a. Diare tanpa dehidrasi. Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi
karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%). Pada tingkat diare ini penderita
mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%). Pada keadaan ini, penderita akan
mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%). Pada keadaan ini, penderita sudah
banyak kehilangan cairan dari tubuh.
Menilai tingkat dehidrasi dapat menggunakan Skor Maurice King, sebagai
berikut :
Keterangan:
Nilai 0-2 : dehidrasi ringan
Nilai 3-6 : dehidrasi sedang
Nilai 7-12: dehidrasi berat
2. Etiologi
Terjadinya diare kronik dapat disebabkan oleh penyakit usus inflamatori
(inflammatory bowel disease, IBD), malabsorpsi, atau gangguan endokrin (LeMone,
Burke, & Bauldoff, 2016). Secara umum penyebab terjadinya diare adalah sebagai
berikut.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.
Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan
cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi
a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul
diare pula.
Secara skematis, patofisiologi diare dapat digambarkan sebagai berikut :
Faktor malabsorpsi
Faktor Infeksi Faktor makanan Psikologi
Karbohidrat, lemak, protein
Masuk & berkembang Tek. Osmotic meningkat Toksin Cemas
dalam usus
Hipersekresi air dan Pergeseran air & elektrolit Hiperperistaltik
elektrolit (isi rongga usus) ke rongga usus
Menurunnya kesempatan
usus menyerap makanan
Diare
Manifestasi diare bergantung pada penyebab, durasi, dan keparahannya, area usus
yang terganggu, dan kesehatan umum pasien tersebut. Diare dapat muncul dalam bentuk
feses harian yang cair dan keluar dalam jumlah banyak, atau feses dalam jumlah sedikit
tetapi sering yang mengandung darah, mucus, atau eksudat. (LeMone, Burke, &
Bauldoff, 2016).
Menurut Kliegman, Marcdante, & Jenson (2006) menyatakan bahwa diare
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh dapat bermanifestasi
sebagai berikut:
a. Diare tanpa dehidrasi. Pada tingkat diare ini
penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas
toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%). Pada
tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah,
terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah
mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%).
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%).
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya
pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah,
hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan
ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu
minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa
pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
5. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan diantaranya (LeMone, Burke, &
Bauldoff, 2016):
a. Analisis dan kultur specimen feses untuk mengidentifikasi penyebab diare
b. Sigmoidoskopi untuk memvisualisasikan mukosa usus secara langsung
c. Biopsy jaringan untuk mengidentifikasi proses inflamasi kronik, infeksi, dan
penyebab lain dari diare
d. Pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit serum, osmolalitas serum, dan analisa gas
darah (AGD) untuk mengetahui efek simpang diare. Peningkatan osmolalitas serum
mengindikasikan jumlah air yang hilang dan dehidrasi. Pemeriksaan laboratorium
lain yang dapat dilakukan pada kasus diare adalah sebagai berikut:
1) Lekosit Feses (Stool
Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan
feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan
parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak
biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien
yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
2) Volume Feses: Jika cairan diare
tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit
kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan
untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250ml/day),
kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
3) Mengukur Berat dan Kuantitatif
fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan
adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika
fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
4) Lemak Feses : Sekresi lemak
feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif
dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari
sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet
rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam
biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
5) Osmolalitas Feses : Dipeerlukan
dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit
feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –
290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi
elektrolit faeces (Natrium dan Kalium) dimana nilai normalnya <50 mosm.
Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer
(asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari
degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai
pendek.Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu
tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa,
osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah
biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi
menunjukkan suatu diare osmotic.
6) Pemeriksaan parasit atau telur
pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan
rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda
asam.
7) Pemeriksaan darah : Pada diare
inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia.
Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu protein losing
enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,protrombin time,
kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam
folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi
menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada
mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin
dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali
rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat
penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8) Tes Laboratorium lainnya: Pada
pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma),
gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma),
cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9) Diare Factitia : Phenolptalein
laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan NaOH yang kan
berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain
dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO 4 dan
PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2SO4 dan
Na2PO4.
6. Komplikasi
Diare dapat menimbulkan dampak yang merusak. Pada diare berat, kolaps vascular
dan syok hipovolemik dapat terjadi. Kalium dan magnesium hilang dari tubuh, yang
berpotensi menyebabkan hypokalemia dan hypomagnesemia. Hilangnya bikarbonat
melalui feses dapat menyebabkan asidosis metabolic (LeMone, Burke, & Bauldoff,
2016).
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates (2001), komplikasi diare diantaranya:
a. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
b. Syok
c. Kejang
d. Sepsis
e. Gagal Ginjal Akut
f. Ileus Paralitik
g. Malnutrisi
h. Gangguan tumbuh kembang
7. Penatalaksanaan/Pengobatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
2) Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Buang air besar cair lebih dari 3 kali.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang: Pada umumnya anak masuk rumah sakit
dengan keluhan BAB cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan
muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang
mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
3) Riwayat Keperawatan Dahulu: Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga : Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi
dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Menjelaskan tentang keadaan ibu pada saat kehamilan (prenatal), persalinan
(natal) dan postnatal atau setelah anak lahir apakah telah mengalami infeksi tali
pusat atau keluhan lain. Dan bagaimana tahap tumbuh kembangnya.
d. Riwayat immunisasi
Menjelaskan jenis-jenis immunisasi apa saja yang diberikan dan pada saat usia
berapa immunisasi diberikan.
e. Riwayat nutrisi
Menerangkan tentang pemberian ASI dan PASI, pemberian makanan, jenis
makanan dan pada saat usia berapa makanan tersebut diberikan.
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan menjelaskan pertumbuhan fisik berat badan lahir, berat badan
sebelum sakit, berat badan sekarang, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar
dada, lingkar kepala. Perkembangan menjelaskan tentang motorik kasar anak
yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Motorik halus aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan
kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu, bahasa dan kecerdasan
anak, sosial dan kemandirian anak.
g. Riwayat sosial
Kemampuan anak untuk bersosialisasi seperti partisipasi anak dalam bermain dan
pola asuh keluarga.
h. Data psikologis
Menjelaskan psikologis klien apakah pendiam atau rewel dan apakah klien
menerima dengan hadirnya perawat, dokter. Psikologis keluarga apakah ada
kecemasan pada keluarga.
i. Data biologis
Menjelaskan tentang temuan pemenuhan nutrisi pada saat di rumah sakit dan di
rumah, perbedaan pola tidur, eliminasi, personal hygiene atau kebersihan anak,
pola aktivitas bermain anak pada saat di rumah dan di rumah sakit.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan suhu
tubuh.
3) Keadaan sistem tubuh
a) Mata : cekung, kering, sangat cekung
b) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 kali/menit, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan tidak bisa minum
c) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 kali/menit karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 kali/menit dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
e) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37.5 0C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
f) Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan faktor
psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor situasional (keracunan,
penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan melalui selang efek samping obat,
kontaminasi traveling), faktor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi,
iritasi, parasit).
b. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membrane alveolar-kapiler
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan kelembapan, faktor mekanik, nutrisi tidak adekuat
f. Risiko ketidaksemimbangan elektrolit
dengan faktor risiko diare (Herdman & Kamitsuru, 2018)
3. Rencana Intervensi Keperawatan
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M.(2013). Nursing
Interventions Classification (NIC), 7th. Elsevier.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Moorhead, S. M., Johnson, Maas., M. L., & Swanson E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th. Elsevier