Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT PADA ANAK

DI RUANG BAJI MINASA RSUD LABUANG BAJI

DISUSUSUN OLEH :

Nama Sri Nurul Aprianti

Nim : 21071014006

Cl lahan Cl Institusi

(………………..) (………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT /
GEA PADA ANAK

A. Defenisi
Gastroenteritis adalah muntah dan diare akibat infeksi atau
peradangan pada dinding saluran pencernaan, terutama lambung dan usus.
Di masyarakat luas, gastroenteritis lebih dikenal dengan istilah muntaber
(Nurarif & Kusuma, 2015).

Diare merupakan penyakit yang di tandai dengan berubahnya bentuk


tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang


disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic.
Gastroenteritis Akut (GEA) di artikan sebagai buang air besar (defekasi)m
dengan tinja terbentuk cairan/setengah cair (setengah padat) dengan
demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya berlangsung
kurang dari 7 hari dan terjadi secara mendadak.

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus


yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar
(BAB) lebih dari 3 kali perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi.

B. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari
gastroenteritis sangat beragam, antara lain sebagai berikut:

1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus: enterovirus, echoviruses, adenovirus,
dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus
Rotavirus.
c. Jamur : candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)

2. Faktor non infeksi / bukan infeksi :


a. Alergi makanan, misal susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan
Sorbital
e. Penyakit usus: colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus

C. Manifestasi Klinis
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi
pada kasus gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah.
2. Suhu badan meningkat.
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender.
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare.
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir
terlihat kering.
9. Berat badan menurun, Pucat, lemah.

D. Komplikasi
Menurut Wijayaningsih (2013) beberapa komplikasi diare, di
antaranya:
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang dibagi menjadi:
Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB
Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
Dehidrasi berat,apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% maka akan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus. 5. Kejang terutama pada
dehidrasi hipertonik.
5. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.

E. Patofisologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi
(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor
psikologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau
minuman yang terkontaminasi dan tertelan masuk ke dalam saluran
pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di lambung yaitu asam lambung,
dapat membunuh bakteri yang masuk ke dalam lambung, namun apabila
jumlah bakteri terlalu banyak, maka dapat lolos dan masuk ke duodenum
kemudian berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ
tubuh yang diserang adalah usus.
Bakteri di dalam usus akan memproduksi enzim yang dapat
mencairkan lapisan lendir permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk
ke dalam membran epitel, dan akan mengeluarkan toksin yang dapat
merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta villi dan
menghambat absorbsi cairan. Akibatnya volume cairan di dalam lumen usus
meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang,
dan akan terjadi hipemotilitas untuk menyalurkan cairan di usus besar.
Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan
terjadi diare (Ngastiyah, 2011).

Diare yang disebabkan malabsorbsi makanan oleh usus terjadi


karena peningkatan tekanan osmotik di dalam rongga usus. Peningkatan
tekanan osmotik terjadi karena makanan atau zat di usus yang tidak dapat
diserap. Sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga terjadi diare (Ngastiyah, 2011).
Makanan beracun juga dapat menyebabkan diare apabila tertelan.
Makanan beracun di dalam usus akan menyebabkan iritasi mukosa usus dan
mengakibakan hiperperistaltik, sehingga terjadi penurunan absorbsi usus,
dan timbul diare. Peristaltik yang menurun juga dapat menyebabkan diare
karena bakteri tumbuh berlebihan (Ngastiyah, 2011).

Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di lumen


usus menyebabkan nyeri pada abdomen. Selain itu, nyeri abdomen atau
kram juga timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri di usus yang
menghasilkan gas H2 dan CO2 yang juga akan menimbulkan kembung dan
flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini juga akan timbul keluhan mual
muntah dan nafsu makan menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya
ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit (Ngastiyah, 2011).

Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan


dehidrasi, yang ditandai dengan penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata cekung, mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan, terjadi penurunan
volume cairan ekstrasel dan intrasel dan juga mengalami penurunan Na, K
dan ion karbonat. Maka volume darah juga akan berkurang. Tubuh akan
mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya
dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung
meningkat, nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah, dan penurunan
kesadaran. Akibat lain dari kehilangan cairan tubuh yang berlebihan adalah
terjadinya asidosis metabolik dimana pasien akan pucat dan pernapasan
menjadi cepat dan dalam, (Ngastiyah, 2011).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Kondisi psikologis
seperti stress, marah dan takut dapat merangsang kelenjar adrenalin di
bawah pengendalian sistem persarafan simpatis untuk merangsang
pengeluaran hormon yang bekerja mengatur metabolisme tubuh. Sehingga
bila terjadi stres maka metabolisme meningkat dalam bentuk peningkatan
motilitas usus (Ngastiyah, 2011).
F. Pathway

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksis tak dapat di serap Ansietes

Hipersekresi air & Hiperperistaltik Melabsorbsi KH, lemak,


elektrolit protein

Isi usus Meningkatkan tekanan


osmotik

Pergeseran air &


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat

Mual muntah

Hilang dan elektrolit Frekuensi BAB Nafsu makan menurun


berlebihan meningkat

Defisit nutrisi

Gangguan Asidosis metabolik


keseimbangan cairan
dan elektrolit
Sesak

Dehidrasi Gangguan pertukaran


gas

Kekurangan volume Resiko syok hipovolemi


cairan
G. Klasifikasi
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung
singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.

2. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu
(pada orang dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan
batas waktu 2 minggu.

H. Anatomi Dan Fisiologi

Sistem pencernaan sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zatzat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi kedalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisaproses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi
organ organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati
dan kandung empedu.

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada manusia. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
dianus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi olchselaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri darimanis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri
dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecilyang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagianbagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencermanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan juga
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
prosesperistaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.

Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot


berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung
kedalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmikuntuk mencampur makanan dengan
enzim- enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini,bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung
b. Asam klorida (HCI)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
di perlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengancara membunuh berbagai bakteri.

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

4. Usus Halus (usus kecil)


Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan juga lemak. Lapisan usus halus meliputi,
lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot melingkar (Msirkuler),
lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah
luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi
usushalus terdiri dari pipa berotot (>6cm), pencernaan secara kimiawi,
penyerapan makanan. Terbagi /usus 12 jari (duodenum), usus tengah
(jejenum), usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usushalus yang terletak setelah lambung dan juga
menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas
jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus duabelas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari
usus halus. Makanan masuk kedalam duodenum melalui sfingter
pylorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari
(duodenum) dan jugausus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter. 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan juga terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat di bedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yaitu sedikitnya selgoblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit
untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.

c. Usus Penyerapan (ileum)


Usus penyerapan ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan juga jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
juga garam-garam empedu.

5. Usus Besar (Kolon)


Usus besar kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon
transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan
dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam ususbesar
berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan juga membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri didalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air dan terjadilah diare.
6. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu /sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan juga beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif
memiliki yang kecil, yang sebagian /seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.

7. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing / apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis / radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah didalam rongga abdomen /peritonitis (infeksi rongga
abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung buntu
tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
walaupun lokasi apendiks selalu tetap. lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda-beda diretrocaecal /dipinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak
di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan
organvestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks
mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang
umbaicacing dikenal sebagai appendiktomi.

8. Rektum dan Anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja di simpang di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika di simpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan juga tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rectum akan memicu sistem sarafyang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, seringkali material akan
di kembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak
yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan juga anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian besar anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan juga sebagian lainnya dari
usus. Pembukaan dan juga penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB),
yang merupakan fungsi utama anus.

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
diagnos medis diare adalah :
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni
sangat dianjurkan.
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) &
elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang).
8. Pemeriksaan tinja
9. Pemeriksaan analisa gas darah 10. Pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
10. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calcium
dan fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
11. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia.

J. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCI), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam
tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam
yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.

Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit


dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit
osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.

Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang,


derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

1. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%


a. Umur 1 tahun: - ½ gelas setiap kali anak mencret
b. Umur 1-4 tahun : ½-1 gelas setiap kali anak mencret
c. Umur diatas 5 Tahun: 11½ gelas setiap kali anak mencret.

2. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5%-5% Dosis


oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.

3. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10% Penderita


diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1
sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zine yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc
yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap
sehat. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc
yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap
sehat.

Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu


sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan
dosis sebagai berikut:
a. Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari.
b. Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/hari.

3. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke
atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena
diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi
akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan
meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu di
perhatikan:
a. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (bayi 0-24 bulan atau lebih).
b. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia
0- 6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu
formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui
eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat
kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
c. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 24
bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.
d. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama
2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

4. Antibiotik
Selektif Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare
berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit
lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional
adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang
disebabkan oleh antibiotik.

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh


Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
a. Buang air besar cair lebih sering
b. Muntah berulang-ulang
c. Mengalami rasa haus yang nyata
d. Makan atau minum sedikit
e. Demam
f. Tinjanya berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.

K. Daftar Pustaka
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.

Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta. EGC

Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1.

Yogyakarta. MediAction

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan. Perawatan Pasien Edisi 3.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, LJ. 2000. Nursing Diagnosis: Application to Clinical


Practice.Edisi VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA
Gordon et.al, 2001. Nursing Diagnoses: Definition and Clasification 2001-
2002, Philadelphia, USA.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United
States of America: Mosby.
http://anysimplethings.blogspot.co.id/2015/04/laporan-pendahuluan-post-
partum-a.html.
https://gexmirah27.wordpress.com/2013/10/08/laporan-pendahuluan-post
partum/

Anda mungkin juga menyukai