DENGAN DIARE
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
1. RISKA MOKOAGOW
2. SALSA SASMITA ISMAIL
3. VIDE EDEN TOMBENG
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan Sistem Pencernaan Pada
Anak dengan Diare” dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun sebagaimana materi yang
terdapat di dalam mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II”
.Kami berharap makalah ini bisa membantu teman-teman dalam memahami mata
kuliah konsep dasar keperawatan. Kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan
dalam pembuatan makalah berikutnya. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada semua
teman-teman dalam penyusunan makalah.
Kelompok 08
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
2. Tanda dan gejala
3. Etiologi
4. Patofisiologi dan WOC
5. Klasifikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan,
dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari perubahan jumlah,
konsistensi, frekwensi, dan warna dari tinja (Sujono, 2010). Sedangankan menurut
FKUI (1991) diare adalah pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja
encer serta adanya peningkatan frekwensi BAB yang lebih dari biasanya. Diare adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar dengan konsistensi feses menjadi cair
(Sudoyo,2009)
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Definisi dari Diare
2. Apasaja Tanda dan gejala Diare
3. Etiologi
4. Patofisiologi dan WOC
5. Klasifikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
C. Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan,
dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari perubahan jumlah,
konsistensi, frekwensi, dan warna dari tinja (Sujono, 2010). Sedangankan menurut
FKUI (1991) diare adalah pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja
encer serta adanya peningkatan frekwensi BAB yang lebih dari biasanya. Diare adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar dengan konsistensi feses menjadi cair
(Sudoyo,2009)
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami neurea, muntah,
nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik
harus dihindari. Kekurangan ciran menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgo kulit menurut , serta suara menjadi serak.
Gangguan Biokimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi
pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
Bila terjadi renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit). Tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat,
ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan
aritmia jantung perfusi ginjal menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila
kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas
akut. Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan:
a. Koleriform, dengan diare yang teruma terdiri atas cairan saja.
b. Disentriform , pada diare dapatkan lendi kental dan kadang-kadang darah.
Sedangkan akibat dire dalam jangka panjang adalah
1) Dehidrasi
2) Asidosis metabolic
3) Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak
4) Hipoglikemi
5
5) Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syock
Adapun derajat dari dehidrasi menurut menejmen terpadu balita sakit
(MTBS) adalah:
a) Diare tanpa dehidrasi yaitu tidak cukup tanda-tanda untuk di
klasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat/ ringan.
b) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (bila terjadi penurunan BB 2,5-
5%) yaitu apabila terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut seperti
gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus/ minum dengan lahap,
cubitan kulit perut kembali lambat.
c) Diare dengan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan BB 10%) yaitu
apabila terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut seperti letargis/ tidak
sadar, mata cekung, tidak bisa minum/malas minum, cubitan kulit perut
kembali sangat lambat.
3. Etiologi
a. Faktor infeksi
Merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain adalah vaksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang
berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai
kodisi lain.
4) Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : Otitis media akut (OMA)
tonsillitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encephalitis.Faktor Makanan.
b. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
6
c. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi
tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
d. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi bohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
7
Pathway :
Hipersekresi air
dan elektrolit Hiperperistaltik Malabsorbsi
KH, Lemak
Nafsu makan
Gg integritas kulit menurun
Hilang cairan dan
elektrolit berlebihan (D0129)
Defisit nutrisi
(D0019)
Gangguan Asidosis metabolik
keseimbangan cairan 8
dan elektrolit
Sesak
Dehidrasi
Gangguan pertukaran
gas (D0003)
5. Klasifikasi
b. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan
berat badan selama masa diare tersebut. (Suraatmaja, 2007).
6. Pemeriksaan Penunjang
9
Pada anak-anak, penatalaksaan diare diantaranya:
a. Penatalaksanaan medis
1) Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan empat hal penting yang perlu
diperhatikan.
a) Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan
ringel laktat bila tidak terjadi dapat diberikan cairan HaCl Isotonik
ditambah satu ampul Na bicarbonate 7,5 % 50 m.
b) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan.
2) Jalan masuk atau cara memberikan cairan
Rute / cara pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral/ IV.
3) Jadwal pemberikan cairan
Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode
Daldiyono diberikan pada dua jam pertama. Selanjutnya kebutuhan cairan
rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke tiga
4) Indentitas penyebab diare akut karena infeksi
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.
5) Terapi simtomatik
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas
pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti
loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigela dan
koletis pseudomembran, karena akan memperburuk diare yang diakibatkan
bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan
epithel usus. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti
metoklopomid dapat menimbulkan kejang pada rangsangan ekstrapiramidal.
6) Terapi definitive
Pemberian durasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan.
Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi
sangat berarti, selain terapi farmakologi.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Mengukur BJ Plasma, menimbang BB
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus: BJ Plasma – 1,025
10
2) Dietetik
Memantau untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus
tetap dipertahankan yang meliputi: Susu (ASI atau PASI rendah laktosa),
Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim).
3) Diberikan oralit, serta menganjurkan untuk minum banyak.
4) Atur posisi nyaman pada klien misalnya dengan lutut fleksi Pantau intake
dan out put : karena haluran dapat melebihi masukan yang sebelumnya tidak
mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan.
8. Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak
Menurut Markum (1999), konsep tumbuh kembang dibagi menjadi :
1. Jean Peaget
Fase sensorik motorik (0-2 tahun) peaget melihat bahwa pada mulanya seorang
anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada diri sendiri.
Segala usahanya berhubungan dengan dirinya sendiri yaitu untuk memuaskan
kebutuhan dengan kesenangan, oleh karena itu kebutuhan pada fase ini
kebanyakan bersifat fisik, maka yang berkembang dengan pesat adalah
kemampuan sensorik motorik. Anak belajar melakukan berbagai gerakan yang
makin terkoordinasi, terarah dan bertujuan
2. Robert Sears
Masa bayi berkisar umur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada masa ini masih sibuk
dengan dirinya sendiri. Proses asosialisasi berkembang dengan lambat, bayi lebih
mementingkan kebutuhanya sendiri dan belajar berbagai cara untuk memenuhinya.
Bayi sebenarnya banyak menuntut dan menguasai lingkungan. Pada masa inilah
kepribadian dasar seorang dibangun.
3. Erik Erickson
Masa balita (1-3 tahun), pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan
kemandiriannya, namun ia belum dapat berpikir secara diskriminatif. Olek karena
itu perlu mendapatkan bimbingan secara tegas. Meskipun lingkungan yang
mengharapkan anak untuk dapat mandiri, anakpun masih perlu dilindungi terhadap
pengelaman yang menimbulkan rasa ragu dan malu.
4. Sigmun Freud
Fase anak (1-3 tahun), pada masa ini anak mulai menunjukkan sifat keakuannya,
sikap yang sangat narasitik dan egoistic. Ia pun belajar mulai kenal dengan
tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengelaman autoerotiknya.
11
Sesuai dengan namanya “fase anal” salah satu tugas utamanya adalah latihan
kebersihan atau disebut “toilet training” perkembangan bahasa.
9. Konsep Hospitalisasi Pada Anak
Hospitalisasi adalah suatu keadaan sakit dan harus dirawat di rumah sakit,
yang terjadi pada anak maupun keluarganya (Wong, 2000).
1. Stress karena adanya perubahan status kesehatan dan kebiasaan sehari-hari.
2. Anak mempunyai keterbatasan terhadap mekanisme koping untuk memecahkan
kejadian-kejadian stress.
Respon pada anak usia pra-sekolah dalam menghadapi stressor utama dalam
hospitalisasi, reaksi anak pada kondisi stress, sangat dipengaruhi oleh usia,
perkembangannya, pengdelaman sakit yang lalu, perpisahan, hospitalisasi, adanya
support system, koping yang digunakan dan keseriusan penyakitnya. Bagaimana
anak bereaksi terhadap hospitalisasi dan metode koping yang digunakan saat sakit
adalah sangat dipengaruhi oleh stressor yang ada selama fase perkembangannya.
Stressor utama selama hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan control,
terutama pada tubuh, dan nyeri serta reaksi perilaku anak.
a. Respon kecemasan karena perpindahan pada anak yang dirawat tergantung
pada tingkat usia perkembangan anak
Pada masa ini anak sudah melibatkan diri pada kebiasaan atau aktivitasnya dan
bermain. Pada waktu terjadi perbatasan kebiasaan rutin ini, akan menjadi
regresi bahkan gangguan dari kebiasaan tersebut, respon perilaku yang
ditunjukkan dapat langsung atau spontan.
b. Respon kehilangan kendali pada anak yang dirawat menurut usia tumbuh
kembang (Toddler 1-3 tahun)
Merupakan masa dimana anak mencari otonomi yang ditampakan dengan
tingkah laku antara lain: keterampilan motorik, permainan hubungan
interpersonal aktivitas motoriknya akan cemas jika harus dan akibat tangan
kakinya.
c. Respon nyeri pada anak tergantung pada tahap tumbuh kembang anak.
Karakteristik respon nyeri berupa Todler (1-3 tahun)
- Meringis
- Mengatupkan mulut
- Membuka mata lebar-lebar
- Marah atau bertingkah laku agresif seperti menggigit, menendang, memukul dan
berusaha untuk lari.
12
d. Mekanisme koping anak pada hospitalisasi Todler (1-3 tahun)
Memberikan toddler bersama obyek yang member rasa aman bagi mereka
seperti selimut, boneka beruang atau obyek khusus lain amatlah penting
selama tindakan presedur. Seringkali foto ibu digunakan anak-anak sebagai
pelindung saat mengelami tindakan. Anak menjadi lebih tenang dan mau
bekerjasama dengan perawat jika memegang atau memeluk foto ibunya.
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA ANAK DENGAN DIARE
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : An. I
Ttl :
Agama : Islam
Alamat : kotamobagu
Jenis kelamin :perempuan
Umur :2 tahun
BB/PB :
Tanggal masuk :
14
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmetis
c. Tanda tanda vital
Nadi : 120x/menit
Suhu :37,7 C
RR : 30 x/menit
d. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
Lingkar kaki :
Lingkar lengan :
Lingkar dada :
e. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, rambut berwarna hitam, serta lesi dan tidak ada lesi
f. Mata
Kongjungtiva ananemis, sclera an ikterik, pupil normal berbentuk bulat dan reflek
cahaya (+) langsung
g. Hidung
Hidung keadaan bersih, tidak ada pupil, tidak terpasang NGT, dan tidak memakai
oksigen
h. Mulut
Mukosa bibir lembab, gigi belum tumbuh, mulut bersih, tidak ada stomatitis
i. Telinga
Tidak ada cairan yang keluar dari telinga, bersih tidak ada serumen
j. Leher
k. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran JVP
l. Thorak
- Paru – paru
I : bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada kedalam
Pa: tactil premitus sama antar paru-paru kanan dan kiri
Pe: sonor
15
Au: tidak ada suara nafas tambahan
- Jantung
I : dinding dada simetris
Pa: tidak teraba ictus cordis
Pe: pekak
Au: bunyi S1 dan S2 normal
m. Abdomen
I: bentuk perut kembung
Au: bising usus 20x/menit
Pe: tympani
Pa: tidak ada nyeri tekan
n. Genetalia
Jenis kelamin perempuan, tidak terpasang DC, tidak ada kelainan
o. Kulit
Kulit putih , turgor kulit cukup, akral hangat, ctr < 2 detik
p. Ekstermitas
Atas : tangan kanan dan kiri normal, tidak ada edema dan tidak ada flebitis dan
tangan kanan terpasang infus
Bawah : kaki kanan dan kiri normal, tidak ada edema dan tidak ada flebitis
4. Pemeriksaan penunjang
Program terapi
16
- RL 40 tpm
- Ondansentron 3 x0,8 mg
- Paracetamol 4 x 80 mg
- Ceftriaxone 2 x 175 mg
- Oralit 75 cc/jam
- L – bio 2 x 1 sachot
- 2inc syrp 2 x 1 cth
5. Analisa data
BU :20 x/menit
Nadi : 120 x/menit
Konjungtifa anemis
DS : keluarga klien mengatakan dehidrasi Hipertermia
bahwa klien demam tinggi
DO:kulit teraba hangat , warna
kulit kemerahan
S: 37,7 C
N: 120x/menit
Anak tampak tewel
DS : keluarga klien mengatakan Kurangnya asupan Deficit nutrisi
makanan anak lahap tetapi tidak makanan
ada pertambahan BB
DO:klien tampak rewel,
-Berat badan klien menurun
BU :20 x/menit
17
Nadi : 120 x/menit
B. Diagnosa keperawatan
1. Diare b.d proses infeksi
2. Hipertermia b.d dehidrasi
3. Deficit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
C. Intervensi
Terapeurik :
1. Fasilitasi menentukan
peduman diet
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
3. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastric
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramksn
D. IMPLEMENTASI
1. Memfasilitasi menentukan
peduman diet
2. Menyajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
3. Memberikan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
4. Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Menghentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
Mengajarkan diet yang diprogramkan
E. Evaluasi
23