Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

EMFISEMA

OLEH :

VIRA NORWINA

1814401110022

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN JARAN 2018/2019


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Sundari

NPM : 1814401110021

Ruangan/Rumah Sakit : Al Biruni/RS Islam Banjarmasin

Judul Laporan Pendahuluan : Diagnosa Gastroenteritis Akut (GEA)

Judul Asuhan Keperawatan : Diagnosa Gastroenteritis Akut (GEA)

Telah menyelesaikan semua laporan PKK Stase Pengantar Keperawatan Dasar di


ruangan Al Biruni Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Banjarmasin, ……Juli 2019

Mahasiswa

( Sundari )

Menyetujui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( Nurhikmah,S.Kep.,Ns ) ( Rohni Taufikasari Ns.,M.Kep )


LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

A. Konsep Penyakit
1.1 Anatomi dan Fisiologi

System pencernaan atau system gastroinstestinal ( mulai dari mulut sampai


anus ) adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energy, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri atas :


a. Mulut
b. Tenggorokan (faring)
c. Kerongkongan
d. Lambung
e. Usus halus
f. Usus besar
g. Rectum dan Anus
2.1 Definisi Penyakit

Gastroenteritis akut (GEA) atau diare akut adalah buang air besar ( defekasi )
dengan tinja ( feses ) berbentuk cair atau setengah cair ( setengah padat ),
kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Define lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari
3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah.

Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung penderita
diare atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang
berasal dari tinja manusia/hewan atau bahaan muntahan penderita. ( Sudoyo
Aru,dkk 2009 )

Diare dapat diklasifikasi berdasarkan ( Sudoyo Aru, dkk 2009 ) :

a. Lama waktu diare :


 Akut : berlin, colitis hemoragis berat dan sindromsung kurang dari 2
minggu
 Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologi : osmotic atau sekretorik dll
c. Berat ringan diare : kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organic atau tidak : organic atau fungsional

3.1 Penyebab

Penyebab gastroenteritis atau diare akut dapat di sebabkan oleh berbagai


organisme, diantaranya adalah bakteri, virus, protozoa dan helmint.

Bakteri

 Bakteri yang sering menjadi penyebab diare akut adalah E coli, Shigella sp,
V cholera, Salmonella non tifoid ( S gastroenteritis ), Campylobacter dan CI
difficile. Masa inkubasi masing-masing bakteri tersebut sekita 16-72 jam
 Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
ETEC menyebabkan diare perjalanan (traveller’s diarrhea), enteroinvasive E
coli (EIEC) menyebabkan diare berdarah (disentri) dan Enterohemorragic E
coli (EHEC) menyebaban diare berdarah, colitis hemoragis berat dan
sindrom uremia hemolitik. E coli sering menimbulkan wabah diare yang
penularannya terjadi melalui makanan
 Campylobacter
Menimbulkan infeksi asimptomatik. Manifestasi infeksi bakteri ini adalah
diare berair dan berdarah, nyeri perut dan demam. Sumber penularan
Campylobacter biasanya berhubungan dengan ternak ayam
 Shigella sonnei
Hanya menimbulkan tampilan klinis ringan namun sering menyebabkan
wabah dan S dysentriae menyebabkan diare disenteri dan wabah.
 V cholera sering menimbulkan diare yang berat dan wabah di Negara sedang
berkembang. Tanpa penanganan yang cepat pasien dapat mengalami keadaan
fatal akibat dehidrasi
 Salmonella gastroenteritis
Atau non tifoid menyebabkan diare berair dan disentri. Manusia adalah satu-
satunya pembawa bakteri ini dan binatang merupakan reservoir untuk
salmonella

Virus

 Baik di Negara berkembang maupun sedang berkembang virus merupakan


penyebab terbanyak diare akut
 Rotavirus menjadi penyebab 1/3 pasien yang dirawat karena diare akut
 Khusus pada anak rotavirus sering menyebabkan fatalitas akibat dehidrasi

Protozoa dan helmint

 Penularan protozoa pada umumnya terjadi melalui rute fekal-oral


 Protozoa dan helmint sering menyebabkan diare persisten
 Amebiasis merupakan parasite penyebab kematian ketiga di Negara sedang
berkembang setelah malaria dan schistosomiasis, dengan komplikasi colitis
amebiasis dan absen hati
 Cryptosporidium parvum merupakan protozoa yang sering menyebabkan
diare pada pasien yang mengalami penurunan daya tahan seperti HIV,
neoplasia hematologic, pasien dengan tranplantasi

4.1 Manifestasi Klinis

 Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset


 Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut
 Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
 Demam
5.1 Patofisologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis akut adalah :

a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila peristaltic
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
dapat timbul gastroenteritis pula.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
tejadi karena infeksi saluran cerna antara lain : pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit kemudian terjadi diare. Ganggguan
mobilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hippoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi)
yang mengakibatan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan
hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih0, hipoglikemia
dan gangguan sirkulasi darah.
6.1 pathway

Oleh : praba Niluh Gede, patway GEA tahun 2011

7.1 Pemeriksaan Penunjang

7.1.1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

 Amnesis yang perlu digali adalah mengenai onset, frekuensi dan perkiraan
volume diare, ada tidaknya diare malam hari, ada tidaknya darah di tinja,
ada tidaknya gejala penyerta seperti demam, mual-muntah dan nyeri perut.
 Pengumpulan informasi yang berhubungan dengan epidemiologi sangat
penting, seperti : makanan, penggunaan antibiotic perawatan sebelum,
aktifitas seksual, riwayat melakukan perjalanan, wabah diare disekitar
tempat tinggal pasien.
 Diare dikategorikan berat apabila volume diare banyak, demam > 38,5 C,
tanda dehidrasi, diare berdarah
 Diare berdarah atau disenteri ditemukan pada shigella, salmonella,
campylobacter, E histolytica, E coli penghasil toksin Shiga
 Pemeriksaan fisik sangat penting untuk menilai adanya tanda-tanda
dehidrasi (mokusa kering, mata cekung, rasa haus, takikardi, hipotensi, dan
turgor kulit menurun)

7.1.2 Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan darah rutin (leukosit, KED atau CRP) memberikan informasi


mengenai tanda infeksi/inflamasi
 Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit penting untuk menilai gangguan
keseimbangan cairan dan eleketrolit
 Serologi serum dapat mendeteksi pada 80-90 % dengan amebiasis invasive
serum Pemeriksaan Tinja

7.1.3. Pemeriksaan Tinja

 Tidak semua diare akut harus dilakukan pemeriksaan tinja


 Pemeriksaan tinja rutin dapat memberikan informasi mengenai adanya
diare inflamasi ( leukosit dan eritrosit )
 Pemeriksaan tinja pada pasien dengan diare akut direkomendasikan pada
pasien yang mengalami diare berat, khususnya ditandai dengan :
- Diare akut berat disertai demam ( > 38,5 C )
- Pasien dirawat dirumah sakit dan mendapatkan antibiotic
- Diare > 14 hari ( diare persisten )
- Diare profus yang dicurigai disebabkan oleh kolera
- Dehidrasi
- Disenteri ( diare berdarah )
 Bila penyebab diare akut yang dicurigai adalah bakteri, virus atau protozoa
sampel tinja tunggal sudah mencukupi
 Bila sample tinja akan diperiksa secara mikroskopis maka pemeriksaan sudah
harus dilakukan dalam waktu 4 jam khususnya untuk mendeteksi organisme
parasite dan dalam waktu 12 jam bila untuk metode mikrobiologi rutin
 Pada ada kecurigaan penyebab diare adalah CI difficile atau diare persisten
disebabkan parasite diperlukan 3 sampel tinja terpisah

7.1.4. Pemeriksaan Endoskopi

 Indikasi pemeriksaan kolonoskopi adalah diare yang dicurigai penyebabnya


CI difficile dan diare disentri dengan tes mikrobiologi dan uji toksin tinja
negative
 Kolonoskopi penting untuk membedakan antara diare akibat inflammatory
bowel disease dengan diare infeksi ( shigela, salmonella, campylobacter, E.
coli invasive, CI difficile atau cytomegalovirus )

7.1.5. Pemeriksaan Imaging

 Pemeriksaan CT scan diindikasikan pada pasien dengan nyeri perut kuat


untuk menyisihkan adanya perforasi usus atau untuk menilai tingkat
keparahan dan luasnya colitis infeksius
 Pemeriksaan USG dapat memberikan informasi mengenai penebalan dinding
usus, limfodenopati dan komplikasi dari disenteri amuba ( abses hepar )

8.1 Penatalaksanaan

Penatalaksaan Gastroenteritis akut ini ada 2, yaitu secara medis dan non medis

8.1.1 Secara Medis

Anti diare

 Loperamid (obat antimotilitas) dapat membantu mengurangi frekuensi


diare khusunya pada pasien yang sedang melakukan perjalan atau
mempunyai jadwal kegiatan yang ketat. Dosis maksimal awal loperamid
adalah 4 mg, diikuti 2 mg setiap diare dengan dosis total sehari adalah 8
mg. loperamid tidak dianjurkan pada pasien diare dengan febris dan
disenti
 Adsorbent (kaolin-pectin, activated charcoal, attapulgite) dapat
diberikan pasien dengan diare akut meskipun efikasi klinis kurang
adekuat
Probotik

 Didefiniskan sebagai preparasi sel mikroba atau komponen dari sel


mikroba yang mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan
manusia
 Berdasarkan studi meta-analisis disimpulkan bahwa probiotik yang
diberikan bersama dengan terapi rehidrasi bersifat aman dan memberikan
keuntungan klinis kraena dapat mempersingkat durasi diare, menurunkan
frekuensi diare pada pasien

Antibiotik

Pemberian antibiotic sebaiknya didasarkan atas temuan organisme penyebab


diare akut
8.1.2 Non Medis
Penatalaksanaa secara non medis ( penatalaksanaan keperawatan) menurut
Nugroho (2011) penatalaksanaan keperawatan antara lain :
1. Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2. Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi
turun, keadaan kulit/turgor
3. Hentikan makanan padat
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

9.1 Komplikasi

Komplikasi diare akut yakni :

 Dehidrasi
 Renjatan hipovolemik
 Kejang
 Bakterimia
 Hipoglikemia
 Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

10.1 Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan


terapi antimicrobial jika diindikasikan, prognosis diare ainfeksius sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas minimal.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1. Identitas pasien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis
2. Keluhan utama : feses cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun turgor kulit
berkurang, selalput lender mulut dan bibir kering, frekuensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer
3. Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai
nyeri perut
4. Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan
makanan seperti obat pencahar, antibiotic dan atau mengkonsumsi
makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa
5. Riwayat penyakit keluarga : adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit serius seperti hipertensi, disbetes mellitus
b. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lender, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan
 Perkusi : adanya distensi abdomen
 Palpasi : turgor kulit lebih elastic
 Auskultasi : terdengarnya bising usus
 TTV :
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ada 5 meliputi :
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan tinja
4. Pemeriksaan endoskopi
5. Pemeriksaan imaging ( jika pasien disertai dengan nyeri perut yang
kuat )
2. Diagnosa Keperawatan

No Diagnose NOC : Tujuan NIC : Intervensi


Keperawatan
1 Diare b.d. seringnya NOC : NIC :
buang air besar dan  Bowel elimination Diarrhea Management
encer  Fluid balance  Evaluasi efek
Batasan  Hydration samping
karakteristik :  Electrolyte and Acid pengobatan
 Nyeri base Balance terhadap
abdomen Kriteria hasil : gastrointestinal
sedikitnya tiga  Feses berbentuk,  Ajarkan pasien
kali defekasi BAB sehari sekali- untuk
per hari tiga hari menggunakan obat
 Kram  Tidak mengalami antidiare
 Bising usus diare  Instruksikan
hiperaktif  Menjelaskan pasien/keluarga
 Ada dorongan penyebab diare dan untuk mencatat
rasional tindakan warna, jumlah,
 Mempertahankan frekuensi dan
turgor kulit konsistensi dari
feses
 Evaluasi intake
makanan yang
masuk
 Identifikasi factor
penyebab dari diare
 Monitor tanda dan
gejala diare
2 Kekurangan volume NOC : NIC : Fluid management
cairan berhubungan  fluid balance  pertahankan catatan
dengan seringnya  hydration intake dan output
buang air besar dan  nutrional status : food yang akurat
encer and fluid intake  monitor status
Batasan kriteria hasil : hidrasi
karakteristik :  mempertahankan (kelembapan
 Perubahan urine output sesuai membrane mukosa,
dengan usia BB, BJ nadi adekuat,
status mental urin normal, HT tekanan darah
 Penurunan normal ortostatik), jika
tekanan darah  tekanan darah, nadi, diperlukan
 Penurunan suhu tubuh dalam  monitor masukan
tekanan nadi batas normal makanan/cairan
 Penurunan  tidak ada tanda-tanda dan hitung intake
dehidrasi, elastisitas
volume nadi harian
turgor kulit baik,
 Penurunan membrane mokusa
lembab, tidak ada
turgor kulit rasa haus yang
 Membrane berlebihan
mukosa kering
 Kulit kering
 Peningkatan
suhu tubuh
 Peningkatan
frekuensi nadi
 kelemahan
3 Pemenuhan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari  nutrional status : food Nutrion management
kebutuhan tubuh b. d. and fluid intake  kolaborasi dengan
menurunnya intake  nutrional status : ahli giziuntuk
dan output cairan nutrient intake menentukan jumlah
yang tidak adekuat  weight control kalori dan nutrisi
Batasan kriteria hasil : yang dibutuhkan
karakteristik :  adanya peningkatan pasien
 kram abdomen berat badan sesuai  kaji adanya ale rgi
 nyeri abdomen dengan tujuan makanan
 menghindari  berat badan ideal  anjurkan pasien
makanan sesuai dengan tinggi untuk
 diare badan meningkatkan
 kurang makan  mampu protein dan vitamin

 kurang minat mengidentifikasi C

pada makanan kebutuhan nutrisi  anjurkan pasien

 ketidakmampu  tidak ada tanda-tanda untuk

an memakan malnutrisi meningkatkan

makanan  meningkatkan intake Fe


 kelemahan peningkatan fungsi  berikan substansi
otot pengecapan dari gula
pengunyah menelan  monitor jumlah
tidak terjadi penurunan berat nutrisi dan
 bising usus
bada yang berarti kandungan kalori
hiperaktif
 penurunan
berat badan
dengan asupan
makanan
adekuat
 membrane
mukosa pucat
 kelemahan
otot untuk
menelan
4 Resiko gangguan NOC : NIC :
integritas kulit  tissue integrity : skin Pressure Management
berhubungan dengan ang mucous  anjurkannpasien
seringnya BAB membranes untuk
Batasan  hemodyalisnakses menggunakan
karakteristik : kriteria hasil : pakaian yang
 kerusakan  integritas kulit yang longgar
lapisan kulit baik bisa  jaga kebersihan
(dermis) dipertahankan kulit agar tetap
 gangguan (sensasi, elastisitas, bersih dan kering
permukaan temperature; hidrasi,  monitor kulit akan
kulit pigmentasi) adanya kemerahan
(epidermis)  tidak ada luka/lesi  oleskan lotion atau
pada kulit minyak /baby oil
 perfusi jaringan baik pada daerah yang
 menunjukkan tertekan
pemahaman dalam  memandikan pasien
dengan dan air
proses perbaikan
hangat
kulit dan mencegah
terjadinya cedera
berulang
DAFTAR PUSTAKA

Nuratif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 1. MediAction. Yogyakarta.
Cahyono B Suharjo. 2014. Tatalaksana Klinis di Bidang Gastro dan Hepatologi.
Jakarta. CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai