Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Diare


1. Definisi
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan/tanpa darah
dan/lebih lendir pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung dan kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
(Mansjoer 2005).
Diare adalah peningkatan frekuensi, volume, dan kandungan cairan feses
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016). Juffrie (2010) menyatakan peningkatan
frekuensi pengeluaran tinja terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam, dimana untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Diare dapat bersifat akut atau kronik. Diare akut berlangsung kurang dari
seminggu, sementara diare kronik merupakan diare yang berlangsung selama lebih
dari 3-4 minggu (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016). Menurut Kliegman, Marcdante,
& Jenson (2006) menyatakan bahwa diare dapat diklasifikasikan berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, yaitu:

a. Diare tanpa dehidrasi. Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi
karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%). Pada tingkat diare ini penderita
mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%). Pada keadaan ini, penderita akan
mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%). Pada keadaan ini, penderita sudah
banyak kehilangan cairan dari tubuh.
Menilai tingkat dehidrasi dapat menggunakan Skor Maurice King, sebagai
berikut :

Keterangan:
 Nilai 0-2 : dehidrasi ringan
 Nilai 3-6 : dehidrasi sedang
 Nilai 7-12: dehidrasi berat

2. Etiologi
Terjadinya diare kronik dapat disebabkan oleh penyakit usus inflamatori
(inflammatory bowel disease, IBD), malabsorpsi, atau gangguan endokrin (LeMone,
Burke, & Bauldoff, 2016). Secara umum penyebab terjadinya diare adalah sebagai
berikut.

a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.
Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan
cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul
diare pula.
Secara skematis, patofisiologi diare dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor malabsorpsi
Faktor Infeksi Faktor makanan Psikologi
Karbohidrat, lemak, protein
Masuk & berkembang Tek. Osmotic meningkat Toksin Cemas
dalam usus
Hipersekresi air dan Pergeseran air & elektrolit Hiperperistaltik
elektrolit (isi rongga usus) ke rongga usus
Menurunnya kesempatan
usus menyerap makanan

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat
Distensi abdomen
Iritasi area Kehilangan cairan &
elektrolit berlebihan
Asidosis metabolic Mual-muntah
perianal

Gangguan cairan Sesak Nafsu makan menurun


Kerusakan
& elektrolit
integritas kulit Risiko ketidakseimbangan
Gangguan
nutrisi kurang dari
pertukaran gas
kebutuhan tubuh
Kekurangan
Risiko ketidakseimbangan
volume cairan
4. Tanda & Gejala elektrolit

Manifestasi diare bergantung pada penyebab, durasi, dan keparahannya, area usus
yang terganggu, dan kesehatan umum pasien tersebut. Diare dapat muncul dalam bentuk
feses harian yang cair dan keluar dalam jumlah banyak, atau feses dalam jumlah sedikit
tetapi sering yang mengandung darah, mucus, atau eksudat. (LeMone, Burke, &
Bauldoff, 2016).
Menurut Kliegman, Marcdante, & Jenson (2006) menyatakan bahwa diare
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh dapat bermanifestasi
sebagai berikut:
a. Diare tanpa dehidrasi. Pada tingkat diare ini
penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas
toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%). Pada
tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah,
terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah
mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%).
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%).
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya
pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah,
hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan
ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu
minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa
pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
5. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan diantaranya (LeMone, Burke, &
Bauldoff, 2016):
a. Analisis dan kultur specimen feses untuk mengidentifikasi penyebab diare
b. Sigmoidoskopi untuk memvisualisasikan mukosa usus secara langsung
c. Biopsy jaringan untuk mengidentifikasi proses inflamasi kronik, infeksi, dan
penyebab lain dari diare
d. Pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit serum, osmolalitas serum, dan analisa gas
darah (AGD) untuk mengetahui efek simpang diare. Peningkatan osmolalitas serum
mengindikasikan jumlah air yang hilang dan dehidrasi. Pemeriksaan laboratorium
lain yang dapat dilakukan pada kasus diare adalah sebagai berikut:
1) Lekosit Feses (Stool
Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan
feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan
parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak
biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien
yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
2) Volume Feses: Jika cairan diare
tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit
kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan
untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250ml/day),
kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
3) Mengukur Berat dan Kuantitatif
fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan
adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika
fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
4) Lemak Feses : Sekresi lemak
feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif
dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari
sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet
rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam
biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
5) Osmolalitas Feses : Dipeerlukan
dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit
feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –
290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi
elektrolit faeces (Natrium dan Kalium) dimana nilai normalnya <50 mosm.
Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer
(asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari
degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai
pendek.Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu
tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa,
osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah
biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi
menunjukkan suatu diare osmotic.
6) Pemeriksaan parasit atau telur
pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan
rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda
asam.
7) Pemeriksaan darah : Pada diare
inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia.
Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu protein losing
enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,protrombin time,
kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam
folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi
menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada
mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin
dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali
rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat
penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8) Tes Laboratorium lainnya: Pada
pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma),
gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma),
cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9) Diare Factitia : Phenolptalein
laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan NaOH yang kan
berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain
dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO 4 dan
PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2SO4 dan
Na2PO4.
6. Komplikasi

Diare dapat menimbulkan dampak yang merusak. Pada diare berat, kolaps vascular
dan syok hipovolemik dapat terjadi. Kalium dan magnesium hilang dari tubuh, yang
berpotensi menyebabkan hypokalemia dan hypomagnesemia. Hilangnya bikarbonat
melalui feses dapat menyebabkan asidosis metabolic (LeMone, Burke, & Bauldoff,
2016).
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates (2001), komplikasi diare diantaranya:
a. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
b. Syok
c. Kejang
d. Sepsis
e. Gagal Ginjal Akut
f. Ileus Paralitik
g. Malnutrisi
h. Gangguan tumbuh kembang
7. Penatalaksanaan/Pengobatan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah


LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga
menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) yaitu:
a. Berikan Oralit
b. Berikan obat Zinc
c. Pemberian ASI / Makanan
d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
e. Pemberian nasihat pada ibu atau pengasuh.
Penatalaksanaan diare akut adalah sebagai berikut :
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat
merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun
jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL
tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan
dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk
mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti
yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
b. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan :
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
c. Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
1) Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
2) Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Buang air besar cair lebih dari 3 kali.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang: Pada umumnya anak masuk rumah sakit
dengan keluhan BAB cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan
muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang
mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
3) Riwayat Keperawatan Dahulu: Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga : Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi
dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Menjelaskan tentang keadaan ibu pada saat kehamilan (prenatal), persalinan
(natal) dan postnatal atau setelah anak lahir apakah telah mengalami infeksi tali
pusat atau keluhan lain. Dan bagaimana tahap tumbuh kembangnya.
d. Riwayat immunisasi
Menjelaskan jenis-jenis immunisasi apa saja yang diberikan dan pada saat usia
berapa immunisasi diberikan.
e. Riwayat nutrisi
Menerangkan tentang pemberian ASI dan PASI, pemberian makanan, jenis
makanan dan pada saat usia berapa makanan tersebut diberikan.
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan menjelaskan pertumbuhan fisik berat badan lahir, berat badan
sebelum sakit, berat badan sekarang, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar
dada, lingkar kepala. Perkembangan menjelaskan tentang motorik kasar anak
yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Motorik halus aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan
kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu, bahasa dan kecerdasan
anak, sosial dan kemandirian anak.
g. Riwayat sosial
Kemampuan anak untuk bersosialisasi seperti partisipasi anak dalam bermain dan
pola asuh keluarga.
h. Data psikologis
Menjelaskan psikologis klien apakah pendiam atau rewel dan apakah klien
menerima dengan hadirnya perawat, dokter. Psikologis keluarga apakah ada
kecemasan pada keluarga.
i. Data biologis
Menjelaskan tentang temuan pemenuhan nutrisi pada saat di rumah sakit dan di
rumah, perbedaan pola tidur, eliminasi, personal hygiene atau kebersihan anak,
pola aktivitas bermain anak pada saat di rumah dan di rumah sakit.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan suhu
tubuh.
3) Keadaan sistem tubuh
a) Mata : cekung, kering, sangat cekung
b) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 kali/menit, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan tidak bisa minum
c) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 kali/menit karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 kali/menit dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
e) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37.5 0C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
f) Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan faktor
psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor situasional (keracunan,
penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan melalui selang efek samping obat,
kontaminasi traveling), faktor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi,
iritasi, parasit).
b. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membrane alveolar-kapiler
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan kelembapan, faktor mekanik, nutrisi tidak adekuat
f. Risiko ketidaksemimbangan elektrolit
dengan faktor risiko diare (Herdman & Kamitsuru, 2018)
3. Rencana Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare
faktor psikologis (tingkat keperawatan selama 3 x 24 Jam  Identifikasi faktor yang mungkin menyebabkan diare (bakteri, obat,
stress dan cemas tinggi), pasien tidak mengalami diare atau makanan, selang makanan, dll )
faktor situasional (keracunan, diare berkurang, dengan kriteria hasil :  Evaluasi efek samping obat
penyalahgunaan laksatif,  Frekuensi BAB normal < 3 kali/ hari  Ajari pasien menggunakan obat diare dengan tepat (smekta diberikan
pemberian makanan melalui  Konsistensi feses normal (Lunak dan 1-2 jam setelah minum obat yang lain)
selang efek samping obat, Berbentuk)  Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi,
kontaminasi traveling), faktor  Gerakan usus tidak meningkat bau, konsistensi feses.
fisiologis (inflamasi, (Terjadi setiap 10-30 detik)  Dorong klien makan sedikit tapi sering (tambah secara bertahap)
malabsorbsi, proses infeksi,  Warna feses normal  Anjurkan klien menghindari makanan yang berbumbu dan
iritasi,  Tidak ada lendir darah menghasilkan gas.
parasit)  Tidak ada nyeri\tidak ada diare  Sarankan klien untuk menghindari makanan yang banyak
 Tidak ada kram mengandung laktosa.
 Gambaran peristaltic tidak nampak  Monitor tanda dan gejala diare
 Bau feses normal (tidak amis , Bau  Anjurkan klien untuk menghubungi petugas setiap episode diare
busuk)  Observasi turgor kulit secara teratur
 Monitor area kulit di daerah perianal dari iritasi dan ulserasi o Ukur
diare / keluaran isi usus
 Timbang Berat Badan secara teratur
 Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
 Kolaborasi dokter jika ada peningkatan suara usus
 Kolaborasi dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
 Anjurkan diet rendah serat
 Anjurkan untuk menghindari laksatif
 Ajari klien / keluarga bagaimana memelihara catatan makanan
 Ajari klien teknik mengurangi stress
 Monitor keamanan preparat makanan
2. Kekurangan volume cairan Setelah perawatan selama 3x24 jam, Monitor cairan
berhubungan dengan volume cairan pasien dapat seimbang  tentukan jumlah dan jenis intake cairan serta kebiasaan eliminasi
kehilangan cairan aktif dengan kriteria:  tentukan faktor-faktor yang mungkin menyebabkan
 Hidrasi kulit adekuat ketidakseimbangan cairan
 Tekanan darah dalam batas  tentukan apakah klien mengalami kehausan atau gejala perubahan
normal cairan
 Nadi teraba  periksa CRT klien
 Membran mukosa lembab  periksa turgor kulit klien
 Turgor kulit normal  monitor berat badan
 Berat badan stabil dan dalam batas  monitor asupan dan pengeluaran
normal  monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
 Kelopak mata tidak cekung  monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status pernapasan
 Fontanela tidak cekung  monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin
 Urin output normal  catat ada tidaknya vertigo pada saat bangkit untk berdiri
 Tidak demam  berikan cairan dengan tepat
 Tidak ada rasa haus yang sangat  pastikan semua Iv dan cairan parenteral berjalan dengan benar
 Tidak ada sesak napas / kusmaul  konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urin kurang dari
0,5ml/kg/jam
Manajemen cairan
 Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
 Hitung atau timbang popok dengan baik
 Jaga intake yang akuran dan catat output
 Monitor status hidrasi
 Monitor sttaus hemodinamik seperti CVP, MAP, PAP, dan PCWP
jika ada
 Monitor tanda-tanda vital pasien
 Berikan terapi IV sesuai yang telah ditentukan
 berikan cairan IV sesuai suhu kamar
 Tingkatkan asupan oral seperti menawarkan penggunaan selang
atau menawarkan minum sesering mungkin
 Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
 Dukung klien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makanan dan cairan dengan tepat
 Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang diresepkan
 Atur ketersediaan produksi darah untuk transfusi jika diperlukan
3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah perawatan selama 3x24 jam, Monitor nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh nutrisi pasien dapat seimbang dengan  Timbang berat badan pasien
berhubungan dengan: kriteria:  Lakukan pengukuran antropometrik pada komposisi tubuh seperti
Ketidakmampuan untuk Status nutrisi (asupan makanan dan IMT
memasukkan atau mencerna cairan)  Identifikasi perubahan berat badan terakhir
nutrisi/makanan.  Asupan makanan secara oral  Monitor turgor kulit dan mobilitas
menjadi adekuat.  Monitor adanya mual muntah
 Asupan cairan secara oral menjadi  Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel
adekuat  Monitor diet dan asupan kalori
 Asupan cairan intravena menjadi  Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktivitas akhir-akhir ini
adekuat
 Lakukan evaluasi kemampuan menelan
 Asupan cairan parenteral menjadi
 Identifikasi adanya ketidaknormalan dalam rongga mulut
adekuat
 Lakukan pemeriksaan laboratorium dan monitor hasil koelsterol,
Status Nutrisi
albumin, dan lain-lain
 Asupan makanan tidak menyimpan
 Tentukan faktor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi seperti
dari rentang normal
ketersediaan dan kemudahan memperoleh makanan
 Asupan cairan tidak menyimpang
 tentukan rekomendasi pemberian nutrisi berdasaran karakteristik
dari rentang normal
klien
 Rasio berat badan tidak
Manajemen nutrisi
menyimpang dari rentang normal
 tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan pada klien
 instruksikan klien mengenai kebutuhan nutrisi
 tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
 atur diet yang diperlukan klien
 berikan klien obat-obatan sebelum makan jika diperlukan
 anjurkan pasien untuk makan dalam posisi duudk tegak jika
memungkinkan
 pastikan diet mencakup makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 monitor kalori dan asupan makanan
Manajemen gangguan makan
 Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan
rencana perawatan dengan melibatkan klien dan keluarga
 Rundingkan dengan tim kesehatan lain terkait pencapaian berat
badan yang diinginkan
 Rundingkan dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian
yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan berat
badan klien
 Dorong klien untuk mendiskusikan maknana yang disukai dengan
ahli gizi
 Timbang berat badan klien setiap hari secara rutin
 Monitor intake secara tepat
 Monitor perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan,
penambahan, maupun kehilangan berat badan
3 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan keperawtan selama 3 x 24 jam
prubahan membrane Gangguan pertukaran gas teratasi  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
alveolar-kapiler dengan kriteria hasil:  Monitor pola napas
 Terjadi peningkatan ventilasi dan  Monitor adanya produksi sputum
oksigenasi yang adekuat  Pantau perilaku pasien dan status mental untuk mengatasi
 TTV dalam batas normal kegelisahan, agitasi, kebingungan, dan (pada tahap akhir)
 Status neurologi dalam batas kelesuan yang ekstrem.
normal  Amati kuku, sianosis di kulit; Terutama perhatikan warna lidah dan
selaput lendir mulut.
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor hasil x-ray  toraks
 Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
4 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan  Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
berhubungan dengan keperawtan selama 3 x 24 jam  Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
kelembapan, faktor mekanik, integritas kulit tidak terganggu dengan basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
nutrisi tidak adekuat kriteria hasil:  Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
 Tidak terjadi iritasi : kemerahan,
lecet, kebersihan terjaga
 Keluarga mampu mendemontrasikan
perawatan perianal dengan baik dan
benar
5 Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan  Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
elektrolit dengan faktor risiko keperawatan selama 3 x 24 jam  Pantau intake dan output
keseimbangan dan elektrolit  Timbang berat badan setiap hari (penurunan 1 kg BB
dipertahankan secara maksimal sama dengan kehilangan cairan 1 liter)
dengan kriteria hasil:  Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada
 Tanda vital dalam batas klien, 2-3 liter per hari
normal  Kolaborasi pemeriksaan laboratorium serum elektrolit
 Turgor elastik , (Na, K,Ca, BUN)
membran mukosa bibir basah, mata  Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
tidak cekung,  Tatalaksana obat-obatan (antisekresin, antispasmolitik,
 Konsistensi BAB antibiotik)
lembek, frekuensi 1 kali perhari.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M.(2013). Nursing
Interventions Classification (NIC), 7th. Elsevier.

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Nursing diagnosis definitions


and classification 2015-2017, 10th. Oxford: Wiley Blackwell

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Moorhead, S. M., Johnson, Maas., M. L., & Swanson E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th. Elsevier

Anda mungkin juga menyukai