STUDI KASUS
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan
Ujian Sekolah (UN)
Oleh :
2023
LEMBAR PENGESAHAN
BEKASI
Disahkan di :
Tanggal :
..
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Sekolah
..
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Asuhan
Keperawatan dengan diagnose medis GEA ini dapat terselesaikan.atas bantuan dan
bimbingan dari semua pihak yang ikut membantu dan menyelesaikan laporan
asuhan keperawwatan dengan diagnose GEA, terutama kepada :
PENDAHULUAN
Diare adalah buang air pada bayi, anak atau dewasa lebih dari 3 kali sehari, disertai
konsistensi tinja menjadi cair denganatau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
dari satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah. Hidayat (2008).
Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air besar dengan
konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. (1)
Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai
semua kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai golongan sosial.(2)
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di kalangan anak-anak kurang dari 5
tahun.(3) Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita dari
tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000
kematian di seluruh dunia tejadi pada anak-anak dibawah 5 tahun.(4) Data WHO (2017) menyatakan,
hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak
balita tiap tahunnya.(5).
Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial Kejadian
Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Berdasarkan data Profil Kesehatan
Indonesia (2016), terjadi KLB diare tiap tahun dari tahun 2013 sampai 2016 dengan disertai
peningkataan CFR (Case Fatality Rate). Pada tahun 2013, CFR diare adalah 1,08% meningkat
menjadi 1,14% pada tahun 2014. Peningkatan CFR 2 saat KLB di Indonesia terus terjadi hingga
2,47% pada tahun 2015 dan 3,04% pada tahun 2016. Angka CFR ini belum sesuai dengan yang
diharapkan yaitu <1%(6).
Di RS Rawalumbu sendiri Perihal GEA pada An.F diruangan 305.B, kemudian saya
melakukan pengkajian data data yang berkaitan guna penyusun asuhan keperawatan secara
komperensif dan di tunjang angka-angka kejadian GEA cukup tinggi dari kepustakaan yang telah
saya kumpulkan.
Metode dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode deskripsif dan Browsing. Dalam
metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus yaitu dengan melakukan asuhan
keperawatan pada An. F dengan diagnose GEA. sedangkan Browsing yaitu dengan cara mengumpulkan
dan membaca bahan-bahan yang berkaitan dengan penyakit GEA di situs-situs online.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gastroenteritis / GEA adalah peradangan pada saluran pencernaan (termasuk lambung dan
usus) yang umumnya disebabkan karena infeksi virus atau bakteri, dan pada kasus yang lebih
jarang karena parasit dan jamur. Di masyarakat gastroenteritis dikenal dengan istilah muntaber.
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang
berkonsistensi cair ataupun setengah cair dan kandungan air lebih banyak dari feses pada
umumnya. Disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang air besar lebih dari 3 kali
dalam sehari.
Gastroenteritis / GEA merupakan perubahan pada frekuensi buang air besar menjadi lebih
sering dari normal atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya dalam
waktu kurang dari 14 hari. Umumnya disertai dengan beberapa gangguan saluran cerna seperti
mual, muntah, nyeri perut, kadang-kadang disertai demam.
2.2 Etiologi
Faktor Infeksi Diare menurut Ngastiyah (2014)
1. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi:
(a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas
dan sebagainya.
(b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
(c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans). 2)
2) Infeksi parenteral 7 Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan : makanan yang mengandung bakteri, beracun, dan alergi terhadap
makanan
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
2.4 Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis),
bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa
mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin
atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan
terjadi: Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). Gangguan gizi
sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). Hipoglikemia,
dan gangguan sirkulasi darah.
2.6 Pencegahan
1. Mencuci tangan
2. Selalu memakai peralatan pribadi
3. Menjaga jarak dengan orang yang terkena GEA
4. Membersihkan barang-barang, tempat, dan juga permukaan yang disentuh oleh orang
yang sudah terinfeksi gastroenteritis.
5. Hindari mengonsumsi makanan mentah, baik sayuran maupun buah-buahan yang sudah
dikupas atau disentuh oleh tangan orang lain.
6. Jangan mengonsumsi daging yang tidak dimasak dengan matang. Pastikan meminta
orang yang untuk memasaknya hingga matang.
7. Belilah air minum dalam kemasan untuk menghindari mengonsumsi air yang
terkontaminasi. Termasuk saat menggosok gigi, disarankan tetap menggunakan air
kemasan.
8. Hindari mengonsumsi es batu yang kebersihannya tidak terjamin, bisa jadi air yang
digunakan untuk membuat es sudah terkontaminasi oleh virus
2.7 Penatalaksanaan
3) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah
berubah konsistensinya.
4) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan selaput
lendir mulut kering.
5) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan lunak atau secara
realimentasi.
1. Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangatlah lemah atau tidak teraba
2. Periksa kembali anak setiap15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
3. Beri oralit (kira-kira 5 m/kg/jam) segera setelah anak mau minum: biasanya sesudah 3-4 jam
(bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc.
4. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasi dehidrasi dan pilih
rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
5. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk pemebrian cairan
intravena terdekat (dalam 30 menit).
2.8 Pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan gastroenteritis adalah untuk mencegah terjadinya
dehidrasi. Karena itu, penderita dianjurkan untuk banyak minum. Jika dehidrasi yang
dialami cukup parah, penderita mungkin perlu di rawat di rumah sakit untuk
mendapatkan cairan melalui infus. Langkah-langkah pengobatan mengatasi gejala
gastroenteritis adalah sebagai berikut:
1) Pemberian oralit
2) Pemberian zinc selama 10 hari
3) Melanjutkan pemberian ASI dan makanan
4) Pembarian antibiotic tertentu sesuai indikasi
5) Istirahat yang cukup
2.9 Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia,
hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan
hipokalsemia, dan shoock hipovolemik.
BAB III
Awal didirikan dalam bentuk Klinik di tahun 1993 dengan nama Klinik Medika Kartika Tarsa
dibawah naungan Yayasan Sugih Mukti, pada tanggal 10 Mei 2004, RS Rawa Lumbu resmi berdiri
dengan kapasitas 50 Bed, pada perkembangannya di tahun 2008. Rumah Saki Rawa Lumbu beralih
menjadi salah satu badan usaha PT. Nakasum Putra dan dengan penambahan kapasitas tempat tidur
menjadi 164 Bed.
3.2 Fasilitas
Pada kesempatan kali ini, kegiatan praktek industri dilaksanakan pada pertengahan tahun 2023,
yaitu pada tanggal 12 juli – 12 september 2023. Dari awal s/d akhir saya di tempatkan di rawat inap. Dan
bergantian NS ( nurse station ) setiap minggu, dan setiap 3 hari ada pertukaran shift, Adapun pembagian
shit praktek kerja lapangan saya sebagai berikut ,
Dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri saya mendapatkan beberapa target pencapaian
Kompetensi Keperawatan yang harus dilaksanakan dan saya juga mendapatkan target berupa kasus yang
di ambil dan di pilih dari ruang keperawatan masing-masing, Adapun target pencapaian seperti di bawah
ini :
Pada saat praktek kerja lapangan di RS Rawa Lumbu saya melakukan banyak Tindakan, dari
melakukan Perbed, Clear up, Observasi TTV, dan ada juga Tindakan yang saya lakukan guna memenuhi
kebutuhan PSseperti membantu BAB/BAK, perineum hygine, personal hygine, membantu memberikan
makan, mobilisasi kanan dan kiri. Selama saya di sana saya juga mendapatkan baru dalam Tindakan
keperawatan, seperti mengganti cairan infus, observasi pemasangan infus, aff infus, observasu
pemasangan cateter urine, membuang urine bag yang penuh, melepas cateter, memasang NGT dan
melepas NGT, memberikan makan memalui selang NGT, observasi GV dan membersihkan alat GV, saya
juga membantu mengantar PS ke ruang tindkan sesuai yang di butuhkan. Saya juga melalukan
komunikasi interpersonal dan menerapkan prinsip-prinsip infeksi nosocomial.