Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan


masalahkesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Menurut Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang air
besar dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan menurut Priyanto (2008)
gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah gastroenteritis infeksi.
Gastroenteritis atau diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.
Menurut Word Health Organization (WHO), di negara maju walaupun sudah
terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden
gastroenteritis atau diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya
dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita
gastroenteritis atau diare infeksi. Tingginya kejadian gastroenteritis di negara
Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang
disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus
aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic
Escherichia coli (EHEC) (Sinaga, 2009).
Di Indonesia dari 2.812 pasien gastroenteritis atau diare yang disebabkan
bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta,
Jawa, Sumatra yang dianalisa dari 2004 s/d 2005. Menurut Mary Phillips
(2010) penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan
Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi,
Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.

1
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa Tengah
berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus
gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan
penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus
diare didapatkan 15,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. ( Haryawan, 2011).
Cakupan penemuan penderita diare selama tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan, meskipun masih dibawah yang diharapkan yaitu sebesar 80%.
Peningkatan cakupan pada tahun 2010 cukup tinggi, disebabkan adanya
peningkatan pengiriman laporan dari kab/kota.
Peningkatan cakupan penemuan penting karena mengurangi kematian
akibat terlambatnya pertolongan kasus diare. Hal ini kalau tidak segera
ditangani akan mengancam keselamatan klien misalnya, jika terjadi dehidrasi
akan menyebabkan syok hipovolemik, serta dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan hai ini disebabkan oleh kurangnya makanan yang tidak dapat
diserap oleh tubuh dan kurangnya masukan makanan yang masuk dalam
tubuh. Oleh karena itu peran perawat dalam menangani klien dengan
gangguan gastroenteritis adalah dengan memonitor intake dan output klien,
monitor tanda-tanda vital, monitor asupanmakanan dan diet klien,
menyarankan pada klien untuk banyak minum, menjaga personal hygiene,
dan menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan tenang. Menurut catatan
rekam medis RSUD Sukoharjo dilaporkan selama tahun 2011 diagnosa
gastroenteritis menduduki posisi pertama dalam daftar sepuluh penyakit yang
ada di RSUD Sukoharjo, tercatat jumlah penderita yang dirawat dengan
diagnosa gastroenteritis berjumlah 2151 kasus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah berupa :

1. Apa definisi dari Gastroenteritis?

2
2. Apa etiologi dari Gastroenteritis?

3. Bagaimana patofisiologi dari Gastroenteritis?

4. Bagaimana klasifikasi dari Gastroenteritis?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari Gastroenteritis?

6. Apa pemeriksaan penunjang dari Gastroenteritis?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari Gastroenteritis?

8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan


Gastroenteritis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Makalah ini disusun agar mahasiswa khususnya mahasiswa


keperawatan, dapat memahami mengenai konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan Gastroenteritis.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dapat


lebih mengerti tentang :

1) Definisi dari Gastroenteritis.

2) Etiologi dari Gastroenteritis.

3) Klasifikasi dari Gastroenteritis.

4) Manifestasi klinis dari Gastroenteritis.

5) Patofisiologi dari Gastroenteritis.

6) Pemeriksaan penunjang dari Gastroenteritis.

3
7) Penatalaksanaan dari Gastroenteritis.

8) Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi


petugas kesehatan khususnya perawat dan mahasiswa keperawatan dalam
memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gastroenteritis.

2. Manfaat Praktis

Pemahaman tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan


Gastroenteritis dapat menjadika perawat lebih professional dalam
pemberian asuhan keperawatan.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Gastroenteritis atau enteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan
intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan
parasit yang potogen (Whale dan Wong’s, 1995). Gastroenteritis adalah
kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi, alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers, 1995). Diare
yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang
melebihi 4 kali , dan bentuk feses yang cair dapat disertai dengan darah atau
lendir).
Organisme infeksius biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air atau
makanan yang terkontaminasi. Untuk alasan ini. Gastroenteritis sering kali
disebut keracunan makanan. Virus biasanya menyebabkan penyakit diare
akut. Diare yang disebabkan oleh rotavirus atau virus Norwalk terjadi
sepanjang tahun pada orang dewasa dan anak. Penyakit ini biasanya bersifat
ringan dan sembuh sendiri, tetapi dapat menjadi masalah yang serius pada
orang yang berusia sangat muda, sangat tua atau pada orang yang mengalami
gangguan fungsi imun.

2.2 Etiologi
Gastroenteritis disebabkan oleh :
1. Factor infeksi disebabkan oleh bakteri, virus.
Infeksi oleh bakteri (salmonella spp, campylobacter jejuni,
stafilococcus Aerus, bacillus cereus, clostridium perfringens dan
enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), virus (rota-virus,
adenovirus enteris, virus Norwalk), parasit (biardia
lambia,cryptosporidium). Bakteri penyebab diare di Indonesia adalah
shigella, salmonella, campylobacter jejuni, escheriscia coli dan
entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh

5
shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasive E.coli (EIEC). Infeksi
oleh mikroorganisme ini menyebabkan peningkatan sekresi cairan.
2. Faktor Non Infeksiosus
a. Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa, maltose,
dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
Malabsorsi lemak: Long chain triglyceride, Malabsorbsi protein:
asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy,
food alergy dow’n milk protein senditive entero-pathy).
c. Faktor psikologis : Rasa takut , cemas.

2.3 Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain
infeksi bakteri, malabsorbsi, atau sebab yang lain. Factor infeksi, proses ini
diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran
pencernaan, kemudian berkembang biak dalam lambung dan usus.
Mikroorganisme yang masuk dalam lambung dan usus memproduksi toksin,
yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anin klorida ke
dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, klation, natrium, dan kalium.
Infeksi bakteri jenis enteroinvasi seperti: E.Coli, Parathypi B. Salmonella,
Shigella, toksin yang dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakan dinding
usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan
diare dapat bercampur lendir dan darah.
Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi
terhadap makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare, sebaliknya jika terjadi hipoperistaltik akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare. Akibat dari

Bakteri/Virus/sebab lain dari


gastroenteritis
diare dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis metabolic dan hipokalemi),
gangguan nutrisi (intake kurang, output berlebihan).

Reaksi peradangan pada gaster dan usus

Bakteri produksi toksin

Toksin merusak mukosa usus


( nekrosis dan ulserasi )

Peningkatan sekresi mucus ke lumen usus

Peningkatan motilitas usus g Diare

Pengeluaran cairan dan elektrolit

Dehidrasi

Asidosis Metabolik Hipokalemia

7
Syok Hipovolemik

2.4 Klasifikasi
1. Diare akut adalah diare yang serangannnya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis
dan menjadi:
a. Diare non inflamasi, disebabkan oleh enteroksin dan
menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir
dan darah. Keluhaan abdomen jarang terjadi sedangkan dehidrasi
cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan pengganti.
b. Diare inflamasi, disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran
sitoksin di kolon. Gejala klinis ditandai dengan mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan
tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah
pada pemeriksaan feses rutin.
2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun kronik dapat dibagi
mejadi:
a. Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya
disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan
produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbs
mukosa usus ke dalam lumen usus menurun.
b. Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat
diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik
dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Sebagai
contoh malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau
garam magnesium.
c. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa
baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat
terjadi akibat infeaksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
inflammatory bowel disease (IBD).

8
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan/ minuman di usus menjadi
lebih cepat.
2.5 Manifestasi Klinis Gastroenteritis
1. Muntah –muntah dan / atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kram perut.
3. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil dari pada
outputnya. Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan
menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menionjol, turgor
kulit menurun dan suara serak. Hal ini disebabkan deplesi air yang
isotonic.
4. Frekuensi napas lebih cepat dan dalam (pernapasan kussumal) terjadi
bila syok berlanjut dan terdapat asidosis. Bikarbonat dapat hilang
karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan pH darah.
PH darah yang menurun ini merangsang pusat pernapasan dengan
tujuan mengeluarkan asam karbonat sehingga pH kembali normal.
Asidosis metabolic yang tidak terkontaminasi ditandai oleh base
excess negative, bikarbonat standard rendah dan PaCO2 normal.
Tanda-tanda dehidrasi berat dan sudah terjadi syok hipovolemik
adalah tekanan darah menurun atau tidak terukur, nadi cepat, gelisah,
sianosis dan ekstremitas dingin. pada diare akut dapat terjadi
hipokalemia akibat kalium ikut terbuang bersama cairan feses
sehingga berisiko terjadi aritmia jantung.
5. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis
tubulus ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien berisiko
menderita gagal ginjal akut.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meluputi:
1. Pemeriksaan Tinja :
 Makroskopis dan mikroskopis.
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan
tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

9
 Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi.
2. Pemeriksaan Darah:
 pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium,
Kalium, Kalsium, dan Fosfor) dalam serum untuk
menentukan keseimbangan asam basa.
 Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum (Duodenal Intubation)
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
2.7 Penatalaksanaan Gastroenteritas
Prinsip :
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengkoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti
(terapi rumatan). Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan
jumlah yang telah hilang melalui diare dan/ atau muntah (previous
water losses = PWL); ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal wate lossel
= WNL) ; dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui tinja dan muntah yang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung (cocconmitant water losses = CWL).
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan
masing – masing anak atau golongan umur.
a. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur < 2 tahun
(BB 3 – 10kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.

Tabel Kriteria Dehidrasi anak usia < 2 tahun (BB 3 – 10 kg)

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH


Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

10
b. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2 – 5 tahun
(BB 10 – 15 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.

Tabel Kriteria Dehidrasi anak usia 2 - 5 (BB 10 – 15 kg)

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH


Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185

c. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur > 15 tahun
(BB 15 – 25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.

Tabel Kriteria Dehidrasi anak usia > 15 tahun (BB 15 – 25 kg)

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH


Ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170

2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk


menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotic dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak
ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare dengan
panas, kecuali pada:
a. Disentri , bila tidak berespon pikirkan kemungkinan
amoebiasis.
b. Suspek kolera dengan dehidrasi berat.
c. Diet persisten.
4. Obat – obat anti diare meliputi antimotilitas ( missal : Loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (missal : Norit, kaolin,
attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin.
Tidak satupun obat – obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata
untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang

11
membahayakan. Obat – obat ini tidak boleh diberikan pada anak <
5 tahun.

Table Tabel Derajat Dehidrasi

Penilaian A B C
Lihat : keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
umum atau tidak
sadar
Mata normal cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum
tidak haus minum atau tidak bias
banyak minum
Periksa : Turgor Kembali cepat Kembali Kembali
kulit lambat sangat lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan dehidrasi ringan / berat
sedang
Terapi Rencana terapi Rencana Rencana
A terapi B terapi C

Rencana Terapi A
Digunakan untuk:
1. Mengatasi diare tanpa dehidrasi
2. Meneruskan terapi di rumah
3. Memberikan terapi awaal bila anak terkena diare lagi

Tiga cara dasar terapi di rumah sebagai berikut:

1. Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk


mencegah dehidrasi
a. Gunakan cairan rumah tangga yang di anjurkan seperti
cairan oralit, makanan cair (sup,air tajin, minuman
yougurt) atau air matang.
b. Berikan larutan ini sebanyak anak mau.
c. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

12
2. Beri anak untuk mencegah anak kurang gizi
a. Teruskan ASI atau susu yang biasa di berikan.
b. Untuk anak <6 bulan dan belum mendapat makanan padat
dapat diberikan susu yang di cairkan dengan air yang
sebanding selama dua hari
c. Bila anak 6 bulan atau lebih mendapat makanan padat
d. Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin
dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging, atau
ikan.

Jika anak akan diberi larutan di rumah, tunjukkan kepada ibu


jumlah oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan
berikan oralit yang cukup untuk dua hari.

Cara memberikan oralit:

1. Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah
umur 2 tahun
2. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
3. Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan
cairan lebih sedikit (misalnya satu sendok tiap 1-2 menit)
4. Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain seperti di jelaskan dalam cara
yang pertama.

Rencana Terapi B

Dalam 3 jam pertama berikan 75ml/kgBB atau bila berat badan


anak tidak diketahui dan atau memudahkan di lapangan, berikan
oralit paling sedikit sesuai dengan table.

Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa


Jumlah oralit 300 mL 600 mL 1200 mL 2400 mL

a. Dorong ibu meneruskan ASI.

13
b. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan
juga 100-200 ml air masak selama masa ini.
c. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan
oralit.
d. Tunjukkan cara memberikannya – satu sendok the tiap 1-2
menit untuk anak dibawah 2 tahun, beberapa teguk dari
cangkir – untuk anak yang lebih tua.
e. Bila anak muntah,tunggu 10 menit, kemudian teruskan
pemberian oralit lebih lambat, misalnya satu sendok tiap 2-3
menit.
f. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit
dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana A
apabila bengkak telah hilang.
g. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan
penilaian, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk
melanjutkan pengobatan.
h. Bila tidak ad dehidrasi, ganti ke rencana A. Bila dehidrasi
telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian
mengantuk dan tidur.
i. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan atau sedang, ulangi
rencana B tapi taawarkan makanan, susu, sari buah seperti
rencana A.
j. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan
rencana C.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama lengkap tempat tinggal, umur, asal suku bangsa, dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan atau
sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara
apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

14
3. Riwayat penyakit sekarang:
a. Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, dan timbul diare.
b. Feses cair, mungkin disertai lendir dan darah.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena karena sering
defekasi.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
f. Dieresis: terjadi oliguria (kurang 1 ml/kg bb/jam) bila terjadi
dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan meliputi :
a. Riwayat imunisasi.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan(antibiotika).
c. Riwayat penyakit yang pernah di derita sebelumnya.
5. Riwayat nutrisi:
a. Asupan makanan.
b. Keluhan nyeri abdomen.
c. Distensi abdomen, mual,muntah.
d. Berat badan biasanya turun.
6. Pola eliminasi:
a. Frekuensi defekasi sering >3 kali per hari.
b. Feses cair, mengandung lendir dan darah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
 Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
 Gelisah, (dehidrasi ringan, sedang).
 Lesu, lunglai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat).
b. Berat badan klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan:
 Dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%.
 Dehidrasi sedang: bila terjadi penurunan BB 5-10%.
 Dehidrasi berat: bila terjadi penurunan BB 10-15%.
c. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor (cubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari).
Inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
d. Mulut atau lidah
 Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
 Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang).
 Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

15
e. Abdomen kemungkinan mengalami distensi, keram, nyeri dan
bising usus yang meningkat.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan malabsorbsi usus,
adanya toksin dan penyempitan segmental usus.
2. Kurang volume cairan berhubungan dengan output melalui rute
normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan
cairan yang terbatas.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbs nutrient, status hipermetabolik.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama,iritasi
kulit atau jaringan.
5. Cemas berhubungan dengan factor psikologis atau rangsangan
simpatis (proses inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan dan status social ekonomi.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengikat dan tidak mengenal sumber informasi.

2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan Haasil
1. Diare Tujuan: 1. Observasi dan catat 1. Identifikasi beratnya diare
Setelah dilakukan
berhubungan frekuensi defekasi, dan untuk menentukan
intervensi keperawatan
dengan jumlah dan warna feses. intervensi selanjutnya.
diare teratasi. 2. Tingkatkan tirah baring, 2. Istirahat menurunkan
inflamasi,
Kriteria hasil:
siapkan alat-alat mottalitas usus, laju
iritasi dan 1. Klien akan
disamping tempat tidur. metabolism.
malabsorbsi melaporkan
3. Identifikasi makanan 3. Menghindari iritan dan
usus, adanya penurunan frekuensi
atau cairan yang meningkatkan istirahat
toksin dan defekasi, konsistensi
mencetuskan diare. usus.
penyempitan kembali normal. 4. Observasi demam, 4. Tanda toksik megakolon
2. Klien akan mampu
segemental takikardi, lethargi, atau perforasi dan
mengidentifikasi atau

16
usus. menghindari factor leukositosis atau peritonitis akan terjadi
pemberat diare. leukopeni, penurunan atau telah terjadi
protein serum, ansietas memerlukan intervensi
dan kelesuan. medic segera.
5. Kolaborasi dalam 5. Menurunkan motalitas/
pemberian terapi peristaltic GI dan
antikolinergik sesuai menurunkan sekresi
program medic. digestive untuk
menghilangkan keram dan
6. Berikan terapi steroid. diare .
6. Diberikan untuk
menurunkan proses
7. Berikan terapi antasida.
inflamasi.
7. Menurunkan iritasi gaster,
mencegah inflamasi dan
8. Berikan terapi antibiotic. menurunkan resiko infeksi
pada colitis.
8. Mengobati infeksi
supuratif local.
2. Kurang Tujuan: 1. Monitor dan catat 1. Memberikan informasi
Kurang volume cairan
volume cairan masukan dan tentang keseimbangan
teratasi.
berhubungan pengeluaran cairan: urin, cairan, dan merupakan
Kriteria hasil:
dengan output a. Intake seimbang feses (jumlah, konistensi, pedoman untuk
melalui rute dengan output. dan warna). penggantian cairan.
b. Tanda-tanda vital 2. Observasi tanda-tanda 2. Hipotensi, takikardi,
normal(diare
dalam batas normal. vital (TTV). demam dapat
berat,
c. Membrane mukosa
menunjukkan respon
muntah),
kulit lembab.
terhadap kehilangan
status d. Capillary refill <3
cairan.
hipermetaboli detik.
3. Menunjukkan kehilangan
e. Berat badan 3. Observasi adanya kulit
k dan
cairan berlebiih/dehidrasi.
seimbang. kering dan membrane
pemasukan
mukosa, kering,
cairan yang
penurunan turgor kulit,
terbatas. 4. Indicator cairan dan status

17
pengisian kapiler lambat. nutrisi.
4. Ukur berat badan tiap 5. Kolon diistirahatkan untuk
hari. penyembuhan dan untuk
5. Pertahankan pembatasan
menurunkan kehilangan
peroral, tirah baring dan
cairan usus.
hindari aktivitas. 6. Kehilangan cairan
berlebihan menyebabkan
6. Laporkan adanya ketidakseimbangan
kelemahan otot umum elektrolit. Hipokalemia
dan disritmia jantung. dapat menyebabkan
gangguan irama jantung.
7. Mempertahankan istirahat
ususakan memerlukan
7. Kolaborasi dengan tim
penggantian cairan untuk
medis dalam pemberian:
memperbaiki
cairan parenteral,
kehilangan/anemia.
transfuse darahsesuai 8. Menurunkan kehilangan
indikasi. cairan dari usus.
8. Berikan terapi anti diare 9. Digunakan untuk
sesuai program medic. mengontrol mual/muntah.
9. Berikan terapi antiemetic
10. Mengontrol demam.
sesuai dengan program
Menurunkan IWL
medic.
10. Berikan terapi ( Insensable Water Loss) .
antiperetik sesuai dengan
program medic.
3. Gangguan Tujuan: 1. Timbang BB tiap hari. 1. Memberikan informasi
Gangguan nutrisi kurang
nutrisi kurang tentang kebutuhan diet/
dari kebutuhan tubuh
dri kebutuhan 2. Dorong tirah baring keefektifan terapi.
teratasi. 2. Menurunkan kebutuhan
tubuh dan/.atau pembatasan
Kriteria hasil:
metabolic untuk
berhubungan  BB stabil/naik. aktivitas selama sakit.
 Makan habis 1 porsi. mencegah penurunan
dengan
 Mual berkurang. 3. Anjurkan istirahat
kalori.
gangguan
sebelum makan. 3. Menurunkan peristaltic
absorbs

18
nutrient, status 4. Berikan perawatan mulut usus dan meningkatkan
hipermetaboli terutama sebelum energy untuk makan.
4. Mulut yang bersih dapat
k. makan.
meningkatkan selera
5. Ciptakan lingkungan
makan.
yang nyaman.
5. Lingkungan yang nyaman
dapat menurunkan stress
6. Dorong klien untuk
dan lebih kondusif untuk
menyatakan perasaan
makan.
tentang masalah
6. Keragu-raguan untuk
makanan/diet.
makan mungkin
diakibatkan oleh takut
7. Kolaborasi dengan tim
bahwa makan akan
gizi/ ahli diet untuk
menyebabkan eksaserbasi
menentukan diet TKTP
gejala.
rendah serat. 7. Protein untuk
penyembuhan integritas
8. Kolaborasi dengan
jaringan. Rendah serat
timmedis dalam
menurunkan peristaltic
pemberian preparat besi.
9. Berikan terapi vitamin usus terhadap makanan.
8. Mencegah/ mengobati
B12 sesuai program
anemia karena proses
medic.
10. Berikan terapi asam folat infeksi lama.
9. Menigkatkan produksi sel
sesuai program medic.
darah merah/
memperbaiki anemia.
11. Berikan nutrisi
10. Kehilangan folat umum
parenteral total, terapi
akibat penurunan masukan
intra vena sesuai
masukan oral atau
indikasi.
gangguan absorbs.
11. Mengistirahatkan usus
sementara dan
memberikan nutrisi

19
penting.
4. Nyeri Tujuan: 1. Dorong klien untuk 1. Untuk mengetahui derajat
Nyeri hilang/ terkontrol.
berhubungan mengatakan nyeri yang nyeri.
Kriteria Hasil:
dengan 1. Ekspresi wajah rileks. dialami.
2. Perubahan pada
2. Skala nyeri 0-2. 2. Observasi laporan kram
hiperperistalti
3. Tanda-tanda vital karakteristik nyeri
abdomen atau nyeri,
k usus, diare
dalam batas normal. menunjukkan penyebaran
catat lokasi, lamanya,
lama, iritasi
penyakit atau terjadinya
intensitas (1-10), selidiki
kulit/ jaringan.
komplikasi.
dan laporkan perubahan
karakteristik nyeri. 3. Bahasa tubuh/ respons
3. Observasi adanya respon
nonverbal dapat
nonverbal, dan
digunakan untuk
perubahannya.
mengetahui besarnya
nyeri yang dialami klien.
4. Kaji ulang factor-faktor 4. Untuk mengetahui factor
yang menyebabkan pencetus nyeri.
meningkatnya/
menghilangnya nyeri. 5. Meningkatkan relaksasi,
5. Berikan tindakan
memfokuskan kembali
nyaman seperti pijatan
perhatiandan
punggung , ubah posisi
meningkatkan
dan aktifitas senggang.
kemampuan koping.
6. Menunjukkan terjadinya
6. Observasi atau catat
obstruksi usus karena
adanya distensi
inflamasi, edema, dan
abdomen dan perubahan
jaringan parut.
TTV.
7. Untuk menurunkan nyeri
7. Kolaborasi dengan tim
dan memudahkan
medis dalam pemberian
istirahat.
analgesic.
8. Menghilangkan spasme
8. Berikan terapi
saluran gastrointestinal
antikolinergik sesuai
dan berlanjutnya nyeri
program medic.
kolik.

20
9. Berikan terapi anodin 9. Merilekskan otot rectal
supp sesuai program dan menurunkan nyeri
medic. spasme.
5. Cemas Tujuan: 1. Amati perilaku klien: 1. Indicator derajat
Cemas teratsi.
berhubungan (gelisah, peka kecemasan/ stress. Hal ini
Kriteria hasil:
dengan factor  Klien rileks. rangsangan, menolak, dapat terjadi akibat gejala
psikologis/  Kecemasan klien kurang kontak mata). fisik.
berkurang. 2. Dorong klien untuk 2. Menciptakan hubungan
rangsangan
 Klien dapat istirahat mengeksplorasi terapetik. Membantu
simpatis
cukup. perasaan dan berikan klien/ orang terdekat
(proses
umpan balik. dalam mengidentifikasi
inflamasi),
masalah yang
ancaman
3. Berikan informasi menyebabkan stress.
konsep diri,
3. Keterlibatan klien dalam
nyata/ akurat tentang
ancaman
perencanaan peraawatan
apa yang dilakukan
terhadap
memberikan rasa control
missal : tirah baring,
perubahan
dan membantu
pembatasan masukan
status
menurunkan kecemasan.
peroral dan prosedur.
kesehatan dan
4. Berikan lingkungan
4. Meningkatkan relaksasi
status social
tenang dan tingkatkan
dan membantu
ekonomi.
istirahat.
menurunkan kecemasan.
5. Dorong orang terdekat
5. Dukungan keluarga dapat
untuk menyatakan
menurunkan stress .
perhatian terhadap
klien.
6. Perilaku adaptif yang
6. Bantu klien untuk
dikuatkan dapat
mengidentifikasi/
meningkatkan rasakontrol
perilaku koping yang
diri klien.
digunakan pada masa
lalu. 7. Belajar caru baru untuk
7. Bantu klien belajar
mengatasi masalah dapat
mekanisme koping
membantu dalam
baru missal : teknik
menurunkan stress dan

21
mengatasi stress. kecemasan.
8. Untuk menurunkan
8. Kolaborasi dengan tim
ansietas dan memudahkan
medis dalam pemberian
istirahat.
sedative sesuai
indikasi.
6. Kurang Tujua: 1. Kaji persepsi klien 1. Membuat pengetahuan
Pemahaman klien
pengetahuan tentang proses dasar dan memberikan
meningkat.
untuk kondisi, penyakit. kesadaran kebutuhan
Kriteria hasil:
prognosis dan 1. Klien akan belajar individu.
kebutuhan menyatakan 2. Jelaskan tentang proses
2. Pengetahuan dasr yang
pengobatan pemahaman tentang penyakit, penyebab,
akurat memberikan klien
berhubungan proses penyakit dan gejala dan
kesempatan untuk
dengan pengobatan. mengidentifikasi cara
membuat keputusan
2. Klien akan dapat
kesalahan menurunkan factor
informasi/ pilihan tentang
mengidentifikasi
interpretasi penyebab.
masa depan dan control
situasi stress dan
informasi,
3. Dorong klien untuk penyakit kronis.
tindakan khusus untuk
kurang 3. Untuk mendapat informasi
mengajukan
menerimanya.
mengingat, yang tertinggal atau salah
pertanyaan.
dan tidak konsep.
4. Tekankan pentingnya
mengenal
4. Menurunkan penyebaran
perawatan. Misal :
sumber
bakteri dan resiko iritasi
teknik mencuci tangan
informasi.
kulit/ kerusakan,infeksi.
dengan baik dan
perawatan perineal
yang baik.

2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan yang yang dilakukan meliputi tindakan
mandiri dan kolaborasi perawat.
2.5 Evaluasi Keperawatan

22
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan gastrointestinal meliputi
evaluasi/ catatan perkembangan yang dialami oleh pasien setelah
diberika implementasi keperawatan.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gastroenteritis, atau enteritis, adalah inflamasi pada lambung dan usus


halus. Enteritis dapat disebabkan oleh, bakteri, virus, parasit, atau toksin.
Manifestasi pada gastrointestinal atas antara lain anoreksia, mual, dan
muntah, biasa terjadi. Diare dengan intensitas yang beragam dan
ketidaknyamanan abdomen merupakan gambaran gastroenteritis yang sudah
sangat umum. Organisme infeksius biasanya masuk ke dalam tubuh melalui
air atau makanan yang terkontaminasi. Untuk alasan ini, gastroenteritis sering
kali disebut keracunan makanan.

Oleh karena itu sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi
penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang mempunyai
anak dan bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah timbulnya
diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila
bayi stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat
penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak atau
dengan memberikan oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama,
kemudian segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.

B. SARAN

Dalam upaya meningkatkan perawatan pada klien gastroentritis perlu


ditingkatkan tentang biopsiko sosial spiritual pada klien melalui pendekatan proses
keperawatan mencangkup didalamnya pelayanan promotif, prefentif, kuratif, dan
rehabilitatif. Konsumsilah makanan yang bersih agar terhindar dari penyakit
gastroentritis.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Lemone, Priscillaet, all. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5

Volume 2. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth, 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC.

Nuari, Nian Afriani. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta: TIM.

Suratun. Lusinah. 2015. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta: TIM.

26

Anda mungkin juga menyukai