Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN

SARANA JAMBAN TERHADAP KEJADIAN DIARE

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :
Fifian Lula 142110101010

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data WHO tahun 2008, diare merupakan penyebab pertama


kematian balita di dunia. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama
kesakitan dan kematian hampir diseluruh Negara. Sampai saat ini penyakit diare
masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang.

Diare adalah suatu penyakit dengan berak encer (biasanya 4 kali atau lebih
dalam sehari), kadang-kadang disertai muntah, badan lesu, atau lemah, tidak nafsu
makan, muncul lendir dan darah dalam kotoran. Diare dibagi menjadi dua macam
yaitu diare akut dan diare kronik. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit
berbasis lingkungan, dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih
dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku
manusia, apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri atau
virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan penyakit diare.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat
menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menciptakan lingkungan
sehat di rumah tangga (Depkes RI, 2005).

Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka
kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3
tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan
menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga
diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka

kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya,

yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006,

penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Penyakit diare termasuk kedalam sepuluh penyakit terbesar di Indonesia.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, diare

merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%), setelah penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA), hipertensi dan gastritis. Pada tahun 2013 insiden

dan period prevalence diare untuk seluruh umur di Indonesia adalah 3,5% dan 7,0%.

Kondisi di Kecamatan Kaliwates merupakan Kecamatan tertinggi kejadian diare di

Kabupaten Jember. Selain itu, di Kecamatan Sukowono, penyakit diare masuk ke

tiga besar penyakit terbesar di Puskesmas Sukowono dengan jumlah kasus sebesar

1334 jiwa yaitu sebesar 9,42%, setelah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) dan hipertensi. Hal tersebut diperparah lagi dari hasil analisis situasi di Desa

Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember bahwa terdapat 14,85% responden

yang menderita penyakit diare. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya aspek-aspek

yang mendukung, beberapa diantaranya jika dilihat dari teori H.L. Bloom adalah

dari keadaan aspek lingkungan dan aspek prilaku responden yang rendah.

Data dari Puskesmas Sukowono tahun 2016 membuktikan bahwasanya di

Desa Arjasa masih banyak masyarakatnya yang penyediaan air bersihnya berasal

dari sumur gali (52,0%) dan untuk cara pengolahan air minum tanpa dimasak

(26,6%), kemudian untuk pembuangan tinja masih banyak yang buang air besar

(BAB) sembarangan (83,9%) tempatnya` yaitu di sungai (78,02%), selanjutnya

adalah masih banyak masyarakat di Desa Arjasa yang sarana pemuangan air

limbahnya terbuka (34,0%) dan bahkan ada pula yang tidak memiliki sarana

pembuangan air limbah (31,1%), selain itu masih banyak pula masyarakatnya yang

tidak memiliki tempat sampah sehingga sampahnya dibuang sembarangan (39,8%).


Sedangkan data dari hasil laporan analisis situasi yang dilakukan oleh kelompok 8

PBL Universitas Jember di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember

Tahun 2016 terhadap 1362 KK yang ada, mengambil 226 KK sebagai sampel untuk

menunjukkan bahwa jika dilihat dari aspek lingkungan terdapat 74,8% responden

yang tidak memiliki jamban, 62,5% jarak jamban dengan sumber air kurang dari 10

m.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Sukowono dan hasil

laporan analisis situasi yang dilakukan oleh kelompok 8 PBL Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Jember di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten

Jember, membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui dan membahas hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana

jamban dengan kejadian diare di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten

Jember.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana
jamban terhadap kejadian diare di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum:
Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana
jamban terhadap kejadian diare di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember

1.3.2 Tujuan Khusus:

a. Mengetahui hubungan pengetahuan kepala keluarga terhadap


kejadian diare di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember

b. Mengetahui hubungan sikap kepala keluarga terhadap kejadian


diare di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember

c. Mengetahui hubungan ketersediaan sarana jamban terhadap


kejadian diare di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu :
a. Sebagai pengalaman yang sangat berharga sekaligus
tambahan pengetahuan bagi penulis.
b. Dapat menjadi masukan bagi puskesmas Sukowono untuk
evaluasi dalam promosi kesehatan mengenai diare pada
masyarakat.
c. Sebagai informasi tambahan untuk instansi dan mahasiswa
yang akan melakukan penelitian lainnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare
2.1.1 Pengertian Diare
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsentrasi tinja. WHO pada
tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai bercak cair tiga kali atau lebih dalam
sehari semalam (24 jam) (Widoyono, 2008).
2.1.2 Penyebab Diare
Penyebab diare secara gratis besar dapat dikelompokkan menjadi enam
golongan yaitu (Depkes, 2007):
a. Infeksi
Diare yang disebabkan karena infeksi paling sering ditemui dilapangan.
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk
kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
mengakibatkan kemampuan fungsi usus. Agen penyebabnya adalah bakteri
(Shigella, Salmonella, Eschericia), Virus (Rotarisvirus, Adenovirus), Parasit
(Protozoa=Enatmoeba Histolytica, Giada Lamblia, Balantidium Coli,
Cacing= Ascaris, Trichuris, Blastissistis huminis).
b. Malabsobsi
Kegagalan usus dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga atau ketidak mampuan usus
menyerap zat-zat makanan tertentu sehingga menyebabkan diare.
c. Alergi
Tubuh tidak tahan terhadap makanan tertentu, seperti alergi laktosa yang
terkandung dalam susu sapi.
d. Keracunan
Keracunan dapat menyebabkan diare dapat dibedakan keracunan dari
bahan-bahan kimi , serta keracunan oleh bahan yang di kandung dan di
produksi oleh makhluk hidup (seperti racun yang ihasilkan oleh jasad renik,
algae, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran)
e. Sebab-Sebab Lain
Faktor perilaku yang menerapkan kebiasaan buang air besar di sungai,
faktor lingkungan yaitu ketersediaan air bersih yang tidak memaai,
kebersihan lingkungan, kurangnya ketersediaan jamban.
2.1.3 Jenis-Jenis Diare
Menurut Wijaja (2003) jenis-jenis diare antara lain :
a. Diare akut yaitu diare yang berlangsung satu sampai empat hari. Diare akut
akibat ari dehirasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
b. Disentri yaitu penyakit radang pada usus besar diesertai darah an nanah di
dalam tinja, penyebab isentri aalah Shigella Salmonela, Escherichia Coli,
Entamoeba Histoliytica.
c. Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus, akibatnya penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
2.1.4 Tanda dan Gejala Diare

Menurut Widoyono (2008) ada beberapa gejala dan tanda diare diantaranya
adalah:

1. Gejala Umum
a) Mengeluarkan kotoran lembek dan sering merupakan gejala khas diare
b) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
c) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
d) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis
bahkan gelisah
2. Gejala Spesifik
a) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau
amis.
b) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :


1. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang, atau berat
2. Gangguan Sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat.
Bila kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badan, pasien dapat mengalami
syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah
(hipovolemia).
3. Gangguan Asam-Basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam
tubuh. Sebagai kopensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu
meningkatkan PH arteri.
4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami
malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma.
Penyebab yang pasti belum diketahui,kemungkinan karena cairan ekstra
seluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan intraseluler
sehingga terjadi odema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan Gizi Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang
dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian
makanan dihentikan serta sebelumnya penderita sudah mengalami
kekurangan gizi (malnutrisi).
2.1.5 Upaya Pencegahan Diare

Menurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah melalui promosi


kesehatan antara lain:

a) Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).


b) Memperbaiki praktik pemberian makanan pendamping ASI.
c) Penggunaan air bersih yang cukup.
d) Makan makanan bersih dan bergizi
e) Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
f) Penggunaan jamban yang benar dimana pembuangan kotoran yang tepat
termasuk tinja anak-anak dan bayi yang benar.
g) Menjaga kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan
h) Memberikan imunisasi campak
i) Pemberian kaporit pada sumur gali 2 minggu sekali.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku terbentuk


dari 3 faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), Faktor-
faktor pendukung (Enabling factors), Faktor-faktor pendorong (renforcing
factors).
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

1). Pengetahuan (knowledge)


Pengetahuan merupakan bagian dari proses perubahan perilaku.
(Notoadmodjo, 1997) menyatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan
hasil “tahu”. Kondisi tahu akan terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga yaitu melalui proses melihat atau mendengar.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni :

a). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadpa suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b). Memahami (comprehension)


Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.

c). Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan


materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.

d). Analisis (Analysys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau


suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja :
dengan menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.

e). Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu kemampuan untuk menyususn
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalkan dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian iti berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Green, (1980) peningkatan pengetahuan tidak selalu


menyebabkan perubahan pada sikap dan perilaku sebagai hasil jangka
menengah dari pendidikan kesehatan.

2). Pendidikan (education)


Yang dimaksud pendidikan adalah pendidikan formal : tidak tamat
SD, tamat SD , tamat SLTP, tamat SLTA, tamat PT. Pendidikan
sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai
perubahan tingkah laku.
Karena pendidikan adalah suatu proses, maka dengan sendirinya
mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah
sasaran pendidikan yang mempunyai berbagai karakteristik, sedangkan
keluaran proses pendidikan adalah lulusan yang mempunyai kualifikasi
tertentu sesuai dengan pendidikan institusi bersangkutan.
3). Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Dari beberapa batasan- batasan yang
ada dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari- hari adalah
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social
(Notoatmodjo, 2003). Sikap seseorang dapat berubah setelah memperoleh
tambahan informasi tentang suatu obyek, melalui persuasi dan tekanan dari
kelompok sosialnya (Sarwono, 2004).
Sikap terbentuk dari 3 komponen yang mendasar yaitu kepercayaan
atau keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan ‘pre-disposisi’
tindakan atau perilaku. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak
selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan yaitu sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan di ikuti atau tidak diikuti oleh
tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap di ikuti atau
tidak di ikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang (Notoatmodjo, 2007).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini
adalah jenis penelitian analitik observasional dengan menggunakan rancangan
Cross Sectional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan,
sikap dan ketersediaan sarana jamban dengan kejadian Diare di Desa Arjasa
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember dengan pendekatan observasi dan
pengumpulan data pada suatu saat tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1. Tempat Kegiatan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember
3.2.2 Waktu Kegiatan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai awal bulan Desember sampai dengan
akhir bulan Desember 2016.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmodjo: 2010). Populasinya adalah Kepala Keluarga dari warga Desa
Arjasa Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember yang terdapat 1.362 Kepala
Keluarga (KK) pada tahun 2016.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo : 2010). Sampel dalam penelitian ini di dapat dengan rumus :
Keterangan:

n = Besar sampel

N = Besar populasi atau jumlah penduduk

p = proporsi variable yang dikehendaki

q = proporsi target (1 – p) = (1-0,5)

d = derajat ketepatan yang digunakan

Z = nilai Z untuk derajat kepercayaan 95% = 1,96

jadi, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 86 kepala keluarga.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan
simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak namun setiap populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sampel (Sugiyono,2011).

3.4 Variabel dan Definisi Operasional


3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri khas yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda-beda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu :
a. Variabel independen yaitu pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana
jamban.
b. Variabel dependen, meliputi : kejadian diare di Desa Arjasa Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel
atau kontraks dengan cara memberikan arti atau spesifikasi kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontraks atau
variable tersebut. Adapun variabel dan definisi operasional sebagai berikut :

DO NYA NANTI TAK MASUKIN KALO DAH RAPIH SEMUA


YANG ATAS SOALNYA DO NYA LANDSCAPE DEK
3.5 Data dan Sumber Data

Data adalah suatu fakta yang digambarkan lewat angka, huruf, gambar, simbol,
kode, dan lain-lain. Sumber data adalah subjek dimana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2006). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder, yaitu :

3.5.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari
individu atau perorangan, biasanya seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Suyanto, 2005). Data
primer dalam penelitian yaitu pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana
jamban.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah diolah atau disajikan, baik oleh
pengumpul dan data primer oleh pihak lain pada umumnya disajikan dalam
bentuk table-tabel atau diagram. Data sekunder pada umumnya digunakan
oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap
ataupun diproses lebih lanjut (Notoadmodjo, 2010). Data sekunder peneliti ini
meliputi profil Desa Arjasa, data kesehatan dari Puskesmas Sukowono dan
buku-buku yang mendukung terkait penelitian ini.

3.6 Teknik dan Instrumen pengumpulan Data


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi.
a. Wawancara

Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan


data, dimana peneliti mendapat keterangan secara lisan dari seorang sasaran
peneliti, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.
Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi (Notoadmodjo,
2010). Data yang didapat dari dari wawancara ini adalah pernah atau
tidaknya mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir ini.

b. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan suatu prosedur berencana yang meliputi


melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraf aktivitas atau situasi
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010). Data yang didapat dari pengamatan yaitu
ketersediaan sarana jamban.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau


variable yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006). Data yang didapat dari
dokumentasi adalah foto yang terkait peneliti ini menggunakan kamera
digital.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode atau
teknik pengumpulan data (Arikunto, 2006). Data yang dikumpulkan dengan cara
mengisi instrument penelitian berupa kuisioner yang diajukan kepada responden
yang berada pada satu rumah.

3.7 Teknik Pengolahan, Penyajian dan Analisis Data


3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Sebelum data disajikan maka untuk mempermudah analisis perlu
dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
a. Editing (memeriksa)
Proses editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan meliputi
kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban. Tujuannya
adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar
pertanyaan. (Saryono, 2011).
b. Entry (memasukan data)
Entry data adalah memasukan data yang telah diperoleh kedalam
program komputer. Untuk kemudian dilakukan interpretasi data untuk
mendapatkan hasil.
3.7.2 Teknik Penyajian Data
Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk tabel yang merupakan hasil dari wawancara pada responden serta
dokumentasi yang ada untuk dianalisis dan ditarik kesimpulannya sehingga
dapat menggambarkan hasil penelitian (Suryanto, 2005). Teknik penyajian data
diharapkan hasil penelitian tersebut mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca.

3.7.3 Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikelompokkan dalam tabel selanjutnya


dianalisa secara deskriptif dan analisa dengan menggunakan analisa bivariat
untuk mengetahui adanya hubungan atau kaitan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi
square, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan ketersediaan
sarana jamban dengan kejadian diare di Lingkungan Krajan Kelurahan Antirogo
Kabupaten Jember. Analisa menggunakan SPSS for Windows 20,0.
Untuk mengetahui tingkat kebermaknaan dari hasil pengujian tersebut
dilihat dari p value > nilai α = 0,05, maka hipotesa nol (Ho) diterima atau
hipotesa alternatif (Hα) ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang bermakna
antara antara pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana jamban dengan
kejadian diare di Lingkungan Krajan Kelurahan Antirogo. Jika nilai p value <
nilai α = 0,05, maka hipotesa nol (Ho) ditolak atau hipotesa alternatif (Hα)
diterima. Artinya ada hubungan yang bermakna antara antara pengetahuan, sikap
dan ketersediaan sarana jamban dengan kejadian diare di Lingkungan Krajan
Kelurahan Antirogo.

Anda mungkin juga menyukai