.
Berbagai hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi maka
perlunya dilakukan penyuluhan mengenai penyakit diare, dimana melalui
penyuluhan kesehatan yang diberikan dapat menambah informasi bagi
warga tentang penyakit diare.
B. Tujuan
Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan Ibu dan Keluarga
tentang penyakit Diare dan dapat mengambil
keputusan secara cepat dan tepat pada saat ada
anggota keluarga yang sakit.
Tujuan khusus :
Ibu dan keluarga mengetahui pengertian Diare
Ibu dan keluarga mengetahui penyebab penyakit Diare
Ibu dan keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit Diare
Ibu dan keluarga mengetahui cara penularan penyakit Diare
Ibu dan keluarga mengetahui faktor resiko terjadinya penyakit
Diare
Ibu dan keluarga mengetahui cara pencegahan penyakit Diare
C. Metode
Kegiatan ini kami menggunakan metode ceramah, tanya jawab serta
pembagian leaflet.
D. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. Pembawa Acara :
3. Penyuluh :
4. Observer :
5. Anggota :
E. Waktu Dan Tempat
Waktu : Rabu, 06 Maret 2024
Tempat :
F. Peserta
Warga/masyarakat yang berada di tempat penyuluhan
G. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini kami buat, mudah-mudahan kegiatan ini
dapat berjalan dengan lancar dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
warga/masyarakat terutama ibu yang memiliki anak umur 3 – 5 tahun.
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT DIARE
A. Definisi
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan
bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang dapat berlangsung
berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus-menerus atau
berulang, dapat berupa gejala fungsional (Tarigan, 1990).
Diare terbagi dua di dasaarkan pada mula dan lamanya yaitu diare
akut dan diare kronik. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair yang
bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari
dua minggu (Suharyono, 1991).
Diare merupakan peningkatan frekuensi dan kandungan air pada
feces (Rosens dan Beryl, 1997).
Diare didefenisikan sebagai buang air besar lembek atau cair
bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000).
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya tiga kali atau lebih
dalam satu hari (Depkes RI, 2002).
Diare juga dapat diartikan suatu keadaan dimana buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat) dimana kandungan air lebih dari 200 gr atau 200 cc dalam 24 jam
atau diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali perhari (kriteria
frekuensi) buang air besar encer atau cair ini dapat atau tanpa disertai
lendir dan darah (Sya’roni, 2003).
Diare akut adalah meningkatnya kekerapan, bertambahnya cairan,
atau bertambahnya banyaknya tinja yang dikeluarkan akan tetapi hal itu
sangat relative terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan
berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Menurut Cohen MB (1996)
diare akut didefinisikan sebagai keluarnya buang air besar sekali atau lebih
yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang dari empat
belas hari. Shahid NS mengemukankan bahwa diare sebagai episode
keluarnya tinja cair sebanyak tiga kali atau lebih, atau lebih dari sekali
keluarnya tinja cair yang berlendir atau berdarah dalam sehari (Soegijanto,
2002).
B. Penyebab Penyakit Diare
Menurut Depkes (2000) penyebab diare dapat dikelompokkan
dalam lima golongan besar, yaitu:
1. Infeksi
a. Virus ; Rotavirus, Enterovirus, Adenovirus, Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
b. Bakteri ; Shigella, salmonella, Escherichia coli,
Campylobacter, Yersinia enterocolitrica, Basillus
cereus, Clostridium perfringens, Staphilococus aurus,
Pseudomonas, golongan Vibrio, Aeromonas
hydrophilia, Pleisiomonas shigelloides.
c. Parasit ; Protozoa (entamoeba histolytica, giarda
lamblia, balantidium), cacing perut (ascaris, trichuris,
strongyloides, blastissistis, humnis, bacillus cereus,
clostridium perfringens).
2. Malabsorbsi karbohidrat, glukosa galaktosa, asam empedu
primer.
3. Alergi
4. Keracunan bahan-bahan kimia (Fe, Hg, Pb, Fluorida), racun
yang terdapat dalam jasad renik (Algea), ikan, buah-
buahan, dan sayur-sayuran.
5. Immunodefisiensi
C. Tanda Dan Gejala
Menurut Depkes (2000) berikut ini merupakan tanda dan gejala
yang timbul akibat diare:
a. Diare tanpa dehidrasi, dengan gejala sebagai berikut:
1) Keadaan umum baik dan penderita sadar
2) Mata normal dan air mata ada
3) Mulut dan lidah basah
4) Tidak merasa haus dan bisa minum
a. Rasa haus
b. Elastisitas kulit menurun
c. Bibir dan mulut kering
d. Mata cekung
e. Air mata tidak keluar
f. Ubun-ubun besar cekung
g. Air kencing sedikit (oliguri) bahkan dapat anuria
h. Tekanan darah rendah
i. Takikardia
j. Kesadaran menurun
a. Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi ini terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam
proporsi yang sama dengan normal yang ditemui dalam cairan
ekstraseluler. Gambaran klinis pada dehidrasi isotonik adalah;
ekstremitas menjadi dingin dan berkeringat, kesadaran
menurun, dan muncul gejala syok hipovolemik.
b. Dehidrasi Hipertonik (hipernatremia)
Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan
natrium, gambaran utama dehidrasi hipernatremia adalah;
terdapat kekurangan air dan natrium, konsetrasi natrium serum
meningkat (> 150 mmol/L), osmolaritas serum meningkat (>
295 mOsmol/L), sangat haus, irritable, dan kejang.
c. Dehidrasi Hipotonik (hyponatremia)
Pada keadaan ini terjadi kekurangan dari natrium, gambaran
utama dehidrasi hiponatremia adalah; kekurangan air dan
natrium, konsentrasi natrium serum rendah, osmolaritas serum
rendah, anak letargi, dan kadang-kadang kejang.
Menurut Suharyono (1995) tanda dan gejala yang dapat
ditimbulkan pada penderita yang menderita diare akut dan kronis:
Atau ½
Darrow
H. Pencegahan Diare
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare
pada balita (Depkes R.I, 2000) :
a. Pemberian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan paling baik untuk bayi.
Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan
seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.
Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan
organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
disebut disusui secara penuh.
Pemberian ASI selama diare mengurangi akibat negatif terhadap
masa pertumbuhan dan keadaan gizi bayi. Pemberian ASI mengurangi
parahnya kejadian diare. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang
membutuhkan pengobatan intravena dan perawatan di rumah sakit
untuk shigellosis dan diare lain. ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai
daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI
yang disertai dengan susu botol.
Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh,
pada 6 bulan pertama kehidupan, resiko mendapat diare adalah 30 kali
lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari
menyusui. Penggunaan botol untuk pemberian susu formula, biasanya
menyebabkan resiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan
terjadinya gizi buruk.
b. Pemberian makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara
bertahap. Mulailah dibiasakan dengan makanan orang dewasa yang
dihaluskan. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya
meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana
makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran yang dapat
meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih
baik, yaitu :
1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan
tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam
makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan
makanan lebih sering (4 kali sehari). Setelah anak berumur
satu tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan
baik, 4-6 kali sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin.
2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau
bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan
susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan,
dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.
4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya
pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar
sebelum diberikan kepada anak.
5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang
bersih.
6) Menggunakan air bersih
c. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian diare
d. Menggunakan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai
jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
e. Membuang tinja bayi yang benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya.
Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit
pada anak-anak dan orang tuanya.
f. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri
anak imunisasi segera setelah berumur 9 bulan.
I. Perawatan Penderita Diare
Pada penderita diare, penanganan yang baik meliputi pengobatan
maupun perawatan sangat menentukan prognosis dari penyakit diare yang
diderita balita. Pengobatan dan perawatan yang baik di rumah sangat
penting diketahui dan diberikan oleh seorang ibu dalam merawat balita
yang menderita diare. Menurut Depkes R.I (2000) ada beberapa prinsip
penanganan yang diberikan pada penderita diare, yakni
a. Tindakan mengatasi panas ; seorang ibu yang anaknya
mengalami panas akibat diare dapat memberikan tablet atau
obat antipiretik (Penurun panas), tumbuk halus obat
kemudian campurkan dengan makanan lunak atau
minuman, lakukan pengompresan pada daerah kepala dan
daerah lipatan dengan menggunakan kain yang bersih dan
nyaman bagi anak.
b. Pemberian makan ; berikan makanan seperti biasanya untuk
memenuhi kecukupan gizi anak berikan dalam porsi
kecil/sedikit tetapi sering. Pemberian ASI pada bayi yang
menyusui di teruskan.
c. Pemberian minum ; berilah cairan, air putih, air buah yang
bersih. Cairan berguna untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit.
d. Jangan memberikan pakaian atau selimut yang tebal dan
rapat terlebih pada anak yang mengalami panas tinggi.
e. Berilah pakaian yang tipis dan ringan
f. Jaga kebersihan rumah, jangan buang kotoran
(feces)penderita diare sembarangan
g. Atur pencahayaan dan kelembaban ruangan rumah
h. Segera bawa anak yang menderita diare jika kondisinya
semakin memburuk(mengalami dehidrasi hebat) ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.
i. Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah dengan memberikan minuman lebih banyak cairan
rumah tangga yang dianjurkan. Beberapa macam cairan
yang dapat digunakan akan tergantung pada; Kebiasaan
setempat dalam mengobati diare, tersedianya cairan sari
makanan yang cocok, tersedianya oralit. Bila tidak
mungkin memberikan cairan rumah tangga yang
dianjurkan, berikan air matang. Bila terjadi dehidrasi
(terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu
dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus
segera diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat
sebelum dilanjutkan terapi oral.
PENYAKIT DIARE
No Tahapan
Waktu Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta Metode PJ
Kegiatan