Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS


AKUT (GEA) DI RUANG SEKAR TUNJUNG ANAK 1
RSUD KABUPATEN KARANGASEM

OLEH :
Luh Rina Sonia, S.Kep
NIM. 21089142039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Gastroenteritis adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai
sensasi ingin defekasi yang tidak dapat ditunda. Gastroenteritis merupakan suatu
peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada
traktus intestinal (Guyton & Hall, 2015). Pada diare infeksius umum infeksi
paling luas terjadi pada usus besar.
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Wicaksono, 2011).
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri
pathogen yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita
dan juga dapat melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital
atau oral-anal.
2. ETIOLOGI
Etiologi diare akut dapat dibagi menjadi dalam beberapa factor, yaitu
factor infeksi yang dibagi menjadi infeksi enternal dan parental. Infeksi enternal
yaitu infekasi yang terjadi pada saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi: infeksi bakteri, virus, parasite, protozoa dan
jamur. Bakteri yang sering menjadi penyebab diare adalah E. Coli, dan infeksi
virus disebabkan oleh enteroovirus, infeksi parasite disebabkan oleh cacing
Ascaris, protozoa disebabkan oleh Entamoeba histolytica, dan jamur yaitu
Candida albicans.
Etiologi berikutnya adalah factor malabsopsi. Malabobsi yang bisa
terjadi yaitu terhadap karbohicirat: disakarida ( intolerasi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah laktosa. Malabsopsi lemak
dan protein juga merupakan penyebab timbulnya diare.
Sedangkan etiologi kronik sangat komplek dan merupakan gabungan
factor yang saling berkaitan mempengaruhi. Menurut WHO ada beberapa factor
penyebab diare kronik yaitu adanya infeksi bakteri dan parasite yang sudah
resisten terhadap antibiotika/anti parasite, disertai bakteri non-patogen.
Kerusakan pada epitel usus pada awalnya akan terjadinya kekurangan
enzim lactase dan protase yang mengakibatkan terjadinya maldigesti dan
malabsorpsi karbohidrat dan protein, dan pada tahap lanjut setelah terjadi KEP
yang menyebabkan terjadi atropi mukosa lambung, usus halus disertai
kerusakan hepar pancreas. Gangguan imunologis yang terjadi pada anak akan
berdampak penurunan pada sistem pertahanan tubuh anak terhadap bakteri,
virus, parasite dan jamur yang masuk kedalam usus yang berkembang dengan
cepat, dengan akibat lanjut menjadi diare persisten dan malabsorpsi makanan
yang lebih berat. Factor lain yang juga menjadi penyebab diare kronik yaitu
penanganan diare yang tidak efektif, penghentian pemberian ASI dan makanan
serta pemberianobat-obatan antimototalitas (Wicaksana, 2011).
3. TANDA DAN GEJALA
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
Badan terasa lemah
4. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu
dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
5. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak
yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang
dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit
dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan
Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan
sirkulasi darah. (Price & Wilson 2012)
6. PATHWAY

Infeksi
Makanan

Berkembang di usus Toksik tidak dapat


diserap

Hipersekresi air & elektrolit


Hiperperistalti

Isi usus Penyerapan makanan diusus

Diare

Frekuensi BAB
Distensi abdomen

Mual muntah
Kerusakan
integritas kulit
Hilang cairan dan
elektrolit berlebihan
Nafsu makan

Gangguan keseimbangan cairan


Ketidakseimbangan
dan elektrolit
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Gangguan
keseimbangan
Dehidrasi cairan dan
elektrolit
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
6. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk.,
1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat
30 mEq/L. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen
di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia
di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3
hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada
: Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic
untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin
500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari,
7-14 hari oral atauIV).
3.    Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4
mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan

gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
2. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual, muntah, anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 3
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
10. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin timbul
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
output yang berlebih
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi ditandai
dengan gangguan turgor kulit.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Keperawatan evaluasi
1 Gangguan Setelah dilakukan O: Monitor  Menudahkan
keseimbangan tindakan keperawatan tanda-tanda vital kerja sama
cairan dan selama ... x 24 jam dan pendekatan antara perawat
elektrolit diharapkan pada pasien dengan klien
berhubungan keseimbangan cairan N: Catat jumlah  Memudahkan
dengan output pasien kembali dan konsistensi membuat askep
yang berlebih normal. Dengan faces yang secara tepat
kreteria hasil : keluar untuk intervensi
 Intake dan output E: KIE keluarga selanjutnya
seimbang pasien tentang  Agar keluarga
 Diare berhenti posisi yang pasien
 Turgor kulit baik nyaman mengetahui
 Mukosa bibir C: Kolaborasi posisi nyaman
dengan dokter
lembab dalam  Mempercepat
pemberian terapi proses
penyembuhan
penyakit pada
pasien

2 Ketidakseimban Setelah dilakukan Noc:  Untuk


gan nutrisi asuhan keperawatan Nutrition mengetahui
kurang dari selama ... X 24 jam management KU, TTV dan
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan O: Monitor KU, adanya
berhubungan nutrisi terpenuhi TTV, BB dan penurunan
dengan diare NOC: catat BAB berat badan
Nutrien status pasien serta
Kriteria evaluasi: N: Berikan mengetahui
 Berat badan ideal makan sedikit tingkat
sesuai dengan tapi sering perubahan
tinggi badan dan E: KIE keluarga BAB
usia tentang  Untuk
 Tidak ada diare kebutuhan memenuhi
 Nafsu makan nutrisi pasien kebutuhan
membaik dan tanda-tanda nutrisi pasien
 Tidak mengalami diare dan tidak
mual dan atau C: Kolaborasi mengalami
muntah dengan ahli gizi mual dan atau
dalam muntah
pemberian kalori  Agar keluarga
dan tipe mengerti
makanan yang tentang
dibutuhkan kebutuhan
nutrisi dan
tanda-tanda
diare
 Untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
3 Kerusakan Setelah dilakukan O: Monitor - Menudahkan
integritas kulit tindakan keperawatan tanda-tanda vital kerja sama
berhubungan selama x jam pasien antara perawat
dengan ekskresi diharapkan integritas N: Oleskan dengan klien
kulit pasien kembali lotion atau baby - Memudahkan
normal. Dengan oil pada daerah membuat askep
kreteria hasil : kemerahan secara tepat
- Integritas kulit E: Anjurkan untuk intervensi
bisa keluarga pasien selanjutnya
dipertahankan untuk mengganti - Memberikan
- Tidak ada luka, popok pasien rasa nyaman
lesi atau ruam untuk mencegah pada pasien
- Turgor kulit baik kelembapan - Mempercepat
C: Kolaborasi proses
dengan dokter penyembuhan
dalam pada pasien
pemberian terapi
DAFTAR PUSTAKA

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2015. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta :
Erlangga.
Guyton & Hall. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan).
Jakarta:EGC
Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi
Gastroenteritis Akut Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2010. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Price & Wilson 2012, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai