Anda di halaman 1dari 20

Cover

Kata pengantar
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gastroenteritis akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2003). Gastroenteritis akut didefinisikan
sebagai diare yang berlangsung kurang dari 15 hari (Rani AA. dkk 2015)

Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor di antaranya di sebabkan oleh factor infeksi,
factor malabsorbsi, factor makanan, maupun factor psikologis. Sebagian besar factor diare di
sebabkan oleh factor infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna
antara lain, pengeluaran toksin yang dapat menenimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa. Dengan demikian, dari beberapa factor di atas akan
menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. Manifestasi atau tanda dan gejala diare pada orang
dewasa biasanya di tandai dengan Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin
sering, muntah (umumnya tidak lama) , demam (mungkin ada, mungkin tidak), kram abdomen,
membrane mukosa kering, berat badan menurun. Selama proses terjadi diare tanda dan gejalanya
juga lain lagi seperti kulit sekitar anus 1 biasanya akan mengalami iritasi atau lecet akibat
seringnya defekasi. Maka sangat di butuhkan perhatian dan perawatan yang maksimal pada
pasien dewasa di Rumah Sakit. Salah satu penyakit yang termasuk masalah kesehatan
masyarakat umumnya adalah gastroenteritis.Gastroentritis banyak ditemukan terutama dinegara
Asia, Afrika, dan Amerika menunjukkan bahwa gastroenteritis merupakan penyebab utama dan
rata – rata pada anak dewasa ( Nur Qolis, 2016).

Gastroentritis paling sering ditemukan pada orang dewasa. Diperkirakan pada orang
dewasa setiap tahunnya mengalami gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika
serikat di perkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000pasien dirawat di
rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang di sebabkan karena gastroenteritis
(Nurqolis,2016). World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 3,5 juta kematian
pertahun disebabkan oleh Gastroenteritis atau diare akut, dimana 80% dari kematian ini
mengenai anak – anak dibawah umur 5 tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan 200 – 300 juta
episode gastroenteritis akut timbul tiap tahunnya, mengakibatkan 73 juga dokter memeriksa
pasien yang bersangkutan, 1,8 juta perawatan di rumah sakit dan 3.100 kematian. Data
Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12
provinsi. Jumlah ini meningkat derastis dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun
sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta
yang dirawat di rumah sakit akibat menderita diare (NurQolis,2016).

Angka kejadian diare di Indonesia masih tinggi, angka kejadian diare yang di tandai
perubahan konsistensi tinja dan peningkatan frekuensi berak di sebagian besar wilayah Indonesia
hingga saat ini masih tinggi. Kepala Subdit dan kecacingan Departemen Kesehatan Di Jakarta
mengatakan angka kejadian di Indonesia menurut survey morbiditas yang 3 dilakukan
Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan pada
balita setiap balita rata-rata menderita diare satu sampai dua kali dalam setahun. Menurut hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100
ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama 2006 sebanyak 41 kabupaten di
propinsi melaporkan kejadian luar biasa diare di wilayah Jakarta. Jumlah kasus diare yang
dilaporkan sebanyak 10,980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian (Case Rate / CFR = 2,5
Persen). Menurut laporan dari 199 dinas kesehatan kab / kota tahun 2004 air bersih yang
memenuhi syarat kesehatannya hanya 57,09%. Sementara presentasi keluarga yang
menggunakan jembatan yang memenuhi syarat kesehatan baru sekitar 67,12%. Sedangkan
wabah diare di Semarang memasuki musim hujan tahun ini wabah diare mulai menyerang.
Sampai saat ini sekitar 420 orang sudah dirawat di rumah sakit lain. Penderita pada bulan maret
meningkat dua kali lipat dibanding bulan februari (Annisa,2016). Dalam hal ini peran perawat
sangat penting untuk mencegah terjadinya diare berkepanjangan serta mencegah terjadinya
kekurangan cairan, seorang perawat dapat mengkaji penyebab diare, dan memantau asupan
makanan yang 3 masuk kepada pasien, serta memantau intake dan outputpasien dan membantu
mengkosumsi obat-obatan anti diare dengan cara yang tepat.(Anisa,2016)

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Gastroenteritis Akut Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan”
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah memberikan pengalaman yang nyata
kepada penulis dalam penatalaksanaan dan pendokumentasian asuhan keperawatan pada
pasien diare.
b. Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat untuk :
1) Melakukan pengkajian pada pasien diare.
2) Melakukan analisia data pada pasien diare.
3) Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul.
4) Merumuskan intervensi keperawatan.
5) Melakukan tindakan keperawatan.
6) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan

1.4 Manfaat
1) Manfaat bagi penulis.
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada gangguan system
pencernaan diare.
2.) Manfaat bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit diare yang diderita dan
mengetahui cara perawatan diare dengan benar.
3.) Manfaat bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 PENGERTIAN
Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari
dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh
hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2001) Diare adalah kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan
bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) Diare adalah BAB dengan
jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair
dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per
hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

2.2 ETIOLOGI
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005).

1. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica, giardia lambia),
jamur (candida aibicans).
2. Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :
Faktor Malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein
Faktor makanan : basi, racun, alergi.
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
2.3 MANIFESTASI KLINIK
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :

1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-
ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

3. Kram abdominal.

4. Demam.

5. Mual dan muntah.

6. Anoreksia.

7. Lemah.

8. Pucat.

9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.

10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

2.4 PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas
dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi
cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan
dapat terjadi asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini
terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi intestinal.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:

1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri kambuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
2.5 PATHWAY
2.6 KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi perubahan
elektrokardiogram ).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

2. Pemeriksaan intubasi duodenum.

3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.

4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )

1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada intoleransi gula
biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.

2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit ( terutama Na, K,
Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan dengan cara
pengeluaran diet dan pemberian cairan.

a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula, sari buah
segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air
dalam botol karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.

b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran gula
dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan
sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.

c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO. 2.


Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :

a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik termasuk
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.

b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila menyentuh barang
terinfeksi.

c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan cara
mengurangi penularan.

2.9 FOKUS PENGKAJIAN


Fokus pengkajian menurut Doenges (2000 )

1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan, perasaan ‘hiper’
dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam latihan-latihan energi tinggi.
Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.
2. Sirkulasi
Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat.
Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia.
3. Integritas ego
Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran dari melaporkan
diri-sendiri sebagai gendut terusmenerus memikirkan bentuk tubuh dan berat badan takut
berat badan meningkat, harapan diri tinggi, marah ditekan.
Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.
4. Eliminasi
Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung, penggunaan laksatif /
diuretik.
5. Makanan, cairan
Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan normal atau
meningkat.
Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor buruk,
pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut, luka tenggorokan terus-menerus,
muntah, muntah berdarah, luka gusi luas.
6. Higiene
Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut ( aksila /
pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi email gigi, kondisi gusi
buruk
7. Neurosensori
Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis, bingung, gangguan
memori ) karena mal nutrisi kelaparan.
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
9. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.
10. Interaksi sosial
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan anggota
keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai, riwayat menjadi
diam, anak yang dapat bekerja sama, masalah control isu dalam berhubungan, mengalami
upaya mendapat kekuatan.
11. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal /
kehilangan minat seksual.
Tanda : Atrofi payudara, amenorea.
12. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi keyakinan /
praktik kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu banyak kalori,
penggunaan makanan sehat.

2.10 ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Identitas klien

b. Riwayat keperawatan

Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput kadir
mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsisten encer.

c.Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi

d.Riwayat Psikososial keluarga

e. Kebutuhan dasar

1. Pola Eliminasi Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari

2. Pola Nutrisi Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan


BAB

3. Pola Istirahat dan Tidur

Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman

4. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat disentri
abdomen.

f. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah Ht meningkat, leukosit menurun

2. Feses Bakteri atau parasit

3. Elektrolit Natrium dan Kalium menurun

4. Urinalisa Urin pekat, BJ meningkat

5. Analisa Gas Darah Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)

g. Data Fokus

1. Subjektif

a). Kelemahan

b).Diare lunak s/d cair

c). Anoreksia mual dan muntah

d). Tidak toleran terhadap diit

e). Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah bawah)

f). Haus, kencing menurun

g). Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan dalam
(kompensasi ascidosis).

2. Objektif

a). Lemah, gelisah

b). Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus

c). Penurunan turgor, pucat, mata cekung

d). Nyeri tekan abdomen


e). Urine kurang dari normal

f). Hipertermi

g). Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih dari normal.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis

b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus
terhadap zat gizi, mual / muntah

e. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi

f. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan irisan lingkungan.

2.11 FOKUS INTERVENSI


a. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis

Tujuan : mencapai BAB normal

Kriteria hasil : penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x.Feses mempunyai bentuk

Intervensi :

a. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare

Rasional : Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan

b. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat-obatan antidiare

Rasional : supaya klien tahu cara penggunaan obat anti diare

c.Pertahankan tirah baring

Rasional : Tirah baring dapat mengurangi hipermotiltas usus

d.Colaborasi untuk mendapat antibiotik


Rasional : bila penyebab diare kuman maka harus diobati

b.Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit KH : turgor baik CRT < 2 detik
Mukosa lembab Tidak pucat

Intervensi :
a. Kaji benda-benda dehidrasi
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah syok hipovolemik
b.Monitor intake cairan dan output
Rasional : untuk mengetahui balance cairan
c.Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak
Rasional : untuk mengembalikan cairan yang hilang
d.Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : untuk mempertahankan cairan.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis
Tujuan: Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi KH : skala nyeri 0 Klien
mengatakan nyeri berkurang Nadi 60 – 90 x / menit Klien nyaman, tenang, rileks
Intervensi :
a. Kaji karakteritas dan letak nyeri
Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman
Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
c. Beri kompres hangat diperut
Rasional : untuk mengurangi perasaan keras di perut

d. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik

Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi
usus terhadap zat gizi, mual / muntah, anoreksia
Tujuan: nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB sesuai usia Nafsu makan meningkat Tidak mual / muntah
Intervensi
a. Timbang BB tiap hari
Rasional : untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui tingkat
perubahan
b. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)
Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus
c. Anjurkan klien untuk makan dalam keadaan hangat
Rasional : keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
d. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional : untuk memenuhi asupan makanan
e. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa
Rasional : untuk memenuh gizi yang cukup.

e.Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi

Tujuan: mempertahankan norma termia KH : suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C

Intervensi

a. Monitor suhu dan tanda vital


Rasional : untuk mengetahui vs klien
b. Monitor intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui balance
c. Beri kompres
Rasional : supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu dapat turun
d. Anjurkan untuk minum banyak
Rasional : untuk mengganti 30 cairan yang hilang
e. Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi
Rasional : untuk menurunkan panas

f.Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder terhadap


kelembapan

Tujuan: gangguan integritas kulit teratasi


Kriteria hasil : tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal

Intervensi

a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut bilas dengan air bersih,
keringkan dengan seksama dan taburi talk
Rasional : untuk mencegah perluasan iritasi
b. .Beristik laken diatas perluk klien
Rasional : untuk mencegah gerekan tiba-tiba pada bokong
c. Gunakan pakaian yang longgar
Rasional : untuk memudahkan bebas gerak
d. Monitor data laboratorium
Rasional : untuk mengetahui luasan / PH faccer, elektrolit, hematoksit, dll.

2.12 PELAKSANAAN
Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada tahap pelaksanaan adalah :

a. Secara mandiri (independent) Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor.
b. Saling ketergantungan (interdependent) Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama
tim keperawatan dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain- lain.

c. Rujukan/ketergantungan (dependent) Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan


profesi lainnya diantaranya dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya.

2.13 EVALUASI
Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan terdapat 3
kemungkinan hasil, menurut Hidayat, A.(2007) yaitu:

a. Tujuan tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg sesuai dengan kriteria yang
telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah
atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan sebagaimana dengan
kriteria yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai