Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

“DIARE”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Elsa MIftadeka Aprilian (190102016)


2. Endah Wulan Ramadhani (190102017)
3. Fara Aprilia Rizqita (190102018)
4. Farah Nuri Azizah (190102019)
5. Finda Antika sari (190102020)

PRODI D3 KEPERAWATAN

SEMSETER 4 (EMPAT)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga shalawat serta
salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Keperawatan Anak tentang


“Diare”. Makalah ini disusun agar dapat menambah informasi kepada para pembaca tentang
gastroenteritis.

Semoga makalah ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.

Purwokerto, 30 Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih
banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi
penyebab kematian anak yang berusia dibawah lima tahun (balita). Kekhawatiran orang tua
tehadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi
masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap
anak yang mengalami diare. Misalnya pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya
atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan Word Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita didunia, nomor 3
pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari
korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, dibeberapa negara berkembang,
hanya 39 % penderita mendapat penanganan serius.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, sekitar 162.000 balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap
anak Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali pertahun. Daerah Jawa Barat
merupaka salah satu yang tertinggi, dimana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak
berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan karena dehidrasi karena
keterlambatan orang tua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk
mengabaikan, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa
jenis yang menular. Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke
makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alcohol dan
bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitiu pula sejumlah penyakit
tertentu.
B. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan diare

 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian diare
b. Untuk mengetahui etiologi diare
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis
d. Untuk mengetahui patofisiologi
e. Untuk mengetahui pathway diare
f. Untuk mengetahui komplikasi diare
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis diare
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar
yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebih.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 x/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan / tanpa
darah dana tau lender (Suraatmaja, 2005).
Diare merupakan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi &
Yuliana, 2006).

B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :

a. Factor Infeksi :
- Infeksi internal yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama.
- Infeksi bakteri yaitu vibrio coma, E.coli, saimonella, campylobacter, yersenia,
aeromonas, dan sebagainya.
- Infeksi virus yaitu Enterovirus (virus echo, coxsackie, Polimyelitis) Adenovines,
Rotavirus, Astrovirus.
- Infeksi parasite yaitu cacing, Protozoa, jamur, serta kebiasaan mengelola makanan.
- Infeksi parental yaitu infeksi bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti : OMA,
Tonsilofaringitis, Paroncopneumonia, esefalitis, dan sebagainya sering terjadi pada
bayi / anak kurang dari 2 tahun.
b. Factor Malabsorbsi :
- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, Maltosa, dan Sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
- Malabsorbsi lemak.
- Malabsorbsi protein.
c. Factor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan dan pola makanan
yang salah.
d. Factor Psikologi : rasa takut dan cemas (jarang, tapi dapat terjadi pada anak-anak).
e. Malnutrisi.
f. Gangguan imunologi

C. Patofisiologi
Berbagai factor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena factor infeksi
dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan
usus. Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan
fungsi usus dalam mengabsorbsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis
bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transport aktif dalam usus akibatnya sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolis meningkat.
Factor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang mengakibatkan
tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus
yang dapat meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat
terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan
penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang kemudian
terjadi diare.

D. Pathway

Infeksi makanan Psikologi

Berkembang di Toksik tidak Ansietas


usus dapat diserap

Hipersekresi air
Hiperperistaltik
& elektrolit Malabsorbsi, KH,
Lemak

Penyerapan makanan
Isi Usus diusus menurun Meningkatkan
tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus
Diare

Frekuensi BAB Mual muntah


meningkat

Nafsu makan
menurun

Hilang cairan & Gangguan


elektrolit berlebih Intregitas Kulit

Defisit Nutrisi

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik


cairan & elektrolit

Sesak
Dehidrasi
Gangguan
Pertukaran Gas
Hipovolemia
Resiko Syok

E. Manifestasi Klinis
1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hypokalemia, hipotensi, oliguria, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) (misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mucus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan muntah
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,


hematoschezia, nyeri perut dana tau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolic
yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonic.
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda – tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria / anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulian nekrosis
tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

F. Komplikasi
Komplikasi diare yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan Cairan
Komplikasi diare ini dapat terjadi akibat buangan yang banyak ataupun konsumsi cairan
yang kurang selama diare berlangsung. Pada kekurangan cairan yang ringan hingga
sedang, gejala diare yang timbul mulai dari rasa kering di mulut dan kulit, lemas, pusing,
rasa ingin minum terus – menerus, serta rewel pada anak. Sedangkan pada kasus dengan
kekurangan cairan berat, dapat terjadi penurunan kesadaran. Jika terdapat tanda – tanda
kekurangan cairan berat (penurunan kesadaran, tangan kaki terasa dingin, mata dan ubun
– ubun nampak cekung pada anak, serta kulit tak lekas kembali bila dicubit, atau tidak
kencing > 6 jam pada dewasa dan > 3 jam pada anak) segera cari pertolongan medis
terdekat untuk mendapat pengobatan diare yang tepat.
2. Infeksi Berat
Pada penyakit diare akibat infeksi yang tak teratasi dengan baik, dapat terjadi komplikasi
diare berupa perluasan infeksi ke dalam darah (sepsis), atau ke otak maupun selaput otak
(meningitis, ensefalitis, maupun meningoensefalitis).
3. Malnutrisi
Pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, diare merupakan salah satu penyebab
malnutrisi, dan malnutrisi akan menyebabkan kekebalan tubuh anak menurun dan lebih
mudah terserang diare. Komplikasi diare ini apabila terjadi diare terus – menerus, tentu
fungsi usus yang utamanya adalah untuk menyerap nutrisi dari makanan pun akan
terganggu dan menyebabkan malnutrisi. Oleh karena segera lakukan pencegahan diare
agar diare pada anak tidak dibiarkan berlarut – larut.
4. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit akan ikut terbawa keluar bersama dengan air yang keluar saat diare. Hal yang
dapat menjadi tanda terjadinya ketidakseimbangan elektrolit ini adalah lemas, kesulitan
menggerakkan anggota tubuh, hingga kejang.
5. Iritasi Pada Kulit Sekitar Anus
Buang air besar yang sering ditambah lagi pH tinja yang asam bila diare diakibatkan oleh
intoleransi laktosa, dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit sekitar anus.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi: pemberian
cairan, dan pemberian obat-obatan.Pemberian cairan Pemberian cairan pada pasien diare
dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.

2. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasien,
tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer
Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
a. Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
b. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
c. Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20
tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral 2

3. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan /
tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin, dosis 0,5
– 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras
tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic
juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis /
bronkopeneumonia.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan insiden paling tinggi adalah golongan
umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal
ini membantu menjelaskan penurunan incidence penyakit pada anak yang lebih besar.
Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena
infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari
adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola mkan dan
perawatannya.

2. Keluhan utama
BAB lebih dari 3X

3. Riwayat Penyakit sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercampur lender dan darah atau lender saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran: 3-5 hari (diare akut),
lebih dari 7 hari (diare bekepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat penyakit Dahulu


Pernah mengalami dieare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Kekurangan gzi pada anak
usia toddler sangat rentan. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasaan mencuci tangan.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat kesehatan lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal.

8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1-3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2
kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan lingkar kepala: 12 cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah: tambahan gigi susu: geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14-16 buah.
 Erupsi gigi; geraham pertama menyusul gigi taring.
b. Perkembangan
 Tahap perkembangan psikososial menurut Sigmund Freud.
Fase anal:
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasa libido, mulai menunjukkan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamannya adalah latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa
(meniru dan mengulangi kata sederhana, hubungan interpersonal, bermain).
 Tahap perkembangan ketrampilan motoric dan bahasa
Perkembangan ketrampilan motoric dan bahasa dipelajari anak toddler
darilingkungan dan keuntngan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk
mendiri (tak tergantung). Melalui dorongan orang tua untukmakan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yang terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri
anak.
 Gerakan kasar dan halus, berbicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri, umur 2-3 tahun:
1. Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
2. Meniru buat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepas pakaian sendiri (BM).

9. Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum: klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menurup pada anak umur 1
tahun lebih.
d. Mata: cekung, karing, sangat cekung.
e. System pencernaan: mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/menit, nafsu makan menurun, mual, muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
bias minum.
f. Sistem pernafasan: dispnea, pernafasa cepat >40x/menit karena asidosis metabolik
(kontraksi otot pernafasan)
g. System kardiovaskuler: nadi cepat >120x/menit dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang.
h. System integumen: warna kulit pucat, turgon menurun >2 dt, suhu meningkat >
37,5 C, akral hangat, akral dingin (waspada syok0), capillary refill time
memanjang >2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. System perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi: semua anak yang sakit bias mengalami stress yang berupa
perpisahan kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukkan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan penunjang
a. Laboraturium:
 Feses kultur: bakteri, virus, parasite, candida.
 Serum elektroli: Hipo natremi, hipernatremi, hipokalemi
 AGD: asidosis metabolik (ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun)
b. Ridiologi
Mungkin ditemukan bronchopemoni.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dieare atau
output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuansi
diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.

C. Intervensi
Berdasarkan NANDA, NIC, NOC, intervensi keperawatan antara lain adalah:
Table intervensi keperawatan:
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan Tujuan: setelah dilakukan - Pantau tanda dan gejala
keseimbangan tindakan tindakan selama 3 kekurangan cairan dan
cairan dan x 24 jam keseimbangan elektrolit.R/penurunan
elektrolit dan elektrolit sirkulasi volume cairan
berhubungan dipertahankan secara menyebabkan kekeringan
dengan maksimal. mukosa dan pemekatan urin.
kehilangan cairan Kriteria hasil: Deteksi dini memungkinkan
sekunder terhadap - Tanda vital dalam batas terapi pergantian cairan segera
diare. normal (N: 120-60 untuk memperbaiki deficit.
x/mnt, S; 36-37,50 c, - Pantau intake dan output.
RR:<40 x/mnt) R/dehidrasi dapat
- Turgor elastic, meningkatkan laju filtrasi
membrane mukosa bibir glomerulus membuat keluaran
basah, mata tidak tak adekuat untuk
cowong, UUB tidak membersihkan sisa
cekung. metabolisme.
- Konsistensi BAB - Timbang berat badan setiap
lembek, frekuensi 1 kali hari. R/mendeteksi kehilangan
perhari. cairan, penurunan 1 kg BB
sama dengan kehilangan
cairan 1 lt
- Anjurkan keluarga untuk
memberiminum banyak pada
klien, 2-3 lt/hari. R/mengganti
cairan dan elektrolit yang
hilang secara oral.
- Kolaborasi: pemeriksaan
laboraturium serum elektrolit
(Na, K, Ca, BUN). R/koreksi
keseimbangan cairan dan
elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
- Cairan parental (IV line)
sesuai dengan umur.
R/mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat dan
cepat.
- Obat-obatan: (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik).
R/anti sekresi untuk
menurunkan skresi cairan dan
elektrolit agar seimbang,
antispasmolitik, untuk proses
absorsdi normal, antibiotik
sebangai anti bakteri
berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
2. Perubahan nutrisi Tujuan: setelah dilakukan - Diskusikan dan jelaskan
kurang dari tindakan perawatan selama tentang pembatasan diet
kebutuhan tubuh di RS kebutuhan nutrisi (makanan berserat tinggi,
berhubungan terpenuhi. berlemak, dan air terlalu
dengan tidak Kriteria hasil: panas atau dingin). R/serat
adekuatnya intake - Nafsu makan tinggi, lemak, air terlalu
dan out put. meningkat panas/ dingin dapat
- BB meningkat atau merangsang mengiritasi
normal sesuai umur. lambung dan saluran usus.
- Ciptakan lingkungan yang
bersih, jauh dari bau yang
tidak sedap, atau sampah,
sajikan makanan dalam
keadaan hangat. R/situasi
yang nyaman, rileks akan
merangsang nafsu makan.
- Berikan jam istirahat (tidur)
yang cukup serta kurangi
kegiatan yang berlebih.
R/mengetahui jumlah output
dapat merencanakan jumlah
makanan.
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan: terapi gizi: diet
TKTP rendah serat, sus. Obat
obatan atau vitamin (A).
R/mengandung zat yang
diperlukan, untuk proses
pertumbuhan
a.
3. Resiko Tujuan: setelah dilakukan - Monitor suhu tubuh setiap 2
peningkatan suhu tindakan perawatan selama jam. R/deteksi dini terjadinya
tubuh 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan abnormal fungsi
berhubungan peningkatan suhu tubuh. tubuh (adanya infeksi)
dengan proses Kriteria hasil: - Berikan kompres hangat.
infeksi dampak Suhu tubuh dalam batas R/merangsang pusat pengatur
sekunder dari normal (36-37,5 c), tidak panas untuk menurunkan
diare. terdapat tanda infeksi produksi panas tubuh.
(rubur, dolor, kalor, tumor, - Kolaborasi pemberian
fungtio, leasa) antipiretik. R/merangsang
pusat pengatur panas diotak.
4. Resiko gangguan Tujuan: setelah dilakukan - Diskusikan dan jelaskan
intergritas kulit tindakan selama di RS pentingnya menjaga tempat
perianal integritas kulit tidak tidur. R/kebersihan mencegah
berhubungan terganggu. perkembangbiakan kuman.
dengan Kriteria hasil: - Demonstrasikan serta libatkan
penigkatan - Tidak terjadi iritasi: keluarga dalam merawat
frekwensi BAB kemerahan, lecet, perianal (bila bila basah dan
(diare). kebersihan terjaga. mengganti pakaian bawah
- Keluarga mampu serta alasnya). R/mencegah
mendemonstrasikan terjadinya iritasi kulit yang tak
perawat perianal diharapkan oleh karena
dengan baik dan benar. kelembapan dan keasaman
feses.
- Atur posisi tidur atau duduk
dengan selang waktu 2-3 jm.
R/melancarkan vaskulerisasi,
mengurangi penekanan yang
lama sehinga tak terjadi
iskemi dan iritasi.
5. Kecemasan anak Tujuan: setelah dilakukan - Libatkan keluarga dalam
berhubungan tindakan selama 3 x 24 melakukan tindakan
dengan tindakan jam, klien mampu keperawatan. R/pendekatan
invasive beradaptasi awal pada anak melalui ibu
Kriteria hasil: mau atau keluarga.
menerima tindakan - Hindari persepsi yang salah
perawatan, klien tampak pada perawat dan RS.
tenang dan tidak rewel. R/mengurangi rasa takut pada
anak terhadap perawat dan
lingkungan RS.
- Berikan pujian jika klien mau
diberikan tindakan perawatan
dan pengobatan. R/menambah
rasa percaya diri anak akan
keberanian dan
kemampuannya.
- Lakukan kontak sesering
mungkin dan lakukan
komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan,
belaian, dll). R/kasih saying
serta pengenalan diri perawat
akan menumbuhkan rasa pada
klien.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ramaiah, Safitri, 2017 .All You wanted to Know. About Diare. Jakarta: Bhuana Ilmu populer.
Suryadi, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta:pereetakan penebar swadaya.
Widjaja, 2017. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, pencegahan Dan Pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga.
www.rijalhabibulloh.com/2015/04/makalah-tentang-diare.html
price, Anderson S. WilsonMcCarty L. 1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.Jakarta: EGC
staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu
kesehatan Anak. sqWSA
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis keperawatan pediatric. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai