Disusun Oleh :
G3A021225
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus
yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah.
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
b. Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
c. Infeksi virus
entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus
dan lain-lain.
d. Infeksi parasit
Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita
ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
E. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai
30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15%
yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990).
F. PATHWAYS
Hiperperistaltik
Peningkatan percepatan kontak antara makanan dan air dengan mukosa usus
Penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu
GASTROENTERITIS AKUT
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan tinja
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono,
2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap
1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85
cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa
cairan rehidrasi oral:
b. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang
dikenal dengan nama oralit.
c. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain,
disebut CRO tidak lengkap.
d. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu
dilakukan evaluasi:
b. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
c. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk
diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x
sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg,Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan
lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup
aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
I. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang aktif
melalui feses dan muntah
K. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, lokasi, dan skala nyeri
b. Monitor tanda tanda vital
c. Berikan posisi senyaman mungkin
d. Ajarkan teknik relaksasi distraksi
e. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik
A. Pengkajian
1. Nama Anak : An. N
2. Tanggal Lahir/Usia : 07-01-2021/ 1 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Nama Orang tua/Wali : Tn. H
5. Alamat : Kalialang Lama IV 3/1
6. Pekerjaan :-
7. Agama : Islam
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Tanggal Pengkajian : 09 Juni 2022
10. Tanggal Masuk RS : 09 Juni 2022
11. Pemberi Informasi : Ny. S
12. Hubungan dengan anak : Ibu Kandung
B. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan muntah 6x
F. Pengukuran Antropometri
1. Berat Badan : 9.8 kg
2. Tinggi/Panjang Badan : 69cm
3. Lingkar Kepala : 39 cm
4. Lingar Dada : 50 cm
5. Lingkar Lengan Atas : 19 cm
G. Vital Sign
Diukur pada tanggal 09 Juni 2022
1. Keadaan Umum : Lemas
2. Kesadaran : Composmentis
3. Suhu : 38,40C
4. Nadi : 112 x/menit
5. Respirasi : 26 x/menit
6. SpO2 : 97%
I. Klasifikasi
Data Subjektif Data Objektif
Ibu pasien mengatakan anaknya demam Keadaan Umum baik, tampak lemas,
disertai mual dan muntah 6x kesadaran composmentis, terpasang infus
Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan ditangan kanan D5 ½ NS, Conjungtiva
muntah 6x, makan sedikit, minum sufor tampak anemis, kultit teraba sedikit panas,
cukup, tidak batuk pilek, BAB 4 kali cair Mukosa bibir kering, conjungtiva anemis
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada Tanda-tanda vital
riwayat penyakit akan tetapi alergi susu 1. Suhu : 38,40C
sapi. 2. Nadi : 112 x/menit
3. Respirasi : 26 x/menit
4. SpO2 : 97%
J. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Ibu pasien mengatakan Kehilangan Cairan Aktif Hipovolemia (D.0023)
anaknya demam disertai mual
dan muntah 6x
Ibu pasien mengatakan
anaknya mual dan muntah 6x,
makan sedikit, minum sufor
cukup, tidak batuk pilek,
BAB 4 kali cair
Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak ada riwayat
penyakit akan tetapi alergi
susu sapi.
Tanda-tanda vital
1. Suhu : 38,40C
2. Nadi :112 x/menit
3. Respirasi : 26 x/menit
4. SpO2 : 97%
DS : Ibu pasien mengatakan Dehidrasi Hipertermia (D.0130)
anaknya demam disertai mual
dan muntah 6x
Ibu pasien mengatakan
anaknya mual dan muntah 6x,
makan sedikit, minum sufor
cukup, tidak batuk pilek,
BAB 4 kali cair
Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak ada riwayat
penyakit akan tetapi alergi
susu sapi.
Tanda-tanda vital
5. Suhu : 38,40C
6. Nadi :112 x/menit
7. Respirasi : 26 x/menit
1. SpO2 :
97%
K. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0023)
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi (D. 0130)
L. Intervensi Keperawatan
No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipovolemia
3 x 7 jam diharapkan status cairan (I.03116)
membaik dengan kriteria hasil : Observasi
1. Membran mukosa membaik Monitor intake dan output cairan
2. Intake cairan membaik Terapeutik
3. Suhu tubuh membaik - Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupam cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid
- Kolaborasi pemberian produk
darah
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermia (I.15506)
3 x 7 jam diharapkan suhu tubuh Observasi
membaik dengan kriteria hasil : - Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh membaik - Monitor haluaran urine
2. Pucat menurun Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Bahasi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Berikan kompres hangat
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektolit intravena, jika
perlu
M. Implementasi Keperawatan
Tanggal Implementasi Paraf
09/06/202 1. Melakukan pengkajian, membina hubungan saling
2 percaya
2. Hitung kebutuhan cairan
3. Menganjurkan memberikan asupan cairan oral
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor haluaran urine
6. Menganjurkan untuk memberikan kompres hangat
7. Melanjutkan kolaborasi terapi pemberian Inj
Ceftriaxone 500 mg/24 jam dan Inj Gentamycin 50
mg/24 jam
10/06/202 1. Monitor intake dan output cairan
2 2. Menganjurkan memberikan asupan cairan oral
3. Anjurkan tirah baring
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor haluaran urine
11/06/202 1. Monitor intake dan output cairan
2 2. Menganjurkan memberikan asupan cairan oral
3. Anjurkan tirah baring
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor haluaran urine
6. Melanjutkan kolaborasi pemberian terapi inj
Ondansentrone 2 mg/8 jam
N. Evaluasi
Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
09/06/2022 S : Ibu pasien mengatakan anaknya demam disertai mual
dan muntah 6x
Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan muntah 6x, makan
sedikit, minum sufor cukup, tidak batuk pilek, BAB 4 kali
cair
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada riwayat penyakit
akan tetapi alergi susu sapi.
Tanda-tanda vital
1. Suhu : 37,80C
2. Nadi :117 x/menit
3. Respirasi : 26 x/menit
4. SpO2 : 97%
P : Intervensi dilanjutkan
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan asupam cairan oral
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Manajemen hipertermia (I.15506)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor haluaran urine
- Berikan cairan oral
- Berikan kompres hangat
P : Lanjutkan Intervensi
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan asupam cairan oral
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
P : Lanjutkan Intervensi
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan asupam cairan oral
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral