PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa Tengah
berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus
gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan
penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus
diare didapatkan 15,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. ( Haryawan, 2011).
Cakupan penemuan penderita diare selama tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan, meskipun masih dibawah yang diharapkan yaitu sebesar 80%.
Peningkatan cakupan pada tahun 2010 cukup tinggi, disebabkan adanya
peningkatan pengiriman laporan dari kab/kota.
Peningkatan cakupan penemuan penting karena mengurangi kematian
akibat terlambatnya pertolongan kasus diare. Hal ini kalau tidak segera
ditangani akan mengancam keselamatan klien misalnya, jika terjadi dehidrasi
akan menyebabkan syok hipovolemik, serta dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan hai ini disebabkan oleh kurangnya makanan yang tidak dapat
diserap oleh tubuh dan kurangnya masukan makanan yang masuk dalam
tubuh. Oleh karena itu peran perawat dalam menangani klien dengan
gangguan gastroenteritis adalah dengan memonitor intake dan output klien,
monitor tanda-tanda vital, monitor asupanmakanan dan diet klien,
menyarankan pada klien untuk banyak minum, menjaga personal hygiene,
dan menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan tenang. Menurut catatan
rekam medis RSUD Sukoharjo dilaporkan selama tahun 2011 diagnosa
gastroenteritis menduduki posisi pertama dalam daftar sepuluh penyakit yang
ada di RSUD Sukoharjo, tercatat jumlah penderita yang dirawat dengan
diagnosa gastroenteritis berjumlah 2151 kasus.
2
2. Apa etiologi dari Gastroenteritis?
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
7) Penatalaksanaan dari Gastroenteritis.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Gastroenteritis atau enteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan
intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan
parasit yang potogen (Whale dan Wong’s, 1995). Gastroenteritis adalah
kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi, alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers, 1995). Diare
yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang
melebihi 4 kali , dan bentuk feses yang cair dapat disertai dengan darah atau
lendir).
Organisme infeksius biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air atau
makanan yang terkontaminasi. Untuk alasan ini. Gastroenteritis sering kali
disebut keracunan makanan. Virus biasanya menyebabkan penyakit diare
akut. Diare yang disebabkan oleh rotavirus atau virus Norwalk terjadi
sepanjang tahun pada orang dewasa dan anak. Penyakit ini biasanya bersifat
ringan dan sembuh sendiri, tetapi dapat menjadi masalah yang serius pada
orang yang berusia sangat muda, sangat tua atau pada orang yang mengalami
gangguan fungsi imun.
2.2 Etiologi
Gastroenteritis disebabkan oleh :
1. Factor infeksi disebabkan oleh bakteri, virus.
Infeksi oleh bakteri (salmonella spp, campylobacter jejuni,
stafilococcus Aerus, bacillus cereus, clostridium perfringens dan
enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), virus (rota-virus,
adenovirus enteris, virus Norwalk), parasit (biardia
lambia,cryptosporidium). Bakteri penyebab diare di Indonesia adalah
shigella, salmonella, campylobacter jejuni, escheriscia coli dan
entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh
5
shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasive E.coli (EIEC). Infeksi
oleh mikroorganisme ini menyebabkan peningkatan sekresi cairan.
2. Faktor Non Infeksiosus
a. Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa, maltose,
dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
Malabsorsi lemak: Long chain triglyceride, Malabsorbsi protein:
asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy,
food alergy dow’n milk protein senditive entero-pathy).
c. Faktor psikologis : Rasa takut , cemas.
2.3 Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain
infeksi bakteri, malabsorbsi, atau sebab yang lain. Factor infeksi, proses ini
diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran
pencernaan, kemudian berkembang biak dalam lambung dan usus.
Mikroorganisme yang masuk dalam lambung dan usus memproduksi toksin,
yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anin klorida ke
dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, klation, natrium, dan kalium.
Infeksi bakteri jenis enteroinvasi seperti: E.Coli, Parathypi B. Salmonella,
Shigella, toksin yang dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakan dinding
usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan
diare dapat bercampur lendir dan darah.
Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi
terhadap makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare, sebaliknya jika terjadi hipoperistaltik akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare. Akibat dari
Dehidrasi
7
Syok Hipovolemik
2.4 Klasifikasi
1. Diare akut adalah diare yang serangannnya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis
dan menjadi:
a. Diare non inflamasi, disebabkan oleh enteroksin dan
menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir
dan darah. Keluhaan abdomen jarang terjadi sedangkan dehidrasi
cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan pengganti.
b. Diare inflamasi, disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran
sitoksin di kolon. Gejala klinis ditandai dengan mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan
tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah
pada pemeriksaan feses rutin.
2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun kronik dapat dibagi
mejadi:
a. Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya
disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan
produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbs
mukosa usus ke dalam lumen usus menurun.
b. Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat
diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik
dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Sebagai
contoh malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau
garam magnesium.
c. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa
baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat
terjadi akibat infeaksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
inflammatory bowel disease (IBD).
8
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan/ minuman di usus menjadi
lebih cepat.
2.5 Manifestasi Klinis Gastroenteritis
1. Muntah –muntah dan / atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kram perut.
3. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil dari pada
outputnya. Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan
menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menionjol, turgor
kulit menurun dan suara serak. Hal ini disebabkan deplesi air yang
isotonic.
4. Frekuensi napas lebih cepat dan dalam (pernapasan kussumal) terjadi
bila syok berlanjut dan terdapat asidosis. Bikarbonat dapat hilang
karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan pH darah.
PH darah yang menurun ini merangsang pusat pernapasan dengan
tujuan mengeluarkan asam karbonat sehingga pH kembali normal.
Asidosis metabolic yang tidak terkontaminasi ditandai oleh base
excess negative, bikarbonat standard rendah dan PaCO2 normal.
Tanda-tanda dehidrasi berat dan sudah terjadi syok hipovolemik
adalah tekanan darah menurun atau tidak terukur, nadi cepat, gelisah,
sianosis dan ekstremitas dingin. pada diare akut dapat terjadi
hipokalemia akibat kalium ikut terbuang bersama cairan feses
sehingga berisiko terjadi aritmia jantung.
5. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis
tubulus ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien berisiko
menderita gagal ginjal akut.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meluputi:
1. Pemeriksaan Tinja :
Makroskopis dan mikroskopis.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan
tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
9
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi.
2. Pemeriksaan Darah:
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium,
Kalium, Kalsium, dan Fosfor) dalam serum untuk
menentukan keseimbangan asam basa.
Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum (Duodenal Intubation)
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
2.7 Penatalaksanaan Gastroenteritas
Prinsip :
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengkoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti
(terapi rumatan). Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan
jumlah yang telah hilang melalui diare dan/ atau muntah (previous
water losses = PWL); ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal wate lossel
= WNL) ; dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui tinja dan muntah yang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung (cocconmitant water losses = CWL).
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan
masing – masing anak atau golongan umur.
a. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur < 2 tahun
(BB 3 – 10kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
10
b. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2 – 5 tahun
(BB 10 – 15 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
c. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur > 15 tahun
(BB 15 – 25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
11
membahayakan. Obat – obat ini tidak boleh diberikan pada anak <
5 tahun.
Penilaian A B C
Lihat : keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
umum atau tidak
sadar
Mata normal cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum
tidak haus minum atau tidak bias
banyak minum
Periksa : Turgor Kembali cepat Kembali Kembali
kulit lambat sangat lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan dehidrasi ringan / berat
sedang
Terapi Rencana terapi Rencana Rencana
A terapi B terapi C
Rencana Terapi A
Digunakan untuk:
1. Mengatasi diare tanpa dehidrasi
2. Meneruskan terapi di rumah
3. Memberikan terapi awaal bila anak terkena diare lagi
12
2. Beri anak untuk mencegah anak kurang gizi
a. Teruskan ASI atau susu yang biasa di berikan.
b. Untuk anak <6 bulan dan belum mendapat makanan padat
dapat diberikan susu yang di cairkan dengan air yang
sebanding selama dua hari
c. Bila anak 6 bulan atau lebih mendapat makanan padat
d. Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin
dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging, atau
ikan.
1. Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah
umur 2 tahun
2. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
3. Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan
cairan lebih sedikit (misalnya satu sendok tiap 1-2 menit)
4. Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain seperti di jelaskan dalam cara
yang pertama.
Rencana Terapi B
13
b. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan
juga 100-200 ml air masak selama masa ini.
c. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan
oralit.
d. Tunjukkan cara memberikannya – satu sendok the tiap 1-2
menit untuk anak dibawah 2 tahun, beberapa teguk dari
cangkir – untuk anak yang lebih tua.
e. Bila anak muntah,tunggu 10 menit, kemudian teruskan
pemberian oralit lebih lambat, misalnya satu sendok tiap 2-3
menit.
f. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit
dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana A
apabila bengkak telah hilang.
g. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan
penilaian, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk
melanjutkan pengobatan.
h. Bila tidak ad dehidrasi, ganti ke rencana A. Bila dehidrasi
telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian
mengantuk dan tidur.
i. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan atau sedang, ulangi
rencana B tapi taawarkan makanan, susu, sari buah seperti
rencana A.
j. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan
rencana C.
14
3. Riwayat penyakit sekarang:
a. Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, dan timbul diare.
b. Feses cair, mungkin disertai lendir dan darah.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena karena sering
defekasi.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
f. Dieresis: terjadi oliguria (kurang 1 ml/kg bb/jam) bila terjadi
dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan meliputi :
a. Riwayat imunisasi.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan(antibiotika).
c. Riwayat penyakit yang pernah di derita sebelumnya.
5. Riwayat nutrisi:
a. Asupan makanan.
b. Keluhan nyeri abdomen.
c. Distensi abdomen, mual,muntah.
d. Berat badan biasanya turun.
6. Pola eliminasi:
a. Frekuensi defekasi sering >3 kali per hari.
b. Feses cair, mengandung lendir dan darah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
Gelisah, (dehidrasi ringan, sedang).
Lesu, lunglai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat).
b. Berat badan klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan:
Dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%.
Dehidrasi sedang: bila terjadi penurunan BB 5-10%.
Dehidrasi berat: bila terjadi penurunan BB 10-15%.
c. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor (cubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari).
Inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
d. Mulut atau lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang).
Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
15
e. Abdomen kemungkinan mengalami distensi, keram, nyeri dan
bising usus yang meningkat.
16
usus. menghindari factor leukositosis atau peritonitis akan terjadi
pemberat diare. leukopeni, penurunan atau telah terjadi
protein serum, ansietas memerlukan intervensi
dan kelesuan. medic segera.
5. Kolaborasi dalam 5. Menurunkan motalitas/
pemberian terapi peristaltic GI dan
antikolinergik sesuai menurunkan sekresi
program medic. digestive untuk
menghilangkan keram dan
6. Berikan terapi steroid. diare .
6. Diberikan untuk
menurunkan proses
7. Berikan terapi antasida.
inflamasi.
7. Menurunkan iritasi gaster,
mencegah inflamasi dan
8. Berikan terapi antibiotic. menurunkan resiko infeksi
pada colitis.
8. Mengobati infeksi
supuratif local.
2. Kurang Tujuan: 1. Monitor dan catat 1. Memberikan informasi
Kurang volume cairan
volume cairan masukan dan tentang keseimbangan
teratasi.
berhubungan pengeluaran cairan: urin, cairan, dan merupakan
Kriteria hasil:
dengan output a. Intake seimbang feses (jumlah, konistensi, pedoman untuk
melalui rute dengan output. dan warna). penggantian cairan.
b. Tanda-tanda vital 2. Observasi tanda-tanda 2. Hipotensi, takikardi,
normal(diare
dalam batas normal. vital (TTV). demam dapat
berat,
c. Membrane mukosa
menunjukkan respon
muntah),
kulit lembab.
terhadap kehilangan
status d. Capillary refill <3
cairan.
hipermetaboli detik.
3. Menunjukkan kehilangan
e. Berat badan 3. Observasi adanya kulit
k dan
cairan berlebiih/dehidrasi.
seimbang. kering dan membrane
pemasukan
mukosa, kering,
cairan yang
penurunan turgor kulit,
terbatas. 4. Indicator cairan dan status
17
pengisian kapiler lambat. nutrisi.
4. Ukur berat badan tiap 5. Kolon diistirahatkan untuk
hari. penyembuhan dan untuk
5. Pertahankan pembatasan
menurunkan kehilangan
peroral, tirah baring dan
cairan usus.
hindari aktivitas. 6. Kehilangan cairan
berlebihan menyebabkan
6. Laporkan adanya ketidakseimbangan
kelemahan otot umum elektrolit. Hipokalemia
dan disritmia jantung. dapat menyebabkan
gangguan irama jantung.
7. Mempertahankan istirahat
ususakan memerlukan
7. Kolaborasi dengan tim
penggantian cairan untuk
medis dalam pemberian:
memperbaiki
cairan parenteral,
kehilangan/anemia.
transfuse darahsesuai 8. Menurunkan kehilangan
indikasi. cairan dari usus.
8. Berikan terapi anti diare 9. Digunakan untuk
sesuai program medic. mengontrol mual/muntah.
9. Berikan terapi antiemetic
10. Mengontrol demam.
sesuai dengan program
Menurunkan IWL
medic.
10. Berikan terapi ( Insensable Water Loss) .
antiperetik sesuai dengan
program medic.
3. Gangguan Tujuan: 1. Timbang BB tiap hari. 1. Memberikan informasi
Gangguan nutrisi kurang
nutrisi kurang tentang kebutuhan diet/
dari kebutuhan tubuh
dri kebutuhan 2. Dorong tirah baring keefektifan terapi.
teratasi. 2. Menurunkan kebutuhan
tubuh dan/.atau pembatasan
Kriteria hasil:
metabolic untuk
berhubungan BB stabil/naik. aktivitas selama sakit.
Makan habis 1 porsi. mencegah penurunan
dengan
Mual berkurang. 3. Anjurkan istirahat
kalori.
gangguan
sebelum makan. 3. Menurunkan peristaltic
absorbs
18
nutrient, status 4. Berikan perawatan mulut usus dan meningkatkan
hipermetaboli terutama sebelum energy untuk makan.
4. Mulut yang bersih dapat
k. makan.
meningkatkan selera
5. Ciptakan lingkungan
makan.
yang nyaman.
5. Lingkungan yang nyaman
dapat menurunkan stress
6. Dorong klien untuk
dan lebih kondusif untuk
menyatakan perasaan
makan.
tentang masalah
6. Keragu-raguan untuk
makanan/diet.
makan mungkin
diakibatkan oleh takut
7. Kolaborasi dengan tim
bahwa makan akan
gizi/ ahli diet untuk
menyebabkan eksaserbasi
menentukan diet TKTP
gejala.
rendah serat. 7. Protein untuk
penyembuhan integritas
8. Kolaborasi dengan
jaringan. Rendah serat
timmedis dalam
menurunkan peristaltic
pemberian preparat besi.
9. Berikan terapi vitamin usus terhadap makanan.
8. Mencegah/ mengobati
B12 sesuai program
anemia karena proses
medic.
10. Berikan terapi asam folat infeksi lama.
9. Menigkatkan produksi sel
sesuai program medic.
darah merah/
memperbaiki anemia.
11. Berikan nutrisi
10. Kehilangan folat umum
parenteral total, terapi
akibat penurunan masukan
intra vena sesuai
masukan oral atau
indikasi.
gangguan absorbs.
11. Mengistirahatkan usus
sementara dan
memberikan nutrisi
19
penting.
4. Nyeri Tujuan: 1. Dorong klien untuk 1. Untuk mengetahui derajat
Nyeri hilang/ terkontrol.
berhubungan mengatakan nyeri yang nyeri.
Kriteria Hasil:
dengan 1. Ekspresi wajah rileks. dialami.
2. Perubahan pada
2. Skala nyeri 0-2. 2. Observasi laporan kram
hiperperistalti
3. Tanda-tanda vital karakteristik nyeri
abdomen atau nyeri,
k usus, diare
dalam batas normal. menunjukkan penyebaran
catat lokasi, lamanya,
lama, iritasi
penyakit atau terjadinya
intensitas (1-10), selidiki
kulit/ jaringan.
komplikasi.
dan laporkan perubahan
karakteristik nyeri. 3. Bahasa tubuh/ respons
3. Observasi adanya respon
nonverbal dapat
nonverbal, dan
digunakan untuk
perubahannya.
mengetahui besarnya
nyeri yang dialami klien.
4. Kaji ulang factor-faktor 4. Untuk mengetahui factor
yang menyebabkan pencetus nyeri.
meningkatnya/
menghilangnya nyeri. 5. Meningkatkan relaksasi,
5. Berikan tindakan
memfokuskan kembali
nyaman seperti pijatan
perhatiandan
punggung , ubah posisi
meningkatkan
dan aktifitas senggang.
kemampuan koping.
6. Menunjukkan terjadinya
6. Observasi atau catat
obstruksi usus karena
adanya distensi
inflamasi, edema, dan
abdomen dan perubahan
jaringan parut.
TTV.
7. Untuk menurunkan nyeri
7. Kolaborasi dengan tim
dan memudahkan
medis dalam pemberian
istirahat.
analgesic.
8. Menghilangkan spasme
8. Berikan terapi
saluran gastrointestinal
antikolinergik sesuai
dan berlanjutnya nyeri
program medic.
kolik.
20
9. Berikan terapi anodin 9. Merilekskan otot rectal
supp sesuai program dan menurunkan nyeri
medic. spasme.
5. Cemas Tujuan: 1. Amati perilaku klien: 1. Indicator derajat
Cemas teratsi.
berhubungan (gelisah, peka kecemasan/ stress. Hal ini
Kriteria hasil:
dengan factor Klien rileks. rangsangan, menolak, dapat terjadi akibat gejala
psikologis/ Kecemasan klien kurang kontak mata). fisik.
berkurang. 2. Dorong klien untuk 2. Menciptakan hubungan
rangsangan
Klien dapat istirahat mengeksplorasi terapetik. Membantu
simpatis
cukup. perasaan dan berikan klien/ orang terdekat
(proses
umpan balik. dalam mengidentifikasi
inflamasi),
masalah yang
ancaman
3. Berikan informasi menyebabkan stress.
konsep diri,
3. Keterlibatan klien dalam
nyata/ akurat tentang
ancaman
perencanaan peraawatan
apa yang dilakukan
terhadap
memberikan rasa control
missal : tirah baring,
perubahan
dan membantu
pembatasan masukan
status
menurunkan kecemasan.
peroral dan prosedur.
kesehatan dan
4. Berikan lingkungan
4. Meningkatkan relaksasi
status social
tenang dan tingkatkan
dan membantu
ekonomi.
istirahat.
menurunkan kecemasan.
5. Dorong orang terdekat
5. Dukungan keluarga dapat
untuk menyatakan
menurunkan stress .
perhatian terhadap
klien.
6. Perilaku adaptif yang
6. Bantu klien untuk
dikuatkan dapat
mengidentifikasi/
meningkatkan rasakontrol
perilaku koping yang
diri klien.
digunakan pada masa
lalu. 7. Belajar caru baru untuk
7. Bantu klien belajar
mengatasi masalah dapat
mekanisme koping
membantu dalam
baru missal : teknik
menurunkan stress dan
21
mengatasi stress. kecemasan.
8. Untuk menurunkan
8. Kolaborasi dengan tim
ansietas dan memudahkan
medis dalam pemberian
istirahat.
sedative sesuai
indikasi.
6. Kurang Tujua: 1. Kaji persepsi klien 1. Membuat pengetahuan
Pemahaman klien
pengetahuan tentang proses dasar dan memberikan
meningkat.
untuk kondisi, penyakit. kesadaran kebutuhan
Kriteria hasil:
prognosis dan 1. Klien akan belajar individu.
kebutuhan menyatakan 2. Jelaskan tentang proses
2. Pengetahuan dasr yang
pengobatan pemahaman tentang penyakit, penyebab,
akurat memberikan klien
berhubungan proses penyakit dan gejala dan
kesempatan untuk
dengan pengobatan. mengidentifikasi cara
membuat keputusan
2. Klien akan dapat
kesalahan menurunkan factor
informasi/ pilihan tentang
mengidentifikasi
interpretasi penyebab.
masa depan dan control
situasi stress dan
informasi,
3. Dorong klien untuk penyakit kronis.
tindakan khusus untuk
kurang 3. Untuk mendapat informasi
mengajukan
menerimanya.
mengingat, yang tertinggal atau salah
pertanyaan.
dan tidak konsep.
4. Tekankan pentingnya
mengenal
4. Menurunkan penyebaran
perawatan. Misal :
sumber
bakteri dan resiko iritasi
teknik mencuci tangan
informasi.
kulit/ kerusakan,infeksi.
dengan baik dan
perawatan perineal
yang baik.
22
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan gastrointestinal meliputi
evaluasi/ catatan perkembangan yang dialami oleh pasien setelah
diberika implementasi keperawatan.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Oleh karena itu sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi
penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang mempunyai
anak dan bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah timbulnya
diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila
bayi stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat
penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak atau
dengan memberikan oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama,
kemudian segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.
B. SARAN
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Lemone, Priscillaet, all. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5
Brunner & Suddarth, 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC.
26