DISUSUSUN OLEH :
Nim : 21071014006
Cl lahan Cl Institusi
(………………..) (………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT /
GEA PADA ANAK
A. Defenisi
Gastroenteritis adalah muntah dan diare akibat infeksi atau
peradangan pada dinding saluran pencernaan, terutama lambung dan usus.
Di masyarakat luas, gastroenteritis lebih dikenal dengan istilah muntaber
(Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari
gastroenteritis sangat beragam, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus: enterovirus, echoviruses, adenovirus,
dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus
Rotavirus.
c. Jamur : candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
C. Manifestasi Klinis
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi
pada kasus gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah.
2. Suhu badan meningkat.
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender.
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare.
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir
terlihat kering.
9. Berat badan menurun, Pucat, lemah.
D. Komplikasi
Menurut Wijayaningsih (2013) beberapa komplikasi diare, di
antaranya:
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang dibagi menjadi:
Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB
Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
Dehidrasi berat,apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% maka akan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus. 5. Kejang terutama pada
dehidrasi hipertonik.
5. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
E. Patofisologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi
(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor
psikologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau
minuman yang terkontaminasi dan tertelan masuk ke dalam saluran
pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di lambung yaitu asam lambung,
dapat membunuh bakteri yang masuk ke dalam lambung, namun apabila
jumlah bakteri terlalu banyak, maka dapat lolos dan masuk ke duodenum
kemudian berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ
tubuh yang diserang adalah usus.
Bakteri di dalam usus akan memproduksi enzim yang dapat
mencairkan lapisan lendir permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk
ke dalam membran epitel, dan akan mengeluarkan toksin yang dapat
merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta villi dan
menghambat absorbsi cairan. Akibatnya volume cairan di dalam lumen usus
meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang,
dan akan terjadi hipemotilitas untuk menyalurkan cairan di usus besar.
Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan
terjadi diare (Ngastiyah, 2011).
Diare
Mual muntah
Defisit nutrisi
2. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu
(pada orang dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan
batas waktu 2 minggu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada manusia. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
dianus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi olchselaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri darimanis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri
dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecilyang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagianbagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencermanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan juga
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
prosesperistaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
diagnos medis diare adalah :
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni
sangat dianjurkan.
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) &
elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang).
8. Pemeriksaan tinja
9. Pemeriksaan analisa gas darah 10. Pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
10. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calcium
dan fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
11. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia.
J. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCI), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam
tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam
yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.
3. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke
atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena
diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi
akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan
meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu di
perhatikan:
a. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (bayi 0-24 bulan atau lebih).
b. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia
0- 6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu
formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui
eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat
kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
c. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 24
bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.
d. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama
2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
4. Antibiotik
Selektif Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare
berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit
lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional
adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang
disebabkan oleh antibiotik.
K. Daftar Pustaka
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Yogyakarta. MediAction